Sanad-sanad [Hadis] Wasiat
.
Sumber: http://almaliky.org/news.php?action=view&id=1422
Oleh: Syeikh Hasan bin Farhan al Maliky
Di antara contoh yang saya kaji dan teliti adalah tentang tema ‘Wasiat’ yaitu hadis-hadis Wasiat; apakah Nabi saw. berwasiat untuk Imam Ali (sebagai Pemimpin Tertinggi umat Islam pasca beliau_red) atau tidak?
Dahulu, di masa awal saya menuntut ilmu, saya memastikan kepalsuan hadis-hadis tersebut, dan itu adalah dusta dan kepalsuan Syi’ah, dan sanad-sanadnya tidak lebih dari sekedar dua atau tiga sanad saja… tetatpi, wouw, ternyata sangat mencengangkan….!
Keistimewaan khusus Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib sangat banyak dan spesial dalam kualitasnya. Dan Imam Nasa’i –penulis kitab Sunan- telah berbuat baik ketika menulis buku: Khashaish Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib/Keistimewaan-keistimewaan Khusus Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib. Dan setiap dari masing-masing khashaish itu shahih. Dan para ulama Salafy telah meneliti dan menshahihkan sebagian besar khashaish itu. Dan dengan sangat terpaksa mereka harus membantah Ibnu Taimiyah dalam sikap fanatiknya ketika menolak sebagian keistimewaan khusus yang telah mencapai kemutawatiran.
Dan melalui pengalaman pribadi saya, saya menemukan keanehan tentang keutamaan Sabahat Agung yang Mukjizat ini [Ali adalah Mukjizat Nabi saw., seperti dikatakan oleh al Waqidi]. Keanehannya adalah saya tidak mengkaji dan meneliti sebuah keutamaan, fadhîlah beliau yang dahulu saya pandang/yakini dhaif atau palsu melainkan itu [keutamaan/keistimewaan itu] mengokohkan dirinya dan menyeret syawâhid/bukti-bukti pendukung yang dikuatkan oleh qarînah–qarînah [petunjuk penguat] dan dibuktikan oleh riwayat-riwayat lain senada yang shahih.
Dan aku tidak mengkaji dan meneliti sebuah keutamaan pesaing Imam Ali bin Abi Thalib, yang dahulu aku anggap/pandang shahih atau bahkan mutawatir kecuali ia runtuh, baik sanad maupun matannya.. Ia butuh bukti-bukti pendukung dan sirnalah qarînah– qarînah [petunjuk penguat]nya… dan terbukti untukku cela padanya. Ini dalam kebanyakan. Adapun yang nadir/jarang/langka tidak bisa dijadikan patokan.
.
.
Di antara contoh yang saya kaji dan teliti adalah tentang tema ‘Wasiat’ yaitu hadis-hadis Wasiat; apakah Nabi saw. berwasiat untuk Imam Ali atau tidak?
Dahulu, di masa awal saya menuntut ilmu, saya memastikan kepalsuan hadis-hadis tersebut, dan itu adalah dusta dan kepalsuan Syi’ah, dan sanad-sanadnya tidak lebih dari sekedar dua atau tiga sanad saja… tetatpi, wouw, ternyata sangat mencengangkan….!
Aku, bersama berlangsungnya penelitian melihat berbilangnya jalur-jalur riwayat tentangnya, dan para perawinya saling menguatkan, dan semakin jelas tampak riwayat-riwayat senada dan bukti-bukti pendukungnya, sehingga aku melihat pendha’ifan saya atasnya hanya sekedar terseret mengikuti hawa nafsu, kebencian yang samar/ terselubung kepada keluarga Nabi saw., dan hanya karena penentangan kepada Syi’ah yang sama sekali Allah tidah pernah mangharuskan saya menentang mereka maupun menentang selain mereka, dan semata karena menyalahi kaidah teoritis yang telah ditetapkan oleh Ahli Hadis.
Aku mendapati sanad-sanadnya yang bersifat Sunniyah sangat banyak dan sangat kuat, dan juga jalur-jalurnya berbilang baik dari sisi sanad-sanad atau makna-maknanya yang kokoh dan bukti-bukti pendukung senada.
Saya tidak ingin berpanjang-panjang… saya tidak akan menyajikan hasil kajian dan penelitian saya di sini. Ia sangat panjang. Kajian tentang Wasiat milik saya menyerupai sebuah kitab lengkap, dan yang menyeret saya kepadanya adalah penelitian dan kajian saya dengan tajuk: Persaudaraan Terbesar antara Nabi saw. dan Ali bin Abi Thalib as. dalam dua jilid besar belum sempat dicetak. Di sini saya hanya ingin sekedar mengisyaratkan semata, tidak lain, kepada nama-nama para Sahabat dan Tabi’în yang telah meriwayatkan hadis-hadis Wasiat [Nabi saw. kepada Ali]. Asy Syaukani –kendali ia seorang Salafy dan penentangannya kepada kelompok Zaidiyah- telah menulis buku khusus tentang penetapan Wasiat untuk Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib. Dan bukunya telah dicetak.
Ringkas Kata:
Aku menemukan Wasiat ini telah diriwayatkan dari puluhan Sahabat dan Tabi’în, dan dari sumber-sumber Sunni, di samping hadis-hadis mursal-nya para Tabi’în [yang tanpa menyebut perantara yang menyambungkan riwayat mereka kepada Nabi saw.] serta khutbah-khutbah dan bait-bait syair… dll. Dan sebagiannya, sanadnya lemah, hanya saja di antaranya ada yang shahih dan hasan, dan itu sudah cukup, di samping kemutawatiran gelar Washi untuk Ali bin Abi Thalib sebagai sebuah pemahaman umum, bahkan di kalangan mereka yang memerangi beliau, seperti suku bani Dhabbah, Amr bin ‘Âsh dan orang-orang yang semisal mereka, dan itu terjadi di waktu yang sangat dini.
Sebagai contoh: inilah nama-nama para Sahabat dan sebagian Tabi’în yang meriwayatkan Wasiat baik berupa hadis maupun berbagai âtsâr di berbagai kesempatan. Dan saya pun belum mencakup seluruh mereka:
- Ali bin Abi Thalib. -Seorang Sahabat terkenal-. Riwayat-riwayat darinya banyak jalurnya, dan kami telah mengkhusukan kajian tentangnya.
- Salman al Farisi –Sahabat yang masyhur- kami telah khususkan menyajikan sepuluh jalur. Satu di antaranya sesuai dengan syarat [Imam] Muslim.
- Anas bin Malik –Sahabat terkenal- dalam kajian tentang ‘Mempersaudarakan, Muâkhâh, dari tiga jalur, kami telah khususkan kajian tentangnya.
- Abu Dzar –seorang Sahabat yang terkenal-.
- Abu Ayyub Al Anshari –seorang Sahabat yang terkenal-.
- Jabir bin Abdillah al Anshari –seorang Sahabat yang terkenal-.
- Buraidah bin al Hashîb Al Aslami –seorang Sahabat yang lama dan terkenal-.
- Ibnu Umar –seorang Sahabat yang terkenal-.
- Al Hasan bin Ali –seorang anggota Ahlulbait yang dikerudungi dengan kain selimut oleh Nabi saw.-
- Al Husein bin Ali –seorang anggota Ahlulbait yang dikerudungi dengan kain selimut oleh Nabi saw.-
- Abu Said al Khudri –seorang Sahabat yang terkenal-.
- Dzuaib Al Aslami –seorang sahabat-.
- Ali bin Ali al Hilali –seorang sahabat-.
- Khuzaimah bin Tsabit [di antaranya adalah yang ia gubah dalam bait-bait syairnya pada hari peperangan Jamal], seorang Sahabat terkenal yang ikut serta dalam perang Badar.
- Hassân bin Tsabit dalam bait-bait syair terkenalnya, -seorang Sahabat terkenal-.
- Hubsyi bin Junadah [kami telah khususkan kajian tentangnya], seorang Sahabat terkenal-.
- Ibnu Abbas, –seorang sahabat terkenal-.
- Al Fadhl bin Abbas bin Utbah bin Abu Lahab… –seorang Sahabat-.
- Abu al Haitsam bin at Tayyahan, –seorang Sahabat terkenal yang ikut serta dalam peperangan Badar dan Bai’at Ridhwan-.
- Nu’man bin ‘Ajlan az Zurqi –seorang Sahabat-.
- Atsar-nya Sulaiman bin Shurad al Khuza’i, –seorang Sahabat-.
- Atsar ‘Amr bin al Hamq al Khuzâ’i –seorang Sahabat terkenal-.
- Atsar Muhammad bin Abi Bakar –seorang Tabi’in-.
- Atsar Kudair adh Dhabbi –ia seorang Sahabat tetapi, kaum Nawashib mendha’ikannya karena ucapannya bahwa Ali adalah seorang Washi-.
- Hujur bin Adiy dalam bait-bait syairnya pada hari peperangan Jamal dan juga pada kisah [sebab] dibunuhnya beliau, –seorang Sahabat terkenal-.
- Jarir bin Abdillah -dicatat sebagai Sahabat Nabi saw.
- An Najjâsyi –seorang Tabi’in-.
- An Nadhr bin ‘Ajlân al Anshari.. –seorang Sahabat-.
- Abdurrahman bin Dzuaib al Aslami …–seorang Sahabat-.
- Al Mughirah bin al Harits bin al Muththalib.. –seorang Sahabat-.
- Al Mundzir bin Abi Humaishah [atau Humaidhah] al Wadâ’i –seorang Tabi’in-.
- Abul Aswad ad Du’ali… dalam Diwan [kumpulan syair-syairnya] –seorang Tabi’in-.
- Said bin Qais al Anshari … –seorang Sahabat-, mungkin yang dimaksud dengannya adalah Qais bin Sa’ad-.
- Rusyaid al Hajari… –seorang Sahabat-.
- Jabir al Ju’fi –seorang Tabi’in-. ia didha’ifkan karena meyakini konsep Wasiat [seperti dalam atsar Sufyan bin ‘Uyainah].
- Atsar ‘Amr bin al Âsh … ia seorang sahabat yang Nashibi [sangat membenci Ahlulbait/keluarga Nabi saw.].
- Atsar ‘Amr bin Uhaihah dalam pujiannya untuk Imam Hasan dalam perang Jamal.
- Abdullah bin Abi Sufyan bin al Harits dalam bait-bait syairnya…
- Abdurrahman bin Ju’ail dalam bait-bait syairnya…
- Umar bin Hâritsah al Anshari… dicatat sebagai Sahabat Nabi saw.
- Atasr al Asytar an Nakha’i… seorang Tabi’in agung. Ia berkata tentang Ali: ‘Dia adalah Washiy-nya para washi …
Ini sekedar contoh yang saya kumpulkan dengan tergesah-gesah dari sekelompok Sahabat dan Tabi’in yang telah meriwayatkan hadis-hadis dan atsar, serta khutbah-khutbah tentang Wasiat [Nabi saw. untuk Ali bin Abi Thalib].
Adapun perincian tentangnya butuh kepada waktu yang panjang… misalnya:
Jalur-jalur riwayat Salman telah diriwayatkan dari delapan jalur:
- Mathar dari Anas dari Salman [dan dalam sebagian jalur hanya dari Anas saja].
- Muthair bin Abi Khalid dari Anas dari Salman [dan sebagian jalurnya tidak menyebut nama Salman].
- Abu ‘Isham dari Anas dari Salman.
- Ja’far bin Ziyad dari Mathar dari Anas.
- Ka’ab bin Sûr dari Salman.
- Samak bin Harb dari Abu Sa’id al Khudri dari Salman.
- Jarir bin Abdil Hamîd al Kindi dari beberapa Syeikh dari kalangan sukunya dari Salman.
- Qais bin Mînâ dari Salman.
Hadis-hadis [riwayat-riwayat mereka] yang agung jenisnya seperti hadis Wasiat telah diperangi habis-habisan oleh bani Umayyah dan bani Abbas … para parawinya telah diserang habis oleh penguasa dan arus/kelompok yang mengikuti para penguasa, sampai-sampai mereka mendha’ifkan sebagian Sahabat seperti Kudair adh Dahbbi dikarenakan ia memanggil Ali dengan panggilan: ‘Salam atas Washi’… penguasa bersikap sangat kejam, tidak berbelas-kasihan kepada orang yang menerjang garis merah mereka. Dan tidaklah aneh dalam hal ini. Karena iman yang lemah akan berbuat apa saja yang lebih dari itu. Yang saya terheran atasnya adalah sikap semberono para Ahli Hadis dalam menuruti dan mengekor kepada para penguasa dan pola pikir mereka dalam memerangi keutamaan, Fadhâil Imam Ali, ketika mereka menemukan bahwa hadis-hadis itu adalah berbahaya atas serangkaian konsep akidah mereka, sampai-sampai mereka menuduh sebagian Sahabat sebagai perawi Dha’if/ lemah atau bahkan Munafik jika itu diperlukan.[1] Padahal mereka [Ahli Hadis] mengklaim meyakini konsep keadilan seluruh Sahabat!! Tetapi kami temukan mereka, apabila si Sahabat itu berani meriwayatkan sedikit dari keutamaan-keutamaan khusus itu yang dapat merusak akidah mereka tentang urutan pengutamaan para Sahabat [bahwa Abu Bakar-lah yag lebih utama atas Ali _red] mereka segera mendha’ifkan Sahabat itu!!
Ini sesuatu yang aneh…
Iya, mereka akan bersikap toleran terhadap hadis-hadis yang tidak mereka fahami darinya dapat merobohkan pondasi akidah kemazhaban mereka yang telah mapan… Tetapi mereka tidak akan berbelas-kasih dan bersikap obyektif terhadap hadis-hadis yang jelas-jelas mereka fahami membahayakan, seperti hadis tentang Wasiat [Nabi saw. untuk Ali]; mereka tidak akan bersikap toleran dan berbelas-kasih terhadap para parawinya. Sampai-sampai jika perlu untuk mendha’ifkan para Sahabat pun pasti akan mereka lakukan!!
Hanya kepada Allah kami meminta pertolongan.
Alangkah lemahnya manusia ini; alangkah dekatnya kezaliman, dusta dan fatanik butanya serta hawa nafsunya di kala ia kepepet..
Aku tidak yakin ada seorang yang akan menyingkap hakikat manusia seperti Imam Ali as.; Ali telah membuka mereka di saat ia hidup dan setelah ia wafat… dan membuka [kedok mereka] di kala mereka masih hidup dan setelah kematian mereka.. Dan benarlah Rasulullah saw. ketika bersabda:
لا يحبه إلا مؤمن ولا بغضه إلا منافق
‘Tiada mencintainya [Ali] kecuali orang Mukmin dan tidak membencinya kecuali orang munafik.’
Ya Allah jauhkan kami dari kemunafikan walaupun ia manis rasanya… dan bimbinglah kami kepada keimanan yang jujur walaupun ia sulit dan diperangi.
_______________________
CATATAN KAKI
[1]. Kajian tentang Sahabat Nabi ahli Badar yang dituduh salafy munafik berikut nama-nama mereka silahkan rujuk ke sini: https://abusalafy.wordpress.com/2014/07/19/kemunafikan-salafy-dalam-semangat-membela-sahabat-nabi-saw/
dan jika ingin mendowload kajian Syekh Hasan bin Farhan al Maliky tentang ini (lebih lengkap) dalam bahasa aslinya (arab) silahkan download disini: http://almaliky.org/download.php?action=view&id=22
( صحابة بدريون ولكنهم منافقون…. هكذا يقول السلفيون )
Filed under: Bani Umayah, Ghulat Salafy, Hasan Farhan Al Maliky, Kajian Mazhab, Kenaifan Kaum Wahhabi, Manhaj, Nawashib, Video |
Mantep banget nih pengkajiannya. Sunni banget… he he he. Sunni ua harus patuh kepada Sunnahnya kanjeng Nabi saw bukan malah nentang!!
Syukron katsiron pak abu…
Ada poin masalah :
1. Berpegang pada hadits Tsaqalain (al-Quran dan Ithrah) atau hadits 2 Pusaka (al-Quran dan Sunnah)
2. Ahlul Bait menjadi standar kebenaran bagi umat termasuk shahabat atau justru Shahabat yang menjadi standarnya.
3. Akidah “sukut fi ma syajara baina shahabah” dalam sorotan
4. Apakah dgn hanya melihat Nabi saww terus seseorang disebut shahabat lalu otomatis adil
5. Maratib manusia terbaik setelah Nabi saww seperti yg diajarkan selama ini perlu kah dikaji ulang
6. apakah kita termasuk ikut paham ” ma wajadna alaihi abaana….” atau ikut nash……
7. dll
Semua dpt dinetralisir dgn mengimani hadits Ghadir apa adanya dan tanpa takwil2 yg membingungkan. Perlu diingat caci maki bukan ajaran Ahlul Bait as.
Tanggapan santai aja mas yujarshif…Sebaiknya pahaman sunni secara umum mesti dikaji ulang ataupun diluruskan sebab untuk hal yang mendasar dan pokok, yang menjadi sandaran dalam beragama yang mesti diikuti setelah Nabi SAW saja masih membingungkan dan kesasar, bisa dibayangkan masalah-masalah ibadah dan lainnya. Padahal semua tau bahwa islam hanya ada 2 gol. besar Sunni dan Syiah, apa susahnya mempelajari kedua-duanya membaca literatur2 kita dan mereka dengan berbekal akal dan hati yang bersih pasti akan ditemukan kebenaran karena semua ingin selamat
“Mereka yang mendengarkan berbagai pendapat dan mengikuti yang terbaik dari itu, merekalah orang yang diberi petunjuk oleh Allah Swt. dan mereka adalah orang yang berpikir..(Al Az Zumar :18}
Kata Imam Ali: Jika ada 2 pandangan yang berlawanan yang satunya pasti kesesatan
Kesimpulannya: Bahwa dengan bersandar dengan hadits wasiat: Hadits Al Ghadir kum, Tsalaqain, Ayat Mawaddah, safinah, Madinatul Ilmu, bahtera dll telah terang benderang bahwa Imam Ali as.lah dan keturunannya penerus kenabian secara de jure (Nas, dalil dan akal)
bukan yang lain. Syiah 12 imam lah yang mengikuti mereka secara hakiki. Kalaupun ditemukan kesalahan atau kekurangan pada mereka, wajarlah sebagai manusia biasa tetapi dasarnya mereka sudah benar. Dibanding kita Sunni ???? Mengapa mesti berlarut2 dan berpanjang-panjangan dalam segala macam perdebatan yang sia-sia, Tapi begitulah Nafsu !!? Salam bagi mereka pencari kebenaran
@abusalafy:
Sayangnya, sanad2 wasiat yg disebutkan nama perawi Sahabat atau Tabi’in di atas tidak disebutkan nama kitab2 yg memuatnya. Jadinya tidak bisa dicek rujukannya. Bisakah dilengkapi dgn nama kitab2 rujukan dari semua sanad hadis2 wasiat tsb?
Di atas disebutkan: Asy Syaukani telah menulis buku khusus tentang penetapan Wasiat untuk Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib. Apa nama kitab karya Al-Syawkani tersebut?
Abusalafy:
Karena ini tulisan lepas jadi tidak dilengkapi dgn detail rujukan dan rincian sanadnya…
Mudah-mudahan dalam kesempatan lain beliau menulis artikel tentangnya.