Kasus Gus Muwafiq: Antara Ketulusan Membela Nabi saw, Hipokrasi, Kepentingan Politik dan Golongan

Kasus Gus Muwafiq: Antara Ketulusan Membela Nabi saw, Hipokrasi, Kepentingan Politik dan Golongan

Contoh Hadis pelecehan Terhadap Nabi saw dalam Shahih Bukhari dan Muslim:

beberapa hari ini dunia medsos ramai membahas tuduhan beberapa kelompok terhadap Kyai NU Gus Muwafiq yang katanya menghina Nabi saw (tuduhan ini masih perlu diperdebatkan benarkah Gus Muwafiq menghina Nabi saw atau tidak?), Saya melihat elemen-elemen yang gaduh menuduh ini kebanyakan dari kelompok yang sudah lama mempunyai sentimen negatif kepada NU, sering nyinyir, dan melakukan pembusukan terhadap organisasi Islam terbesar di Negara ini. Tentu dibalik itu ada motif-motif politik dan kepentingan golongan dibelakang ini, karena nuansa itu kental sekali.

Saya tidak akan membahas sisi kepentingan politik atau golongan dalam masalah ini, tapi saya bertanya-tanya benarkah serangan kepada Gus Muwafiq tersebut adalah niatan tulus untuk membela pribadi Nabi suci saw? Saya rasa tidak, kenapa? Karena saya tidak pernah mendengar suara dari mereka menyoal atau mengkritisi hadis-hadis penghinaan dan pelecehan terhadap para Nabi bahkan kepada Allah SWT di dalam “kitab Shahih Enam” khususnya Shahih Bukhari dan Muslim, yang menjadi sumber rujukan utama para ulama, ustad dan umat Islam bahkan hadis-hadis pelecehan terhadap pribadi para nabi yang ada di dalam kitab-kitab ini sudah lama menjadi rujukan valid musuh-musuh Islam, kaum orientalis dll  untuk menghina dan menghujat Nabi Muhammad saw dan agama Islam.

Dibawah ini saya nukilkan satu contoh hadis pelecehan terhadap Kesucian Rasulullah saw dalam kitab Shahih Muslim dan Shahih Bukhari:
Baca lebih lanjut

Apa Itu Sunnah Dalam kitab-kitab Akidah Salafy?

Apa itu “Sunnah” dalam kitab-kitab Akidah Salafy-Wahabi?

Sumber: https://almaliky.org/subject.php?id=907

Oleh: Syeikh Hasan bin Farhan al Maliky

Kamu dapat mengkaji tentang tema-tema dan persoalan-persoalan pada setiap kitab aqidah yang disebut “sunnah”, dari kumpulan-kumpulan yang dinukil oleh Al-Lalaka’i dari para ulama’ salaf yang terdahulu, dimulai dari masa Hammad bin Salamah [bin Dinar al Basri] (167 H)  sampai pada kitab sunnah karya Abdullah bin Ahmad (bin Hanbal) (290 H) Sampai pada sunnah karya Barbahari (329 H) sampai pada penjelasan tentang golongan yang selamat karya Ibn Battah (387 H) sampai pada aqidah salafy karya Al-Lalaka’i sampai pada Ibn Hamid (403 H) sampai pada tulisan-tulisan Abi Ya’la Al-Hanbali (458 H) tentang aqidah, sampai pada Aqidah Al-Wasathiyah dan At-Tadmiriyah dan selainnya karya Ibn Taimiyah (728 H) sampai pada Ibn Qayyim (751 H)  dalam kitab-kitab nya tentang akidah (keyakinan) yang mengajarkanmu tentang “sunnah” sampai pada tulisan-tulisan wahabi tentang akidah yang mengajarkanmu tentang “sunnah”, dan selainnya.
Baca lebih lanjut

Mengapa Muslimin Paling Pendusta Diantara Pemeluk Agama?

Mengapa Muslimin Paling Pendusta Diantara Pemeluk Agama?

Sumber: https://almaliky.org/subject.php?id=93.

Oleh: Syeikh Hasan bin Farhan al Maliky

Saya punya dua pertanyaan yang ingin saya ajukan dan kemudian saya jawab nanti.

Mengapa kaum Muslimin menjadi umat yang paling kotor tutur katanya dibanding pengikut agama-agama lain?
Dan mengapa pengikut aliran Salafi kelompok yang paling kotor mulutnya dibanding pengikut aliran-aliran Isam lainnya?

Dan ada dua pertanyaan ikutan selanjutnya:

Mengapa Umat Islam menjadi umat yang paling pendusta dibanding penganut agama-agama lain?
Dan mengapa pengikut aliran Salafi adalah orang-orang yang paling pendusta dibanding pengikut aliran-aliran Islam lainnya? Baca lebih lanjut

Hadis-hadis Kaum Nashibi yang Dishahihkan oleh Ahli Hadis [Bagian Kedua]

Hadis-hadis Kaum Nashiibi yang Dishahihkan oleh Ahli Hadis [Bagian Kedua]

.

Oleh: Syeikh Hasan bin Farhan al Maliky

Sumber: http://almaliky.org/news.php?action=view&id=1683

Bagi yang belum membaca bagian pertama (mukadimah) pembahasan/kajian ini silahkan membacanya disini: https://abusalafy.wordpress.com/2017/04/28/hadis-hadis-nasibi-yang-ditashih-bag-1/

Hadis pertama: Hadis Mu’adz bin Jabal, diriwayatkan oleh Ahmad, Ibn Hibban, Ibn Abi Ashim, ath-Thabrani dan lainnya, dan redaksinya dari Mu’adz; saya akan sebutkan beserta sanadnya supaya jelas keberadaan nashibi di dalamnya.

.

.

رووا الحديث من طريق أبي المغيرة الحمصي (عبد القدوس بن صالح): حدثني صفوان بن عمرو حدثني راشد بن سعد عن عاصم بن حميد السكوني عن معاذ بن جبل قال؛ لما بعثه رسول الله صلى الله عليه واله وسلم إلى اليمن، خرج معه رسول الله يوصيه، معاذ راكب، ورسول الله تحت راحلته؛ فلما فرغ قال: (يا معاذ إنك عسى أن لا تلقاني بعد عامي هذا، لعلك أن تمر بمسجدي وقبري، فبكى معاذ خشعاً لفراق رسول الله ثم التفت رسول الله نحو المدينة فقال – وهنا الشاهد -) إن أهل بيتي هؤلاء يرون أنهم أولى الناس بي! وإن أولى الناس بي المتقون! من حيث كانوا، اللهم إني لا أحلُّ لهم فسادَ ما أصلحتُ وَايْمُ اللَّهِ لَيَكْفَؤُونَ أُمَّتِي عَنْ دِينِهَا كَمَا يُكْفَأُ الْإِنَاءُ فِي الْبَطْحَاءِ» اهـ !!!

.

Mereka meriwayatkan sebuah hadis dari jalur Abu Mughirah al-Himshi (Abdul Qudus bin Shalih) : Telah bercerita kepadaku Shafwan bin Amr, telah bercerita kepadaku Rasyid bin Sa’ad dari Ashim bin Humaid as-Sukuni dari Mu’adz bin Jabal, ia berkata: Ketika Rasulullah saw mengutusnya ke Yaman, Rasulullah keluar bersamanya dan berwasiat kepadanya, ketika itu Mu’adz sedang menunggangi kuda sementara Rasulullah saw. berada di bawah tunggangannya, dan saat ia berhenti, beliau berkata: (Wahai Mu’adz mungkin engkau tidak akan berjumpa denganku setelah tahun ini, semoga engkau melewati masjid dan kuburanku, lalu Mu’adz menangis dengan tertunduk karena akan berpisah dengan Rasulullah saw., setelah itu Rasul saw. menoleh ke arah Madinah dan berkata – dan di sini ada saksinya) Sesungguhnya Ahlul Baitku memandang bahwa mereka adalah manusia paling utama bagiku! Sesungguhnya manusia paling utama di sisiku adalah orang-orang yang bertakwa! Darimanapun mereka. Ya Allah sungguh aku tidak menghalalkan bagi mereka keburukan yang telah aku perbaiki, Dan demi Allah mereka telah memalingkan umatku dari agamanya seperti wadah yg terbalik di sungai.

Baca lebih lanjut

Hadis-hadis Kaum Nashibi yang Dishahihkan Ahli Hadis [Bag. 1]

Video: Bagi Raja dan Amir-Amir Arab Saudi Syariat Islam Hanya Berlaku Di Dalam Negeri!

Video: Bagi Raja dan Amir-Amir Arab Saudi Syariat Agama Hanya Berlaku Di Dalam Negeri

Raja Arab Saudi memasang gelar sendiri untuk dirinya “Khadimul Haramain” (Pelayan dua kota suci Makkah dan Madinah, biar terkesan Islami – Istilah ini menggantikan gelar yang mereka pasang sebelumnya di depan nama Raja yaitu صاحب الجلالة الملك [Paduka Raja Yang Agung], penggantian gelar ini tidak lama setelah peristiwa penyerangan Masjidil Haram oleh Juhayman al-Otaybi seorang salafy yang muak melihat kehidupan keluarga kerajaan yang bertentangan dengan syariat Islam. Sementara untuk para amir masih tetap disematkan gelar kebangsawanan صاحب السمو الملكي [Paduka Pangeran Yang Mulya, ]).

Raja Arab Saudi Mengklaim negaranya negara Islam dan pemerintahannya pemerintahan Islami, maksudnya berlandaskan dan menjalankan syariat Islam. Seperti wanita dilarang menyetir mobil, bepergian sendiri, dan larangan bersalaman pria dengan wanita yang bukan muhrim, dan banyak lagi hal-hal yang syar’i yang harus diikuti di negara otoriter, negara tanpa DPR yang dipilih rakyat ini.

Apakah benar negara tersebut konsekwen menjalankan syariat Islam? nati dulu, sistem kerajaan yang turun temurun sendiri adalah sistem bid’ah dholalah yang bertentangan dengan Islam dan  tidak pernah diajarkan Nabi saw, tidak pernah dilakukan salaf saleh khususnya empat khalifa. Klaim-klaim tersebut sah-sah saja tapi faktanya, negara ini untuk menjaga keamanan negaranya saja harus membayar milyaran dollar kepada Amerika Serikat (AS) sekutu terdekatnya, di Saudi terdapat banyak pangkalan militer AS, membina hubungan baik secara rahasia maupun terang-terangan dengan Zionis Israel yang memusuhi Islam dan menjajah tanah Islam Palestina, Lebanon dan Suriah.  Baca lebih lanjut

Apakah Allah Akan Menolong Bangsa Paling Pendusta di Muka Bumi ini?

Apakah Allah Akan Menolong Bangsa Paling Pendusta di Muka Bumi ini?

Oleh: Syaikh Hasan bin Farhan Al Maliky

Sumber: http://almaliky.org/news.php?action=view&id=106

hasan_Farhan

 Apakah Allah Akan Menolong Bangsa Paling Pendusta di Muka Bumi ini?

Perhatian saya tertuju pada pernyataan jajak pendapat yang dilakukan Stasiun TV al-Jazirah, Qatar beberapa waktu lalu tentang pasukan Suriah: “Apakah mereka adalah tentara penjajah ataukah Tentara Nasional?” Dan hasilnya lebih dari 90% responden menunjukkan bahwa mereka adalah pasukan penjajah! Walaupun pertanyaannya bisa saja tidak menggunakan bentuk yang kasar semacam ini, namun saya terkejut dengan hasilnya. Baca lebih lanjut

Mana Yang Lebih Terang Petunjuknya Atas Wasiat: Ini Adalah Khalifahmu Setelahku? Atau: Sebagaimana Aku Lebih Berhak Atas dirimu, Maka Orang Ini Juga Lebih Berhak atas Dirimu?

Mana Yang Lebih Terang Petunjuknya Atas Wasiat: Ini Adalah Khalifahmu Setelahku? Atau: Sebagaimana Aku Lebih Berhak Atas Dirimu, Maka Orang Ini Juga Lebih Berhak atas Dirimu? 

Oleh: Syeikh Hasan bin Farhan al Maliky

Sumber: http://almaliky.org/news.php?action=view&id=1425

hasan_Farhan

Pengacauan setan itu bersifat umum, ia mendorong penganut Ahlusunnah agar meninggalkan nash yang jelas dan gamblang. Ia mendorong Syiah agar menambah-nambah dan menyajikan hadis-hadis yang tidak relevan, baik ia dha’if ataupun palsu.

Pada hadis-hadis yang shahih sudah cukup, tetapi setan menginginkan agar si Muslim hilang dalam kesia-siaan, siapapun dia. Yang ini hilang/tenggelam dalam pengingkaran dan fanatisme, dan yang itu hilang dalam menetapkan dan berlebih-lebihan!

Mana Yang Lebih Terang Petunjuknya Atas Wasiat: Ini Adalah Khalifahmu Setelahku? Atau: Sebagaimana Aku Lebih Berhak Atas dirimu, Maka Orang Ini Juga Lebih Berhak atas Dirimu? Baca lebih lanjut

Sanad [Hadis] Wasiat Berdeba dengan Dalil-dalil Wasiat!

Sanad [Hadis] Wasiat Berdeba dengan Dalil-dalil Wasiat!

Pembacaan Atas Sebagian Dalil Wasiat.

Oleh: Syeikh Hasan Farhan al Maliki

Sumber: http://almaliky.org/news.php?action=view&id=1424

Hasan Farhan

Kami bersaksi bahwa Nabi saw. telah menyampaikan Risalah, melaksanakan amanat dan menjalankan perintah-perintah Allah dengan jelas seperti diperintahkan Allah. Perselisihan para pendahulu-lah yang menyeret terjadinya perselisihan di kalangan generasi pelanjut, dan kami tidak harus bertanggung jawab atas mereka; tidak berkewajiban membela siapapun dan mencarikan uzur untuk seorang pun. Kami -pertama-tama – hanya berkewajiban mengikuti nash, kemudian mengimani nash, petunjuk dan penjelasan dan keterangannya…

Yang saya maksud dengan Sanad-sanad Wasiat dalam artikel sebelumnya adalah sanad-sanad [hadis] yang menyebut redaksi ‘Wasiat’ secara terang, seperti:

.

 هذا وصيي

 علي وصيي

‘Orang ini adalah Washi [pengemban Wasiat] ku’,

‘Ali adalah Washi-ku.’ dll

Adapun yang saya maksud dengan dalil-dalil ‘Wasiat’ [Kepemimpinan] maka ia jauh lebih luas. Bahkan Wasiat itu boleh jadi datang dengan redaksi-redaksi lain yang lebih luas, lebih shahih dan lebih tegas, seperti Hadis Ghadir misalnya. Hadis Ghadir dan Hadis Manzailah itu mutawatir. Baca lebih lanjut

Sanad-sanad [Hadis] Wasiat.

Sanad-sanad [Hadis] Wasiat

.

Sumber: http://almaliky.org/news.php?action=view&id=1422

Oleh: Syeikh Hasan bin Farhan al Maliky

hasan_Farhan

Di antara contoh yang saya kaji dan teliti adalah tentang tema ‘Wasiat’ yaitu hadis-hadis Wasiat; apakah Nabi saw. berwasiat untuk Imam Ali (sebagai Pemimpin Tertinggi umat Islam pasca beliau_red) atau tidak?

Dahulu, di masa awal saya menuntut ilmu, saya memastikan kepalsuan hadis-hadis tersebut, dan itu adalah dusta dan kepalsuan Syi’ah, dan sanad-sanadnya tidak lebih dari sekedar dua atau tiga sanad saja… tetatpi, wouw, ternyata sangat mencengangkan….!

Keistimewaan khusus Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib sangat banyak dan spesial dalam kualitasnya. Dan Imam Nasa’i –penulis kitab Sunan- telah berbuat baik ketika menulis buku: Khashaish Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib/Keistimewaan-keistimewaan Khusus Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib. Dan setiap dari masing-masing khashaish itu shahih. Dan para ulama Salafy telah meneliti dan menshahihkan sebagian besar khashaish itu. Dan dengan sangat terpaksa mereka harus membantah Ibnu Taimiyah dalam sikap fanatiknya ketika menolak sebagian keistimewaan khusus yang telah mencapai kemutawatiran.  Baca Lebih lanjut

Imam Ali Antara Sunni Dan Syi’ah

Imam Ali Antara Sunni Dan Syi’ah

Oleh: Syaikh Hasan bin Farhan Al Maliky

Sumber:  http://almaliky.org/news.php?action=view&id=359

hasan_Farhan

Imam Ali adalah sebuah makna dan bukan sekedar kepribadian historis yang menonjol.

Ia merangkum seluruh makna yang indah….

Ia adalah jalan di antara jalan-jalan mengenal Alah.

Di sini, dalam kesempatan ini saya akan menyebutkan kebaikan-kebaikan Ahlusunnah dan kebaikan-kebaikan Syi’ah tentang tema Imam Ali dan sekaligus mengkritisi Syi’ah dan juga Ahlusunnah tentangnya. Dan dalam hemat saya kedua kelompok Muslim ini telah berbuat baik dari satu sisi dan telah berbuat buruk dari sisi lain. Baca lebih lanjut

Penipuan Gelar Sektarian (4): Nawashib

Penipuan Gelar Sektarian [4]: Nawashib

Oleh: Syeikh Hasan bin Farhan al Maliky

Sumber: http://almaliky.org/news.php?action=view&id=351

Hasan Farhan

Hari ini kami akan berbicara tentang kaum Nawâshib. Ia adalah redaksi/gelar yang rumit dan menyebabkan keterpojokan, khususnya bagi kaum Salafy, dan mereka berharap andai redaksi/gelar ini dijauhkan dan dilupakan karena sesungguhnya merekalah yang sedang dituduh oleh kaum Syi’ah dan juga oleh sebagian Ahlusunnah bahwa sebagian tokoh mereka terjangkit penyakit kenashibian atau bahkan sebagai seorang Nâshibi….
Gelar ini juga membuat repot bagi sebagian Ahlusunnah yang moderat, karena sebagian Syi’ah men-generalisir (menyamaratakan) untuk dijatuhkan kepada Ahlusunnah.

Ia (An Nushb/Nashibi/Nawashib) adalah sebuah redaksi/lafadz yang butuh untuk diurai dan diganti dengan redaksi lain yang bersifat Syar’i [berbasis nash-nash Islami]. Redaksi ini sepeti halnya juga redaksi-redaksi kemazhaban lainnya yang akan lebih afdhal bagi pemikiran pembaharuan Islam untuk diganti dengan redaksi Syar’i. Tetapi izinkan saya menggunakannya sebelum tuntas uraian tentangnya kemudian mengkiritisinya, lalu saya akan mengganti redaksi itu dengan redaksi Syar’i untuk istilah ini. Baca lebih lanjut

Penipuan Gelar Sektarian (3) Catatan Tentang Al Jahmiyah dan Rafidhah


Penipuan Gelar Sektarian (3): 

Catatan Atas Edisi: 1 & 2 Tentang Al Jahmiyah dan Rafidhah!

Oleh: Syeikh Hasan bin Farhan al Maliki.

Sumber: http://almaliky.org/news.php?action=view&id=345

Hasan FarhanPada edisi pertama telah kami bincangkan tentang khurafatnya gelar Jahmiyah, dan sesungguhnya tidak ada di muka bumi seorang yang mengatakan: Aku seorang berfaham Jahmiyah. Dan tidak benar/valid akidah atau mazhab yang dinisbatkan kepada Jahm, tidak juga sebuah buku karangan yang ia tulis. Jahm hanya seorang pejuang yang bangkit melawan (kezaliman) bani Umayyah, dan ia terbunuh pada tahun 128 H di Khurasan dalam Revolusi yang dipimpin al Harits bin Suraij yang terkenal.

Dan pada edisi kedua kami telah bicarakan tentang gelar Rawafidh/Rafidhah, bahwa sesungguhnya tidak ada seorang pun di muka bumi ini yang berkata saya seorang Rafidhah (kecuali segelintir orang di hari-hari ini dan itupun dalam rangka pertengkaran kemazhaban). Dan sesungguhnya asal muassal gelar itu adalah ditetapkan untuk orang yang menolak membela Imam Zaid dan untuk fase sejarah tertentu dan Imam Zaid tidak memaksudkan mengabadikan dan melegalisasi gelar itu sebagaimana beliau juga tidak menggunakannya untuk orang yang menolak kekhalifahan Abu Bakar dan Umar, karena mereka tidak menolaknya ketika gelar Rafidhah itu disematkan oleh Imam Zaid kepada mereka, dan bahkan andai mereka menolaknya pun gelar itu bukan demikian konotasinya. Baca lebih lanjut

Kenali Setan Pasti Kamu Mengenal Partai Setan!

Kenali Setan Pasti Kamu Mengenal Partai Setan!

Persembahan Untuk Ekstrimis Salafi Yang Haus Darah Dan Gila Permusuhan!

Oleh: Syaikh Hasan Farhan al Maliky.

Sumber: http://almaliky.org/news.php?action=view&id=1230

Siapa yang memusuhi seluruh dunia, seluruh mazhab dan seluruh aliran … dst; dan ia menyangka bahwa berdasarkan syari’at ia wajib memusuhi mereka semua?!

Orang seperti itu adalah sedang mengikuti setan dalam agenda permusuhan. Dan orang yang mengikuti setan dalam agenda permusuhan pasti ia mengikuti setan dalam agenda-agenda setani lainnya. Permusuhan dan kebencian adalah agenda besar setan, maka sucikan dirimu dari kedua agenda setan tersebut!

Hasan FarhanSejelek-jeleknya orang yang sesat adalah orang yang menyangka bahwa dirinya termasuk orang-orang yang mendapatkan hidayah, petunjuk Allah! Karenanya setan dengan mudahnya menuangkan agendanya ke dalam diri orang seperti itu karena kedunguannya, maka ia membinasakan dirinya sebagai jongos setan.

Kenali setan pasti kamu mengenal partainya! Baca lebih lanjut

Penipuan Gelar Sektarian (2): Gelar Rafidhah Adalah Khurafat!

Penipuan Gelar Sektarian (2)

Gelar Rafidhah Adalah Khurafat!

Oleh: Syaikh Hasan bin Farhan al Maliky

Sumber: http://almaliky.org/news.php?action=view&id=333

Hasan FarhanSeperti telah lewat kita bicarakan pada edisi sebelumnya tentang gelar Jahmiyah dan sesungguhnya itu adalah nama untuk sekte yang tidak pernah maujud di atas muka bumi, dan sesungguhnya Jahm bin Shafwân adalah seorang pejuang berbasis politis yang bangkit (menentang penguasa tiran), dan ia tidak meninggalkan sebuah karya tulis/kitab atau warisan pemikiran, dan ideologis dan juga tidak memiliki murid-murid, dan tidak ada seorang pun di muka bumi mengaku dirinya seorang Jahmi. Serta tidak shahih sanad tentang pemikiran/pendapat yang dinisbatkan kepadanya. Jadi jahmiyah adalah gelar khurafat (yang tidak ada wujudnya). Demikian yang telah kita buktikan dalam edisi sebelumnya.

Kini kita akan mengupas gelar khurafat kedua yaitu gelar Rafidhah. Dan pada edisi yang akan datang kita akan kaji tentang gelar Nawâshib.

Mari kita mulia dengan mengupas tengang gelar Rafidhah.

Gelar atau sifat ini pertama kali dilontarkan/diluncurkan oleh Sang pejuang; Zaid bin Ali pada tahun 122 H untuk menggelari sekelompok orang Syi’ah yang menolak membelanya dalam perjuangannya tersebut ketika ia bangkit melawan Hisyam bin Abdil Malik dikarenakan perselisihan mereka dengan Zaid dalam masalah kekhalifahan atau dalam masalah keutamaan Abu Bakar dan Umar.

Penamaan itu bersifat politis dan temporer dialamatkan kepada mereka karena mereka menolak…. Titik! Ia bukan penamaan bersifat agamis untuk mereka yang menolak kekhalifahan Abu Bakar dan Umar, seperti yang setelah itu disalah-gunakan demi kepentingan mazhab. Baca lebih lanjut