Bukti Lain Ijma’ Ahlusunnah Bahwa Allah SWT Tidak Bertempat: Bantahan Untuk Salafy-Wahhâbi! (3)
Kendati telah banyak bukti yang diajukan ulama Islam bahwa Allah adalah Dzat Yang Maha Suci dari kebutuhan kepada tempat, baik melalui bukti naqli (Al Qur’an dan Sunnah) maupun bukti aqli/akal sehat (yang sebagian dari bukti-bukti itu telah kami beber panjang lebar dalam artikel-artikel kami di sini), namun entah mengapa, kaum Wahhâbi/Salafi, khususnya yang tenggelam dalam pemujaan kepada kaum Mujassimah tetap saja tidak mau tau… bahkan mereka semakin menjadi-jadi dengan mengklaim bahwa akidah menyimpang itu adalah mewakili akidah Islam murni yang mereka warisi dari para Salaf Shaleh dan dari para ulama; fukaha, muhaditsûn dan mufassirûn klasik.
Ayat-ayat yang muhkamât dan hadis-hadis yang shahih dan sharîh tidak juga mereka gubris… mereka lebih suka bergelimang dalam kubangan ayat-ayat mutasyâbihât dan berbangga-bangga dengan menyanyikan lirik lagu yang dirilis oleh para tokoh Mujassimah Musyabbihah! Kesepakatan para fukaha’, para muhaddis, mufassir dan mutakallim mereka campakkan di belakang punggung-punggung mereka… mereka tutup telinga dan mata serta akal mereka dari mendengar, menyaksikan dan memperhatikan serta merenungkan semua bukti yang diajukan…
Hadis Jâriyah selalu menjadi hadis andalan yang selalu mereka bacakan… sementara ketarngan ulama Islam tentangnya mereka abaikan… seakan mereka mengatakan bahwa kami hanya mau berukuk kepada Al Qur’an dan Sunnah.. adapun keterangan para ulama, maka kami tidak sudi menggubrisnya, kecuali jika ia sesuai dengan apa yang ada dalam pikiran kami!
Satu ulama akan mereka puji dan mereka sematkan seribu satu gelar kebanggaan ketika ia memberikan keterangan yang mendukung keyakinan mereka… dan jika dalam masalah yang lain ia menyelishi mereka, mereka pun segera mengugat dan mengatakan tidak ada kewajiban kecuali mengikuti Al Qur’an dan Sunnah… sementara yang mereka maksud adalah Al Qur’an dengan pemahaman kaum Mujassimah Musyabbihah dan Sunnah yang shahih tidaknya disesuaikan kebutuhan dan pemaknaannya pun diatur agar tidak sejalan dengan akidah mereka… Demikian yang sering kita saksikan dari penyandang penyimpangan!
Karenanya, kami di sini akan sebutkan ketarangan ulama tentang hadis Jâriyah kendati telah kami bincangkan masalah hadis ini panjang lebar dalam sebuah artikel kami yang kami bongkar juga kecurangan Syeikh ahli hadis kebanggaan kaum muda Salafi; Nâshiruddîn al Albâni.
Imam Muslim dalam afrâd-nya[1] meriwayatkan dari jalur Mu’awiyah ibn al Hakam:
.
قال: وكانت لي جارية ترعى غنما لي قبل أحد والجوانية، فاطلعت ذات يوم فإذا الذيب قد ذهب بشاة من غنمها وأنا رجل من بني آدم آسف كما يأسفون، لكني صككتها صكة فاتيت رسول الله (ص)،فعظم ذلك علي،قلت:يا رسول الله أفلا أعتقها؟! قال:”ائتني بها” فأتيته بها؟ فقال لها:”أين الله؟ ” قالت: في السماء . قال : ” من أنا؟” قالت:أنت رسول الله. قال:”أعتقها فإنها مؤمنة
“Abu Ja’far ibn Muhammad ibn ash Shabâh dan Abu Bakar ibn Abi Syaibah menyampaikan hadis…. “Aku memiliki seorang budak perempuan yang mengembala kambing-kambingku sebelum Uhud dan Jawaniyah. Pada suatu hari aku saksikan seekor srigala menyambar seekor kambing gembalaannya, karena aku seorang anak Adam (manusia biasa) maka aku menyesalinya seperti mereka juga menyesalinya. Hanya saja aku menempelengnya dengan sekali tempelengan, kemudian aku mendatangi Rasulullah saw., aku menyesali perbuatanku. Aku berkata, “Wahai Rasulullah, apakah perlu aku memerdekakan dia?” Beliau bersabda, “Bawa dia kemari!” Maka aku bawa ia menghadap beliau. Beliau bertanya kepadanya, “Di mana Allah?” Ia menjawab, “Di langit.” Siapa aku?, lanjut Nabi. ‘Engkau Rasulullah’, jawabnya. Maka Beliau bersabda, “Merdekakan dia! Sesungguhnya ia seorang mukiminah.”[2]
Abu Salafy Berkata:
Atas dasar inilah kaum Wahhâbi-Salafi bersikeras bahwa Allah bertempat di langit. Maha suci Allah dari pensifatan kaum jahil.
Tetapi, coba perhatikan keterangan ulama Islam tentangnya dan tentang hadis-hadis/nash shifât serupa lainnya. Perhatikan apa kata Imam Nawawi dan Imam Qahdi Iyâdh tentangnya… pasti Anda segera tahu bahwa pemahaman sebagian kaum Mujassimah benar-benar menyelisihi akidah ulama Islam.
Imam Nawawi dalam syarah Shahih Muslim mensyarahi hadis di atas sebagai berikut ini:
هذا الحديث من أحاديث الصفات وفيها مذهبان تقدم ذكرهما مرات في كتاب الايمان: أحدهما : الايمان به من غير خوض في معناه مع اعتقاد أن الله تعالى ليس كمثله شئ وتنزيهه عن سمات المخلوقات، والثاني : تأويله بما يليق به ، فمن قال بهذا قال: كان المراد امتحانُها هل هي موحدة تقر بأن الخالق المدبر الفعال هو الله وحده وهو الذي إذا دعاه الداعي استقبل السماء كما إذا صلى المصلي استقبل الكعبة وليس ذلك لانه منحصر في السماء كما أنه ليس منحصرا في جهة الكعبة، بل ذلك لان السماء قبلة الداعين كما أن الكعبة قبلة المصلين، أو هي من عبدة الاوثان العابدين للاوثان التي بين أيديهم فلما قالت في السماء علم أنها موحدة وليست عابدة للاوثان.
Sabdanya: , “Di mana Allah?” Ia menjawab, “Di langit.” Siapa aku?, lanjut Nabi. ‘Engkau Rasulullah’, jawabnya. Maka Beliau bersabda, “Merdekakan dia! Sesungguhnya ia seorang mukiminah.” Hadis ini termasuk hadis-hadis shifât. Tentangnya ada dua pola pandang/mazhab, telah lewat penyebutannya berulang kali dalam Kitabul Îmân. Salah satu dari mazahab itu adalah: mengimani tanpa mendalami maknanya dengan disertai I’tiqâd bahwa Allah –Ta’alâ- tidak menyerupai-Nya sesuatu apapun dan menyucikan-Nya dari sifat-sifat makhluk.
Mazahab kedua: mena’wilkannya dengan makna yang sesuai dengan (Kemaha Sucian) Dzat-Nya. Yang berpendapat kedua ini ia berkata, ‘maksud hadis ini adalah ujilah dia apakah ia mengakui bahwa Dzat Maha Pencitpa, Maha Pengatur dan Maha Berbuat sesuai kehendak-Nya adalah Allah Yang Maha Esa. Dialah yang jika dimintai oleh seorang peminta ia menghadap kearah langit, seperti jika ia shalat ia menghadap ke Ka’bah. Hal itu bukan dikarenakan Allah itu terkungkung di langit, sebagaimana Dia juga tidak terkungkung di bumi. Hal itun dikarenakan bahwa langit adalah kiblat para pemohon, sebagaimana Ka’bah adalah kiblat orang-orang yang shalat.. atau dia (si budak perempuan itu) seorang pnyembah berhala.
Qadhi iyâdh berkata:
لا خلاف بين المسلمين قاطبة فقيههم ومحدثهم ومتكلمهم ونظارهم ومقتدهم أن الظواهر الواردة بذكر الله تعالى في السماء كقرل الله تعالى {ءأمنتم من في السماء أن يخسف بكم الارض} ” ونحوه ليست على ظاهرها بل متأولة عند جميعهم …
“Tidak ada perselisihan di antara seluruh kaum Muslimin, baik kalangan ahli fikih (fukaha), muhaddis (ahli hadis), mutakallim (ahli teologi Islam), pemerhati (masalah-masalah ketuhanan dan filsafat), maupun para mukallid bahwa zahir nash-nash yang datang dengan menyebut Allah –Ta’alâ- di langit seperti firman Allah:
أَ أَمِنْتُمْ مَنْ فِي السَّماءِ أَنْ يَخْسِفَ بِكُمُ الْأَرْضَ فَإِذا هِيَ تَمُورُ.
“Apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang di langit bahwa Dia akan menjungkir balikkan bumi bersama kamu, sehingga dengan tiba-tiba bumi itu berguncang.” (QS.al Mulk;16 )
Dan semisalnya tidaklah dimaknai apa adanya secara zahir. Menurut mereka semua ia harus dita’wil.
Dan di antara para muhaddis dan mutakallim yang menetapkan sisi atas tanpa pembatasan dan tanpa mentakyif, mereka mena’wilkan maksud kata fi as samâ’ dengan ‘ala as samâ’ (di atas). Dan kaum cerdik cerdas dari kalangan mutakallimun dan penyuci Allah dengan menafikan adanya batasan dan kemustahilan sisi bagi Allah SWT mereka mena’wilkannya dengan ta’wil yang sesuai dengan konteks nashnya. Mereka menyebutkan seperti yang telah lewat disebutkan.
……. Dan apakah ada bedanya antara yang menetapkan bentuk/takyîf bagi Allah dan menetapkan sisi (tempat)/jihah bagi-Nya….
.
Abu Salafy:
Dari sini jelas bagi Anda bagaimana hakikat akidah ulama Islam dalam masalah-masalah nash-nash sifat yang telah menjebak kaum Salafiyyûn dan menjerat mereka dalam lembah akidah tajsîm tanpa mereka sadari dan tanpa mereka mengerti…. Mereka tidak menoleh kepada konsekuensi dari apa yang mereka yakini… semoga Allah melimpahkan anugerah-Nya untuk kita semua dan dijaga akidah kita dari penyimpangan. Amîn.
Di bawah ini Anda dapat perhatikan scan syarah Nawawi atas Shahih Muslim:
[1] Afrâd adalah bentuk jamak dari kata fard, artinya tunggal. Maksud dari istilah ini ialah bahwa hadis itu hanya diriwayatkan Imam Muslim seorang, Imam Bukhari tidak meriwayatkannya dalam Shahih-nya.
[2] Shahih Muslim dengan syarah Imam an Nawawi,5/20-25.
Filed under: Akidah, Akidah Tajsim & Tasybih, Fatwa Jenaka Wahabi, Fatwa Pensesatan, Ibnu Abdul Wahab, Kajian Hadis, Kasyfu asy Syubuhat, Kenaifan Kaum Wahhabi, Menjawab Web/Blog Wahabi/Salafy |
Sependapat
http://www.awqaf.ae/Fatwa.aspx?SectionID=9&RefID=4018
Wahabi mengancam islam dan dunia
http://watan.com/10/news.html/35-news-extra/21652-2010-04-26-20-24-39.html
waaaaaaaaaaaaaaaaah
kelihatannya wahabi lagi sibuk cari hadis yg shahih untuk membantah artikel kang aby tapi g ketemu2
akhirnya biasanya ngomong, f ilmiah, fitnah,mengecam ulama,bidah atau seketemunya yg penting bisa jawab
wahabi banyak curang… main akal-akalan … suka pemplesetkan ucapan para imam ahlu Sunah wal jamah.. Abu hanifah ucapannya dicatut… tapi tidak dimengerti atau pura-pura bodoh-bodohan akan makna ucapannya.
mau bukti? baca nih keterangannya:
Dimana Allah?
Al Imam Abu Hanifah -semoga Allah meridlainya- berkata :
“Barangsiapa yang mengatakan saya tidak tahu apakah Allah berada di langit ataukah berada di bumi maka dia telah kafir”. (diriwayatkan oleh al Maturidi dan lainnya).
Al Imam Syekh al ‘Izz ibn ‘Abd as-Salam asy-Syafi’i dalam kitabnya “Hall ar-Rumuz” menjelaskan maksud Imam Abu Hanifah, beliau mengatakan : “Karena perkataan ini memberikan persangkaan bahwa Allah bertempat, dan barang siapa yang menyangka bahwa Allah bertempat maka ia adalah musyabbih (orang yang menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya)”. Demikian juga dijelaskan maksud Imam Abu Hanifah ini oleh al Bayadli al Hanafi dalam Isyarat al Maram.
Al Imam al Hafizh Ibn al Jawzi (W. 597 H) mengatakan dalam kitabnya Daf’u Syubah at-Tasybih :
Maknanya: “Sesungguhnya orang yang mensifati Allah dengan tempat dan arah maka ia adalah Musyabbih (orang yang menyerupakan Allah dengan Makhluk-Nya) dan Mujassim (orang yang meyakini bahwa Allah adalah jisim: benda) yang tidak mengetahui sifat Allah”.
Al Hafizh Ibnu Hajar al ‘Asqalani (W. 852 H) dalam Fath al Bari Syarh Shahih al Bukhari mengatakan :
“Sesungguhnya kaum Musyabbihah dan Mujassimah adalah mereka yang mensifati Allah dengan tempat padahal Allah maha suci dari tempat”. Di dalam kitab al Fatawa al Hindiyyah, cetakan Dar Shadir, jilid II, h. 259 tertulis sebagai berikut:
“Adalah kafir orang yang menetapkan tempat bagi Allah ta’ala “. Juga dalam kitab Kifayah al Akhyar karya al Imam Taqiyyuddin al Hushni (W. 829 H), Jilid II, h. 202, Cetakan Dar al Fikr, tertulis sebagai berikut :
“… hanya saja an-Nawawi menyatakan dalam bab Shifat ash-Shalat dari kitab Syarh al Muhadzdzab bahwa Mujassimah adalah kafir, Saya (al Hushni) berkata: “Inilah kebenaran yang tidak dibenarkan selainnya, karena tajsim (menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya dan meyakini bahwa Allah adalah jisim –benda-) jelas menyalahi al Qur’an. Semoga Allah memerangi golongan Mujassimah dan Mu’aththilah (golongan yang menafikan sifat-sifat Allah), alangkah beraninya mereka menentang Allah yang berfirman tentang Dzat-Nya (Q.S. asy-Syura : 11) :
Maknanya: “Dia (Allah) tidak menyerupai sesuatupun dari makhluk-Nya dan Dia disifati dengan sifat pendengaran dan penglihatan yang tidak menyerupai pendengaran dan penglihatan makhluk-Nya”. WaAllahua’lam
Bagaimana Dengan Firman Alloh Subhnanhuwata’ala “(Yaitu) Tuhan Yang Maha Pemurah Yang Bersemayam diatas Arsy” QS 20:5) dalam beberapa surat lain Alloh mengulang FirmanNya tersebut.mau dipalingkan kemana lagi firman Alloh tersebut??kewajiban kita hanya mengimani sifat Alloh yang Alloh Sifatkan kepadaNya tanpa menta’wil pent.
saya orang awam memang membenarkan allah SWT bersemaya di ARSy,karena logika nya nabi muhammad hijrah dari mekah ke madinah diajak malaikat jibril untuk menemui allah SWT (wahyu perintah mengerjakan sholat) dan nabi pergi keatas langit dengan buraq untuk menemui allah swt.
dan masih samapi saat sekarang di peringati maulid nabi
sastro arangnya kok bloon sih orang kata2 Abu hanifah harus di wujudkan ketentuanya kok di balik kalo ndak paham ndak usah berdalil, sebutkan dalam kitab yang sama ucapan beliau yang lain, kenapa kamu sembunyikan
wahaboy detected !!!
Saya ulangi komentar saya di artikel setelah ini agar pembaca bisa membandingkan dengan hati yang bersih mana yang benar.
Silakan baca artikel bantahan dari ustadz firanda berikut:
http://www.firanda.com/index.php/artikel/31-bantahan/76-mengungkap-tipu-muslihat-abu-salafy-cs
sungguh kebenaran sudah sangat jelas, para ulama telah berkonsensus bahwa Allah istiwa di atas berada di atas…
Ustadz Firanda berkata:
((Abu Salafy menolak keberadaan Allah di atas karena meyakini hal ini melazimkan Allah akan diliputi oleh tempat yang merupakan makhluk. Maka kita katakana, aqidahnya ini menunjukan bahwasanya Abu Salafylah yang terjerumus dalam tasybiih, dan dialah yang musyabbih. Kenapa…??. Karena Abu Salafy sebelum menolak sifat Allah di atas langit ia mentasybiih dahulu Allah dengan makhluk. Oleh karenanya kalau makhluk yang berada di atas sesuatu pasti diliputi oleh tempat. Karenanya Abu Salafy mentasybiih dahulu baru kemudian menolak sifat tingginya Allah.
Ternyata hasil aqidah yang diperoleh Abu Salafy juga merupakan bentuk tasybiih. Karena aqidah Abu Salafy bahwasanya Allah tidak di dalam ‘alam dan juga tidak di luar alam merupakan bentuk mentasybiih Allah dengan sesuatu yang tidak ada atau sesuatu yang mustahil (sebagaimana telah dijelaskan dalam point kelima di atas). Jadilah Abu Salafy musyabbih sebelum menolak sifat dan musyabbih juga setelah menolak sifat Allah.))
Adapun untuk nukilan diatas ada penjelasannya sendiri insyaallah , semoga Allah memberikan waktu luang bagi para ustadz untuk menjelaskannya.
Allahu yahdik
Ustadz,
Mohon dijelaskan tuduhan dari Ustadz Firanda dibawah ini:
http://www.firanda.com/index.php/home/31/76-mengungkap-tipu-muslihat-abu-salafy-cs
Apakah benar, banyak kutipan/nukilan yang Ustadz Abu Salafy tuliskan (terkait dari isi Kitab Syaikh Manshur Al-Baghdadiy) TIDAK ADA SANAD nya.
Demi Allah, saya berharap Ustadz Firanda sudah berdusta berani menuduh/beranggapan demikian pada Ustadz.
Tapi seandainya MEMANG TERBUKTI TIDAK ADA SANAD nya, semoga Allah memudahkan Ustadz untuk mengoreksi dan mengklarifikasi.
Insya Allah…Kita semua diperhatikan Allah
———
Terkait topik diatas, bagaimana penjelasan dari Ulama SALAF? karena Imam NAWAWI adalah Ulama KHALAF.
Mohon penjelasannya
Semoga kita semua bisa lebih SALAF dibanding FIRQOH SALAFI/WAHABI
Amin
Abu Salafy:
Salam akhi fillahi.
perlu dimengerti oleh semua yang ingin bertakhim kepada kebenaran, bahwa kitab aqidah atau kitab tentang fiqar itu adalah bukan kitab hadis, sehingga janga keburu nafsu ketika menyaksikan ada sebuah riwayat/hadis yang disebutkan tanpa sanad bahwa hadis itu tidak bersanad! Tentu bagi yang hendak mengetahui sanadnya harus berujuk kepada kitab-kitab hadis yang menyajikannya lengkap dengan sanad!
Sementara ini jawaban saya. Semoga dikesempatan lain insya Allah tulian ustadz Firanda akan ditanggapi.
ditunggu bos jawabane…
Memang si Abu Salafy adalah yg bicaranya banyak bohong dan suka berkelit kalau gak membuat argumen yg benar.Jelas2 ada ayat yg me nyatakan”Allah bersemayam diatas ‘Arasy”,itu sdh cukup menjadi dalil . Bagaimana caranya “istiwa”(bersemayam) itu hanya Allah yg mengetahui.Kok anda terlalu keras kepala sih!!
Abusalafy:
Tolong jelaskan apa arti dan kamsud kata bersemayam? Dan apa bedanya dengan kata DUDUK?? TERIMA KASIH
mas fansabu salafy
mas walah2 wong wahbi wae omongane kok mbok percoyo. wong akeh ngapusine wae
ben sak omong2e sing penting artikele kang
abu salafy sangat di butuh remaja d sekitar saya.
makanya selalu saya nanti2kan.
maju terus kang abu.selamat berkarya
Gak semstinya seorang yg berilmu berbicara tanpa adab..karena seseorang yang telah memiliki keilmuan untuk berijtihad seperti syeikh Ibnu Taimiyah dan ulama2 lainnya apabila ada kesalahan dalam berijtihad kita tetap harus menghormatinya..apalagi jika yg antum tuduhkan itu tidak benar, ingatlah sabda Nabi Sholallohu Alaihi Wassalam “Barangsiapa mengatakan kepada seorang mukmin yang tidak ada padanya maka tempatnya di Asgotal Khobar”
menghormati yang ngaco,jd ikut2an ngaco dong,gmna sih abu luthfi ini?jngn ngco ah…
@ Utadz Abu Luthfi -rasanya kurang pas…kalo kita harus menghormati hasil Ijtihad dari orang yang ujung-ujungnya jadi kekisrusahan antar umat seiman- bagaimana banyaknya Caci maki yang keluar dari lubuk hati yang paling dalam dari ALBANI dan tuduhan – tuduhan miring terhadap Ulama yang tidak sefaham dengannya – bahkan Rasyid Redha (dlm Al-Manar/kitab suci WAHABI) dengan mudah mencacimaki Sahabat Rasulullah saw dan Ulama terdahulu…inikah yang anda maksudkan penghormatan itu…..wassalam.
BERTAUBATLAH PARA PENGIKUT TAREKAT TASAFUF, PENGEKOR HAWA NAFSU , SUFIAH JANGAN JADIKAN HAWA NAFSU DAN AKALMU SEBAGAI TUHAN IKUTILAH ALQURAN DAN SUNNAH YG DIPAHAMI DENGAN PEMAHAMAN PARA SAHABAT DAN ORANG ORANG YANG MENGIKUTI MEREKA , JANGAN JADIKAN KHUROFAT DAN BID”AH KALIAN SEBAGAI DALIL
justru anda yg mengekor hawa nafsu, anda tidak tahu apa anda maknanya tasawuf, hati dan dan akal yg telah diberikan untuk memahami kekuasaan Allah,SWT, anda bisa mengatakan khurofat dan bid’ah padahal anda yg melakukan bi’ah, merubah tempat sa’i, mendiding tempat melampar jumroh yg merupakan rukun wajib Haji, dll lain yg tdk perlu di sebutkan, belajar2, menolak bermazhab pdhl anda sndiri b’mazhab dan b’taqlik dgn abdul wahab(Sekte Wahabi)
setuju..
waaaah elmugriwa ini lebih ngaco lg,ilmunya cetek.
Asslm’lkm..Heee..Elmugiwara…..Bertaubatlah dulu anda sebelum menyuruh orang lain bertaubat..apakah anda sudah merasa orang yang paling benar ?? paling suci ..anda sudah merasa sbagai ahli syurga?? dan yg tdk sependapat dgn anda sbgai ahli neraka..?? wehehe..hebat betul sampean sudah berani mengatakan dpet tiket & merasa bakal dapet syurga..shingga ahli tasawuf anda hina dan anda rendahkan..!! apakah Rosululloh SAW mengajarkan yg demikian..?.hee..Elmugiwara tahukah anda dari mana ilmu yg anda peroleh sudahkah anda telusuri sanad ilmu anda atau jangan jangan hanya mentok sampai muhammad bin abdul wahab(Dedengkot Wahhabi) atau hanya mengeku\or pada ibnu taimiyah atau pd ajaranya bin baz saja (ulama2 yg keblinger tapi sudah taubat sebelum mati ) sayang sekali orang2 dijaman akhir (termasuk sampean) malah pilih ajaranya yg salah yg di ikuti ,yg kalau mengambil dalil yg sesuai selera saja (ajaran sebelum mereka berdua bertaubat ??)..hiihihi udah begitu anda merendahkan para ahli tasawuf,ahli dzikir dan orang 2 sufi,..yang mereka itu adalah orang 2 ahli ilmu dan amal..mereka orang2 yg sangat tekun dalam menjalankan perintah Allah (beribadah) dan sangat takut melakukan dosa pd Allah SWT .. terus anda ini seperti apa.. “ngaca dong ?? sudah kah anda menjadi ahli ibadah dan ahli amal ,juga apakah anda sudah sangat takut akan melakukan dosa walau sekecil zarroh seperti mereka,.. sehingga mereka itu tidak cinta dunia seperti dunia yg anda cintai…???!! Heee..Almugiwara..’renungkan’ .ngaca dulu ya sblm berkomentar..?? wsslm
pokoknya kalau yang ngomong wahabi udah banyak yang nggak percaya
karena ulahnya sendiri
ketimbang bin baz, ibnu tai miyyah atau abdul waaaahwab malah lebih baik pilih fir’un
Subhanalloh, ini perkataan kufur…
to khoiruddin
Ya jelas dong, kalau si firaun memang sudah jelas sesatnya jadi gak akan bikin orang yang ingin selamat ikut sesat, tetapi kalu dul wahhab dan tai miyah ini sering bicara agama layaknya ulama tetapi dalam pembicaraannya banyak sekali kesesatan, jadi orang yang berhati baikpun bisa tersesatkan oleh olahnya.
Setujuuu
setuju banget…
smoga ALLOH mengabulkan keinginanmu
g usah ngurusi preman pasar seng
tidak selayaknya mulut yang kotor ini mencerca para ulama, dulu belanda membayar Snock Hogronje untuk merusak Islam khususnya dalam upaya membantu penjajah Belanda untuk ‘menaklukkan Islam’. Mengikuti jejak orientalis Yahudi, Ignaz Goldziher, yang menjadi murid para Syaikh al-Azhar Kairo, Snouck sampai merasa perlu untuk menyatakan diri sebagai seorang muslim (1885) dan mengganti nama menjadi Abdul Ghaffar. Dengan itu dia bisa diterima menjadi murid para ulama Mekkah. Posisi dan pengalaman ini nantinya memudahkan langkah Snouck dalam menembus daerah-daerah Muslim di berbagai wilayah di Indonesia.sehingga Snouk menyemprotkan fitnah yang besar, yaitu terhadap Ulama besar Syaik Muhammad Ibn Abdul Wahab, untuk mengatakan wahabi yang dimana istilah wahabi itu keluar dari MULUT SNOUK HOGRONJE UNTUK MEMBUAT BENCI kaum Muslimin terhadap Assyaikh Muhammad ibn Abdul Wahab sehingga dia bilang Wahabi, wahabi, wahabi, padahal kata itu berasal dari lafdz Al Wahab salah satu Nama Allah Yang baik ( Asmaul Husna ) dan kata wahabi itu penisbatan nama Allah Al Wahab yang disandarkan kepada syaikh Muhammad ibn Abdul Wahab, itu perkataan kufur yang anda semprotkan kepada kaum awam , sungguh anda melakukan perkataan DUSTA terhadap kaum Muslimin, anda Tahu bahwa anda mengunakan nama NU, Muhammadiyah, Islam, sedangkan KH. Hasyim Asy ‘ari pendiri NU , Ahmad Dahlan Pendiri Muhammadiyah mereka adalah Santri – Santri Assyaikh Muhammad abdul Wahab, mas., kayaknya mas memprovokasi kaum muslimin, dan mas maka nama Abu Salafi /y sungguh penipuan yang nyata dan dosa yang besar,menipu kaum muslimin, menipu Ummat islam , masih banyak kesalahan anda , siapapun nama Anda, anda berarti menyarakan Kata Wahabi berarti anda sama dengan orang- orang belanda dan orang – orang Perancis dalam memprovokasi ummat Islam, Beliau ada di alam kubur , mas abu Salafy. anda membuat fitnah dan ghibah, anda tidak selayaknya nengatas namakan Imam Nawawi ,ulama Ahlus Sunnah, tapi anda mas abu salafi, membumbui kebohongan- kebohongan, sungguh sesat, anda ini, saya berlepas diri dari anda mas abu salafi dan Pengikutmu,
atas kaum muslimin Indonesia
Abu Khanza
Menurut Van Koningsveld, pemerintah kolonial mengerti benar sepak terjang Snouck dalam ‘penyamarannya’ sebagai Muslim. Snouck dianggap oleh banyak kaum Muslim di Nusantara ini sebagai ‘ulama’. Bahkan ada yang menyebutnya sebagai “Mufti Hindia Belanda’. Juga ada yang memanggilnya “Syaikhul Islam Jawa”. Padahal, Snouck sendiri menulis tentang Islam: “Sesungguhnya agama ini meskipun cocok untuk membiasakan ketertiban kepada orang-orang biadab, tetapi tidak dapat berdamai dengan peradaban modern, kecuali dengan suatu perubahan radikal, namun tidak sesuatu pun memberi kita hak untuk mengharapkannya.” (hal. 116).
Abu khanza
tinggalkanlah Wahabisme , sungguh seluruh ciri-ciri aliran sesat ada semuanya di Wahabi meskipun dibungkus dengan nama ” Salafy”.
den bagus Elmugiwara mau jadi orang tasawuf g gampang tdk semua orang bisa maka jumlah g banyak tp pilihan. lha kalau cuma seperti wahabi setiap orang bisa dan banyak kalau pada mau tnggal bidah2kan kafir2kan fitnah2kan, kan cuma gitu inti ajarannya tapi setelah masuk banyak pada kecewa keluar lagi itu yg terjadi kan
memangnya wahabi itu jujur?
memangnya wahabi itu jujur?
coba tanya pada rumput yang goyang……………………
to abu khanza
Tujukkan bukti kalau Syaikh Hasyim Asyary pendiri NU adalah santri Muhammad bin Abdul Wahhab, jangan suka menyebarkan kebohongan terhadap umat Islam !!!!
@abu khanza
bos menimba ilmu itu boleh dari siapa saja,bahkan dr seorang penjahatpun silahkan masalahnya disini yg pas dan baik untuk d laksanakan sesuai dg tuntunan itu yg mana gitu to bos kan tdk semua ilmu yg didapat harus d kerjakan .
misalkan anda belajar ilmu tentang nipu pada seorang guru nipu kan anda tdk harus melaksanakan (menipu ) pada murid2 anda apa lagi melkasaakan .gitu kan bos tks ( maaf ini misalkan aja lhooo bos)
@abu khonza..abu salafy sama sekali tidak berdusta atas imam nawawi rh..saya sendiri lihat kitab syarah shohih muslim..isinya sama persis dengan terjemahan pak abu salafy..saya heran, and abu khonza asal mnuduh aja..anda sama aja sedang mempertontonkan kebodohan anda sendiri..ga tau malu..penampilan kalian yg sok islamy ga mencerminkan sama sekali jiwa dan ilmu kalian…kalian benar2 bodoh..ga bisa ngbedain yg bnar & yg salah..kalian tertipu oleh fitnah akhir zaman..kami tidak mau jadi kambing conge kyk kalian..hanya diam dan mendengarkan tanpa meneliti..ujung2nya menuduh org tanpa bukti..
untuk menjawab topik seperti ini saya punya pertanyaan: mengapa dalam Sunnah Rasul Kumis harus dicukur tetapi Janggut tidak Dicukur? : jawaban seperti ini tidak bisa dijawab spontat oleh Ilmu Fisika, mungkin butuh bertahun tahun untuk menjawabnya. jawaban yang cepat untuk pertanyaan saya diatas adalah : Sebagai Ciri Khas, sebagai model, sebagai monumen, sebagai Identitas fisik.
@ abu khanza, anda itu baca buku apa ..??? kok jadi ngawur begini , kalau mau baca Sejarah Islam itu harus punya niat baik dan bersikap netral , supaya segala sesuatunya terkuak dengan jelas .
Kalau membaca tulisan anda yang penuh emosi untuk menuduh …yaaa boleh-boleh saja , tapi harus anda terangkan dan dibuktikan kesalahannya itu dimana … anda jangan mau hidup di dua alam yaitu alam WAHABI dan Alam Islam Suni , disatu sisi anda membenarkan bahwa Islam Suni itu berjalan pada Jalur yang lurus sesuai dengan Al-Qur’an dan Sunah , disisi lain anda mengutuk WAHABI ( Abdul Wahab ) sebagai Provokator.
Anda tak perlu kecil hati , saya tetap difihak anda dan mendukung pendapat anda kalau Syekh Abdul Wahab itu memang kurang waras. wassalam.
lebih baik kita tinggalin aja situs BUSUK INI,, situs ini memcah kaum muslimin.
to Akhi (Abu Khanza)….
Sabar akhi…..disini sudah terlihat celaan2/hinaan yg mereka lontarkan menunjukkan akidah mereka sebenarnya. tidak usah ditanggapi.
Smg dimudahkan langkah kita menuju Al Haq.
Abu Fadlan
abu fadlan ini ngco ah,sudah jelas abu khanza ngaco malah disuruh sabar,antum jd lebih ngaco,,,
mereka hendak mencela Wahabbiyyun tetapi Allah meninggikan derajat mereka ( Al wahhab = maha pemberi , salah satu dari nama Allah yan Husna, jadi kalau Wahabiyyun = pengikut yang Maha Pemberi, Hanya Allah lah yang Maha Memberi )
Sufi -Sufi penganut ilmu kalam aliran yang menyesatkan
meninggalkan sunnah dan mengerjakan bid’ah
Bertaubatlah para pengikut hawa nafsu dari kalangan tarekat ikutilah manhajnya Arrasul dan para sahabatnya ( karena mereka adalah salaf/pendahulu kita yang sholeh )
kayakx tawassul itu enak ya kita tinggal minta tlg didoakan sm yg sdh mati walo kita banyak dosa, jd pengen ngerti nnih…tlg tunjukkin sahabat2 besar yg sering ngelakukanx n jalur hadisx jg, terimakasih abu salafy
Cukuplah firman Allah Ta’Ala ;
هُوَ الَّذِي أَنزَلَ عَلَيْكَ الْكِتَابَ مِنْهُ آيَاتٌ مُّحْكَمَاتٌ هُنَّ أُمُّ الْكِتَابِ وَأُخَرُ مُتَشَابِهَاتٌ ۖ فَأَمَّا الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ زَيْغٌ فَيَتَّبِعُونَ مَا تَشَابَهَ مِنْهُ ابْتِغَاءَ الْفِتْنَةِ وَابْتِغَاءَ تَأْوِيلِهِ ۗ وَمَا يَعْلَمُ تَأْوِيلَهُ إِلَّا اللَّهُ ۗ وَالرَّاسِخُونَ فِي الْعِلْمِ يَقُولُونَ آمَنَّا بِهِ كُلٌّ مِّنْ عِندِ رَبِّنَا ۗ وَمَا يَذَّكَّرُ إِلَّا أُولُو الْأَلْبَابِ
“Dialah yang menurunkan Al Kitab (Al Quran) kepada kamu. Di antara (isi)nya ada ayat-ayat yang muhkamaat, itulah pokok-pokok isi Al qur’an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat. Adapun orang-2 yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari ta’wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui ta’wilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: “Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami”. Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal.”
(al-Imron ; 7)
Ass.
SUBHANALLAH… MENGAPA KALIAN MERIBUTKAN SESUATU YANG HARUSNYA DIBICARAKAN DENGAN BAIK TANPA MENYALAHKAN YANG HANYA AKAN MEMPERSEMPIT WAWASAN, YAKINI APA YANG ENGKAU YAKINI, ISLAM BUKAN AGAMA YANG MEMPERSULIT UMATNYA, TAPI MEMPERMUDAH DAN ISLAM TIDAK MENGAJARKAN UNTUK SALING TUDUH MENUDUH TETAPI ISLAM MENGAJARKAN KERUKUNAN DAN BERBAGI ILMU, AL QUR’AN ADALAH PETUNJUK DAN PENYEMPURNA DARI SEMUA AGAMA DI BUMI INI DAN ALAM SEMESTA… SESUNGGUHNYA SEMUA DALAM PETUNJUKNYA…
HALUS SEKALI.. AMAT SANGAT HALUS…YANG SAMPAI PUN TIDAK PERNAH TAHU JIKA DIA SUDAH DI TITIK ITU… JAUH TIDAK BERJARAK.. DEKAT TIDAK BERSENTUHAN… ADA DISETIAP RONGGA… DIA ADA DALAM SEMUA.. TETAPI SEMUA ADA DALAM DIA…
SEMOGA ALLAH MENJADIKAN KITA MANUSIA MAHLUKNYA YANG PALING SEMPURNYA, MENJADI MAHLUK YANG BISA MENGERTI, MEMAHAMI, DAN MENJALANKAN PETUNJUK YANG TELAH ALLAH TETAPKAN DALAM AL QUR’AN.. AMIEN
WASSALAMUALAIKUM
Aku hanya orang awam tentang agama, namun merasa sedih dan prihatin bila melihat sahibku sesama muslim beradu seperti diatas, sehingga disini saya hanya ingin mengamini mas “IKANG”, semoga Allah selalu menyelimuti kita semua dengan berbagai rahmat serta ridho-Nya..
DATANGKAN KEPADA KAMI dasar hukum dari al qur^an dan hadist, yg mengkafirkan kekeliruan mensifati sifat2 Alloh…
apakah pemahaman istawa menjadikan org yg keliru, dianggap kafir
adakah pemahaman al qur^an adl mahluk menjadikan org yg keliru paham ini jdi kafir
ULAMA hanyalah manusia
fatwa dan ijtihad mereka bS benaR bisa saja keliRu
begitu jg ulama2 besar.!.!
saya siap koreksi ini smua jk anda mendatangkan DASAR HUKUMNYA
Janganlah kamu jadikan nafsumu sebagai panglima, kamu cari-cari ucapan ulama yang sesuai dengan nafsumu kamu tinggalkan ucapan ulama yang tidak sesuai nafsumu
Dan paling gamapang cara menjawab apakah perkataan si abu salafy igauan atau bukan, jawablah wahai manusia yang buta hatinya kemakah hatimu kamu tambatkan ketika engkau berdoa,