Membongkar Kepalsuan Syubhat Ustadz Firanda Dalam Buku “Ketinggian Allah Di Atas Makhluk-Nya” (9)

Membongkar Kepalsuan Syubhat Salafi Wahhâbi Tentang Ketinggian Fisikal Allah SWT Di Atas Makhluk-Nya

Menyoroti Pendalilan Kesebelas-Keempat belas Ustadz Firanda

Pendahuluan

Setiap kali Ahlul Batil berbicara mencecer dalil yang mereka anggap mendukung kesesatan akidah Tajsîm dan Tasybîh mereka maka kesesatan dan kajahilan mereka kian terlihat nyata dan kejahilan serta kedunguan mereka menjadi bahan tertawaan kaum uqalâ’/yang berkala sehat! Itulah yang kita saksikan dari para sarjana Salafi Wahhâbi, utamanya Firanda, Ustadz kebanggaan kaum awam Salafi Indonesia. Semakin mereka mencecer apa yang mereka banggakan sebagai dalil kesesatan akidah mereka, maka kejahilan dan kedunguan mereka semakin tanpak nyata!

Pada dalil-dalil lanjutannya, Ustadz Firanda makin mengukuhkan bukti keawaman pemahaman agamanya lebih dari yang telah ia pamerkan melalui syubhat-syubhat sebelumnya.

Untuk menyingkat waktu, saya ajak sobat abusalafy yang cerdas lagi kritis untuk menyimak pendalilan-pendalilan Ustadz Firanda di bawah ini.

Ustadz Firanda berkata:

“Kesebelas: Nabi saw. mengisyaratkan ke atas saat meminta kesaksian kepada Allah SWT. … (kemudian ia menyebutkan penggalan sebuah hadis riwayat Muslim).” (Lihat: Ketinggian Allah Di Atas makhluk-Nya:23)

Abu Salafy berkata:

Pertama-tama yang perlu dimengerti di sini adalah bahwa dalam riwayat itu tidak ada sabda Nabi saw. yang menerangkan bahwa beliau menganggkat tangan ke aras atas itu karena Allah SWT bereda di atas! Tidak ada. Beliau tidak menyabdakan sama sekali apa yang kemudian menjadi akidah Ustadz Firanda!! Apa yang disajikan oleh riwayat di atas tidak lebih dari sebuah tindakan/fi’il. Dan dalâlah Sunnah Fi’liyyah tidak memberikan kepastian akan sebuah petunjuk. Ia multi tafsir/ihtimâlât. Dan seperti dipastikan dalam sebuah kaidah Ushul bahwa sebuah nash jika mengandung multi tafsir maka gugurlah pendalilan dengannya kecuali jika didudkung dan dikukuhkan oleh bukti lain dari luar nash itu sendiri!

Di sini, nash riwayat Muslim di atas hanya menyebutkan bahwa Nabi saw. mengisyaratkan dengan mengangkat jari telunjuk beliau saw. ke arah atas! Tidak lebih dari itu. Lalu apakah dengan serta merta kita memahaminya sebagai bukti bahwa Allah berada dan berlokasi di atas?! Tidaklah terlintas pemahaman seperti ke dalam akal sehat siapa pun kecuali akal-akal kerdil kaum Mujassimah Musyabbihah yang memang sudah terpatri padanya akidah sesat bahwa Allah berada dan berlokasi di arah atas sana! Sementara umat Islam –berdasarkan bukti-bukti tekstual; Al Qur’an dan Hadis, serta bukti-bukti rasional meyakini bahwa: Maha Suci Allah dari bertempat dn berlokasi, baik di atas maupun di arah mana pun. Allah SWT Dzat yang tidak butuh bertempat!

Jadi sekali lagi, pendalilan Ustadz Firanda di atas adalah sesuatu yang dipaksakan dan mengada-ngada!

Menyoroti Pendalilan Kedua Belas Ustadz Firanda

Pendalilan kedua belas Ustadz Firanda ini pasti makin membuat Anda geli terpingkal-pingkal. Bagaimana tidak! Ia berdalil bahwa disunnahkan berdoa sambil menengadahkan tangan menghadap ke atas itu adalah bukti bahwa Allah SWT berada dan berlokasi di atas!! Bukankah ini sangat kekanak-kanakan?! Tetapi janganlah Anda heran, sebab kaum yang telah menggadaikan akal warasnya kepada para masyâikh dungu Wahhâbi di Arab Saudi sana pastilah tidak dapat membedakan antara dalil dan kedunguan. Percayalah!

Saya tidak mengerti apakah Ustadz Firanda dan kaum Mujassimah lainnya telah terlanjur berikrar dan sumpah setia di hadapan arca Latta dan Hubal bahwa mereka akan berjuang terus melastarikan akidah syirik yang memposturisasi Tuhan dan bahwa mereka akan bersikap degil di hadapan semua dalil dan membohongkannya betapa pun dalil itu gamblang dan terang seterang matahari di siang bolong. Dan bahwa mereka akan mencecer segala sesuatu yang dapat mereka cecer untuk mendukung akidah Tajsîm Tasybîh ala kaum Musyrik Arab!!

Perhatikan Ustadz Firanda berdalil:

“Kedua belas: Disunnahkannya seorang yang berdoa menengadahkan tangan menghadap ke atas. … .” setelahnya ia menyebutkan beberapa hadis yang menunjukkan dianjurkannya mengangkat tangan dalam berdoa. (Ketinggian Allah Di Atas Makhluk-Nya:23)

Abu Salafy:

Dalam kesempatan lain telah saya jelaskan bahwa mengangkat kedua tangan ke atas ketika berdoa sama sekali tidak menunjukkan bahwa Allah bertempat dan berlokasi di atas! Sama sekali tidak! Para ulama Islam –selain Mujassimah Musyabbihah, dan Wahhâbi adalah bagian paling aktif di dalamnya- seperti telah saya sebutkan di sana telah menerangkan bahwa arah atas adalah kiblat berdoa sebagaimana Ka’bah adalah kiblat Shalat. Namun karena kaum Salafi Wahhâbi sangat mirip dengan kaum yang disinggung dalam Surah al Kahfi ayat 93:

قَوْماً لا يَكادُونَ يَفْقَهُونَ قَوْلاً

“… suatu kaum yang  hampir tidak mengerti pembicaraan.”

Karenanya saya terpaksa mengulang siapa tau kali ini mereka mau mengerti pembicaraan manusia!

Arah Atas Adalah Kiblat Dalam Berdoa

Dalam kesempatan ini saya akan menyajikan keterangan para ulama Ahlusunnah bahwa menghadapkan tangan ke aras atas itu bukan menunjukkan bahwa Allah bertempat di atas, akan tetapi ia adalah kiblat doa. Dan Allah SWT berhak memerintahkan dan memperhamba kita untuk mengarahkan ke arah mana saja yang Dia kehendaki.

  • Penjelasana Imam Abu Manshûr Al Mâtûridi (W. 333H)

“Adapun mengangkat tangan ke arah langit saat berdoa maka ia murni karena tuntutan ibadah (dalam syariat). Allah berhak memperhamba hamba-hamba-Nya dengan apa saja yang Ia kehendaki dan mengarahkan mereka ke arah mana saja yang Ia kehendaki. Dan jika ada yang menganggap bahwa diangkatnya pandangan ke arah langit karena Allah di arah itu maka ia seperti orang yang menganggap bahwa Allah berada di arah bawah (perut) bumi karena ia meletakkan dahinya di saat sujud baik dalam shalat ataupun di luar shalat. Atau seperti orang yang menganggap bahwa Allah itu berada di sisi barat atau timur karena ia menghadap Allah di saat shalat atau Allah bereda di sisi Mekkah karenanya ia haji menuju kota Mekkah.”[1]

  • Penjelasan Imam Ghazzali

Imam Ghazali berkata dalam kitab al Ihyâ’ (kitab yang sangat dibenci habis kaum Wahhâbi Salafi): “Adapun mengangkat tangan ketika memohon/berdoa ke arah langit maka itu dikarenakan ia adalah kiblat doa. Di dalamnya juga terdapat isyarat bahwa Dzat yang kita berdoa kepadanya adalah menyandang sifat Kemaha-agungan dan Kemaha-perkasaan sebagai peringatan bahwa menuju arah atas adalah sebagai sifat keagungan dan ketinggian. Karena sesungguhnya Dia (Allah) di atas segala sesuatu dengan penguasaan dan penaklukan.”[2]

  • Penjelasan Allamah Muhammad al Husaini az Zabidi

Imam Sayyid Muhammad al Husaini az Zabidi –pensyarah kitab al Ihyâ’– menerangkan perkataan Imam Ghazali di atas sebagai berikut:

Adapun mengangkat tangan ketika memohon/berdoa ke arah langit maka itu dikarenakan ia adalah kiblat doa. (sebagaimana Ka’bah adalah kiblah Shalat. Ia (seorang mushalli) menghadap Allah dengan dada dan wajahnya. Sedangkan Dzat yang kita tuju dengan doa dan shalat kita itu MAHA SUCI DARI BERTEMPAT DI KA’BAH ATAU DI LANGIT.

An Nasafi telah menyinggung masalah ini, ia berkata, “Dan mengangkat tangan dan wajah ketika berdoa adalah murni ta’abbud/arahan agama, persis seperti menghadap Ka’bah ketika shalat. Jadi langit adalah kiblat doa sedangkan Ka’bah adaalah kiblat shalat.”

Di dalamnya juga terdapat isyarat bahwa Dzat yang kita berdoa kepadanya adalah menyandang sifat Kemaha-agungan dan Kemaha-perkasaan sebagai peringatan bahwa menuju arah atas adalah sebagai sifat keagungan dan ketinggian. Karena sesungguhnya Dia (Allah) di atas segala sesuatu dengan penguasaan dan penaklukan. (dan yang menunjukkan hal itu adalah firman Allah:

وَ هُوَ الْقاهِرُ فَوْقَ عِبادِهِ

“Dan Dialah yang berkuasa atas sekalian hamba-hamba-Nya.” (QS. Al An’âm [6];18)

Karena penyebutan status kehambaan (ubûdiyyah) ketika menyebutkan pihak yang Allah di atasnya, menguatkan asumsi penafsiran bahwa yang dimaksud adalah penguasaan dan penaklukan. Dan penulis (Imam Ghazali) telah menyebutkan dengan panjang lebar dalam kitab al Iqtishâd rahasia mengapa menghadapkan ke arah atas dalam berdoa. Harap dirujuk.”[3]

Dalam kesempatan lain beliau juga menegaskan: “Jika ada yang berkata, ‘Apabila Allah Dzat Yang maha Haq itu tidak berada di lokasi/arah tertentu, lalu apa arti mengangkat tangan ke arah langit di saat berdoa?

Maka jawabnya dari dua sisi, seperti disebutkan ath Thurthûsyi[4]:

Pertama: Ia murni penghambaan (sesuai perintah semata), seperti menghadap Ka’bah dalam shalat, menempelkan dahi ketika sujud, dengan tetap meyakini prinsip Kemaha Sucian Allah dari BERTEMPAT DI KA’BAH ATAU DI TEMPAT SUJUD. Maka langit itu seakan ia sebagai kiblat doa.

Kedua: Langit itu adalah tempat turunnya rizki dan wahyu dan rahmat dan keberkahan. … [5]

  • Keterangan Imam an Nawawi dan Al Hafidz Ibnu Hajar

Imam an Nawawi juga menegaskan hal itu dalam syarahnya atas Shahih Muslim. Dan anehnya keterangan Imam Nawawi itu justru ketika ia mensyarahi hadis Jâriyah yang diandalkan sebagai dalil kesembilan oleh Ustadz Firanda. Ini sungguh aneh! Apakah Ustadz Firanda tidak membaca keterangan para ulama Ahlusunnah yang mensyarahi hadis Jâriyah dan ia hanya membuka mata dan telinganya terhadap keterangan kaum Mujassimah seperti Abu Ya’la, Ibnu Taimiyah, Ibnu Qayyim dan para masyaikh Wahhabi yang cupet akal dan pikirannya seperti Bin Bâz, al Utsaimin, al Fauzân, at Uwaijiri dkk!!

Imam Nawawi berkata, “Sesungguhnya langit adalah kiblat untuk para pendoa sedangkan Ka’bah adalah kiblat untuk orang-orang yang shalat.”[6]

Keterangan serupa juga disampaikan para ulama di antaranya al Hâfidz Ibnu Hajar dalam syarah Shahih Bukharinya.

  • Keterangan Mulla Ali al Qâri

Mulla Ali al Qâri berkata, “Langit adalah kiblat doa dengan arti dia adalah tempat turunnya rahmat yang mana ia adalah sebab berbagai nikmat. Dan ia (doa itu) penyebab dicegahnya beragam bencana…. dan Syeikh Abu Mu’în an nasafi panutan dalam disiplin ini menyebutkan dalam kitab at Tamhîd-nya bahwa para muhaqqiqîn telah menegaskan bahwa diangkatnya tangan saat berdoa adalah murni perintah agama.”[7]

  • Keterangan Allamah Al Bayâdhi

Allamah al Bayâdhi al Hanafi berkata: “Diangkatnya tangan di saat berdoa ke arah langit bukan karena Allah Ta’ala berada di atas langit tertinggi, akan tetapi karena ia adalah kiblat doa, karena dari arah itulah kebaikan dinanti-nati dan dan keberkahan diharap turun, sesuai dengan firman Allah:

وَ فِي السَّماءِ رِزْقُكُمْ وَ ما تُوعَدُونَ

“Dan di langit terdapat (sebab-sebab) rezekimu dan terdapat (pula) apa yang dijanjikan kepadamu.” (QS. Adz Dzariyat [51];22)

Disampin adanya isyarat akan sifat Kemaha Agungan dan Keperkasaan yang Iasandang dan bahwa Dia berada di atas makhluk-Nya dengan penaklukan dan penguasaan.”[8]

Saya yakin keterangan para ulama di atas sudah cukup membuktikan bahwa pendalilan Ustadz Firanda atas akidah Tajsîm dan Tasybîh-nya bahwa Allah bertempat di atas dengan dalil di atas adalah sangat rapuh dan sekaligus menggelikan. Karenanya saya tidak akan memperpanjang pembicaraan tentangnya!

Menyoroti Pendalilan Ketiga Belas Ustadz Firanda

Ustadz Firanda –seperti penganut Sekte Sesat Mujassimah lainnya- juga berdalil dengan diperkenankannya penduduk surga memandang Wajah Allah sebagai bukti bahwa Allah berada di atas sana!

Ustadz Firanda Berkata:

“Ketiga Belas: Penjelasan bahwa penduduk Jannah akan melihat Wajah Rabb-nya.

Para ulama menjelaskan bahwa salah satu dalil yang menunjukkan ketinggian Akkah SWT adalah bisa dilihatnya Allah SWT nanti oleh penduduk Jannah. … “ (Lihat: Ketinggian Allah Di Atas makhluk-Nya: 25) Dan setelahnya ia menyebutkan sebuah riwayat bahwa kelak penduduk surga akan melihat Tuhan dengan mata telangjang sebagaimana mereka dahulu di dunia melihat bulan yang tidak terhalang oleh awan.

Abu Salafy Berkata:

Dalam kesempatan ini saya juga tidak akan berpanjang-panjang dalam menanggapi pendalilan Ustadz Firanda di atas. Sebab:

Pertama, ia tidak menyebutkan siapa ulama yang ia katakan telah menyimpulkan dari dilihatnya Allah kelak di akhirat oleh ahli mahsyar atau di surga oleh penduduk surga itu adalah bukti bahwa Allah bertempat dan berlokasi di atas?! Ia hanya mengatakan, “Para ulama menjelaskan bahwa salah satu dalil yang menunjukkan ketinggian Akkah SWT adalah bisa dilihatnya Allah SWT nanti oleh penduduk Jannah.” Siapakah mereka itu? Ustadz Firanda tidak menyebutkan satu nama pun, paling-paling ia hanya mampu menyebut nama para tokoh Sekte Mujassimah Musyabbihah yang memang telah membangun akidah sesatnya di atas anggapan bahwa Allah bertempat dan berlokasi di atas langit!! Adapun para ulama Islam dari kelompok dan mazhab manapun baik Asy’ariyah, al Maturudiyah, Mu’tazilah, Zaidiyah, Syiah Imamiyah dan Abadhiyah tidak mungkin akan menerima akidah sesat tersebut!

Kedua, Memang benar bahwa kebanyakan ulama Ahlusunnah menerima hadis tentang Ru’yah (dapat dilihatnya Allah kelak di akhirat) tetapi pada waktu yang sama mereka menolak jika dikatakan bahwa Allah itu dilihat pada suatu tempat. Maha Suci Allah dari berada di sebuah sudut/tempat dan Maha Suci Allah dari Kaifiyyah!

Perhatikan keterangan para ulama yang dirangkum al Hafidz Ibnu Hajar al Asqallâni dalam Fathu al Bâri-nya ketika ia mensyarahi hadis yang dibawakan oleh Ustadz Firanda di atas.

Al Hafidz Ibnu Hajar dengan tegas mengatakan bahwa prinsip dasar akidah bahwa Allah Maha Suci dari al Jihah wa al kaifiyyah/Maha Suci dari bertempat/berlokasi di sebuah arah/lokasi/tempat tertentu dan Maha Suci dari penetapan cara/bagaimana dilihatnya Allah SWT!

Lebih lanjut baca keterangan al Hafidz Ibnu Hajar dalam Fathu al Bâri,28/204/Kitabu at Tauhid, Bab Qaulillah Ta’âla: Wajûhun yaumaidzin Nâdzirah…

Jadi diterimanya riwayat tentang dapat dilihatnya Wajah Allah di surga atau di alam akhirat sama sekali tidak dengan serta merta membenarkan akidah kaum Mujassimah bahwa Allah berada di atas. Sebab para ulama telah berselisih pendapat tentang esensi dan hakikat MELIHAT ALLAH yang dimaksud dalam hadis dan ayat tersebut! Disamping masih terbuka peluang bagi sebagian dalam menolak keshahihan hadis riwayat tentangnya dan atau ketepatan tafsir dan pemaknaan ayat-ayat tentang Ru’yah!

Menoyoroti Pendalilan Keempat Belas Ustasz Firanda

Dalil keempat belas yang dibanggakan Ustadz Firanda adalah sangat menggelikan dan sekaligus membuktikan keawaman dan kedangkalan pengetahuannya tentang akidah dan hadis! Ia berdalil dengan hadis tertentu yang mengatakan ALLAH TURUN KE LANGIT DUNIA SETIAP MALAM sementara itu ia menutup mata (atau lebih tepat: menutup akalnya) dari memerhatikan hadis-hadis lain yang justeru menjelaskan maksud dari hadis yang ia banggakan tersebut! Di sini ia menggabungkan antara kajahilan dan kedunguan dengan keangkuhan sekaligus! Bagaimana ia tidak mau meluangkan waktunya untuk meneliti hadis andalannya itu dari berbagai sisi periwayatnnya sehingga ia akan menemukan hadis-hadis lain yang juga shahih telah menerangkan bahwa yang dimaksud DENGAN TURUHNYA TUHAN itu adalah TURUNYA MALAIKATNYA!

Ini semua terjadi, selain akibat kebutaan dari hidayah Allah SWT juga karena ia tidak memiliki metodologi yang jelas dalam mengkaji hadis! Ia asal COMOT hadis yang dianggapnya dapat mendukung akidah sesatnya! Kenyataan ini sangat berbahaya sekali, dan sering menjadi penyebab kesesatan si pengkaji!

Ustadz Firanda Berkata:

Keempat belas: Penjelasan tentang turunnya Allah SWT ke langit dunia setiap sepertiga malam yang terakhir.” Setelahnya ia menyebutkan sebuah hadis dati riwayat Bukhari dan Muslim yang ia katakan sebagai hadis mutawatir. (Lihat: Ketinggian Allah Di Atas Makhluk-Nya:25-26)

Abu Salafy Berkata:

Ketahuilah bahwa hadis-hadis yang redaksinya menyebutkan bahwa Allah SWT TURUN ke langit dunia, dzâhir teks/redaksinya bukan yang dimaksud! Sebab mustahil Allah itu berupa JISM sehingga diasumsikan keberadaan-Nya di sebuah lokasi/arah tertentu.. di atas langit ke tujuh atau di atas Arsy kemudian Allah TURUN ke langit dunia! Sebab langit dunia itu adalah makhluk ciptaan Allah, lalu bagaimana kita yakini Allah turun dan berada/bertempat di langit dunia?!

Dengan ini dapat dikatakan bahwa mereka yang meyakini TURUNNYA ALLAH ke langit dunia sebenarnya. Ia sadari atau tidak! Ia akui atau tidak telah meyakini MANUNGGALNYA ALLAH DENGAN SEBAGIAN MAKHLUKNYA! Sebab langit dunia adalah makhluk Allah! Dan pada waktu yang sama mereka pasti telah terjatuh dalam kubangan TAJSÎM! Sebagaimana mereka juga meyakini hal mustahil atas Allah SWT yaitu GERAK DAN BERPINDAH. Semua ini adalah mustahil bagi Allah SWT. Maha suci Allah dari pensifatan kaum jahil lagi sesat!

Tetapi pemaknaan yang benar tentang hadis-hadis Nuzûl/turun itu adalah bahwa yang turun itu adalah Malaikat pesuruh Allah SWT untuk menyerukan kepada penghuni langit dunia di waktu sahur/menjelang shubuh. Dan dalam bahasa Arab sah-sah saja menyandarkan sebuah pekerjaan tertentu kepada yang memerintahkan dilaksakannya pekerjaan itu walaupun ia tidak mengerjakannya sendiri. Seperti contoh misalnya: Obama menyerang Suria. Itu artinya bahwa Obama yang memerintahkan pasukannya agar menyerang negeri Muslim itu. Tidak mesti ia yang melakukannya sendiri![9]

Pengertian ini telah didukung oleh beberapa hadis shahih lainnya, seperti:

Hadis Pertama: Hadis riwayat Imam Nasa’i dalam as Sunan al Kubra,6/124 dengan sanad shahih dan ia juga dimuat dalam ‘Amalu al yaum wa al Lailah:30 hadis nomer.482 dari Abu Sa’id al Khudri dan Abu Hurairah bahwa keduanya berkata, “Rasulullah saw, bersabda:

إنَّ اللهَ  عز  و جل يُمْهِل حتَّى يمضِيَ شطر الليل الأَول ثم يأمر منادِيًا يُنادي يقول: هل مِنْ داعٍ فيستجاب له؟ هل مِنْ  مستغفِر  يُغْفَرُ  لهُ ؟ هل مِنْ سائلٍ يعطَى؟

“Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla- memberi tangguh sampai berlalu seperoh pertama malam, kemudian Dia memerintah penyeru agar menyerukan: ‘Adakah orang yang mau berdoa lalu diijabahkan untuknya? Adakah orang yang memohon ampunan lalu ia diampuni? Adakah orang yang meminta lalu ia diberi?”

Hadis Kedua: Hadis riwayat Ustman bin Abil ‘Âsh ats Tsaqafi, ia berkata, “Rasulullah saw. bersabda:

تُفتَحُ أبوابُ السماءِ نِصفَ الليلِ فينادي منادٍ: هل مِنْ  داعٍ  فيستجاب  له؟ هل مِنْ  سائلٍ فيُعطى ؟ هل مِنْ مكروبٍ فيُفرج  عنه؟ فلا يبقى مسلِمٌ يدعو بدعوةٍ إلا استجاب الله عز و جل إلا زانية تسعى بفرجِها أو عشارا.

 “Pintu-pintu langit dibuka di pertengahan malam lalu penyeru (malaikat) menyerukan, ‘Adakah orang yang mau berdoa lalu diijabahkan untuknya? Adakah orang yang meminta lalu ia diberi? Adakah seorang yang ditimpa bencana lalu ia dibebaskan darinya? Maka tiada seorang Muslim berdoa dengan doa tertentu melainkan Allah ijabahkan untuknya kecuali seorang wanita pezina yang menjajakan kehormatannya atau seorang ‘Assysâr.”

Hadis ini telah diriwayatkan oleh:

1)      Ahmad dalam Musnad-nya,4/22 dan 217.

2)      Al Bazzâr dalam Kasyfu al Astâr,4/44.

3)      Ath Thabarani dalam Mu’jam-nya,9/51

Dan masih banyak lainnya. Sanad hadis di atas shahih. Dan arti ‘asysyâr adalah seorang yang kerjanya memeras sepersepuluh harta orang atau tukang peras suruan penguasa.[10]

Hadis-hadis yang sangat gamblang di atas dengan tegas dan tanpa sedikit keraguan menetapkan bahwa yang turun ke langit dunia bukanlah Allah SWT seperti yang diyakini kaum Mujassimah Musyabbihah yang akidah sesaatnya sedang dijajakan Ustadz Firanda di tanah air tercinta ini.

Keangkuhan Dan Kejahilan Ustadz Firanda al Wahhâbi

Tentang hadis nuzûl yang dijadikan dalil oleh Ustadz Firanda sebagai dalil ketinggian fisikal Allah di atas makhluk-Nya, para ulama telah memberikan keterangan panjang lebar yang sudah semestinya sebagai pencari kebenaran memperhatikan dan menelitinya. Tetapi anehnya, Ustadz Wahhâbi yang satu ini sama sekali tidak memperhatikan dan mengubris keterangan para ulama tersebut. Kenyataan ini membuktikan kedegilan, keangkuhan dan kejahilan sikap! Sebab bagaimana ia menutup mata hatinya dari keterangan mereka, dan tetap sok hebat dengan menyimpulkan dan memaknai hadis tanpa hidayah dan petunjuk dengan keterangan para ulama yang mu’tabar serta bersinar dengan cahaya ulasan mereka!

Ustadz Firanda, dengan tanpa malu membanggakan penafsiran kaum Musyabbihah terhadap hadis di atas dan membelakangi pemahaman jumhûr ulama Islam! Firanda memahami dari hadis nuzûl bahwa Allah berada dan bertempat di atas! Dan pemahaman ini adalah pemahaman penganut Sekte Musyabbihah Mujassimah!

Dan untuk lebih jelasnya, saya ajak sobat abusalafy menyimak keterangan dua tokoh ulama Ahlusunnah yang sangat dibenci dan diserang oleh penganut Sekte Wahhâbi Salafi karena sikap mereka yang tegas memaparkan dan menelanjangi kesesatan kaum Mujassimah Musyabbihah seperti Wahhâbi Salafi! Mereka adalah Muhyiddîn an Nawawi dalam syarah Shahih Muslim dan al Hafidz Ibnu Hajar al Asqallâni dalam Fathu al Bâri Bi Syarhi Shahîh al Bukhâri.

  • Keterangan An Nawawi

“Sabda Nabi saw.:

ينزلُ ربُّنا كلَّ ليلةٍ  إلى سماء الدنيا …

“Tuhan kita turun setiap malam ke langit dunia lalu berkata, ‘Adakah orang yang menyeru-Ku maka Aku akan ijabahkan untuknya.’”

Hadis ini termasuk Hadis-hadis Shifât. Tentangnya ada dua aliran/pendapat ulama yang terkenal. Telah lewat ketarangan lengkap tentangnya pada Kitabul Îmân, kesimpulannya adalah sebagai berikut:

Aliran Pertama: adalah mazhab Jumhûr Salaf dan sebagian Ahli Kalam bahwa hadis-hadis seperti itu harus diimani bahwa ia adalah haq/benar sesuai dengan makna yang pantas bagi Allah. Dan jelas bahwa dzahir maknanya yang berlaku pada kita bukanlah yang dimaksud. Mereka tidak melibatkan diri dalam menakwilkannya dengan tetap meyakini Kemaha Sucian Allah dari sifat-sifat makhluk dan Maha Suci dari BERPINDAH DAN BERGERAK dan seluruh sifat makhluk.

Aliran Kedua: yaitu mazhab kebanyakan Ahli Kalam dan sekelompok Salaf, dan ia adalah mazhab yang telah dinukil dari (Imam) Malik, al Auza’i. Hadis-hadis itu harus ditakwil dengan makna yang pantas sesuai dengan masing-masing teksnya dalam hadis-hadis tersebut. Atas dasar itu, mereka menakwilkan hadis ini (hadis nuzûl) dengan dua takwil:

Pertama, adalah takwil Malik bin Anas dan ulama lainnya. Hadis itu maknanya adalah: TURUNNYA RAHMAT DAN PERINTAH SERTA MALAIKAT ALLAH. Seperti dikatakan: ‘Si Sultan melakukan ini dan itu.’ Sedangkan yang melakukannya adalah pendukung dan pengikutnya.

Kedua, kalimat itu adalah isti’ârah/kata pinjam. Maksudnya adalah menunjukkan bahwa Allah memberikan perhatian-Nya kepada para pendoa dengan mengijabahkan dan berlemah lembut kepadanya. Allahu A’lam.”[11]

Abu Salafy:

Dari keterangan lugas an Nawawi di atas dapat dimengerti beberapa poin:

  • Poin pertama, bahwa hadis-hadis nuzûl termasuk hadis-hadis shifat yang telah disikapi dengan dua sikap oleh para ulama Islam baik Salaf maupun Khalaf… baik Ahli hadis maupun Mutakallimûn.
  • Poin Kedua, Mereka semua tetap menetankan prinsip Kemaha Sucian Allah dari sifat makhluk, khususnya TURUN yang tidak dapat dipisah dari pengertian GERAK DAN BERPINDAH DARI TEMPAT YANG TINGGI KEPADA TEMPAT YANG LEBIH RENDAH!!
  • Poin ketiga, Imam Malik (salah seorang ulama Salaf yang sering kali namanya dicatut oleh Wahhâbi Salafi untuk mendukung kesesatan akidah tajsîm dan tasybîh mereka, tentunya dengan mempelesetkan ucapan beliau) telah menakwil makna kata nuzûl/turun dengan turunnya rahmat, perintah dan malaikat Allah! Bukan Allah yang turun! Penakwilan Imam Malik ini adalah bukti bahwa diantara Salaf ada yang menakwil. Tidak seperti Salafi Wahhâbi yang mengecam takwil.
  • Keterangan Al Hafidz Ibnu Hajar Al Asqallâni

Ketika menerangkan hadis nomer 1145 pada Bab ad Du’â’ wa ash Shalâh Min Âkhiril Lail/Doa dan Shalat Di Waktu Akhir Malam, Ibnu Hajar menerangkan:

 ينزلُ ربُّنا كلَّ ليلةٍ  إلى سماء الدنيا

“Tuhan kita turun setiap malam ke langit dunia”

Dengannya berdalil orang yang menetapkan untuk Allah arah. Ia berkata, ‘Arah itu adalah arah atas. Sementara JUMHUR ULAMA  menentangnya. Karena pendapat itu menyeret kepada keyakinan bahwa Allah BERLOKASI, Maha Suci Allah  dari berlokasi.

Abu Salafy:

Dari keterangan Ibnu Hajar di atas dapat kita saksikan bahwa anggapan bahwa Allah itu berada di arah atas adalah pendapat yang ditentang oleh JUMHUR ulama Islam! Ia adalah pendapat kaum Musyabbihah seperti akan dipertegas oleh Ibnu Hajar dengan keterangan lanjutannya di bawah ini:

Dan telah diperselisihkan tentang makna NUZÛL/TURUN dalam beberapa pendapat:

  • Di antara mereka ada yang mengartikan dengan dzahir dan hakikat makna kata itu. Mereka itu adalah KAUM MUSYABBIHAH! Maha Suci Allah dari anggapan mereka itu.
  • Di antara mereka ada yang menolak secara total hadis-hadis yang datang tentang masalah ini. Mereka adalah kaum Khawarij dan Mu’tazilah. Sikap ini adalah mukâbarah/penolakan tanpa dasar!
  • Di antara mereka ada yang memberlakukan sesuai dengan redaksi yang datang, mengimaninya dengan tetap berpegang dengan prinsip PENYUCIAN ALLAH dari kaifiyyah dan tasybîh! Ini adaklah mazhab mayoritas Salaf.
  • Di antara mereka ada yang menakwilkannya dengan takwil yang sesuai dan berlaku dalam pembicaraan orang-orang Arab.

Abu Salafy:

Setelahnya, Ibnu Hajar menyebutkan keterangan Ibnu al Arabi yang menyebutkan tiga aliran seperti disebutkan di atas: (1) menolak hadis. (2) menyerahkan makna hadis dan tidak memaknainya dengan makna apapun. (3) menakwilkannya. Dan pendapat terakhir ini yang ia pilih.

Dan setelahnya Ibnu Hajar menyimpulkan: “Al Hashil, intinya bahwa ia ditakwilkan dengan dua makna: (pertama), makna turun di sini adalah turunnya perintah atau malaikat Allah atas perintah-Nya. Atau (kedua) adalah kata isti’ârah dengan makna Kelemah-lembutan Allah kepada para pendoa dengan mengijabahkan doa mereka dan semisalnya.

Dan Abu Bakar bin Faurak telah mengkhikayatkan bahwa sebagian masyâikh/guru besar hadis telah membaca kata:  ينزل dengan membaca dhammah huruf pertamanya: يُنزل(yang artinya: menurunkan) maksudnya menurunkan malaikat. Bacaan ini dikuatkan oleh riwayat an Nasa’i… dan hadis Utsman bin Abi al ‘Âsh… .” (kemudian beliau menyeburtkan dua hadis yang telah saya sebutkan sebelumnya)

… Ibnu Hajar juga mengutip keterangan Imam al Baidhawi sebagai mengatakan, “Karena telah tetap berdasarkan bukti-bukti pasti bahwa Allah Maha Suci dari bersifat Jism dan berlokasi maka mustahil bagi Allah TURUN dengan arti berpindah dari sebuah tempat ke tempat lain yang lebih rendah. Jadi maknanya adalah turunnya rahmat Allah. … “[12]

Abu Salafy:

Dari keterangan panjang yang sengaja saya sebutkan ini dapat dimengerti bahwa masalah nuzûlnya Allah SWT telah difahami para ulama Islam (selain penganut Sekte Mujassimah Musyabbihah) dengan makna yang sesuai dengan Kemaha Sucian Allah dari bertempat, berlokasi di atas, bergerak dan berpindah. Sebab arti kata nazala dalam bahasa adalah turun dengan bergerak dan berpindah dari sebuah tempat ke tempat lain yang lebih rendah! Maka jika kita mengartikan kata nazala tidak dengan makna bahasa di atas berarti kita telah menakwilkannya. Dan apabila ada yang mengartikan kata nazala dengan arti bahasanya –seperti yang dilakukan oleh penganut Sekte Wahhâbi- maka ia tidak bisa lari dari konsekuensinya yaitu bergerak dan berpindah. Dan jika ia mengelak dengan mengatakan turun tidak seperti turunnya apapun atau siapapun, maka pengelakan itu adalah sikap dagelan yang tidak lucu! Sebab jika mereka mengatakan: harus mengartikan kata nazala dengan arti bahasanya, maka arti kebahasaan itu tidak dapat dipisahkan dari konotasi gerak dan turun! Dan selama mereka menolak prinsip takwil dalam menyikapi ayat atau hadis shifat maka mau tidak mau mereka telah terjebak dalam Tajsîm dan Tasybîh dan segala konsekuensinya! Maha Suci Allah dari sifat-sifat kekurangan dan kehinaan.

Khulashatul Kalâm

Dan akhirnya, setelah panjang lebar menanggapi syubhat-syubhat Ustadz Firanda, dapat Anda saksikan bagaimana berguguran satu demi satu apa yang dibanggakan Ustadz Firanda sebagai dalil. Dan apa yang ia paksakan atas nama Islam… atas nama Al Qur’an dan Sunnah… atas nama Akidah Salaf Shaleh… ternyata tidak lain hanya akidah sesat kaum Mujassimah Musyabbihah yang telah dikecam ulama Islam di sepanjang zaman!

Semoga ketarngan ini dapat memelekkan mata-mata yang masih terhalang dari menyaksikan cahaya kebenaran dan membuka hati yang tertutup akibat kejahilan, fanatisme dan ketertipuan oleh kesesatan kaum sesat! Amin.

Dan kita akan berjumpa lagi insya Allah dalam kesempatan lain untuk menanggapi sisa-sisa syubhat-syubat yang dicecer Ustadz Firanda. Nantikan!

(Bersambung Insya Allah)


[1] Kitab at Tauhid:75-76.

[2] Ihyâ’ ‘Ulûlid Dîn,1/107. Dâr al Ma’rifah. Lebanon.

[3] Ithâf as Sâdah al Muttaqîn Bi Syarhi Ihyâ’i ‘Ulûmid Dîn,2/170. Dar al Kotob al Ilmiyah. Beirut-Lebanon.

[4] Syeikh ath Thurthusyi nama lengkapnya adalah Abu Bakar Muhammad bin al Walîd al Andalusi al Maliki (w.520 H)

[5] Ibid.5/244.

[6] Syarah Muslim,5/24.

[7] Syarah al Fiqhi al Akbar:199.

[8] Isyârât al Marâm:198.

[9] Maaf, saya menyebutkan contoh seperti di atas, walaupun kemudian saya beristighfar karena tangan saya telah mengetik nama Presiden yang tangannya telah berlumuran darah kaum Muslimin baik di Afganistan, Irak, Suria dan negeri-negeri lainnya.

[10] Lihat Lisânul Arab,6/261.

[11] Syarah Shahih Muslim; oleh Imam Nawawi,6/36-37.

[12] Fathu al Bâri,6/36-37.

56 Tanggapan

  1. Alhamdulillah, dapat ilmu lagi dari Pak Ustadz Abu Salafy. Barakallahu fikum.

    • Mestinya Ust Abu Salafy ini, pertama buang jauh-jauh gelar ust-nya dan kedua jauh-jauh memakai nama Salafy. Karena hanya orang bodoh yang tidak mengetahui kesamaan kedua nama ini.
      Allah mengabarkan dirinya bahwa dirinya berada di atas langit. Semua manusia bahkan nabi tidak tahu dimana Allah sehingga Allah mengabarkan tentang diriNya. Perhatikan surat Al-Mulk : “Apakah kalian merasa aman terhadap Dzat yang di atas langit, dia akan menjungkir balikkan bumi saat dia berguncang?
      Maka bagi yang punya akal akan menyadari mengapa Allah membawa Nabi SAW mi’raj ke langit? Karena memang Allah di atas langit!

      • SALAFY MENGHUJAT SALAFY.

        http://aliyfaizal.blogspot.com/2013/06/ulama-wahabi-rodja-tv-itu-penghiasan-dari-setan-dan-terancam-kutukan.html?m=1
        .
        Ulama Wahabi : Rodja TV itu Penghiasan dari Setan dan Terancam Kutukan
        Salah seorang ustadz Rodja TV

        Salah seorang ulama Salafi yang juga Imam Darul Hadits Dammaj Yaman, yakni Syaikh Yahya Al Hajuriy berbicara mengenai dakwah via TV Rodja yang dipakai oleh sebagian penganut Salafi di Indonesia.

        Dakwah Salafi Sururiy di Indonesia sekarang sudah pakai TV, namanya TV Rodja, ada gambar ustadznya pula. Orang awam mulai menyukai, padahal hal tersebut batil menurut sebagian Salafi.

        Seseorang bertanya:

        Apa hukum menggambar dengan video di masjid, dan menampilkan pita video yang berisi film Islamiyyah di masjid atau di ceramah-ceramah?

        Jawaban Ulama Salafi Syaikh Yahya Al Hajuriy:

        “menggambar makhluk bernyawa adalah termasuk fitnah yang umat Islam diuji dengannya. Si penceramah diambil gambarnya, si pengajar diambil gambarnya. Terkadang mendatangkan alat gambar dan orang-orang sholat tarwih lalu mereka mengambil gambar mereka dalam keadaan seperti itu dan menyebarkannya dalam video. Untuk tujuan apa? Mereka menjawab: “Untuk melihat orang-orang.” Alangkah mengherankannya! Ini adalah penghiasan dari setan untuk menghiasai kemaksiatan yang diancam dengan kutukan. Maka dalam hadits Abu Juhaifah:

        ولعن المصور
        “Dan beliau melaknat tukang gambar.” (HR. Al Bukhoriy (2088)).
        Dan tukang gambar jika terlaknat maka engkau tidak boleh baku bantu dengannya dalam dosa besar ini.”

        Lihat dan perhatikanlah, bahkan sesama Salafi wahabi saja saling baku hantam , apalagi terhadap kelompok di luar Salafy? Bisa lebih keras lagi, ada vonis bid’ah, sesat, syirik, kafir, dan lain-lain. Rodja TV merupakah salah satu produk Salafy Wahabi sedangkan ulama Salafi di Yaman memvonis Rodja TV sesat.

        Referensi:
        http://isnad.net/kumpulan-soal-jawab-bulan-shafar-1434-h (Website Wahhabi)

      • Bahasa orang bule nih “What goes around comes around” buat nyang suke menghujat orang laen bakalan kena dirinya deh

        Sok atuh dibacakeun

        http://salafindonesia.com/selingan-komentar-untuk-tulisan-terbaru-saudara-firanda/

      • hmm , iskandar zulkarnain yang mengartikan MAN dalam ayat diatas dengan Dzat Allah , hanyalah kaum mujassimah musyabihah dan tidak ada satupun Ulama Ahlu Sunnah yang mengartikan MAN pada ayat diatas dengan Dzat Allah.

      • hai sdr…klo menurut anda nabi2 utusan ALLAH dan NABI MUHAMMAD SAW tidak tahu ALLAH …. jadi selama ini anda mengimani sesuatu yang anda tidak tahu….oooohhhhh sungguh bodoh anda mengimani sesuatu yang anda tidak tahu…

    • Bismillahi,…………….
      kalau memang ustadz abu salafy ingin lebih puas dalam mengomentari tulisan-tulisan ustadz firanda, maka alangkah baiknya dan alangkah gentlenya dan akan menjadi sebuah kajian yang sangat menarik yang dapat di ambil manfaatnya -insya ALLAH-, jika mereka berdua dipertemukan dalam satu forum terbuka.
      keduanya dipersilahkan untuk mengomentari salah satu tulisan dari masing-masing dengan saling beradu argunebtasi.
      tapi…………….. itupun jika keduanya beraninuntuk dipertemukan.
      dari pada berpredikat pengecut karena saling melempar tuduhan maka, sebuah ruang dan waktu untuk saling beradu ILMU sangat di nantikan.
      “BERANI BERBUAT BERANI TANGGUNG JAWAB”

  2. makin hari, makin jadi, makin tampak pula kebangkrutan kebodohan kekeliruan firanda,udah berapa seri niiiiii artikel tentang piranda piranhaa, banya banget, firanda firanda ilmunya maa yanfaa’ hanya untuk debat bukan mencari kebenaran . kapan mau berubah !!! nunggu sakratul maut. mungkin dia malu alias gengsi sama muridnya mau tobat , dikira goblok . lebih milih perasaan dari pada kebenaran yg membawa pada kejayaan, klo emang bgtu semoga apes anda

  3. yaaah sy cm bs bntuin doa bt orng wahabi,mdah2an allah ksh hidayah utk mereka….
    hbsny udh dkasih bnyk dalil ttng ksalahan aqidah mreka,ttep aj yg wahabi ngelotok mah gk mo brubah….

    • apa bukan ente dah dikasih banyak dalil oleh ust firanda eh masih ngeyel tetep keukeuh ama kesesatan, dasar ndableg. bertaubatlah wahai para pembenci dakwah salafiyah selagi pintu taubat masih terbuka.

      • weleh-weleh….
        nafsi2 dh kang abu rabil…
        ssah ksh pncerahan sm orng ky ente!

      • Kalau boleh tahu ente golongan Wahabi apa, sururi, turotsi, atau hizbi. Tuh coba baca baca internet ustad pujaan ente firanda lagi di tahdzir oleh sesama ustad Wahabi Lukman baabduh. Radio dan TV Wahabi di obor-obok macam lagunya Joshua. Ustad Wahabi memang aneh gak negerti ane. Hanya Allah saja yang tahu isi hati ustad ustad Wahabi itu. Weleh weleh Dunia………..dunia………………….

  4. Wes sesat nyesatno,sesat gak usah ajak2 bro

  5. kaum mujassimah itu, tak pernah mau tau dengan segala penjelasan, di abad 21 ini tak ada lagi orang yak mengakui bahwa bumi ini bulat, lalu mana yang atas itu, berarti atas yg di maksud oleh hadis atau al quran bukan lah arah atau tempat, tapi adalah derajat, keagungan dan kemuliaan.

  6. Abu Salafy, anda tidak memahami yg ustadz Firanda tulis. Sudah pasti pengertian “Alloh turun” itu ya ” Alloh turun” tanpa perlu menanyakan kaifiyah turunnya, karena mempertanyakan kaifiyahnya hanya akan menggelincirkan aqidah sebagaimana jahmiyah tergelincir. Lagi pula arti “Alloh turun” jelas lebih benar dari pada menyimpangkannya dengan “Malaikat turun”…..apa dalil penyimpangan arti ini ?…..

    • naik dan turun adalah sifat mahluk, pantaskah Allah SWT disifati dengan sifat mahluk…? coba direnungkan lagi dengan baik, hindari sifat ta’asub golongan demi keselamatan anda.
      “turun” dalam hal ini lebih tepat dipahami secara majas / istiarah, sehingga makna “turun” akan sesuai dengan konteksnya. Pada malam itu jika ada yang meminta maka akan kabulkan, jika ada yang minta ampun maka akan diampuni. itulah rahmat Allah kepada mahluk / hambaNya.
      wallahu’alam…

      • Jadi bingung nih…
        Ketika disebutkan bahwa “Allah turun ke langit dunia sepertiga malam terakhir”, katanya tidak boleh menyifati Allah dengan “turun” karena itu sifat makhluk.
        Nah… Padahal banyak sekali di dalam Al Qur’an disebutkan bahwa “Allah Maha Melihat dan Maha Mendengar” (harusnya kalian pernah baca yah, atau paling tidak pernah dengar lah, kalau gak juga, jangan ngaku muslim :-p).
        Hmmm… Allah melihat… Gak mungkin yah… Jadi sama dengan makhluk dong. Kan kalian semua bisa melihat. Alloh bisa melihat juga. Apakah Allah sama dengan makhluk-Nya?
        Allah mendengar… Lah, kalian semua juga mendengar kan, alias nggak budeg :-p Eit tunggu dulu… Gak mungkin Allah mendengar… Nanti jadi sama dong sama makhluk. Duh jadi bingung niih. Kalau Allah nggak mendengar kita, lalu doa kita siapa yang ngabulin nih nanti? Orang bebas-bebas aja maksiat, lha wong Allah tidak melihat. Weleh, makin bingung dah…
        Eh sebentar… Itu perbandingan Allah dengan makhluk-Nya, yang tentu saja tidak layak dibandingkan. Coba deh bandingkan wajah sampeyan dengan wajah monyet…
        Sampeyan punya wajah… Eeeeh, monyet juga punya wajah. Berarti sama dong kalian sama monyet… Atau jangan-jangan monyet mukanya sama dengan kalian… Idungnya sama, pipinya sama. Weleh, kebayang deh jeleknya muka kalian. Qiqiqiq…
        Selamat bingung dah apa maksud saya nulis ini :-p

  7. berkata orang dungu mangaku syaik (abu-abu salafy) “Pertama-tama yang perlu dimengerti di sini adalah bahwa dalam riwayat itu tidak ada sabda Nabi saw. yang menerangkan bahwa beliau menganggkat tangan ke aras atas itu karena Allah SWT bereda di atas! Tidak ada. Beliau tidak menyabdakan sama sekali apa yang kemudian menjadi akidah Ustadz Firanda!! Apa yang disajikan oleh riwayat di atas tidak lebih dari sebuah tindakan/fi’il. Dan dalâlah Sunnah Fi’liyyah tidak memberikan kepastian akan sebuah petunjuk. Ia multi tafsir/ihtimâlât. Dan seperti dipastikan dalam sebuah kaidah Ushul bahwa sebuah nash jika mengandung multi tafsir maka gugurlah pendalilan dengannya kecuali jika didudkung dan dikukuhkan oleh bukti lain dari luar nash itu sendiri! ”
    kaidah siapa yang anda kutip wahai orang dungu ?
    jika anda ditanya (studi kasus) misal teman anda si A bertanya pada anda tentang kebradaan si B yang anda ketahui di lantai 2 dimanakah si B apa yang anda jawab wahai dungu kepada teman anda yang betanya kepada anda ??? pastilah anda akan menjawab yang mengisyaratkan keberadaan si B, bisa dengan jari menunjukkan si B diatas, atau jawaban di atas atau jawab di lantai 2 betulkan kecuali anda penggemara kebihongan betulkan

  8. Orangnya siapa, lokasi dimana, hanya bisa mencerca dan mencela… hedeuh…

  9. jd bingung disatu sisi bagi mrka ALLAH ad diatas, ok sy trima.
    tp dsisi lain saat kita berdoa ga blh menengadahkan tangan keatas.
    trus tuhan diamana, atas apa bwh nh salafyun?
    ga ush pake dalil, pake nalar anak sd aja jwb ny?

    • ndak usa bingung kita berdoa menengadahkan tangan ya ke atas, siapa yg larang?? anak kecil aja secara naluri menengadahkan tangan ke atas. itu namanya fitrah mas, ndak usah bingung. Intinya secara naluri, kita percaya bahwa Allah azza wa jalla itu ada di atas. makanya orang-orang sesat itu di mana Allah aja tidak tahu, apalagi masalah yang lain. Kayak si abu bahlul eh abu salafi ini yang isi kepalanya dipenuhi segudang kebencian terhadap manhaj salaf ini, yang kerjaannya menebar fitnah …. mengadu domba ….. yang walhasil semakin menjerumuskan para pengagumnya ke jurang kesesatan. Tapi Allah azza wa jalla kelak di akhirat nanti akan meminta pertanggungjawaban atas apa yang telah engkau kerjakan wahai abu bahlul eh abu salafi!!! Bertaubatlah dengan taubatan nasuhah karena dengan taubat serta menarik kembali apa yang telah engkau lontarkan dengan fikiran dan mulut kotormu, mudah – mudahan Allah azza wa jalla akan mengampunimu. Aaamiin!!!

      • @Abu Rabil, tul setuju….kita kalau doa tangan ke ATAS BUKAN KE SAMPING ATAU NYERONG KIRI APALAGI MUTER GAK KARUAN. itu berarti Allah Azza wa Kalla itu ADA DI ATAS. Kalau begitu kita sholat menghadap ke ka’bah berarti Allah Azza wa jalla ADA DI DALAM KA’BAH. GITU KAN BANG

      • kalo pengertiannya seperti itu, ada berapa Allah saat manusia didunia ini berdoa dengan menghadap ke atas. Allahnya orang Amerika akan beda dengan orang Indonesia, karena letak Indonesia dan Amerika berlawanan 180 derajat, atau bagaimana logikanya ya……….

      • Jangan bicara logika-akal kalau sama orang Wahabi. Kenapaaa? Soalnya ane pernah duduk di pengajian orang Wahabi. Terus ustad Wahabi itu bilang kalau logika-akal itu temannya setan. Makanya setan tidak mau tunduk sujud kepada nabi Adam. Beda sama malaikat disuruh ini iya, itu iya, kesana iya. Pokoknya iyaaaaa saja gak pake akal-logika. Jadinya waktu di al Quran bilang Allah SWT ada di langit lapis tujuh yaaaa orang Wahabi itu iya-iya saja. Ingin kayak malaikat kalee dan takut dituduh kayak setan yang suka tanya ini lah itu lah kenapa lah pake akal-logika. Gitu kurang lebih kali yang ane tangkap. Terus terang ane langsung kabur gak balik lagi siangnya ke kajian si ustad Wahabi itu. Apa jangan-jangan ane lebih suka termasuk setan yang pake logika-akal……..huhuhuhu………….*cry*

      • Langit diatas yg mana Abu Rabil? Bumi ini bulat lho… bisa dibawah anda atau di atas anda! Maha Suci Allah dari segala pensifatan arah dan tempat

      • @Fuad : hehe anda kayak nggak tau aja kan imamnya Wahabi Ibn Taymiyyah sendiri bilang kalo Allah itu letaknya mengelilingi alam semesta :D.

  10. study ente ga relevan mr salafy…
    udh jgn urusin bid,ah syirik mulu ga kelar2 yg ada makin jauh dr bnr.
    ane punya saran gmn kalo ente nasehatin syekh2 ente yg bdbwh keteknya penguasa yahudi n kafir, bwt mindahin pangkalan militernye dr semenanjung arab.

  11. sekte salafi wahabi adalah salah satu aliran yang keras permusuhannya kepada umat islam…ulama-ulamanya kebanyakan dari arab sana..mereka pendukung dan pengekor raja-raja dan pangeran2 yang hanya suka bermaksiat dan berdansa dansi serta suka berfoya-foya..mereka hanya sekumpulan penipu bukan ulama.. umat islam harus berhati-hati terhadap sekte ini..mereka suka sekali berfatwa ini sesat…itu bid’ah…

    • YG LEBIH HATI2 MRK MEMANG D KORBANKAN UNTUK D ADU DOMBA NNT BOSNYA G ADA DISANA YG MBAYARI DIA NGOMONG INDONESIA TDK BISA MELINDUNGI KAUM MINORITAS,TRUS MENGHENTIKAN BANTUAN MILITER DAN SENJATANYA KE INDONESIA BISA2 MALAH GABUNG AMA MINORITASNYA PDH MINORITASNYA YG CARI2 MASALAH TP.iNSYA ALLAH INDONESIA TETAP JAYA.

      • FITNAH AKHIR JAMAN SUDAH MERAJALELA BANYAK ORG YANG SUDAH SADAR TAPI ITU MENYEBABKAN MILITER BERGERAK. UMAT ISLAM HRS BERJUANG BERSAMA GUNA MENCEGAH MUSUH AGAMA BERKUASA. HAL INI MUDAH TERLIHAT DIMANA ADA FITNAH MAKA ISLAM AKAN KALAH. BANTUAN MILITER MUNGKIN TIDAK DIPERLUKAN BILA TIDAK AD BENCANA

  12. trus Allah ada dimana menurut abu safy……….????

    Abusalafy:
    Apakah menurut keyakinan Anda Allah Swt BERTEMPAT sehingga harus ditanyakan DI MANA ALLAH?

    • Hmmm… Berarti Rosululloh juga gak paham yah. Kok dia bertanya kepada seorang budak wanita “Dimanakah Allah”.
      Wah hebat. Ternyata Abu Salafy lebih pandai dari Nabi.
      Kasih jempol yang gede 🙂

      • Abusalafy membuat-buat keyakinannya yang menyimpang. Padahal Allah telah menjelaskan di dalam al-qur’an sifat-sifat apa yang pantas bagi-Nya dan apa yang tidak pantas bagi-Nya. Abusalafy merasa lebih tahu tentang Allah daripada seorang Rasul, seperti Nabi Isa as. di dalam Al-Qur’an, Isa berkata: ”Maha Suci Engkau. Aku tidak pernah mengucapkan sesuatu yang tidak berhak kuucapkan. Jika aku pernah mengucapkannya, sungguh Engkau telah mengetahuinya. Engkau mengetahui apa yang ada dalam jiwaku dan AKU TIDAK MENGETAHUI APA YANG ADA PADA DIRI-MU. Sesungguhnya Engkau Maha mengetahui masalah ghaib.” (QS. Al-Maidah: 116). Bertobatlah Abuisalafy, engkau telah berbuat dosa besar, mengada-adakan kebohongan tentang Allah swt. http://m.voa-islam.com/news/aqidah/2014/01/17/28699/ternyata-ada-dosa-yang-lebih-besar-dari-syirik/. “Katakanlah: “Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak atau pun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujah untuk itu dan (mengharamkan) MENGADA-ADAKAN TERHADAP ALLAH APA YANG KAMU TIDAK KETAHUI”.” (QS. Al-A’raf: 33). Engkau menyatakan Allah mustahil bertempat padahal Allah dapat berada dimanapun yang menurut-Nya pantas bagi-Nya, tanpa ada batasan arah dan tempat. Padahal zat Allah memegang ubun-ubun setiap mahluk-Nya yang melata di muka bumi, Zat Allah yang memegang jiwa setiap makhluk-Nya yang sedang tidur, Zat Allah yang selalu ada pada setiap penciptaan, Zat Allah yang berada di setiap batas alam semesta ciptaan-Nya sehingga tidak musnah dan meluaskan-Nya menurut apa yang Dia kehendaki, dan Zat Allah yang menghendaki adanya wajah dan tangan bagi-Nya, dan hanya wajah-Nya yang ada ketika yang lain dihapuskan saat Allah telah mengakhiri dan menghapus segala sesuatu, dan memulai dengan yang baru.

      • keliatan ni mujassimah banget si yulianto ni udah dibilangin terang2 ma mbah yai maturiddy aja masih ngeyel padahal mbah yai kan hidupnya ndak jauh2 dari rasul ya jadi distorsi pengetahuan akan hadist dan agama masih jauuuh lebih lengkap dari ustad2 kebanggaan dia, masih ngeyel juga emg percuma koq ma kumpulan ni orang tinggal di doakan aja wes..

  13. Kalo ada dua orang yg satu solat yg satu doa. Mk Allah ada di mana? Yg ngaku salafy tlg jwb.

  14. Allah kok manggon di arsy?! Edan!!!

    • Allah tidak dibatasi arah dan tempat karena itulah Dia dapat berada dimanapun dimana yang Dia kehendaki melalui Dzat-Nya, sementara wajah-Nya berada di Arsy, semuanya hanya satu yang mengendalikan, Allah yang Maha Memulai dan Mengakhiri. Pahamilah pola tawaf, apabila ingin memahami dimana Allah.

  15. Mau bantu jawab yang pada nanya dimana Alloh Ajja Wajalla .ini jawabnya sesuai al quran JIka ada yang bertanya tentang aku maka jawablah sesungguhnya aku (Alloh Ajja Wajalla ) dekat. TITIK nggak perlu dipertanyakan dan banyak tanya dimana tempatnya. Sesungguhnya orang yang terdahulu binasa karena banyak tanya.

    Jadi jika di dalam Al quran Alloh Ajja Wajalla telah secara explisit menyebutkan atas sifatNYA sendiri menyingkap betis, kedua tangan, bersemayam di Arys maka kewajiban kita wajib mempercayai tanpa menafsirkan arti lain dan tidak kemudian banyak tanya bagaimana dengan tangan Alloh Ajja Wajalla dsb .

    Jadi tolong wahai Abu Salafy kalau memang ustad Firanda menyimpang dari akidah salafy tetapi tidak separah penyimpangan ahlul bid’ah, syiah, khawarih jadi bukan penyimpangan yang fundamental/ aqidah jadi tidak harus berbecah belah.

    Saya ingatkan engkau wahai Abu Salafy
    Kala Dammaj pesantren diserang Syiah bukannya ulama ulama salafy baik Yaman atau Arab pun mengeluarkan fatwa jihad bersatu padumelawan syiahsedangkan yang dibela adalah yayasan Turots yang menurut kalian salafy melakukan bid’ah (katanya Rodja dapat donasi dr sini) menjadi sirna menjadi persatuan.
    Bagaimana pendapatmu wahai Abu Salafy???

    • Ya, kesesatan dimulai ketika kita membenarkan persangkaan yang ditimbulkan oleh logika kita sendiri, padahal belum tentu benar apa yang ditimbulkan oleh pemikiran kita mengenai logika itu. Cara yang teraman memang membenarkan ayat-ayat di dalam Al-Qur’an secara literal tentang Allah tanpa memberi penafsiran yang kita diyakini oleh logika kita atau membayangkan segala sesuatu tentangnya.

  16. @tiyo: menurut defenisi gerbang ilmu Nabi Muhammad Saw: bhwa Allah itu yg mempunyai mana n tmpat jdi Dia Swt tdak trsifati oleh kdua tmpat n mana itu 🙂

  17. Pintu kota nabinya wahabi kan bukan Imam Ali ra. Tapi Ka’bul Ahbar si Yahudi yang menyusup di tengah tengah kaum Muslimin lewat bani umayyah, lalu ia menyebarkan kekafiran akidah yang sekarang diimani kaum WAHABI BIN SALAFI AT TAKFIRI alias KHAWARIJ ABAD 21.

  18. Ustadz abu, kami haus siraman ilmunya sebab sudah lama kami tidak mendapat siraman ilmu yang ngebongkar kejahilan salafi.
    Kami terus terang banyak terbantu dengan dalil dalil yang antum paparkan dan kesesatan akidah wahabi yang antum bongkar habis di sini! Jazakumullah khairan wa hafidzakum min syarril wahabiyin. Amin

    • Jangan banyak bicara… minta siraman ilmu segala… yang jelas kalian yang tidak mau. BERIMAN bahwa Allah di atas langit berarti ia KAFIR. Sebab ia mengkufuri Al Qur’an dan Sunnah !

      • Seperti inilah sifat wahaby sejati. Akalnya cupet. Sukanya mengkafirkan sesama muslim.

  19. Spt ni x mksdny …???
    1. para astronot ky, Neil amstrong menjelajah luar angksa mpe bulan.
    2. para pilot to penumpang pesawat.
    3. para pendaki gunung.
    4. yg lg manjat.
    5. yg lg berdiri.
    6. yg lg duduk…..???
    …& yg sya tw saat paling dekat dg Allah yi pd wkt sujud dlm shalat.

  20. semoga Allah memberikan kita sifat rendah hati,.. tidak gemar mencela, menghinakan, apalagi sengaja mencari2 kesalahan saudara muslim secara personal, yang seperti ini.

  21. 1.salafy itu ajaran yg dinisbatkan kepada ibnu taimiyah dan pengikutnya…itu juga yg namain bukan dari orang lain tpi ibnu taimiah sendiri yg namain kaum nya sendiri dengan salafi… padahal sahabat dan tabiin ngga pernah namain diri mereka salafy…itupun datang nyah duluan asyariyah dan maturidiah…jadi klo antum wahai wahabiyun… ngaku salafi tpi ngga tau sejarah nyh sma dengan “TAQLID BUTA” sama ust wahaby… baca buku sejarh…yg bagus ane saranin “tarikh madzahib islam” karangan imam abu zahro…ngga ada pelecehan nama wahaby disana jdi antum bisa nyaman bacanyh….

    2. Nabi dan Rossul itu jelas tau Allah….and yg nama nyh TAU dan YAKIN ADA itu ngga harus di liat pake mata…biar ngga ambigu biat antum saya kasih contoh simpel : antum yakin dan tau kalo kakek nya buyut antum itu ada….? (pastilah yah…. kecuali sun gokong lahir dari batu….hehehe…) apa antum PERNAH NGELIAT PAKE MATA kalo kakek nya buyut antum itu ada….? itu menunjukan yg ADA ITU NGGA HARUS BISA DILIAT AND G HARUS PUNYA TEMPAT..jdi llo antum mengkafirkan org yg meyakini allah ngga butuh tempat dan arah berarti ADA YG SALAH SAMA SYSTEM KERJA di kepala antum….

    3.andai allah ada di atas….berarti allah punya kesamaan antara makhluq dan tuhan…. klo tuhan sama dengan makhluq nya berarti tuhan punya kelemahan… dan ini pastinya mustahil… berarti kalo tuhan ngga mungkin punya kelemahan berarti tuhan ngga sama kaya makhluq…klo tuhan ngga sama kaya makhluq berarti tuhan NGGA BUTUH TEMPAT…klo tuhan ngga butuh tempat berarti tuhan ada tanpa butuh arah dan tmpat… tuhan sejati ini yg kita yakini bersama2 adalah ALLAH… “laisa kamislihi sai’un”…. nah loh ada quran nyah….

    4. orang yg menuduh ahli sunnah wal jamaah sebagai pengekor justru mereka sangat megekor pada para ulama salafy wahaby nyh bagai DOGMA yg tak trbantahkan….ANEH… dipikir2 dulu…baru di cerna msukin ke otak…. biar ngga fanatik… sayg2 tuh otak dua biji dibawa2 doang klo ngga di pake…”afala ta’qiluun..?” الجهل اللذي لا يعرف أنه لا يعرف
    ( org yg ngga tau bahwa dirinya sendiri ngga tau )

    maaf saudaraku klo sya keras…sekali lagi saya mohon maaf….tpi maksud sya baik…sekali lagi say mohon maaf yg sebesar nesar nyh…sya mohon antum mau berpikir2 dulu…sya mohin sekali lagi…

  22. Akal karunia yg besar. Waspada sama kelompok yg tak suka menghina akal?

  23. wahai orang2 yg beriman kepada hari akhir, sesungguhnya segala ucapan dan prilaku kita, akan kembali kepada diri masing2 jiwa.
    kalau ucapannya baik maka akan mendapat kebaikan. tentunya kebaikan dari alloh yg kita yakini “Alloh Subhanahuwata’ala” yg maha Esa. Al-qur’an dan Hadist Nabi Muhammad SAW yg sahih sudah jelas bagi umat manusia yg mau mengambil pelajaran dari-nya.

  24. Membaca artikel ini menjadi ingat film favorit ane waktu kecil “KERA SAKTI” dimana tokoh utamanya SUN GOKONG berhasil memporak-porandakan kerajaan langit. Na’uzdubillah tsumma Nau’uzdubillah.
    Maha suci Allah dari pensifatan semua makhluknya.

Tinggalkan Balasan ke abdullah Batalkan balasan