Membongkar Syubhat Kaum Mujassimah (1)

Di tengah-tengah dunia pemikiran kaum Muslimin di masa silam pernah muncul sekelompok orang yang meyakini konsep Tajsîm dan Tasybîh, bahwa Allah SWT itu berpostur, bertempat pada tempat tertentu, dan menetapkan bagi Allah SWT berbagai konsekuensi fisik, seperti bergerak, diam dll.

Munculnya pola pandan menyimpang seperti itu, akibat dari syubhat-syubhat (bukan dalil) yang meracuni pikirang mereka. Syubhat-syubhat itu berupa beberapa dzahir ayat (yang tentunya maksudnya bukan seperti pengertian dangkal yang mereka fahami) atau adanya beberapa hadis (baik shahih maupun bukan) atau beberepa pernyataan Salaf (sahabat dan tokoh-tokoh ulama generesi tiga pertama).

Ciri paling menonjol pada pola pandang kelompok ini adalah pengingkarannya terhadap penggunaan majâz dalam bahasa Arab, dan kecenderungannya menerima dan berpegang pada riwayat yang mengesankan (bahkan menunjukkan) tajsîm dan menutup mata dari riwayat yang mensucikan Allah dari penyerupaan dengan hamba-Nya.

Dalam kesempatan sebelumnya: Sekte Wahhabiyah Pewaris Mazhab Mujassimah telah kami paparkan masalah dan kami buktikn bagiamana kecenderungan memihak kepadda hadis-hadis yang menunjukkan tajsim telah membuat mereka menutup mata dari riwayat lain dalam hadis yang sama yang mensucikan Allah SWT. kini saya ajak para pembaca setia Abu Salafy menyaksikan langsung dominasi kecendreungan tersebut.

Dalam pembuktian bahwa Allah SWT berada/bersemayma di atas langit, kaum Mujassimah (yang sekerang lebih diwakili oleh kelompok Salafy/Wahhabi, seperti didemonstrasikan oleh Syeikh Wahhabi; Nâshiruddîn al Albani dalam Mukhtashar al Uluw dan Syeikh as Sabt dalam kitab Ar Rahmân ’Alâ al Asryi Istawâ) membawakan beberapa hadis, sebagiannya shahih sanadnya, sementara sebagian lainnya cacat secara kualitas sanadnya (walaupun oleh sebagian Mujassimah Modern disulap menjadi hadis shahih).

Adapun hadis-hadis yang shahih sanadnya tidak jarang mereka salah dalam memaknainya, akibat terpesonanya hati dan pikiran mereka kepada syubhat konsep Tajsîm dan Tasybîh.

Untuk lebih jelasnya mari kita ikuti istidlâlh/upaya pengajuan dalil oleh mereka.

Hadis Pertama:

أَلاَ تَأْمَنُونِى وَأَنَا أَمِينُ مَنْ فِى السَّمَاءِ ، يَأْتِينِى خَبَرُ السَّمَاءِ صَبَاحًا وَمَسَاءً

“Tidaklah kalian percaya padaku, padahal aku ini kepercayaan yang dilangit, dimana khabar datang kepadaku pada pagi dan sore hari” (HR. Bukhari dan Muslim)

Jawab:

Abu salafy berkata:

Setiap ayat/hadis yang menyebut kata: مَنْ فِى السَّمَاءuntuk Allah SWT maka yang dimaksud dalam bahara orang-orang Arab (yang Al Qur’an diturunkan dengan bahasa mereka) adalah makna majâzi, yaitu keagungan, kemuliaan dan ketinggian maknawi, bukan ketinggain hissi (material).

Seorang pujangga Arab klasik bersyair:

علونا السماءَ مَجْد ُنا وجدودُنا*** و إِنَّا لنبغِي فوق ذلك مظهرا

Kami menaiki langit, kejayaan daan moyang kami*** dan kami menginginkan kemenangan di atas itu.

Jelas sekali bahwa yang dimaksdu menaiki/meningggii langit bukan langit fisik di atas kita itu, akan tetapi langit kemuliaan dan keagungan.

Demikianlah yang dimaksud dalam setiap nash yang datang dengan redaksi: مَنْ فِى السَّمَاء (andai ia shahih tentunya). Hal demikian dikarenakan dasar-dasar yang pasti dalam al Qur’an dan as Sunnah shahihah yang mengharuskan kita mensucikan Allah SWT dari bersemayam, bersentuhan dan bertempat di atas langit ata di atas bumi /bertempat pada makhluk-Nya.

Hadis di atas dalam riwayat Bukhari& Muslim, telah mengalami “olah kata” oleh perawi. Artinya si perawi meriwayatkannya dengan makna saja, ia tidak menghadirkan redaksi sebenarnya. Akan tetapi seperti telah saya singgung, kaum Mujassimah lebih cenderung membuka mata mereka ke aarah hadis di atas ketimbang membuka mata mereka terhadap riwayat lain dari hadis ini yang juga diriwayatkan Imam Bukhari. Untuk riwayat-riwayat yang tidak bersejalan dengan pikiran Tajsim mereka, mereka menutup mata dan telinga mereka, seperti pada kasus hadis Jâriyah yang telah lewat kami bicarakan.

Coba perhatikan, dalam Shahih Bukhari dan Muslim terdapat banyak redaksi periwayatan hadis di atas yang tersebar di beberapa tempat, akan tetapi tidak memuat kata: مَنْ فِى السَّمَاء yangb tentunya tidak akan membantu kaum Mujassimah, karenanya hadis itu tidak pernah mereka gubris.

Perhatikan hadis di bawah ini:

فَمن يُطيعُ اللهَ إذا عصيْتُهُ، فَيَأْمَنُنِي على أهلِ الأرضِ ولا تَأْمَنُونِى؟!

“Siapakah yang mena’ati Allah jika aku (Nabi saw.) menentaangnya?! Dia (Allah) mempercayaiku untuk mengurus penduduk bumi sedangkan kalian tidak mempercayaiku?!”

coba perhatikan radaksi hadis di atas lalu bandingkan dengan radaksi hadis sebelumnya yang juga diriwayatkaan Bukhari!

Al Hâfidz Ibnu Hajar al Asqllani mengomentari hadis tersebut dengan kata-katanya, “Nanti akan dibicarakan makna sabda: مَنْ فِى السَّمَاء pada Kitab at Tauhid.

Kemudian seperti beliau janjikan, beliau menguraikan makna kata tersebut:

“Al Kirmâni berkata, ‘Sabda: مَنْ فِى السَّمَاءmakna dzâhirnya jelas bukan yang dimaksudkan, sebab Allah Maha Suci dari bertempat di sebuah tempat, akan tetapi, karena sisi atas adalah sisi termulia di banding sisi-sisi lainnya, maka ia disandarkan kepada-Nya sebagai isyarat akan ketinggian Dzat dan sifat-Nya.’ Dan seperti inilah para ulama selainya menjawan/menerangkan setiap kata yang datang dalam nash yang menyebut kata atas dan semisalnya.” (Fathu al Bâri,28/193)

Abu Salaafy berkata: Andai seorang mau merenungkan dan meresapi keterangan di atas pasti ia akann selaamat dari syubhat kaum Mujassimah dan pemuja riwayat yang belum pasti; al hasyawiyah.

Jadi para ulama telah memaknai hadis-hadis yang memuat redaksi yang mengesankan keberadaan Allah SWT di sebuah tempat dengan pemaknaan yang sesuai dengan Kemaha Sucian dan Kemaha Agungan Allah SWT.

Akan tetapi sepeti berulang saya katakana, kaum Mujassimah dan mereka yang tertipu oleh syubhat kaum Mujasimah lebih tertarik mengedepankan hadis-hadis dengan redaksi yang mendukung konsep dan pandangan Tajsîm yang mereka yakini, walaupun mereka enggan disebut sebagai Pewaris Mazhab Mujassimah!

(Bersambung)

102 Tanggapan

  1. Abu Salafy berkata: “Di tengah-tengah dunia pemikiran kaum Muslimin di masa silam pernah muncul sekelompok orang yang meyakini konsep Tajsîm dan Tasybîh, bahwa Allah SWT itu berpostur, bertempat pada tempat tertentu, dan menetapkan bagi Allah SWT berbagai konsekuensi fisik, seperti bergerak, diam dll.”

    Abu Abdurrahman berkata: pernyataan ini merupakan pernyataan yang mengandung konsekuensi penafian shifat Allah, bahkan kalau Allah tidak memiliki shifat sebagiamana yang Allah sebutkan untuk-Nya sendiri, ini berarti juga menafikan keberadaan Allah! “Inna Lillahi wa Inna ‘Ilaihi Raji’un”

    alam menyikapi ayat-auat/hadis-hadis shifat (?) ada tiga aliran paling tidak:
    MMaha Suci Allah dari Kaum Mu’athillah, Jahmiyah dan Asy’ariyah, dan yang semisal dengan mereka.

    kalau anda meniadakan keberadaan Allah dan Shifat-Shifat-Nya, bagaimana kalau ada orang awam yang dengan fitrahnya bertanya tentang dimana Allah? apa yang harus kita jawab????

    apakah kita harus menjawab:
    “Allah tidak dimana-mana!!”
    pernyataan ini mengandung konsekuensi bahwa Allah tidak ada dan ini jelas kebathilannya!!!

    atau bila dikatakan:
    “Allah ada dimana-mana!!!!”
    pernyataan ini memaksa bahwa Allah juga berada di pasar-pasar, ditoilet atau tempat-tempat kotor”

    Maha Tinggi Allah dari pernyaan-pernyataan bathil sperti ini dengan Ketinggian yang sebesar-besarnya.

    wahai kaum mu’athillah!!

    jika kalian menafsirkan al-Qur-an dan as-Sunnah sesuai dengan majaz:

    maka cobalah kalian kumpulkan 5 orang saja dari ahli bahasa untuk menafsirkan Ayat-ayat Allah dan Rasul-Nya niscaya kalian akan mendapati mereka berbeda-beda dalam menafsirkannya.

    kemudian anda juga menolak khabar ahad untuk masalah aqidah, maka sekarang jika anta ingin menyampaikan masalah aqidah maka janganlah anta menyampaikan seorang diri, karena khabar anta ahad, sungguh kami tidak bisa menerimanya untuk aqidah, untuk itu ajaklah teman-teman anta supaya khabarnya bisa mutawatir.!!!!

    terakhir!!
    beritahukan kepada kami Apakah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam juga Shahabat-shahabatnya radhiyallahu ta’ala ‘anhum memerintahkan untuk mennta-wil ayat-ayat shifat, apakah nereka mengetahuinya???, atau apakah mereka tidak tahu???

    “Tunjukanlah bukti bila anta orang yang benar”

    kepada Allah-lah kami memohon taufiq!

    ___________
    Abu Salafy:

    Akhi Abu Abdurrahman –hadakallah ila Shawabil aiqidah-, Sepertinya Anda sedang keracunan kerancuan berpikir kaum Mujassimah/musyabbihah… Argumentasi yang Anda bawakan sama persisi dengan yang mereka bawakan!

    Menafikan tasybih dan tajsim tidak berkonsekuensi menafikan sifat-sifat Allah dan kemudian berarti menafikan wujud Allah -Maha suci Allah dari anggapan kaum jahil-!

    Dalam menyikapi ayat-ayat/hadis-hadis shifat paling tidak ada tiga aliran:
    1) Menyerahkan pemaknaannya kepada Allah SWT. Artinya para ulama tidak melibatkan diri dalam menfsirkannya… tafsirnya adalah bacaannya itu!
    2) Mena’wilkannya, semisal kata: يد عين وجه dll dengan penakwilan tertentu.
    3) Mengartikan kata-kata sifat itu dengan arti apa adanya yang digunakan, seperti kata: نزل-خرول-ضحك dll dengan makna yang ada: turun-berlari-lari kecil dan tertawa!

    Aliran pertama, no komen. Aliran kedua memberikan penafsiran yang sesuai dengan kemahasucian dan kemaha-agungan Allah SWT. Sedangkan aliran ketika meniscayakan tajsim dan tasybih.

    Jadi kalau kita tidak memilik aliran tidak berarti menjadi menta’thil (menafikan) dari pensifatan!
    Itu hanya khayalan kaum mujassimah dan musyabbihah belaka!

    Kalau boleh saya sarankan untuk Anda saudaraku, baca buku DAF’U SYUBAHI AT TASYBIH BI AKUFFI AT TANZIH, karya Ibnu al Jauzi, seorang ulama bermazhab Hanbali seperti juga kaum Wahhabi (dalam klaim mereka)… di sana semua syubhat yang selama ini menghinggap dalam pikiran saudara insyaAllah tersingkap…. atau paling tidak saudara mengetahui dalil-dalil mereka yang menentang aliran pemikiran saudara dan teman-teman Wahhabi/Salafy. Jangan taku membaca buku orang selain kelompok Anda!

    • Assalamu ‘alaikum, salam kenal.
      afwan akhi karena blog antum diniatkan untuk menyerang paham salafush sholih, maka ane panggil aja antum abu jahily, setuju.

      tunjukkan dasar yg kuat baik dgn dalil naqli maupun aqli, bahwa pendapat kalian para penakwil, dijamin kebenaranya atas perbuatan kalian yg telah menakwilkan dalil2 mutasyabihat.

      tentu di kalangan kami tak mau menakwilkan, karena
      1. Kami dicukupkan dgn firman Alloh,
      “Dia-lah yang menurunkan Al Kitab (Al Qur’an) kepada Muhammad. Di antara (isi)nya ada ayat-ayat muhkamat, itulah Umm Al Qur’an (yang dikembalikan dan disesuaikan pemaknaan ayat-ayat al Qur’an dengannya) dan yang lain ayat-ayat mutasyabihat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti ayat-ayat yang mutasyabihat untuk menimbulkan fitnah dan untuk mencari-cari takwilnya sesuai dengan hawa nafsunya, padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya (seperti saat tibanya kiamat) melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya mengatakan : “kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat, semuanya itu berasal dari Tuhan kami”. Dan tidak dapat mengambil pelajaran darinya kecuali orang-orang yang berakal” (Q.S. Al Imran : 7)
      2. Kehatian hatian lebih ahsan daripada menjebloskan diri pada perkara yg diperselisihkan terutama jika yg diperselisihkan jelas bertentangan dalil.
      3. Sadar diri, pada perkara yg lahir saja manusia masih kerepotan untuk menetapkan suatu hakiki, misal asal muasal bulan dan matahari dan benda langit lainnya, asal muasal gravitasi bumi.
      apalagi pada urusan ghoib, yang sebenarnya pembicaraan manusia yg menakwilkan perkara ghoib layaknya manusia yg sedang mendongeng, sebab tak ada jaminan bahwa yg dibicarakannya adalah suatu kebenaran.
      4. Berlepas diri dari takwilan bukan berarti Alloh itu seperti makhluknya, sifat Alloh “Mukhalafatuhu lilhawadis” berbeda dengan makhluknya, sudah cukup bhw yg Alloh sifatkan sendiri tentu berbeda dgn makhuknya, dan manusia tak perlu repot menakwilkan hal2 yg di luar jangkauan kemampuan manusia.
      5. Jangan menganggap bahwa menakwilkan berarti menjaga agama, justru ini merusak agama.

      SILAHKAN DITANGGAPI POIN PER POIN. OKE ABU JAHILY

      • Ini tanggapannya
        1. Berapa madzhab salaf sholeh satu atau lebih?.
        2. Jadi anda tak mau tafwidh dan takwil ya ngotot mau mengambil makna dhohir. Ok, klu begitu anda menisbatkan pada Dzat-NYA yg mulia :
        Rambut, Tumit, Betis, Pinggang, Tangan, Wajah, Telinga, Mata, Jari2, klu duduk di Arasy terdengar bunyi mengiuk/kriet2, berupa pemuda amrod/belum tumbuh jenggot dan kumis, rambutnya bergelombang dan berjambul, mengenakan pakaian , bersandal emas, tangannya terasa dingin, menciptakan diri-NYA dari keringat kuda hitam, antara diri-NYA dgn Arasy berjarak 4 jari saja, tinggal di rumah juga. tiap malam turun ke langit yg terdekat ke bumi dan bentuknya serupa dgn Adam.

        Setelah ini semua anda mengatakan Dia tidak sama dengan mahluk-NYA/mukholafatu lil hawaditsi. Suhnallahi ‘amma yashifuun.
        Kritis mas kritis, dgn israiliyat yg masuk dlm akidah kayak beginian. Klu anda tak mau takwil dan memilih tafwidh bisa kami mengerti. Tapi klu ngotot mengambil makna dhohir itu dan menyalahkan pula keyakinan orang lain ya terima konsekwensinya. Jangan anda anggap orang lain tidak bisa menjawab oleh karenanya patut dianggap sesat dan hanya anda yg benar.

  2. Kamu gak bosan ya abusalfy bikin fitnah hanya dengan kebodohan dan kedangkalan nalarmu apalagi ilmumu. Penetapan bahwa allah swt beristiwa diatas langit adalah keimanan yang diyakini oleh salafushalih, sebagai buktinya (kamu pasti minta bukti)
    Al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah berkata: “Pandangan yang kami ikuti berkenaan dengan masalah ini adalah pandangan Salafush Shalih seperti Imam Malik, al-Auza’i, ats-Tsauri, al-Laits bin Sa’ad, Imam asy-Syafi’i, Imam Ahmad, Ishaq bin Rahawaih dan Imam-Imam lainnya sejak dahulu hingga sekarang, yaitu mem-biarkannya seperti apa adanya, tanpa takyif (mempersoalkan kaifiyahnya/hakikatnya), tanpa tasybih (penyerupaan) dan tanpa ta’thil (penolakan). Dan setiap makna zhahir yang terlintas pada benak orang yang menganut faham musyabbihah (menyerupakan Allah dengan makhluk), maka makna tersebut sangat jauh dari Allah, karena tidak ada sesuatu pun dari ciptaan Allah yang menyerupai-Nya.

    Bukti lain: Ketika Imam Malik rahimahullah ditanya tentang istiwa’ Allah, maka beliau menjawab:
    “Istiwa’-nya Allah ma’lum (sudah diketahui maknanya), dan kaifiyatnya tidak dapat dicapai nalar (tidak diketahui), dan beriman kepadanya wajib, bertanya tentang hal tersebut adalah perkara bid’ah, dan aku tidak melihatmu kecuali dalam kesesatan.”

    Imam Abu Hanifah juga mengatakan “Barangsiapa yang mengingkari bahwa Allah k berada di atas langit, maka ia telah kafir.” (apa abu hanifah ra. termasuk wahabi takfiri? buka matamu wahai abu salafy)
    Jadi menurut saya kamu cuma mau membelokkan pandangan para salaf kepada pandangan sesat kamu wahai dhall mudhill.

    __________
    Abu Salafy:

    Wan… semoga ketika menulis tanggapan di atas Anda tidak sedang mabok….
    Mabok ghurur (PD)….
    atau sedang keracunan syubhat Mujassimah…
    Sungguh saya, heran, Anda mengutip kata-kata Ibnu Katsir, sementara komentar tersebut merugikan aliranmu ya akhi benthaleb!

    Para ulama Salaf, antara dua pendapat mereka, mendiamkan (tafwidh), tidak menafsirkannya atau mena’wilkan ayat-ayat shifat (?).. Adapun kaum mujassimah dan Musyabbihah mereka meyerupakan Allah dengan makhuk-Nya….

    Imam kalian menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya, memaknai nuzul, misalnya dengan mencontohkan ia turun dari tangga mimbar yang sedang ia duduki….

    Para tokoh Mujassimah yang kalian banggakan mengatakan bahwa Allah duduk di Arsy-Nya dan kelak di hari kaimat mendudukan Nabi Muhammad saw. di sebelah-Nya! Apa ini bukan tajsim ben Tasybih ya berthaleb?!

    Adapun penukilan dari Imam Malik juga tidak menguntungkan kalian!
    Adapun ucapan Imam Abu Hanifah tolong buktikan keshahihan penukilannya! Jangan asal nukil tanpa membuktikan kesahahihan. Itu gaya kaum Awam yang suka silau dengan riwayat/atsar betapapun palsu dan maudhu’nya!

    Ya benthaleb, coba kalau berani sebutkan sanad ucapan Imam Abu Hanifah! Dan pasti saya akan buktikan kepada pembaca bahwa parawinya adalah cacat berat!! Jadi jangan buat malu, saya tunggu sanadnya ya! Kalau kamu tidak malu!

    Ya akhi benthaleb, saya beraharap kamu mampu menyelamatkan Imam kamu al Albani dari kritik saya di atas bahwa ia curang! Benar kan?! Dia sekarang lebih butuh kamu bela dari pada kamu puji kerapian jenggotnya saja!

  3. mengapa anta menghapus tulisan ana??
    anta tidak mampu menjawabnya??
    atau anta berjiwa pengecut??

    kalau memang anta diatas al-Haq, maka tunjukanlah dalil dari kitabullah dan sunnah Rasulillah shalallahu ‘alaihi wa sallam tentang perintah menta-wil ayat-ayat shifat??

    apakah Rasulullah dan Shahabatnya mengetahui yang anta bicarakan tentang ta-wil ayat-ayat shifat??? atau tidak mengetahui??

    __________
    Abu Salafy:

    Tulisan yang mana mas?!

    Baca ayat 7 surah Alu Imran dan sabda Nabi saw. untuk Ibnu Abbas ra.

    اللهم فقهه في الدين و علمه التأويل.

    Fahami keduanya pasti kamu terselamatkan dari jeratan syubhat Mujassimah dan musyabbihah!

  4. afwan ana tidak bermaksud mengatakan anta pengecut seperti diatas tadi karena ada kesalahfahaman di koneksi komp ana, jadi agak sedikit lambat membukanya!!

    ___________
    Abu Salafy:

    Demi Allah..dan cukup Allah sebagai saksi… betapa kita di sini terlihat bertengkar/kurang akur tapi demi Allah saya tidak memandang saudara sebagai musuh saya. Allah syahid!
    mudah-mudahan Anda juga demikian memandang saya.
    Saya berharap diskusi kita membuahkan hasil… kita menemukan kebenaran yang selama ini kita idam-idamkan. Amin.

  5. Untuk Abu Abdurrahman dan benthaleb dan yang lainnya
    saya ingin meluruskan pendapat kalian dengan artikel yang saya dapat dari salah satu blog sbb :
    apakah benar atau salah tergantung dari sudut pandang mana yang memandangnya. dan TOLONG ARTIKEL INI DIBACA DENGAN TELITI DAN DIPAHAMI MUNGKIN SEBAGAI BAHAN RENUNGAN DAN MASUKAN.

    Tajsim/penjasmanian dan Tasybih/penyerupaan Allah swt.kepada makhluk-Nya

    XXXXXXXXXXXXXXXXXX

    _______________
    -abu salafy-

    Afwan mas Din, artikel (copy-paste) anda tidak dapat kami tampilkan (lihat pemberitahuan disebelah kanan blog) tolong anda sebutkan aja URL (alamat link artikel tsbt) nanti kami tampilkan.

    Blog ini telah penuh dengan copy-paste, kalo punya saudara kami tampilkan, maka para wahabi akan membalas anda dengan copy-paste juga, karena hoby mereka memposting copy-paste. dan blog ini sudah penuh dengan copy-paste mereka!

    ma’af ya!
    wassalam

  6. kalau perkataan ulama diatas kamu fahami dengan pemahaman akal kamu yang gak beres ya memang seperti membenarkan ocehan kamu tapi menurut pemahaman akal yang beres dan punya bashiroh tentunya tidak sebagimana pemahamnmu. sekarang tinggal kita ini mau jadi orang yang beres ya pasti akan menolak pendapatmu yang tidak beres.
    Perkataan abu hanifah saya kira kamu punya bukunya karena buku ini juga kamu jadikan referensi.
    Asal jujur aja kamu ya abu salafy…..!

    __________
    Abu Salafy:

    Salam wan benthaleb….
    Anda menukil kalimat Abu Hanifah yang dalam anggapan kaum Mujassimah mendukung pendapat mereka, lalu kami meminta Anda untuk membawakan sanadnya, apa itu salah? Bukankan tanpa sanad yang dapat dipertanggung jawabkan semua orang bisa ngomong dan asal gomong?!

    Kami memaklumi kenapa Anda berbelit-belit untuk mau menyebutkan sanad ucapan Abu hanifah itu, sebab Anda takut dipermalukan di sini kan? Sebab kami akan membongkar kepalsuannya?!

    Jadi begini saja, Anda rembukan dulu dengan ustadz-ustadz Wahhabi Anda dan kalau mereka mengizinkan itu artinya siap dipermalukan di sini pasti mereka mengizinkan! Kalau tidak, ya Anda ta’ati saja! Bukankah mena’ati dan bertaqlid kepada ulama (pewaris para Nabi as.) itu wajib hukumnya!!

    Adapun kata-kata kasar, itu kami sudah biasa mendengarnya dari kaum rendahan, jadi kami berharap Anda (sebagai keturunan Arab berakhlak mulia) tidak termasuk dari mereka.

  7. bagaimana dengan perkataan al-Hafidz Ibn Hajar rahimahullah dalam al-Fath 13/417,Tahqiq:Abdul Qadir Syaibah al-Hamd, terbitan: al-Malik al-Amir Sulthan bin Abdul Aziz Alu Su’ud, Cetakan pertama 1421H,: “dikeluarkan oleh al-Baihaqi dengan sanad jayyid dari al-Auza’i ia berkata:
    كُنَّا وَالتَّابَعُوْنَ مُتَوَافِرُوْنَ نَقُوْلُ : انَّ اللهَ عَلَى عَرْشِهِ وَنُؤْمِنُ بِمَا وَرَدَتْ بِهِ السُنَّةَ مِنْ صِفَاتِ اللهِ تَعَالَى
    “Kami dan para Tabi’in semuanya menetapkan dengan kesepakatan qaul kami bahwa: Sesungguhnya Allah di atas ‘Arsy-Nya dan kami beriman dengan apa yang telah dinyatakan oleh Sunnah berkenaan sifat-sifat Allah Ta’ala”

    berkata al-Humaidi rahimahullah dalam kitabnya Ushulussunnah hal. 42, Dar Ibnul ‘Atsir – Kuwait, Dirasah dan Tahqiq: Misy’al Muhammad al-Hadadi, Cetakan Pertama 1418H, berkata:
    وما نطق به القرآن والحديث مثل قوله تعالى: ” وقالَتِ اليَهُودُ يدُ اللَّه مَغْلُولةً غلّت أيْديهم ولُعِنُوا بما قَالُوا بَلْ يَدَاه مَبْسُوطتان ” سورة المائدة آية 64. ومثل قوله تعالى: ” والسّمواتُ مَطْوياتٌ بيَمينه ” سورة الزمر آية 67. وما أشبه هذا من القرآن والحديث لا نزيد فيه ولا نفسّره، ونقف على ما وقف عليه القرآن والسنة
    “dan apa yang disebutkan dalam al-qur-an dan al-hadits, seperti, “”orang-orang yahudi berkata: tangan Allah terbelenggu, sebenarnya tangan merekalah yang dibelenggu” (al-Maaidah-4), “dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya” (az-Zumar:67), dan ayat-ayat al-qur-an dan al-hadits, yang sejenis dengan ayat diatas tidak boleh menambah-nambahinya dan juga tidak boleh menta-wilnya, kita memutuskan sebagaima yang diputuskan al-qur-an dan as-sunnah”
    selanjutnya beliau berkata:
    ونقول: ” الرحمنُ على العرش استوى ” ، ومن زعم غير هذا فهوِ مُبْطِلٌ جهميٌّ
    “dan kami menegaskan : “Yang Maha Pemurah, yang beristiwa diatas Arsy” (Thaa-haa:5), barangsiapa yang berpendapat selain itu ia adalah seorang mu’athil dan jahmi.”

    bagaimana????

    begitu jug Imam al-Mufassir ath-Thabari rahiamhullah ketika mentafsirkan surat al-Hadid ayat:4: beliau berkata:
    وهو شاهد لكم أيها الناس أينما كنتم يعلمكم، ويعلم أعمالكم، …، وهو على عرشه فوق سمواته السبع
    “Dia melihat kamu wahai manusia! Di mana saja kamu berada, Dia mengetahui (apa saja) tentang kamu dan mengetahui segala amal kamu.., Dan Dia di atas ‘ArasyNya dan ‘ArasyNya di atas langit yang ke tujuh”

    begitu juga IbnKatsir ketika menafsirkan al-A’raf:54::
    maka maka merujuklah kepada kitab-kitab tersebu (walaupun masih banyak kitab yang membahas masalah ini)!!!

    __________
    Abu Salafy:

    Mas abu abdurrahman, pertama, tolong baca pengumuman kami hari ini di: Hadis ‘Aina Allah’ Dimana Allah!

    kedua, saya berharap Anda mau membaca sikap dan mazhab Ibnu Jarir, Ibnu Hajar dalam menyikapi ayat-hadis shifat….

    Saya harap Anda bersabar, karena kami akan membahasnya dalam kesempatan lain. dengan melibatkan sebanyak mungkin data untuk diskusi kita. Gimana, setuju mas?

    untuk semua yang saudara bawakan di atas insyaAllah akan kami bahas nanti bidznillah wa tawfiqihi..

  8. lagi-lagi anta tidak menjawab pertanyaan ana, mana dalil perintah ment-wil dari al-qur-an dan as-Sunnah????

    sebab menetapkan sesuatu harus dengan dalil!!!

    bukan akal-akalan,dan niat baik saja untuk mensucikan Allah

    bukankah al-Imam asy-Syafi’i rahimahullah pernah berkata:
    من استحسان فقد شرع
    “barangsiapa yang menganggap baik perbuatan (tanpa dalil) berarrti ia telah menetapkan syari’at” (al-Musytashfa – al-Imam al-Ghazali)

    lalu siapakah abu salafy yang berani-beraninya menganggap pebuatan anta baik untuk menjauhkan dari tajsim dan tasybih terhadap Allah Jalla wa ‘Ala, apakah anda pembuat syari’at???

    mana dalilnya???? mana hujjahnya???

    __________
    Abu Salafy:

    Salamun Alaikum mas abu.
    kemarin sudah saya jawab kan?!
    Tapi nggak apalah saya sebutkan lagi di sini.
    Tolong baca jawaban saya di:

    1. Benarkah Wahhabiyah Pewaris Sejati Mazhab salaf? (1)
    2. Benarkah Wahhabiyah Pewaris Sejati Mazhab salaf? (2)

    selain itu, nanti akan saya tambahkan lagi bukti-bukti baru kalau bukti dalam dua artikel saya di atas dirasa kurang cukup. Insyaallah.

  9. terima kasih atas sarannya

  10. koq judulnya
    “Membongkar Syubhat….”?

    ane usul kalo diterima, kenafa gak
    “Membongkar Ideologi…” ?

    Abu Salafy:

    Memang itu ideologi mereka, akan tetapi mereka gemar menabur syubhat itu di tengah-tengah kaum awam… jadi atas pertimbangan itu kami tulis judul di atas. Bisa jadi hemat Anda yang lebih benar.

  11. kalau ayat الرحمن على العرش استوى
    dimaknai استىلاءه على العرش
    maka seandainya dihubungkan dengan ayat
    و كان عرشه علي الماء maka maknanya adalah kekuasaan allah itu ada diatas air, ini suatu hal yang mustahil karena kekuasaan allah meliputi langit dan bumi dan yang ada diantaranya. Maka benarlah pemaknaan sebagaimana apa adanya bhw allah bersemayam diatas ‘arsy tanpa bisa dan boleh diserupakan dengan bersemayamnya makhluknya. dan rupanya abu salafy hendak memaksakan pemahaman kaum mu’athilah dari grup abdullah bin kilab yang diikuti oleh orang2 asy’ariyah yang justru menafikan tentang keberadaan allah diatas arsynya. Dan lucunya lagi abu salafy menafsirkan ayat allah tentang keberadaan allah diatas langit cuma bemodalkan pada perkataan penyair yang tidak diketahui keabsahannya/siapa si penyair ini/apa aqidahnya dengan kata lain penyair majhul. dan hadis shaih yang diriwyatkan bukhari yang digunakan imam bukhari untuk membantah kaum jahmiyah dan mu’athilah seperti abu salafy justru dimaknainya dengan seenak udelnya untuk membenarkan kebathilan fahamnya.
    dan lagi untuk membuktikan kebenaran allah bersemayam diatas arsy dilangit adalah riwayat bukhari-muslim dari abu hurairah tentang pergantian malaikat siang dan malam yang kemudian mereka naik kelangit untuk melaporkan perihal hamba pada allah (و هو اعلم) .Kemudian riwayat dari muslim ketika haji wada’ dan nabi mengatakan telah menyampaikan seluruh risalah (jadi gak perlu lagi tambahan2 hal baru) dan beliau berkata اللهم اشهد seraya mengisyaratkn telunjuk beliau kelangit. jadi wahai abu salafy secara dhohir sudah kelihatan bahwa nabi mengajarkan pada kita bahwa allah itu ada dilangit dan bersemayam diatas arsynya apakah engkau yang mengaku mencintai beliau dan keturunan beliau masih mau menolak? kebenaran macam apa yang kau cari wahai abu salafy….?

    ___________
    Abu Salafy:

    Semua syubhat yang Anda sampaikan itu telah dibantah habis oleh ulama Ahlusunnah! tapi sayang Anda mungkin belum membacanya atau takut membacanya, karenanya racum tajsim dan tasybih belum bisa dikeluarkan dari pikran Anda! (maaf ya).

    Akhi benthaleb, apa yang Anda pahami dari ‘Uluw nya Allah di atas arsy-Nya itu? ‘Uluw hissi atau ‘ulw maknawi?

    Apa Anda yakin Allah itu di langit? Atau dibumi? atau ditempat lain?
    Oh ya, bagaimana Anda dan ulama-ulama Mujassimah Anda memahami ayat-ayat di bawah ini yang menunjukkan Allah itu bukan di langit:


    1 – قال تعالى : * ( فلما أتاها نودي من شاطئ الواد الايمن في البقعة المباركة من الشجرة أن يا موسى إني أنا الله رب العالمين * وأن ألق عصاك فلما رآها تهتز كأنها جآن ولى مدبرا ولم يعقب يا موسى أقبل ولا تخف إنك من الامنين ” القصص : 30 – 31 .

    2 – وقال تعالى : * ( والذين كفروا أعمالهم كسراب بقيعة يحسبه الخمان ماء حتى إذا جاءه لم يجده شيئا ووجد الله عنده فوفاه حسابه والله سريع الحساب ) * النور : 39 .
    3 – وقال تعالى : * ( ونحن أقرب إليه منكم ولكن لا تبصرون ) * الواقعة .
    4 – وقال تعالى : * ( ما يكون من نجوى ثلاثة إلا هو رابعهم ولا خمسة إلا هو سادسهم ولا أدنى من ذلك ولا أكثر الا هو معهم أين ما كانوا ” المجادلة : 7
    5 – وقال تعالى لسيدنا موسى وأخيه سيدنا هارون * ( إنني معكما أسمع وأرى ) * طه : 46 .

    6 – وقال تعالى : * ( وهو معكم أينما كنتم ) * الحديد : 4 ، :

    Cukup dulu ustdaz benthaleb.
    Alhamdulillah rupanya komputer ustdaz sekarang sudah bisa tulis bahasa Arab, Jadi gimana, apa kita berdiskusi dengan mengunakan bahasa Arab aja? Jelek-jelek begini saya ini santrinya Kyia NU yang ahli nahwu dan bahasa Arab… walaupun belum pernah jadi TKI di negeri Arab sana!

  12. Yth Abu Salafy

    assalamu alaikum wr. wb.

    Sampean minta bin thaleb membawakan sanad ucapan Imam hanafi? tentu ya nggak berani, bener sampean apa siap dibikin malu,

    kalo ngomong sama kita yang bodoh ini wahabi sedikit-sedikit bawa hadis riwayat ini riwayat itu, tapi kalo ngedepi tiang kados panjenengan yo miki-mikir desek to…

    jangan harap ben thaleb mau membawakan…

    maju terus pak yai (abu salafy), wahabi pun ketingalan kedodorane!

    • klo yg namanya benar ya maju dgn sendirinya, dan yg bobrok ya acur sendiri n kliatan busuknya.

  13. komentar saya disini tentana ‘aina allah kok gak muncul bib? apa saya yang keliru postingnya ya?

    _________
    abu salafy

    akhi benthaleb, dak usah banyak berbohong.
    tulisan anda sama sekali tidak berbobot,
    jadi tidak ada yang perlu ditakuti.
    jawab saja tulisan saya dak perlu lari kesana kemari!
    Sanad ucapan Imam Abu Hanifah sampai sekarang belum anda bawakan, takut dipermalukan ya?

  14. Sifat “uluwnya allah jangan pakai pemahaman syair ya abu salafy assegaf, tapi pkai pemahaman para salaf seperti sahabt dan tabi’in lebih selmet dari perkataan penyair majhul.

    Kalau diskusi pakai bahasa arab disini maka manfaatnya tidak bisa diambil oleh semua pengunjung blog kamu, tapi bagaimana kalau kita ngomong2 pertelpon aja? telponmu berapa nanti jangan kuatir saya yang nelpon !!! OK!!!

    __________
    Abu Salafy:

    Salam ya tukang nujum…
    Begini aja, Anda sebutkn dengan tanpa malu, menurut Anda ‘Ulw Allah itu bersifat ma’nawi atau hissi?
    Kemudian sebutkan tafsiran Salaf yang sesuai dengan tafsiran kaum Wahhabiah Mujasimah?
    Masalah menulis komentar dengan bahasa Arab saya idak ingin mamakasa Anda lagi, mungkin itu merepotkan Anda…. dan menurut Anda sedikit manfa’atnya. Apalagi telpon lebih sedikit ,manfaatnya… Jika Anda punya banyak uang reyal, dari pada dibuang untuk pulsa, lebih baik disimpan saja untuk membeli alat cukur merapikan jenggot-jenggot yang serabutan…

    • Cocok…. setuju, biar Jenggotnya tidak menyerupai Orang-Utan,
      duitnya buat beli gillet goal biar jadi Orang-Kota.

  15. Buat pak kyai saya mau tanyak kalau allah tidak dilangit terus ngapin nabi isro’ mi’rojnya ada kelangitnya? ini mungkin yng jadi pegangan mereka, jadi kulo nyuwun sanget dipun jelasaken.

    __________
    Abu Salafy:

    Allah SWT mengisra’kan Nabi Nya ke langit untuk: memperlihatkan kepadanya tanda-tanda kebesaranNya. Baca ayat 1 surah a Isra’.

  16. tentang mslh istiwa’,kami yg bermadzab ahlus sunah hanya mengimani saja terhadap ayat2 yg menyebutkan tentang ISTIWA’. dan tanpa berani mencoba2 utk mentakwil2kan . sebab hal itu akan menjerumuskan seseorang kpd kekafiran. yg sy heran kenapa antum kok membawakan syubhat2 bodoh tersebut?? untuk apa? dan dgn tujuan apa?? sdgkan bertanya saja tentang mslh itu secara mendetail sdh merupakan perbuatan “bid’ah”.apa lg menjadikanya sbgai bahan obrolan seperti ini.

    __________
    Abu Salafy:

    Kalau Ahli Bid’ah yang mengaku sebagai Ahlusunnah sudak mengacau pikiran awam dengan syubhat-syubhat palsu murahan, apa kita harus diam tidak membongkarnya?
    Jadi semestinya pertanyaan/protes (jika itu protes) Anda akan lebih tepat jika Anda alamatkan kepada kaum Wahhabiyah Mujassimah bukan kepada yang mau menerangkan masalah dan menepis syubhat murahan!

  17. Yabd perlu dipahami adalah:
    1. (Dimensi) ruang; waktu, dan kesadaran adalah makhluq Alloh. Alloh tidak dibatasi ruang dan waktu dan kesadaran makhluq. Bukankah dalil bahwa alloh pencipta segalanya, dan tidak setipa dengan apapun adalah cukup untuk hujjah ini.
    2. Nash2 yg menyatakan sifat atau perbuatan sabg pebcipta tentunya gaeis dipahami:
    a. Maknanya kita serahkan pada alloh,
    b. Harus dipahami alloh bukan makhluq, memahami makna sifat atau perbuatan itu tentu dalam pengertian memahami sesuatu yang diluar batas ruang, waktu, dam kesadaran.
    c. Jika memang ada dalil2 bahwa memhami ayat2 sifat itu memakai bahasa majaz adalah sesuatu yang boleh atau bahkan diajarkan nabi, saya kira lebih baik, untuk menghidari mujassimah,
    d. Dalih mengatakan bahwa kita meyakini ayat2 itu, tanpa menjelaskan bahwa maknanya diserahkn pada alloh dan alloh bukan mahluq (tidak terikat waktu, ruang, ) bisa menjebak ke mujassimah

  18. mas abusalafy kalau mas ditanya dimana Allah jawabnya apa???

    __________
    Abu Salafy:

    Bukankah tempat itu ciptaan Allah? Lalu bagaimana kita akan bertanya dimana Allah? Pertanyaannya sudah salah mas!
    Hanya kaum Mujassimah (Wahhabiyah) seperti Ibnu Taimiyah, dan anak-anak pikirannya seperti Utsaimin saja yang meyakini Allah bertempat!

    Pertanyaan seperti itu muncul di pikiran saudara karena mungkin saudara membayangkan Allah itu seperti meteri lain! Lalu saudara akan diserang syubhat kalau Allah SWT. tidak di mana-nama (tidak bertempat) berarti tidak ada! Itu anggapan yang salah mas….!

    Saya berharap syubhat-syubhat seperti itu bisa terusir dengan dalil-dalil apabila saudara mau membaca dan memperlajari akidah Islam dengan benar.

    Kalau menurut saudara, Allah itu bertempat di mana?
    Wassalam.

  19. Allah ” Laisa Kamistlihi syai’un (tidak ada persamaanNya dengan sesuatu) Zat Allah dan ujudNya itu bukan “Jisim” (berupa bentuk),
    misalkan untuk mengatakan bahwa “ujud zat Allah itu, berupa cahaya yang putih, berbentuk ini,itu dan sebagainya, maka kata-kata yang demikian jelas merupakan kata-kata yang syirik (na’uzubillahi min dzalik).
    yang jelas kita meyakini bahwa Allah Wujud (ada). Allah wajib adaNya/ Allah pasti adaNya. Mustahil Allah tidak ada.
    Bisakah alam dan sesuatu ini terjadi dengan sendirinya, tentulah jawabnya tidak bisa. maka Allah pasti adanya (wujud).
    wasalammualaikum

  20. @cintaku

    mas/mbak cintaku…

    Dimana Allah?

    “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka jawablah bahwasanya Aku ini dekat …” (QS. Al Baqarah :186)

    “.. dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada urat lehernya” (QS. Qaaf:16)

    ” … ingatlah bahwa sesungguhnya Dia maha meliputi segala sesuatu” (QS. Al Fushilat 54)

    ” … kemanapun kamu menghadap disitulah wajah Allah .. “(QS. Al Baqarah:115)

    Untuk pembahasannya, dan sebagai perbandingan, jika saudara mau bacalah artikel dibawah ini:

    Dimanakah Sebenarnya Allah ? klik disini:

    Dimanakah Sebenarnya Allah ?

  21. Salam to semua……..
    Ayna Allah? Mata Allah ? Kaefa Allah ? Kam Allah ?
    Syekh Nawawi bin Umar al-Bantany al-Jawi dlm syarh qathru al-Ghaits li Abi Laits menjlaskan keempat prtanyaan tsb;
    1. Laysa fi makan wa la yamurru alaihi zaman.
    2. Awwalun bila ibtida’in wa akhirun bila intiha’in.
    3. Laysa kamitslihi syae’un.
    4. Ahadun walaysa ahaduhu min ajza’in.
    Mohon koreksi dlm penukilannya..
    Jd klo Allah SWT bersemayam di ‘Arsy sprti yg diyakini seyakin-yakinnya oleh gol mujassimah atau yg mewarisinya,maka jelas-jelas syubhat yg nyata.
    Maha Suci Allah (Subhanallah) sama dg makhluknya.

  22. UNTUK SEMUA YANG BERMINAT MENGENAL SIAPA SEBENARNYA IBNU TAYMIAH SAYA UNDANG KUNJUNGI BLOGINI:
    http://ibnutaymiah.wordpress.com/
    PASTI DIJAMIN LANGSUNG KENAL SIAPA IBNU TAYMIAH ITU.
    JAJNJI!

  23. UNTUK SAUDARA2 YANG INGIN MENGETAHUI JAWABAN ATAU BANTAHAN ATAS SYUBHAT-SYUBHAT ABU SALAFY CS KLIK JA DI GOOGLE (SYUBHAT ABU SALAFY) DI SANA INSYAALLAH ADA.
    SELAMAT MENCOBAH.

  24. Saya masih belum faham maksud tulisan di atas. Menurut kang Abu Salafy, apakah Allah berada di atas Arsy atau tidak?

    Abusalafy:
    Maha Suci Allah dari bertempat.

    • Ya, saya sepakat mengenai hal itu akhi, tapi itu bukanlah jawaban yg tegas. Jawab aja “ya” atau “tidak”.

      Abusalafy:
      Jika Anda telah sepakat mengenai hal itu mestinya Anda tidak akan memunculkan pertanyaan itu!!!
      Wassalam

      • Karena saya menganggap di atas Arsy bukanlah tempat. Namanya tempat hanya ada terhadap segala sesuatu yg diciptakan Allah, seperti Arsy, langit, dan segala sesuatu yg ada di dalamnya. Jadi, dengan kata lain, antum menjawab Allah tidak ada di atas Arsy, karena Arsy antum anggap sebagai tempat, apa begitu?

        Abusalafy:
        Saya pikir lebih afdhal Anda baca dulu artikel-artikel terkait saya dalam blog ini.

  25. Pertanyaan yang dungu…. dan jawaban yang arif.

  26. Maaf, maksud saya, karena di atas Arsy antum anggap sebagai tempat.

  27. Kok lama banget moderasinya akh?

  28. Loo, jawaban saya terhadap akhi @abi raka kok belum juga di moderasi, akhi? Kenapa?

  29. Yang fair dong akhi Abusalafy. Tampilkan dong postingan saya menjawab pertanyaan akhi @abi raka … Kebenaran adalah kebenaran jangan ditutup-tutupi. Biarkan yang membaca menilai, apakah kebenaran itu datang dari pemahaman antum atau bukan? Benarkah pemahaman antum yg mengatakan bahwa di atas Arsy itu adalah sebuah tempat, sehingga antum menganggap orang-orang yg berfaham Allah di atas Arsy adalah kaum mujassimah? Tak ubahnya antum menuduh ulama-ulama salaf seperti Ibnu Mas’ud, Al-Mubarak, Malik bin Anas, Ahmad bin Hanbal, dll, (sebagaimana saya menjawab pertanyaan akhi @abi raka yg sampai kini belum antum moderasi) mereka adalah kaum mujassimah, karena mereka meyakini Allah di atas langit 7, di atas Arsy-Nya. Hanya orang-orang Jahmiyyah yg mengingkari keberadaan Allah di atas Arsy-Nya, tak ubahnya pemahaman antum sekarang ini.

    • @mad
      pertanyaan kemarin belum di moderasi oleh ustad abu jadi saya mau bertanya lagi
      1. apakah anda menganggap kami ( yang sepaham dengan ustad abu salafy) mengingkari sifat istawa ‘alal Arsy nya Allah SWT.
      2. apakah tidak mungkin Allah Ada tapi tidak bertempat dan tidak diarah manapun.
      barangkali itu dulu

      • Akhi @abi raka

        1. Saya kira antum yg lebih tahu, apakah antum mengingkari keberadaan Allah di atas Arsy atau tidak.

        2. Saya tidak pernah mengatakan bahwa Allah bertempat dan di arah manapun. Saya hanya mengatakan bahwa di atas Arsy bukanlah tempat.
        Saya bertanya kepada antum, sebelum Allah menciptakan segala sesuatu (Arsy, langit 7, alam semesta dg segala isinya) adakah yg namanya tempat? Bila di atas Arsy itu bukanlah dari segala sesuatu itu, bagaimana antum bisa menetapkan di atas Arsy adalah tempat? Saya belum menjumpai ada ulama ahlus sunnah (salaf) yg menganggap/ berpendapatat bahwa di atas arsy adalah tempat. Bahkan yg saya jumpai mereka ulama salaf, seperti Al-Mubarak, Ibnu Mas’ud, Malik bin Anas, Ahmad bin Hanbal, dll menetapkan bahwa Allah di atas Arsy terpisah dari makhluk-Nya.
        (pendapat mereka sudah posting menjawab pertanyaan antum sebelumnya yg belum dimoderasi)

        Wallahu a’lam

      • @mad
        1. sejujurnya saya pribadi dan setahu saya aswajapun tidak meningkari sifat istawa ‘alal Arsy nya Allah hanya saja tidak sependapat dengan pemahaman dan penafsiran istawa ‘ala dengan makna zahir / ulama wahabi .
        apakah anda kategorikan itu mengingkari atau tidak?

        2.yang saya yakini Allah ada sebelum segala sesuatunya ada termasuk arah. pertanyaannya barangkali menurut anda arah itu makhluk atau bukan?

      • Akhi @abi raka

        1. Bisakah antum jelaskan mengenai “Allah istiwa’ di atas Arsy” yg dimaksud makna dzahir oleh wahabi itu seperti apa, dan pemahaman antum itu seperti apa. Karena saya masih belum faham maksud antum.

        2. Arah dan tempat ada setelah Allah menciptakan segala sesuatu, seperti Arsy, langit, dsb. Inti persoalannya kan dari mana antum dapat menetapkan kalau di atas Arsy adalah tempat, padahal di atas Arsy bukanlah bagian dari segala sesuatu itu?

      • @mad
        1.anda bisa baca artikel2 di blog ini tentang istawa ‘alal arsy insya Allah itulah pemahaman saya, dan silahkan anda paparkan pemahaman anda.owya apakah anda mengkategorikan saya mengingkari atau tidak?
        kalo anda kategorikan tidak mengingkari berarti selesailah sharing kita
        mohon anda jawab saja ya (untuk mengingkari) atau tidak (untuk tidak mengingkari

        2. anda belum jawab arah itu mahluk bukan, ada secara tidak sengaja karena terbentuknya tempat, langit dan bumi atau sengaja diciptakan?

      • Akhi @abi raka

        1. Saya sudah jelaskan panjang lebar pemahaman saya dg merujuk pada pendapat ulama-ulama salaf, yaitu Allah di atas Arsy, Ilmu-Nya berada di setiap tempat. (lihat postingan saya di bawah). Sedangkan pemahaman antum saya masih belum tahu, agar clear dan tidak menjadikan salah faham, jelaskan saja seperti apa pemahaman antum itu, akh?

        2. Segala sesuatu yg diciptakan Allah adalah makhluk, termasuk arah. Masak Allah mencipatkan sesuatu dg tidak sengaja akhi ?

      • @mad
        1. saya orang awam tidak pandai menjelaskan seperti anda dan takut malah salah tangkap makanya saya kasih rujukan anda ke blog ini silahkan anda baca dan blog ini mewakili saya.

        2. berubah itu sifat mahluk, pertanyaan untuk anda apakah Allah mempunyai sifat berubah?

      • Akhi @abi raka

        1. Mungkin dg antum menjawab pertanyaan sederhana saja. Apakah antum meyakini Allah di atas langit tujuh, di atas Arsy-Nya?
        1). Ya
        2). Tidak

        Pertanyaan di atas pernah saya ajukan kepada Abusalafy, dan dia tidak menjawab dg tegas antara “ya” dan “tidak”, melainkan dijawabnya dg kalimat, “Maha Suci Allah dari bertempat.” .. Artinya Abusalafy mengingkari keberadaan Allah di atas Arsy, karena menganggap di atas Arsy adalah tempat. Apakah antum sepemahaman dg Abusalafy tsb?

        2. Tentu saja Allah tidak berubah akhi.

      • @mad
        1. baiklah ini sedikit pemahaman saya
        anda setuju kalo arah adalah mahluk, dan kalo mahluk berarti baru
        anda setuju kalo Allah tidak berubah dan tidak mempunyai sifat berubah, sebelum Arah di ciptakan Allah tidak di arah manapun dan setelah arah diciptakan maka yang saya yakini Allah tetap tidak diarah manapun karena kalo Allah berada di arah atas berarti Allah berubah dari tidak diarah manapun menjadi diarah atas sementara berubah adalah sifat mahluk. bagi saya sekecil apapun perubahan tetap itu adalah berubah barangkali itu dulu. semoga tidak salah faham

      • Akhi @abi raka

        Apa yg dapat saya tangkap adalah adanya kesamaan kita, yaitu menolak untuk menjismkan Allah. Hanya saja terjadi perbedaan dalam pemahmannya. Di atas Arsy dan arah atas adalah 2 hal yg berbeda. Seperti yg sudah saya jelaskan sebelumnya bahwa arah hanya ada di mana Allah menciptakan segala sesuatu. Di atas Arsy bukanlah bagian dari segala sesuatu itu. Kalau di atas Arsy antum fahami sebagai arah atas, maka akan terjadi kerancuan dalam pemahamannya, karena arah atas bagi antum adalah arah bawah bagi hamba2-Nya di belahan bumi yg lain. Ketika antum berada di ruang angkasa yg luas, manakah arah atas menurut antum? Bisa di atas kepala antum, bisa dibawah kaki antum, bisa juga di samping antum. Jadi, arah atas sama sekali tidak menunjukan kesamaan dg di atas Arsy-Nya. Oleh karena itu tidak ada para salafus saleh yg menganggap di atas Arsy adalah arah dan tempat, apalagi sampai menuduh yg meyakini keberadaan Allah di atas Arsy adalah kaum mujassimah. Justru malah sebaliknya hanya orang-orang Jahmiyah yg mengingkari keberadaan Allah di atas Arsy, sebaimana yg dikatakan Ibnu Mahdi dan Wahib bin Jarir yg dinukil oleh Imam Al-Bukhari:

        Ibnu Mahdi rahimahullah mengatakan :
        إن الجهمية أرادوا أن ينفوا أن يكون الله كلم موسى وأن يكون على العرش
        “…..Orang-orang Jahmiyah juga mengingkari adanya Allah di atas Arsy.”
        (Al-‘Uluw hal.159)

        Imam Al-Bukhari rahimahullah saat mengingkari keyakinan orang-orang Jahmiyyah dengan menukil :
        وقال وهب بن جرير الجهمية الزنادقة انما يريدون أنه ليس على العرش استوى
        “Wahb bin Jarir rahimahulah mengatakan : “Al-Jahmiyah orang-orang zindik, yang mereka maksud itu hanyalah bahwa Allah tidak ada istiwa di atas ‘Arsy.
        (Khalq Af’al al-‘ibad war-Radd ‘alal-Jahmiyyah wa Ashabit-Ta’thil hal.8)

      • @mad
        1. kalo yang saya tangkap berarti kata “atas” pada kata diatas arsy bukan arah, tapi sesuatu yang tidak diketahui apa itu dan yang pasti bukan arah betul tidak!
        tapi bagaimana menurut anda dengan orang yang menjadikan kejadian isra mi’raj yang tentunya Rosulullah sebagai mahluk bergerak berarah atau menuju ke arah, atau orang yang berdoa yang menengadah tangannya ke atas, atau orang yang menjadikan hadis nabi tentang turunnya Allah pada sepertiga malam dengan makna turun bergerak dari atas kebawah sebagai isyarat bahwa Allah ada diatas dengan makna arah secara fisikal

        2. bisakah anda katakan bahwa sebelum Allah menciptakan Arsy dan langit Allah tidak dimana mana tapi setelah langit dan arsy diciptakan Allah di atas langit 7 diatas Arsy-Nya itu bukan sebagai perubahan

      • Akhi @abi raka

        1. Benar akhi. Dia atas Arsy adalah suatu yg ghaib.
        – Isra’ mi’raj bukanlah perjalanan Rasulullah di atas Arsy, akhi.
        – Orang yg berdoa menengada tangannya ke atas, menunjukan tingginya Keagungan, Derajat, Dan Dzat Allah.
        – Mengenai bagaimana Allah turun sepertiga malam, saya tidak tahu akhi, itu adalah kafiyat

        2. Wallahu a’lam. Saya juga tidak tahu mengenai hal itu, akhi, karena itu juga perihal kafiyat.

        Syukron akhi @abi raka, dengan pertanyaan2 antum ini, artinya antum telah bertabayyun terhadap pemahaman/aqidah saya dg tidak langsung mencurigai atau bahkan menuduh saya sebagai seorang mujassimah. Sebenarnya kita mempunyai pemahaman yg sama, yaitu menolak menjisimkan Allah berdasar surat as-Syura: 11 dan al-Ikhlas: 4, yaitu “TIDAK ADA YANG SERUPA DAN SETARA DENGAN DIA”, walaupun dalam pendalaman pemahamannya barangkali ada perbedaan, tapi selama diskusi kita tetap dalam bingkai khusnudzon satu sama lainnya.

        Baarokallahu fiik

        Wallahu a’lam bis showaab.

      • @mad
        1. ada yang saya sayangkan sebenarnya bahwa antum langsung menuduh kami jahmiyah (mengingkari istawa ‘alal arsy-Nya Allah), padahal sudah saya katakan diatas bahwa kami tidak mengingkari sifat Istawa ‘alal arsy-Nya Allah karena itu ada dalam Al-qur’an hanya saja kami berbeda dalam memahami dan menafsirkannya dengan anda.
        menurut anda apakah sama artinya kata “mengingkari” dengan “beda pendapat,/memahami atau beda menafsirkan..?

        2.apakah anda setuju kalo ada yang memahami kata “atas” dalam ayat istawa ‘alal arsy dengan maksud arah adalah mujassimah?

      • Akhi @abi raka

        1. Saya sama sekali tidak pernah mengatakan antum adalah seorang jahmiyyah, karena sampai sekarang saya masih belum memahami aqidah antum tentang Allah istiwa’ di atas Arsy itu seperti apa . Namun demikian, saya mohon maaf bila ada tulisan saya yg antum tangkap mengisyaratkan demikian, sehingga menyinggung antum.

        Tentang beda pendapat dalam menafsirkan Allah istiwa’ di atas Arsy, silahkan antum melihat pertentangan pendapat antara ulama-ulama salaf dg orang-orang jahmiyyah dan mu’tazilla yg sudah beberapa kali saya posting di sini, yaitu ulama-ulama salaf meyakini Allah ada di atas Arsy,

        Demikian pula apa yg dikatakan Imam Ahmad bin Hanbal.
        Dari Ibnu Abi Ya’laa rahimahumallaah :
        قيل لأبي عبد الله : والله تعالى فوق السماء السابعة على عرشه بائن من خلقه. وقدرته وعلمه بكل مكان ؟. قال : نعم، على عرشه لا يخلو شيء من علمه
        “Dikatakan kepada Abu ‘Abdillah : ‘(Apakah) Allah ta’ala berada di atas langit yang tujuh, di atas ‘Ars-Nya, terpisah dari makhluk-Nya, adapun Kekuasan-Nya dan Ilmu-Nya berada di setiap tempat ?’. Beliau menjawab : ‘Benar, (Allah) berada di atas ‘Arsy-Nya. Tidak ada sesuatupun yang luput dari Ilmu-Nya” [Thabaqaat Al-Hanaabilah 1/341 – melalui perantaraan Al-Masaailu war-Rasaailu Al-Marwiyyatu ‘an Al-Imaam Ahmad fil-‘Aqiidah, 1/318 no. 306].

        Sedangkan kaum Jahmiyyah mengingkari keberadaan Allah di atas Arsy.

        Abul-Hasan Al-Asy’ariy mengenai hal ini menolak ta’wil istiwaa’ dengan menguasai (istilaa’ ) sebagaimana dikatakannya :
        وقالت المعتزلة أن الله استوى على عرشه بمعنى استولى
        “Mu’tazilah berkata bahwasannya Allah ber-istiwaa’ di atas ‘Arsy-Nya dengan makna berkuasa (istaulaa)” (Maqaalaatul-Islaamiyyiin, 1/284).

        Maka di manakah pendapat/pemahaman akhi @abi raka berdiri?

        2. Ya.

        Afwan, Baarokallahu fiik

        Wallahu a’lam bis showaab

      • @mad
        maaf sebelum saya jawab ada yang kurang saya mengerti dari jawaban anda
        1. tentang pertanyaan isra mi’raj dan lainnya, sebenarnya yang saya inginkan adalah tanggapan anda terhadap orang yang menjadikan kejadian isra mi’raj dan lainnya sebagai hujah dan isyarat bahwa Allah ada di atas arsy apakah pas kejadian itu dijadikan hujjah bahwa Allah ada diatas arsy atau tidak? apakah anda mengkategorikan mujassimah atau tidak? itu maksud saya

        2. tentang berubah atau tidak, anda jawab “Wallahu a’lam. Saya juga tidak tahu mengenai hal itu, akhi, karena itu juga perihal kafiyat.”
        yang saya tangkap anda tidak tahu berubah atau tidak, tapi terakhirnya anda bilang itu adalah hal kaifiyat, maksud saya bukankah kaifiyat itu ada untuk sesuatu yang berubah, bergerak atau bekerja dan tidak ada kaifiyat untuk sesuatu yang tetap. jadinya jawaban anda membingungkan buat saya

      • Akhi @abi raka

        1. Saya tidak mengerti maksudnya akhi, karena menurut saya tidak ada korelasinya antara Allah di atas Arsy dg isra’ mi’raj Rasulullah. Karena isra’ mi’raj bukanlah perjalanan Rasulullah di atas Arsy. Saya belum melihat keterkaitannya, jadi saya tidak bisa menjawabnya.

        2. Maaf, saya salah memahami pertanyaan antum …. Benar akhi. Keberadaan Allah sama sekali tidak berubah sebelum dan sesudah segala sesuatunya ada, yaitu di atas Arsy-Nya

      • @mad
        jawaban anda tidak konsisten dan masih menyisakan kebingungan

        afwan

        wallahu a’lam

    • @ mad maxon
      @ abi raka
      @ pengamat aliran sesat
      Dari pengamatan ana si mad maxan bersikukuh pada pendiriannya karena itu dia menutup akal pikirannya dr berbagai ulasan dan pendalilan ulama Ahlu Sunnah yg dibawakan abusalafy.
      Coba kalian amati aja si mad itu dia hanya mengulang ulang lagi apa apa yg telah dibantah pak abu…
      Jadi udah deeh, buat apa si mad itu diladeni terus…. dia hanya berdiam kalau dihadapkan kpd pertanyaan yg mematikan, contoh ktk ditanya pengamat: Apakah antra Allah dan makhluk Nya ada JARAK PEMISAH? Si mad diam dan menghindar…. malah dia hanya ngejawab si abi raka melulu!!! Itupun lompat lompat !!!

      • Akhi @LASKAR

        Siapapun berhak mengklaim dirinya mengikuti ulama Ahlus Sunnah. Dan saya sudah tunjukkan pertentangan-pertengan ulama2 Ahlus Sunnah dg orang2 Jahmiyyah dan Mu’tazila. Dan saya sudah tetapkan kepada siapa saya berdiri dan berpihak.

        Mengenai pertanyaan apakah Allah terpisah dari makhluk-Nya, di awal sudah saya tegaskan bahwa ALLAH TERPISAH DARI MAKHLUKNYA, samas sekali tidak ada jawaban saya yg berputar-putar, dimana juga telah saya kutip pendapat yg sama mengenai hal ini dari ulama2 Ahlus Sunnah, seperti Al-Mubarak, Ahmad bin Hanbal, Ibnu Mas’ud, Malik bin Anas, dan Abul-Hasan Al-Asy’ariy. Silahkan akhi baca postingan saya sebelumnya dg teliti dan perlahan-lahan. Malah sebaliknya, dari awal saya masuk di sini hingga kini saya belum mendapat jawaban atas pertanyaan saya, apakah Allah ada di atas Arsy? “Ada” atau “tidak ada”. Satu-satunya jawaban hanyalah dari akhi Abusalafi yg mengatakan, “Maha Suci Allah dari bertempat.”

        Wasalaamu’alaikum

      • @ mad
        Mana jawabnya bang? Apa ada JARAK tidak antara Allah dan makhluk Nya? JAWAB YA BANG!!!

      • Loh, kan sudah saya jawab akhi bahwa “Allah terpisah dari makhluk-Nya” … Kalau terpisah, artinya Dzat-Nya tidak bersama/menempel dg makhluk-Nya, maka tentu saja ada jarak dg makhluk-Nya.

  30. @ mad
    Mau tanya nih:
    (1) Apakah menurut kamu alam maujud ini hanya ada dua: Allah Sang Khaliq dan alam ssmesta (makhluq), atau menurut kamu ada selain keduanya??
    (2) Jika dalam akidah kamu Allah berada di atas makhluk-Nya, maka apakah posisi Allah itu MENEMPEL dengan makhluk-Nya atau TERPISAH?
    TOLONG AKHI MAD MAXAN DIJAWAB DULU NANTI KITA LANJUT DISKUSI KITA. OK?!

    • – Sebenarnya untuk pertanyaan poin 1 sudah saya jelaskan menjawab pertanyaa akhi @abi raka yg hingga kini belum dimoderasi juga. Kalau boleh pertanyaan antum ini saya jawab dg pertanyaan juga. Apakah sebelum Allah menciptakan segala sesuatu (Arsy, langit 7, dan alam semesta dg segala isinya), yg maujud hanya Allah saja atau ada yg lainnya?

      – Untuk pertanyaan antum poin 2, jawaban saya merujuk kepada pendapat Ibnu Al Mubarak, yaitu terpisah dari makhluk-Nya:

      “Kami meyakini Rabb kami berada di atas tujuh langit, istiwa’ di atas Arsy, TERPISAH dari mahluk-Nya. Kita tidak akan mengatakan sebagaimana yang dinyatakan oleh Jahmiyyah bahwa Allah sesungguhnya di sini.” Kemudian beliau berisyarat ke bumi. (Ad-Darimi, ar-Radd ‘ala al-Jahmiyyah, no.67, hal.162. Al-Baihaqi, al-Asma’ wa as-Shifat, hal.517. Sahih)

      • mohon maaf sedikit nimbrung , bagi Ahlu Sunnah / Asy`ariyah Maturidiyah dalam Bab Aqidah harus bersumber dari Al-Qur`an dan Hadits shahih , bukan perkataan Ulama siapapun itu , terlebih nukilan dari kitab rod alal jahmiyah ditulis oleh mujassim sejati ad-darimi .

        bersama atau terpisah adalah sifat Makhluk , maha suci Allah dari penyerupaan dengan makhluknya baik sifat bersama maupun sifat terpisah.

        wallahu a`lam bi showab.

    • Akhi @ahmad

      Tidak apa2 ikutan nimbrung akhi, malah saya bersyukur akhi bisa bagi2 ilmu dan pengetahuan kepada saya.

      Saya setuju bila beraqidah itu harus bersumber pada Al-Quran dan Hadist. Tapi juga bukanlah merupakan suatu kesalahan bila dalam pemahamannya kemudian ittiba’ kepada ulama, karena kita anggap kesalehan, ilmu dan pengetahuannya lebih tinggi dan luas dari kita.

      Ad-Darimi dan Al-Baihaqi itu meriwayatkan pendapat Al-Mubarak yg mengingkari pernyataan orang-orang jahmiyyah yg mengatakan Allah tidak berada di atas langit yg 7, istiwa’ di atas Arsy, melainkan Allah sesungguhnya di bumi.

      Bila menurut akhi @ahmad, Allah tidak terpisah atau bersama dengan makhluk-Nya dalam konteks Allah istiwa’ di atas Aarsy, bagaimana yg benar menurut akhi @ahmad? Apakah Allah ada di atas Arsy atau tidak? Apakah Allah ada di bumi atau tidak?

      Bila terpisah atau bersama akhi anggap sebagai sifat makhluk, bagaimana dengan Allah itu ada dan hidup, bukankah makhluk itu juga ada dan hidup, apakah itu juga antum anggap sebagai penyerupaan dengan makhluk-Nya?

      Barakallah fiik

      Wallahu a’lam bis showab

      • mohon maaf kepada saudara2ku Abi raka dan pengamat juga laskar , diskusi antum semua dengan mad maxan terganggu , biar tidak terganggu banyak saya akan jawab singkat komentar terpenting akhuna mad maxan , agar diskusi antum semua dapat berlanjut.

        mad maxan :
        Bila menurut akhi @ahmad, Allah tidak terpisah atau bersama dengan makhluk-Nya dalam konteks Allah istiwa’ di atas Aarsy, bagaimana yg benar menurut akhi @ahmad? Apakah Allah ada di atas Arsy atau tidak? Apakah Allah ada di bumi atau tidak?

        Jawab : Allah tidak ada sesuatupun yang serupa dengannya , maha tinggi diatas seluruh makhluknya ada tanpa tempat dan arah .

        mad maxan :
        Bila terpisah atau bersama akhi anggap sebagai sifat makhluk, bagaimana dengan Allah itu ada dan hidup, bukankah makhluk itu juga ada dan hidup, apakah itu juga antum anggap sebagai penyerupaan dengan makhluk-

        Jawab : sifat wujud / ada dan sifat hayat / Hidup , datang dengan ayat Muhkamat , sementara sifat bersama dan terpisah tidak ada dalill sharih tentangnya , sehingga sangat keliru jika sifat wujud dan hayat diqiyas atau dianalogikan dengan sifat terpisah atau bersama.

      • Akhi @ahmad

        Syukron atas penjelasannya, akhi.

        “Allah di atas Arsy, terpisah dari makhluk-Nya, Ilmu-Nya ada di setiap tempat.”

        Maaf akhi. Saya kok tidak melihat kalimat di atas adanya keserupaan Allah dengan makhluk-Nya. Malah sebaliknya menunjukkan perbedaan yg sangat jelas sekali antara Allah dan makhluk-Nya. Menunjukkan ketinggian Derajat, keAgungan, dan Dzat-Nya dari makhluk-Nya, yaitu di atas Arsy-Nya yg Agung

        Dan kata “terpisah” datang dari penafsiran atas suatu dalil “Allah istiwa’ di atas Arsy”. Jadi, tidak benar bila dikatakan tanpa dalil, akhi.

        Afwan
        Barakallah fiik

        Wallahu a’lam bis showab

  31. @ mad
    Jadi menurut kamu Allah itu terpisah dengan makhluk-Nya, jadi berarti antara Allah dan makhluk-Nya ada jarak pemisah donk?! Apa begitu akidah kamu?
    Kedua, adakah dalil Al Qur’an atau Sunnah yang mengatakan Allah TERPISAH DARI MAKHLUKNYA?
    Apa alasan kamu mengikuti Ibnu Mubarak? Dan adakah bukti/sanad yang shohih kepada Ibnu Mubarak ttg pednyataannya di atas?

    Maaf ya akhi kalau pertanyaan2 saya agak merepotkan kamu. Saya yakin kamu ustadz kabir salafi yang rendah hati mengaku awam

  32. 1. Ya, Dzat-Nya terpisah dari makhluk-Nya, Ilmunya meliputi setiap tempat.

    Ibnu Mas’ud berkata:
    والعرش على الماء والله عز وجل على العرش يعلم ما أنتم عليه
    “Arsy berada di atas air, dan Allah ‘azza wa jalla berada di atas ‘Arsy, yang mengetahui apa-apa yang kalian lakukan” (HR. Ath-Thabarani dalam Al-Kabiir; shahih)

    Malik bin Anas berkata: “Allah berada di atas langit, dan Ilmu-Nya berada di setiap tempat. Tidak ada terlepas dari-Nya sesuatu.” (Mukhtasar Al-’Uluw, hal.140)

    2.Allah berfirman: ““Apakah kamu merasa aman terhadap yang berada di (atas) langit” (Qs. al-Mulk: 16)

    Imam Ahmad berkata:
    وقد أخبرنا أنه في السماء فقال أأمنتم من في السماء أن يخسف بكم الأرض
    “Sungguh Allah telah mengabarkan kepada kami bahwa Dia ada di atas langit dengan firman-Nya : “Apakah kamu merasa aman terhadap Yang ada di atas langit”
    (Ar-Radd ‘alal-Jahmiyyah hal.146)

    3.Bukan hanya mengikuti Ibnu Al-Mubarak saja, melainkan para salafus saleh. Bukankah Rasulullah bersabda bahwa mereka adalah generasi terbaik, kang?
    Tentang sanadnya: Abdullah bin Al-Mubarak, Ali bin Al-Hasan bin Syaqiq, Abdullah bin Ahmad bin Syabawaih al-Marwazi, Muhammad bin ‘Abdirrahman as-Saani, Abu Bakr Muhammad bin Daud az- Zahid, Abu ‘Abdillah al-Hafiz.

    Tidak apa2, santai aja kang.
    Klarifikasi kang: Saya bukanlah ustadz, saya memang awam yg ingin belajar kepada ikhwan di sini, termasuk kepada antum

    • banyak sekali riwayat lemah dan mungkar bahkan palsu dinisbatkan kepada Salaf as-sholih , sehingga banyak sekali yang terkecoh olehnya , Rosulallah SAW meninggalkan dua pusaka suci yang tidak akan tersesat orang yang berpegangan kuat pada keduanya , perkataan siapapun jika bertentangan atau tidak sejalan dengan Qur`an dan Hadist Shohih selayaknya ditinggalkan , perintah Allah untuk mensucikannya dari segala bentuk penyerupaan dengan makhluknya adalah kewajiban setiap muslim untuk mentaatinya.

  33. @mad
    *) Jadi kalau begitu menurut akidah kamu antara Allah dan makhluk-Nya ada jarak pemisah kan?!
    **) Pertanyaan saya yang ini juga belum mas ustadz jawab:
    Kedua, adakah dalil Al Qur’an atau Sunnah yang mengatakan Allah TERPISAH DARI MAKHLUKNYA?
    ***) Apa kamu yakin bahwa sanad kepada Ibnu Mubarak itu shohih? Apa kamu punya bukti dalam masalah sanad itu?
    Dan apa jaminannya bahwa pendapat Ibnu Mubarak itu pasti benarnya?
    Dan tambahan lagi mas ustadz, apakah menurut kamu BERTAQLID DALAM BERAQIDAH itu boleh?
    Syukran mas ustadz.

  34. – Dalil al-Quran kan sudah saya sebutkan di poin 2, yaitu surat al-Mulk: 16 yg menunjukan terpisahnya Dzat-Nya dg makhluk-Nya. Dalam hadist yg diriwayatkan Muslim, Rasululah saw membenarkan jawaban seorang budak ketika Rasulullah bertanya kepadanya : “Dimanakah Allah ?”. Maka budak tersebut menjawab : “Di atas langit.”

    – Terlepas perihal sanad, bukan hanya Al-Mubarak sendirian yg berpendapat Allah di atas Arsy terpisah dari makhluk-Nya, dan ilmu-Nya meliputi di setiap tempat, misalnya Ibnu Mas’ud, Malik bin Anas, Imam Mujahid, Imam Ahmad bin Hanbal, dll. juga berpendapat yg sama. Dan mengenai jaminan kepastian kebenarannya, Allahu a’lam. Tapi yg pasti kita telah berupaya dg segala kemampuan yg kita miliki dg ikhlas mencari kebenaran dalam beraqidah dg mencari dari berbagai sumber termasuk pendapat-penapat ulama yg telah dikenal akan kesalehan dan ilmunya.

    – Lebih baik ittiba’ daripada taqlid kang.

    • @ mad
      *) Bisa jelaskan mas ustadz, bagaimana dapat dari ayat 16 surah al Mulk bahwa ALLAH TERPISAH DARI MAKHLUKNYA?! Bukankah kata TERPISAH tidak ada dalam ayat itu!
      Kamu juga belum: ada jarak tidak antara Allah dan makhluk-Nya!! Ada atau tidak? Singkat saja mas ustadz! Ada. Tidak ada.
      Sebutkan di ayat mana, atau di hadis mana, atau sahabat, salaf sholeh siapa yang pernah mensifati Allah dengan TERPISAH dari makhluk-Nya?!?! Sebab jika tidak ditemukan berati kamu mengada-ada dan berjebak BID’AH!!
      **) Apakah kamu sudah semlat baca dan teliti kajiannya ustadz abusalafy tentang hadis Jariyah/budak wanita? Apa tanggapan kamu tentang hujatan ustadz abusalafy?
      ***) Kamu sendiri dalam masalah ini bertaqlid atau tidak?
      apa bedanya taqlid dan ittiba’?
      ****) Apakah dalam proses pencarian kebenaran dan akidah yang shihihah, utamanya dalam masalah kita sekarang ini kamu sudah lelajari dan teliti dalil-dalil Ahlusunnah yang dibawakan ustadz abusalafy? Sepertinya banyak dalil lemah yang telah dibongkar ustadz abu kamu ulang-ulang kembali!!! Apa itu bukti kamu tidak membacanyaMaaf ya mas ustadz mad. Aku tunggu tanggapan ilmiahnya.
      Wassalamu alaikum

      • Fahami konteks ayat/kalimatnya akhi, tidak harus ada kata “terpisah” untuk menunjukkan sesuatu yg tidak bersama. Barangkali dg menjawab pertanyaan berikut ini akan lebih memperjelas maksudnya.

        Apakah menurut antum di atas langit, di atas Arsy itu makhluk?
        Kalau jawaban antum adalah “ya”, maka Allah tidak terpisah dari makhluk-Nya, dan jelaskan dari mana antum mengetahui jika di atas Arsy itu adalah makhluk? Bila jawaban antum adalah “bukan makhluk”, maka perkataan Ibnu Mas’ud, “Arsy berada di atas air, dan ALLAH ‘azza wa jalla BERADA DI ATAS ‘ARSY …. ” adalah sepaham dg Al-Mubarak bahwa Allah terpisah dengan makhluk-Nya (Arsy, langit 7, alam semesta dan segala isinya).

        Begitu juga apa yg dikatakan Malik bin Anas: “ALLAH BERADA DI ATAS LANGIT, dan Ilmu-Nya berada di setiap tempat. Tidak ada terlepas dari-Nya sesuatu.” (Mukhtasar Al-’Uluw, hal.140), hal ini juga menunjukan bahwa Allah terpisah dari makhluk-Nya

        Sekarang saya tanya kepada antum, apakah Allah ada di atas Arsy atau tidak?

        Baarokallahu fiik

        Wallahu a’lam bis showaab.

  35. akhi Abi Raka & yang lainnya , silahkan dilanjut diskusinya ….agar syubhat – syubhat kaum mujassimah kian terkuak , mohon ijin menyimak.

  36. @ahmadsyahid
    assalamualaikum ustad
    sehat ustad…?
    nyimak obrolan orang awam kaya saya mah ga perlu izin, malah saya mohon do’a, bimbingan arahan bahkan koreksi dari ustad
    du’aukum ustad

  37. Sesungguhnya hati seorang Mukmin adalah ‘Arsy Allah

  38. Kali kayak gini yee debat antara si Ibnu Taymiyah dengan Ulama Ahlusunnah sewaktu si Ibnu itu dipanggil untuk mempertanggungjawabkan akidahnya yang menyimpang. banyak dalil di utarakan tetap ajah si Ibnu Taymiyah keukeuh ama pendapatnya. Hadeuh kayak si Mad Maxan. Nih orang kalo hidup selama ama si Ibnu Taymiyah pasti bakalan jadi murid setia kayak si Ibnu qayyim jauzi itu, pendekar utama penyebar keyakinan sang guru si Ibnu Taymiyah. Heran koq ada sih orang yang kepincut dengan keyakinan si Ibnu Taymiyah ato Mubarok itu. Apa mereka semua itu yang tersesat jalanya ato kita ini yang sebenarnya salah jalan. HADEUUUUUH PYUSING EEUUYYYY

    • mas dedi , mohon maaf sebelumnya…… saya ingin menyampaikan sekelumit pemahaman saya tentang ” Istiwa ” dimana saya mengikuti Ulama Ahlu Sunnah yang berpendapat bahwa untuk memahami ayat Mutasyabihat ( yang dimaksud dengan ayat mutasyabihat adalah ayat yang berkaitan dengan Sifat-Sifat Allah yang mempunyai arti lebih dari satu ) ada dua cara yang benar untuk memahaminya :

      1. dengan men-tafwidh ( menyerahkan makna nya kepada Allah )
      2. dengan men-Takwil ( tidak memaknainya dengan makna dzahir )

      sementara kaum mujassimah Musyabihah memahami ayat mutasyabihat dengan pemahaman dzahir hakiki , mereka tidak memperdulikan Tahdzir / peringatan dari Allah dan Rosulnya agar jangan mengikuti / memaknai ayat Mutasyabihat dengan Makna Dzahir , orang2 yang mengikuti makna dzahir ayat mutasyabihat Allah sifati mereka bahwa dihati mereka ada zaigh / penyimpangan.

      mohon maaf jika ada kata yang tidak berkenan.

      • Berarti Ibnu Taimiyah, mubarok, ad darimi dan semacamnya bisa dikatakan dihati mereka semua ada penyimpangan/Zaigh. Tapi kenapa nama mereka harum sampek sekarang di kalangan ustadz arab saudi

  39. akhi kupluk ,

    untuk syeikh Ibnu Taimiyah dan syeikh ad-darimi keduanya terkenal dengan Tasybih dan dan Tajsim , sementara Imam Ibnu Mubarok hanya dicatut Nama besarnya untuk tameng kaum Mujassimah.

  40. Buat kamu ustadz Mad:
    #) Alhamdulillah, ternyata akhirnya ente juga NGAKU kalau dalam Al Quran itu tidak ada penyebutan sifat ALLAH TERPISAH dari makhluk Nya.
    #) Kalau dalam aqidah SESAT ente Allah itu berpisah dari makhluk Nya dan ada JARAK PEMISAH antara Allah dan makhluk Nya maka berati konsekuensi pastinya adalah Allah itu TERBATAS!!! sebab setelah berakhirnya makhluk ada jarak ( entah jauh atau dekat) baru setelah itu … setelah berakbir keberadaan makhluk baru di atasnya ada Allah. Dzat Allah pun terbatas wujudnya, dengan keberadaan mahkluk di sisi bawah , sebabnika tidak terbatas itu aftinya berarti Dzat Allah itu berebut tempat dengan makhluk Nya dan bertempat pada makhluk Nya!!!
    PERHATIKAN MAD MAXAN KONSEKUENSI SESAT DANGILA AQIDAH SESATMU ITU!!!!
    Jika kamu tidak sependapat dgn apa yang saya katakan ini monggo ditanggapi! Saya tunggu mas ustadz.

    • mas laskar , logika pengikut wahabisme biasanya jungkir balik , tidak tertib dan tidak beraturan , mereka akan terus ” muter2 ” diluar jangkauan akal sehat , mereka tidak sadar telah banyak menentang dan keluar dari Manhaj Qur`ani….., monggo dilanjut diskusinya……

    • Akhi @LASKAR

      Allah ada di atas Arsy itu adalah kehendak-Nya. Sedangkan kalimat Allah istiwa’ di atas Arsy, terpisah dari makhluk-Nya. Menunjukan Ketinggian Derajat, keAgungan, dan Dzat Allah atas makhluk-Nya, bukan dalam arti membatasi-Nya. Karena tidak ada apapun yg dapat membatasi Allah. Tapi karena antum memahami Allah dengan dimensi makhluk, maka timbul logika bila Allah terpisah dari makhluk-Nya, maka Allah itu terbatas. Bila antum ingin steril memahami Allah, singkirkan pembicaraan dan logika2 syubhat, seperti tempat, ruang, arah, batas, dsb. Cukuplah surat as-Syura: 11 dan al-Ikhlas: 4, “Tidak ada yg serupa dan setara dengan Dia” sebagai kunci dalam memahami Sang Khalik.

      Saya ingin bertanya kepada antum, karena selama ini tidak ada jawaban yg memuaskan atas pertanyaan saya. Apakah Allah ada di atas Arsy atau tidak?

  41. Benar mas syahid… si mad maxan pasti akan mengihlang atau menghindar dari diskusi sehat … dia pasti akan muter muter…. liat aja nanti

  42. mad maxan
    Jawabn saya sama dengan jawaban guru mulia saya abu salafy – hafidzahullah min syarril wahabiyah at takfiriyyin- Maha suci Allah dari bertempat . Maha suci Dzat Allah dari berada di arah!!!
    Akhi Mad, semua umat Islam beriman bahwa Allah ‘alal Arsyi istawa. Hanya saja mereka berpeda memaknainya!!
    Anda memaknainya bahwa Allah berada di atas Arsy Nya dengan Dzat Nya… Istiwa’ Allah ‘alal Arsy dimaknai BERSEMAYAM, DUDUK, JULUUS. Ini pemaknaan kaum Mujassimun Musyabbihun.
    Pengertian itu konsekuensi logis darinya adalah KEBUTUHAN ALLAH KEPADA TEMPAT!!!
    Saya mau bertanya kepada kamu mads Mad, : Apakah Allah di atas Arzy Nya itu dengan menempelnya bagian bawah Allah dengan bagian atas Arsy atau tidak menempel?
    Pasti jawaban kamu tidak menempel, sebab kamu yakin Allah berbisah dari makhluk Nya. Begitu bukan?! Nah konsekuensi logis adalah berarti ada jarak pemisah antara keduanya!! Dengan berakhirnya bagian bawah Allah ada ruang kosang barulah Arsy ada di bawahnya!! Apa itu bukan berati Dzat Allah DIBATASI?!?!
    AKIDAH ITU HARUS DIBANGUN BERDASARKAN AKAL SEHAT YANG ALLAH ANUGERAHKAN… FUNGSI OTAK BUKAN UNTUK XIBUAT BAHANBERGEDEL TAPI UNTUK BERFIKIR SEHAT!!! YANG TIDAK PUNYA AKAN TIDAK MUKALLAF!! YANG PUNYA AKAN TAPI XIANGGUFKAN PAST SESAT DAN MENYESATKAN!
    MAAF DISKUSI SAYA HANYA UNTUK YANG PUNYA AKAL WARAS!!! YANG TIDAK PUNYA KAL WARAS SILAHKAN MILIH ALIRAN SALAFI WAHABI TAKFIRI!!!

    • sabar saudaraku Laskar , biarkan diskusinya mengalir santai…. kita tunjukkan bagaimana kekeliruan2 mereka menentang ayat2 suci , akal yang sehat tentu akan sejalan dengan Qur`an dan Hadist , jungkir balik logika akhuna mad maxan semakin jelas terlihat….monggo dilanjut diskusinya….

  43. Akhi @LASKAR

    Bahkan dg pertanyaan yg sederhana saja antum bingung menjawabnya, ada atau tidak. Saya sama sekali tidak menanyakan tentang tempat. Betapa jelasnya ketika Ibnu Mas’ud, Al-Mubarak, Malik bin Anas, Ahmad bin Hanbal menjelaskannya,

    Ibnu Mas’ud berkata:
    “Arsy berada di atas air, dan Allah ‘azza wa jalla berada di atas ‘Arsy, yang mengetahui apa-apa yang kalian lakukan” (HR. Ath-Thabarani, Al-Kabiir; shahih)

    Malik bin Anas berkata: “Allah berada di atas langit, dan Ilmu-Nya berada di setiap tempat. Tidak ada terlepas dari-Nya sesuatu.” (Mukhtasar Al-’Uluw, hal.140)

    Begitu pula apa yg dikatakan Ibnu Al-Mubarak yg diyakini pula oleh Ahmad bin Hanbal:
    Dikisahkan dari Ibnu Al-Mubarak bahwa dia ditanya bagaimana kita mengetahui Tuhan kita? Dia mengatakan: “Allah itu di atas langit yang tujuh, di atas Arsy-Nya”
    Ahmad bin Hanbal menjawab: “Demikian pula yang menjadi keyakinan kami.” (Itsbat Shifat Al-’Uluw, hal.80 )

    Mereka tidak memahami Allah dg dimensi makhluk seperti antum. Mereka menerima sebagaimana datang khabar tanpa takyif, tsaybih, dan ta’thil.

    Berkata al-Haafizh Ibn Katsir Asy-Syafi’i Rahimahullah:
    وأما قوله تعالى: ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ فللناس في هذا المقام مقالات كثيرة جدا، ليس هذا موضع بسطها، وإنما يُسلك في هذا المقام مذهب السلف الصالح: مالك، والأوزاعي، والثوري،والليث بن سعد، والشافعي، وأحمد بن حنبل، وإسحاق بن راهويه وغيرهم، من أئمة المسلمين قديما وحديثا، وهو إمرارها كما جاءت من غير تكييف ولا تشبيه ولا تعطيل
    “Dan adapun FirmanNya Ta’ala: “Kemudian Dia Beristiwa di atas ‘Arsy”, maka bagi manusia pada masalah ini pendapat yang banyak dan bukanlah di sini tempat membahasnya dan sesungguhnya hendaklah diikuti dalam masalah ini madzhab As-Salaf Ash-Shålih: Malik, Auza’i, As-Tsaury, Al-Laith bin Saad, Asy-Syafi’i, Ahmad bin Hanbal, Ishaq bin Rahuwaih, dan selainnya daripada imam-imam muslimin dahulu dan sekarang yaitu menetapkan dan memahaminya sebagaimana datangnya tanpa takyif (memberi rupa), dan tidak pula tsaybih (penyerupaan), dan tidak pula ta’thil (membatalkan sifat)….”
    (Tafsir Ibnu Katsir (2/221))

    • ketika tidak ada dalil baik Qur`an maupun Hadist yang mendukung akidah menyimpang kaum wahabi menggunakan riwayat-riwayat bathil untuk mengelabui kaum muslimin , ditambah dengan penerjemahan yang ngawur semakin mudah kaum mujassimah menularkan akidah sesatnya .

      semoga akhuna laskar , abi raka dan pengamat tidak sedang sibuk dan dapat melanjutkan diskusi ini , agar tipu muslihat kaum wahabi semakin terbongkar, amiin.

      • “Allah Istiwa’ di atas Arsy” itu ayat al-Quran akhi. Kemudian ada golongan yg memalingkan dari khabarnya tsb dg menolak menetapkan Allah di atas Arsy-Nya, karena menganggap di atas Arsy itu adalah tempat, ruang, arah, dsb. Dan golongan ini menisbatkan bahwa dirinya adalah pengikut Abul Hasan al-Asy’ari, ironisnya Abul Hasan al-Asy’ari sendiri rahimahullah mengatakan :

        أن الله سبحانه على عرشه، كما قال: {الرحمن على العرش استوى}
        “Bahwasannya Allah yang Maha Suci itu ADA DI ATAS ARSY-NYA sebagaimana firman-Nya: “Yang Maha Pengasih yang istiwa di atas ‘Arsy.”
        (Al-Maqalat, hal.291)

        Begitu juga mereka2 yg mengaku aswaja, ternyata aqidahnyapun berbeda dg ulama2 ahlus sunnah sebagaimana dijelaskan oleh Al-Hafizh Abu Bakr al-Isma’ili rahimahullah bahwa Allah sitiwa’ di atas Arsy tanpa kaif:

        أنه عزَّ وجلَّ استوى على العرش، بلا كيف، .
        “Dan Ahli Hadits, Ahlus-Sunnah wal-Jama’ah meyakini bahwasannya Allah ‘Azza wa Jalla istawa di atas ‘Arsy, bilaa kaif.”
        (Al-I’tiqad, hal. 36)

        Hanya orang-orang Jahmiyyah yg mengingkari Allah di atas Arsy

        Imam Al-Bukhari rahimahullah saat mengingkari orang-orang Jahmiyyah dg menukil :
        وقال وهب بن جرير الجهمية الزنادقة انما يريدون أنه ليس على العرش استوى
        “Wahb bin Jarir rahimahulah mengatakan : “Al-Jahmiyah orang-orang zindik, yang mereka maksud itu hanyalah bahwa Allah tidak ada istiwa di atas ‘Arsy.
        (Khalq Af’al al-‘ibad war-Radd ‘alal-Jahmiyyah wa Ashabit-Ta’thil hal.8)

        Sa’id bin ‘Amir rahimahullah mengatakan :
        وقالوا هم ليس على العرش شيء
        “Orang2 Jahmiyyah mengatakan bahwa di atas ‘Arsy itu tidak ada sesuatu apapun.”
        (Khalq Af’al al-‘ibad war-Radd ‘alal-Jahmiyyah wa Ashabit-Ta’thil hal.9)

        Muhammad bin Yusuf rahimahullah mengatakan :
        من قال إن الله ليس على عرشه فهو كافر
        “Barangsiapa yang mengatakan bahwa sesungguhnya Allah itu tidak ada di atas ‘Arsy-Nya, maka ia telah kafir.”
        (Khalq Af’al al-‘ibad war-Radd ‘alal-Jahmiyyah wa Ashabit-Ta’thil hal.15)

      • Dalam setiap sholat kita semua selalu memanjatkan doa…tunjukilah kami jalan yang LURUS jalan ORANG ORANG yang Engkau beri nikmat.

        Berhati hatilah dalam memilih sesiapa saja ORANG ORANG yang Allah SWT beri nikmat. Karena sesungguhnya agama itu adalah pilihan kesadaran diri anda sendiri yang kelak akan kita pertanggung jawabkan dihadapan pemiliknya.

        Sedikit saran saja…

        Kalau anda mempunyai akses atas kitab yang ditulis oleh al Hasan al-Ashari; Maqalat al-Islamiyin coba anda baca keseluruhan konteksnya sebelum anda kemudian melompat kepada kesimpulan bahwa al-Ashari dalam kitab yang ditulisnya mendukung akidah sebagaimana yang diyakini oleh kelompok anda

        Salam Damai

      • akhi mad maxan , apakah antum ingin diskusi dengan saya…..? saya rasa posisi saya hanya nimbrung silahkan antum lanjut dengan Ikhwan lainnya seperti Mas Abi raka , pengamat , Laskar dan yang lainnya , Oh ya dalil yang antum bawakan sama sekali tidak mendukung akidah antum tentang ” keberadaan Allah di Arsy terpisah dari makhluknya ” , sejak kapan Istawa alal Arsy berarti berada dan dan terpisah……? atau dikamus bahasa Arab yang mana disebutkan dua makna itu ….?

        ditambah perkataan para Ulama yang antum bawakan diatas itu bersebrangan dengan akidah nyeleneh antum apa gak sadar……?

      • Akhi @ahmadsyahid

        Dia istiwa’ di atas ‘Arsy… (al-A’raaf: 54)

        Kata “terpisah” datang dari pemahaman ayat di atas akhi dan pemahaman saya ini sama dg Al-Mubarak dan Imam Ahmad, sebagaimana yg telah saya kutip pendapat mereka sebelumnya.

        Kita tahu Arsy adalah makhluk Allah yg paling tinggi, dan Allah istiwa’ di atasnya, maka apa yg bisa kita tangkap dari pemahaman itu bahwa Allah terpisah dari makhluk-Nya.

        Sama sekali tidak bersebarangan akhi, melainkan malah sejalan. Mereka ulama salaf sama sekali tidak ada yg menetapkan bahwa Allah bersama makhluk-Nya, melainkan mereka menetapkan bahwa ilmu-Nya yg ada di setiap tempat. Dan itu bukanlah aqidah yg nyleneh, tapi aqidah yg jelas dan terang yg didasarkan firman Allah di atas tanpa takyif dan tamsil.

        Wallahu a’lam bis showab

      • @ahmad syahid
        sebenarnya saya tidak melanjutkan karena kang mad maxan tidak menyanggah bahwa dia tidak konsisten artinya menurut saya mungkin dia masih bingung dan agar terlihat konsisten akhirnya seperti dipaksakan jawabanya.
        monggo di lanjut saja sama ustad ahmad dan saya izin nyimak saja

      • benar saudaraku , Abi Raka inkonsistensi atau tidak konsisten adalah salah satu ciri khas Ahlul Bid`ah dalam ber argumen.

        mad maxan bolehkah kita menyifati Allah dengan hasil penafsiran…..? kalau boleh apa dalilnya……? dan ingat bagi Ummat Islam dalil pokok itu hanya Qur`an dan Hadist bukan perkataan Ulama apalagi yang belum tentu benar mereka mengatakannya….

  44. Buad @mad dah dijawab tuh sama @laskarwahabi kalau umat muslim percaya bahwa Allah ‘alal arsy istiwa, cuma sampeyan dan kolompok SAWAH memahaminya beda.
    Ketahuan sampeyan gak pernah baca komen tanggapan yang masuh cape deeh

    • Kalau begitu tolong dibantu saya bagaimana jawaban mereka atas pertanyaan saya, apakah Allah ada di atas Arsy atau tidak?
      1. Ada
      2 Tidak

      • Imam Ali as berkata, bahwa seseorang itu dapat dikatakan bertauhid kepada Allah SWT ketika orang itu tidak dapat lagi membayangkan dzat-Nya. Lantas bagaimana mungkin anda sebagai “pengikut” dari Salafus-Saalih menanyakan pertanyaan apakah Allah SWT ADA di atas Arsy atau TIDAK.

        MAHA SUCI ALLAH DARI SEMUA ATRIBUT DAN PERSANGKAAN ANDA

        Salam Damai

      • akhi mad maxan , sebelum teman-teman menjawab dapatkah antum perjelas pertanyaan antum ……dengan :

        1. apakah Allah ada dan berdiam , serta tinggal di atas arsy., atau tidak …?

        2. apakah Ilmu Allah ada diatas Arsy……atau tidak….?

        point manakah yang sebenarnya ingin antum tanyakan……?

      • Akhi @ahmadsyahid

        Allah tinggi ada di atas Arsy-Nya

        Yang saya tanyakan sederhana sekali, yaitu mengenai keberadaan Allah di atas Arsy. Dan beberapa afwan di sini, termasuk akhi @Auisalafy menjawabnya dg “Maha Suci Allah dari bertempat”. Sehingga yg saya tangkap dari jawaban tsb adalah Allah tidak ada di atas Arsy, karena mereka menganggap bahwa di atas Arsy adalah tempat. Sedangkan Al-Bukhari, Wahb bin Jarir, Sa’id bin ‘Amir, dan Muhammad bin Yusuf berkata bahwa orang-orang Jahmiyyah mengingkari “Allah ada di atas Arsy-Nya”

        Orang-orang Jahmiyyah juga menggelari ulama-ulama salaf yang menetapkan shifat2 Allah itu secara hakiki sebagaimana zhahirnya, sebagai musyabihah dan mujasimah

        Wallahu a’lam bis showab

  45. @All

    Sebelum saya meninggalkan blog ini, izinkan saya untuk menyampaikan beberapa hal, barangkali bermanfaat bagi kita semua dalam berdiskusi layaknya akhlak seorang muslim, yaitu pentingnya untuk khusnudzon dan melakukan tabayyun dalam berdiskusi agar tidak mudah melontarkan tuduhan musyabbihah, mujassimah. sesat, dsb, terhadap orang lain hanya berdasar asumsi-asumsi dikarenakan perbedaan pemahaman.

    Saya melihat ada beberapa pemahaman dan penafsiran berkaitan ayat Istiwa’ ‘ala Arsy ini

    1. Pemahaman yg menafsirkannya bahwa Allah ada di atas Arsy, namun mereka menolak bahwa Allah itu bertempat

    2. Sebagaimana pemahaman yg pertama, tapi bedanya golongan ini dg tegas menyatakan bahwa Allah itu bertempat.

    3. Pemahaman yg berprasangka bahwa orang yg meyakini Allah bersemayam di atas arsy, maka Allah itu bertempat. Dengan demikian mereka menganggap bahwa orang yg meyakini Allah bersemayam di atas Arsy sebagai mujassimah.

    Wallahu ‘alam bis showab

    Saya mohon maaf bila ada kata yg salah dan menyinggung afwan di sini. Dan saya ucapkan terima kasih kepada akhi @Abusalafy sebagai tuan rumah telah memberikan kesempatan bagi saya untuk ikutan berdiskusi di blognya.

    Wassalaamu’alaikum

    • mohon maaf sebelumnya , karena kesibukan baru sekarang saya dapat online kembali , akhi mad maxan kenapa buru2 pergi dari diskusi ini….padahal diskusinya baru saja mau di mulai …… ?

      saya melihat dan meyakini jika akidah antum , yang menyatakan Allah berada diatas Arsy dan terpisah dengan Makhluknya , sama dengan akidah kaum jahmiyah yang menyatakan Allah berada di bumi , letak persamaannya ada pada ” sama – sama menempatkan Allah pada salah satu makhluknya…..baik langit ataupun bumi , kenapa antum menyalahkan kaum Jahmiyah… padahal kalian sama-sama menempatkan sang maha pencipta berada pada salah satu makhluknya …….?

Tinggalkan komentar