Goenawan Mohamad dalam Tulisan Catatan Pinggirnya mengisahkan pengalamannya ketika di Mekkah, Mekkah yang peninggalan sejarah nya telah di musnahkan oleh Rezim Wahabi Al Saud. tulisan ini perlu dishare dan kita baca bersama. (Abu Salafy)
____________
SUMBER: Goenawan Mohamad’s Blog
.
MEKAH
– Tapi kini, di abad ke-21, Wahabisme dan kapitalisme bertaut, dan Mekkah berubah
Betapa berubahnya Mekah. Duduk di salah satu sudut Masjidil Haram ketika matahari meredakan panasnya, kita bisa merasakan bayang-bayang sebuah bangunan yang menjangkau langit dari arah Selatan.
Memang: di seberang gerbang Baginda Abdul Aziz, berdiri sebuah super-gedung, (baru diresmikan Agustus tahun ini), yang disebut Abraj al Bait. Raksasa ini lebih dari 600 tingginya: menara waktu yang paling jangkung sedunia. Empat muka jam di puncaknya masing-masing berbentuk mirip Big Ben di London, meskipun mengalahkannya dalam ukuran: diameternya masing-masing 46 m, dengan jarum panjang yang melintang 22 meter. Dan berbeda dari Big Ben, di jidatnya yang diterangi dua juta lampu LED tertulis الله أكبر, “Allahu Akbar.”
Di Abraj al Bait ada 20 lantai pusat perbelanjaan dan sebuah hotel dengan 800 kamar. Juga tempat tinggal. Garasenya bisa menampung 1000 mobil. Tapi para tamu dan penghuni juga bisa datang dengan helikopter (ada lapangan untuk menampung dua pesawat), karena ini memang tempat bagi mereka yang mampu menyewa, atau memiliki, kendaraan terbang itu. Ongkos semalam di salah satu kamar di Makkah Clock Royal Tower bisa mencapai 7.000.000 rupiah.
Dari ruang yang disejukkan AC itu orang-orang dengan duwit berlimpah bisa memandang ke bawah — ya, jauh ke bawah — mengamati ribuan muslimin yang bertawaf mengelilingi Kaabah bagai semut yang berputar mengitari sekerat coklat.
Saya tak bisa membayangkan, bagaimana dari posisi itu akan ada orang yang bisa menulis seperti Hamka di tahun 1938. Apa kini artinya “di bawah lindungan Kaabah”? Justru kubus sederhana tapi penuh aura itu yang sekarang seakan-akan dilindungi gedung-gedung jangkung, terutama Abraj al Bait yang begitu megah dan gemerlap — dengan 21.000 lampunya yang memancar sampai sejauh 30 km dan membuat rembulan di langit pun mungkin tersisih.
Betapa berubahnya Mekah. Atau jangan-jangan malah berakhir. “It is the end of Mekkah“, kata Irfan al-Alawi, direktur pelaksana Islamic Heritage Research Foundation di London kepada The Guardian. Nada suaranya murung seperti juga suara Sami Angawy.
Hampir 40 tahun yang lalu arsitek ini mendirikan Pusat Penelitian Ibadah Haji di Jeddah. Dengan masygul ia menyaksikan transformasi Mekah berlangsung di bawah kuasa para pengusaha properti dan pengembang. “Mereka ubah tempat ziarah suci ini jadi mesin, sebuah kota tanpa identitas, tanpa peninggalan sejarah, tanpa kebudayaan dan tanpa lingkungan alam. Bahkan mereka renggut gunung dan bukit.”
Angawy, 64 tahun, mungkin terlalu romantis. Ia mungkin tak mau tahu hukum permintaan dan penawaran: jumlah orang yang pergi haji makin lama makin naik; kalkulasi masa depan mendesak. Mekah harus siap. Tapi Angawy justru melihat di situlah perkaranya. Ia menyaksikan “lapisan-lapisan sejarah” Mekah dibuldoser dan dijadikan lapangan parkir.
Akhirnya ia, yang lahir di Mekah, menetap di Jeddah, di rumah pribadinya yang didesain dengan gaya tradisional Hijaz. Ketika Abraj al Bait dibangun seperti Big Ben yang digembrotkan (“meniru seperti monyet”, kata Angawy) ia merasa kalah total. Ia lebih suka tinggal di Kairo.
Tapi bisakah transformasi Mekah dicegah? Kapitalisme membuat sebuah kota seperti seonggok besi yang meleleh, untuk kemudian dituangkan dalam cetakan yang itu-itu juga. Dengan catatan: dalam hal Mekah, bukan hanya karena “komersialisasi Baitullah” kota suci itu hilang sifat uniknya. Angawy menyebut satu faktor tambahan yang khas Arab Saudi: paham Wahabi.
Wahabisme, kata Angawy, adalah kekuatan di belakang dihancurkannya sisa-sisa masa lalu. Dalam catatannya, selama 50 tahun terakhir, sekitar 300 bangunan sejarah telah diruntuhkan. Paham yang berkuasa di Arab Saudi ini hendak mencegah orang jadi “syrik” bila berziarah ke petilasan Nabi, bila menganggap suci segala bekas yang ditinggalkan Rasulullah – dan sebab itu harus disembah.
Sejarah Arab Saudi mencatat dihapusnya peninggalan sejarah itu secara konsisten. April 1925, di Madinah, kubah di makam Al-Baqi’ diruntuhkan. Beberapa bagian qasidah karya al-Busiri (1211–1294) yang diukir di makam Nabi sebagai himne pujaan ditutupi cat oleh penguasa agar tak bisa dibaca. Di Mekah, makam Khadijjah, isteri Nabi, dihancurkan. Kemudian tempat di mana rumahnya dulu berdiri dijadikan kakus umum.
Contoh lain bisa berderet, juga protes terhadap tindakan penguasa Wahabi itu. Di awal 1926, di Indonesia berdiri “Komite Hijaz” di kediaman K. H. Abdul Wahab Khasbullah di Surabaya, ekspresi keprihatinan para ulama.
Reaksi dari seluruh dunia Islam itu berhasil menghentikan destruksi itu. Tapi kini, di abad ke-21, Wahabisme dan kapitalisme bertaut, dan Mekkah berubah.
Mengherankan sebenarnya. Di sebuah tulisan dari tahun 1940 Bung Karno mengutip buku Julius Abdulkarim Germanus, Allah Akbar, Im Banne des Islams. Di sana Bung Karno menggambarkan kaum Wahabi sebagai orang-orang yang dengan keras dan angker mencurigai “kemoderenan”; mereka bahkan membongkar antena radio dan menolak lampu listrik. Tapi kini, seperti tampak di kemegahan Abraj al Bait bukan hanya lampu listrik yang diterima, tapi juga transformasi Mekah jadi semacam London & Las Vegas. Apa yang terjadi?
Mungkin sikap dasar Wahabisme tak berubah. Menghapuskan petilasan (menidakkan masa lalu), sebagaimana menampik “kemoderenan”, (menidakkan masa depan) adalah sikap yang anti-Waktu. Jam besar di Abraj al Bait itu akhirnya hanya menjadikan Waktu sebagai jarum besi. Benda mati. Dan bagi yang menganggap Waktu benda mati, yang ada hanya rumus-rumus ibadah tanpa proses sejarah.
Tapi apa arti perjalanan ziarah, tanpa menapak tilas sejarah dan menengok yang pedih dan yang dahsyat di masa silam?
Mungkin piknik instan ke kemewahan.
Goenawan Mohamad
Filed under: Akidah, Dinasti al-Saud, Kenaifan Kaum Wahhabi, Manhaj, Sejarah Wahabi-Salafy, Wahabi dan Pengkafiran Umat Islam |
Entah apa yang ada di dalam benak penguasa Saudi dan para pengikutnya termasuk juga pemuka2 agama Wahabi/Salafi.
Beberapa hari yang lalu saya menonton tayangan dokumenter di salah satu Channel TV tentang pergerakan Salafy/Wahabi di Tunisia pasca terjadinya gerakan “Arab Spring” dari setiap 10 masjid di Tunisia saat ini 1 diantaranya telah dikuasai oleh orang2 salafy/wahabi. Dan dampak dari revolusi arab spring tersebut salafy/wahabbi skrg bebas untuk bergerak secara politik di Tunisia hal ini berdampak pula pada tempat2 bersejarah kaum muslim di Tunisa pun terancam.
Rakyat miskin di Tunisia mereka jerat dengan jargon2 agama diikuti dengan janji2 surga bila kekuasaan ada ditangan mereka niscaya mereka akan menjalankan sistem pemerintahan yang adil sebagaimana para khalifah Islam terdahulu.
Benarkah?
Kira kira….
Model kekhalifahan manakah yang akan jadikan panutan atau contoh orang2 wahabi/salafi di Tunisa itu jangan2 model kekhalifahan seperti Raja pujaan mereka Muawiya dan anaknya yazid serta seluruh Raja2 keturunan Bani Ummayah.
Tidak usahlah berangan2 dan mengkhayalkan Lihat apa yang terjadi di Mekkah sekarang yang mana dipimpin oleh Raja yang berkecenderungan Salafy/Wahabi.
Semoga Allah SWT menjadikan sholat, puasa dan zakat kita menjadi amalan ibadah yang akan membawa kita semua ke jalanNya yang lurus. Insya Allah, amiin….
Salam Damai,
Diindonesia AJARAN INI LAYAKNYA PEDAGANG KAKI LIMA YG RAJIN MEMBUKA LAPAK DAN LAKU KERAS DIBELI OLEH ORANG YG LALU LALANG…. iInnalillahi wa innalillahi rojiun … bangsa ku sedang diperkosa….!
orang-orang islam mengagungkan nabinya di “laknat” dituduh musrik, Syirik,… sementara …. manusia dan mereka kini( wahabi) justru “menyembah” mempertuhankan harta benda/” dunia” ” sebagai TUHANNYA “….. ” tak ada keraguan di mereka sedikitpun perasaan ” syirik dan musrik ?//……. benar-benar
Kebayang mungkin10 tahun dari skrg biro perjalanan umroh Indonesia psti bingung mau jualannya. Gimana gak bingung kalau cuma bisa jual paket Mekkah, Medinah plus kebun kurma. Secara semua situs Islam kali dah diratain sama tanah ama Pemerintah Sono. SADIIIS…………Eh gak ding kan paket hiburan di Mekkah makin CETAAAR aja tuh. Jadi ngapain juga pusing buat ziarah kata orang wahabi sono gak penting dan Syarik tahu. Mending habis tawaf di Kabah lanjut tawaf ke mall yang cuma tinggal nyerong dikit ajah. Lebih adeem kan ada A/C bisa lanjut tawaf blanja sampe muntah hihihi. Oke deeeh emang benar tuh omongannya Syeikh Yusuf Qaradawi kalau syeikh2 Arab itu huebad huebad pokoke TOP MARKOTOP lah.
http://www.firanda.com/index.php/artikel/manhaj/452-pengakuan-syaikh-al-qordowi-ulama-saudi-lebih-paham-dari-pada-dirinya
wahabi/salafi adalah pendusta agama,, antek wahabi di indonesia adalah PKS, PERSIS, MTA, dan mungkin masih banyak lg… Mulut wahabi dan antek2nya sangat manis,, lihat aja PKS, partai yg digembo2 bersih eh…skrang paling kotor
orang-orang wahabi itu sebenarnya orang yang pengen ibadahnya sedikit tapi berharab dapat surga yang paling utama, sebenarnya mereka ini kaum pemalas.
wahabi memang sodronnn
Siapa Azhari (pembawa pemikiran Al-Azhar – Kairo), Siapa Salafi-Wahabi?
Posted on MeiUTCbFri, 03 May 2013 18:38:35 +0000000000pmFri, 03 May 2013 18:38:35 +000038 11, 2007 by Salafy
di indonesia dengan modal uang yg banyak leluasa menyusup kesan kemari
tulisan pak goenawan slalu apik n enak dibaca. Tampak Ulah wahabi yg ‘dendam kusumat’ terhadp makam2 suci pelaku sejarah masa lampau yg tlah memberangus kebengisan moyangnya dpt berkompromi dg duit saja. ‘komersialisasi’ tdk bidah.
Komentarnya ngak ada yang berbobot….
lebih gak berbobot lagi komentnya abu annisa, sang wahabi katrok.!
tulisan yang indah, menggambarkan suasana emosi yang masygul dengan pesan bahwa “apa saja”–bagi aliran “keluarga saud” ini dan para pengekor mereka di seluruh dunia (yang konon hasil kolaborasi manis penjajah Inggris dan keluarga saud yang berdarah yahudi untuk melanggengkan kuasa koloanialisasi barat atas islam, maka perlu dibuat atau tunas khariji perlu dipupuk dan dikembangkan sebagai faktor pembendung kekuatan Islam, maka Hijaz memberontak khilafah usmani dan dihadiahi kekuasaan independen)–adalah bid’ah/musyrik (jargon islami yang sebagai alat efeftif untuk mengelabui mereka yang terbelakang dalam informasi dan keilmuan) kecuali “uang”… bagi penguasa ini bermaksiat dengan menghamburkan uang 13 juta dolar semalam (http://www.youtube.com/watch?v=UFOIQLZ63po) adalah lebih baik ketiimbang berziarah sebagai bentuk rasa cinta kepada kekasih (Nabi)-nya. Mereka bukan saja memuja uang tapi juga kemaksiatan
Mana yang lebih penting, mempertahankan fisiknya atau nilai-nilainya?…..pendapat Gunawan Muhammad (GW) terkait peninggalan fisik memang benar bahwa itu penting juga,….tetapi kepentingan GW ditunggangi AS untuk selalu memfitnah Wahhabi dg segala cara……
setahu saya gunawan muhammad itu adalah orangnya JIL. kalau mau napak tilas sejarah, pelajarilah hadist-hadist shahih, insyaAllah catatan sejarah Nabi Sallalahu Alaihi Wa Sallam anda dapatkan. Orang-orang Indo yang ke Madinah (Makam Nabi) banyak yang sholat disana dan berdoa di makam Nabi, ini adalah perbuatan yang dilarang oleh Nabi, kita juga diingatkan untuk tidak memuji Nabi terlalu tinggi hingga menyerupai pemujaan kepada Allah Subhanahu Wa ta’ala…
Sekelas Gunawan Muhammad saja dikutip tulisannya (karena senafsu)…..sekualitas Ustadz Firanda dibantah?…..(innalillah…)
oh jadi firanda itu nabi toh buat wahabi yang ma’sum, pasti benar dan ga bisa dibantah baru tahu saya ckckckckc…!
padahal ada golongan wahabi juga yang ngebantah bahkan ngejelekin firanda wah gimana tuh….!
Terimakasih penjelasan tentang wahabinya.
Amiin.. amiin ya robbal alamiin… semoga -Allah SWT kan selalu menunjukan jalan yang lurus kepada kita.
ooooo ini thgo salafi pro pemerintah
dasar salapuk