Upaya Mengembalikan Akal-akal Kepada Tulang Tengkorak Manusia dan Hati-hati Kepada Dada-dada Mereka (Bag. 2)
Sumber: http://www.almaliky.org/news.php?action=view&id=278
oleh Syaikh Hasan bin Farhan Al Maliky
.
Shalat Kita Bukan Shalat Qur’ani
Shalat kita –pada umumnya- tidak mencegah kita dari perbuatan keji dan kemungkaran! Tahukah kamu, mengapa demikian? Karena shalat kita bukan shalat seperti yang diperintahkan Allah. Shalat kita telah dirusak oleh setan.
Bukti akan hal itu adalah bahwa orang-orang yang paling banyak shalat justeru mereka adalah orang yang paling getol dalam mengerjakan kemungkaran terbesar dalam pandangan Al Qur’an. Mereka orang yang paling jauh dari ilmu-ilmu pasti/ajaran-ajaran Al Qur’an teragung.
Shalat seharusnya difahami sesauai dengan tuntunan Qur’ani. Shalat dalam tuntunan Al Qur’an harus menjadikan kekhusyu’an sebagai rukun utama dan terpentingnya. Adapun shalat menurut tuntunan Mazhab tidak kita temukan di dalamnya kekhusyu’an sebagai rukun dan kewajibannya. Shalat dalam tuntunan Al Qur’an harus dibarengi dengan pengertian dan merasapi setiap kata yang diucapkan di dalamnya. Apa arti Allahu Akbar yang kamu ulang-ulang dalam shalat itu? Allah Maha besar dibanding apa? Apakah ada yang mampu menjawabnya dengan jujur?!
.
.
Andai saja dalam shalat, kita telah mampu meresapi makna Allahu Akbar saja pastilah langkah-langkah kita sudah berada di awal Shirâth Mustaqîm.
Ringkas kata, kita banyak ngomong tetapi tidak memahami apa yang kita omongkan.
****
Penyebab Rusaknya Makrifat Kita
Seorang pembohong memandang kejujuran itu sebagai dusta, ia memerangi kejujuran dan membenci orang-orang jujur dengan anggapan bahwa sedang memerangi kebohongan. Ketika tolok ukur kejujuran dan kebohongan telah rusak, maka rusaklah pengetahuan.
****
Kuantitas Bukan Tolok Ukur
Jangan memandang banyak dan sedikit (kuantitas) sebagai tolok ukur. Jika itu kamu lakukan, pasti kamu akan menyembah salah satunya. Jika kamu katakan yang Haq/hakikat maka kamu menyembah Allah.
****
Kita Harus Kembali Kepada Al Qur’an al Karim
Aku benar-benar heran terhadap orang yang menganggap bernisbat/menyandarkan diri kepada Al Qur’an itu Bid’ah… sedangkan bernisbat kepada Hadis itu adalah Sunnah.
Sama sekali tidak ada pertentangan antara Al Qur’an dan Sunnah!
***
Di tengah-tengah umat banyak anak-anak sapi sesembahan (seperti patung anak sapi yang disembah bani Israil_red)! Jika tidak, lalu mengapakah mereka saling berperang, sedangkan Tuhan mereka satu?!
****
Nasihat Untuk Para Pengikut Ibnu Taimiyah
Saya tidak mengatakan kepada kalian, tinggalkan akidah Ibnu Taimiyah saja! Tidak! Tetapi, tinggalkan seluruh akidah, baik akidah Salafy, Syiah, Mu’tazilah dll. Cukupkan dirimu dengan Al Qur’an al Karim! Ambillah akidah darinya!
Keluarlah kalian dari kubangan hadis dan riwayat menuju Al Qur’an! Kita telah banyak menzalimi Al Qur’an dan kita telah desak dia dengan hadis-hadis dan riwayat-riwayat.
Benar! Ambillah dari hadis-hadis/riwayat-riwayat yang menyerupai Al Qur’an. Karena Al Qur’an adalah cahaya. Demikian Allah telah mensifatinya. Al Qur’an menunjukkan kepada jalan yang aqwam/yang paling lurus dan menyampaikan kepada tujuan. Tetapi setan sangat gigih untuk memporak-porandakan kita.
****
Allah berfirman:
(أَلَمْ أَعْهَدْ إِلَيْكُمْ يَا بَنِي آدَمَ أَن لّا تَعْبُدُوا الشَّيْطَانَ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ)
“Tidakkah telah Aku sampaikan kepada kalian hai anak Adam, janganlah kalian menyembah setan, sesungguhnya ia adalah musuh yang nyata bagimu.” (QS. Yasin; 60)
Apa yang difahami oleh kaum DUNGU dari ayat di atas? Dan apa yang difahami oleh kaum berakal yang merenungkan hakikat ayat-ayat Allah?
Kaum DUNGU mengira bahwa peringatan Allah dari menyembah setan di atas adalah penyembahan dengan arti shalat, puasa untuk setan. Karena itu mereka merasa tenang bahwa mereka tidak menyembah setan! Kaum DUNGU mengira bahwa Allah berlebihan ketika memperingati kita: “Jangan menyembah setan!” dan mereka mengira bahwa masalah ini sepele!
***
Umat Islam Telah Menelantarkan Nabi Muhammad Saw.
Al Qur’an benar-benar tercampakkan, dan Nabi dihinakan/ditindas di tengah-tengah umatnya sendiri. Mu’awiyah telah berhasil mengurung Nabi saw di setiap tempat. Andai seluruh pendukung Al Qur’an dan pendukung Nabi saw. dikumpulkan tentu jumlah mereka tidak mencapai seperempat jumlah pendukung Si Thaghut seperti Mu’awiyah! Bukankah kenyataan ini memalukan sekali?!
____________
Catatan Abu Salafy:
Benar sekali apa yang dikeluahkan Guru kita; Syeikh Hasan bin Farhan al Maliky… Umat Islam telah mencampakkan Al Qur’an… Ketika Al Qur’an dibaca dengan benar… ditafsirkan dengan benar… diamalkan dengan benar… ketika itu Al Qur’an menjadi ‘barang dagangan’ yang paling tidak laku. akan tetapi jika Al Qur’an dipelesetkan maknanya… diperkosa tafsirnya…. dijadikan ajaran yang mendukung para Thaghut/kaum zalim, seperti Mu’awiyah dan para tiran di sepanjang masa, maka saat itu Al Qur’an diacungi jempul… Al Qur’an dijunjung tinggi…!
demikian juga dengan nasib Nabi mulia Muhammad Saw. Sunnah beliau dicampakkan… dibelakangi dan dibuang ke tong sampah ketika bertolak belakang dengan hawa nafsu para penjual agama atas nama agama… ketika Sunnah Nabi tidak berpihak kepada kaum tiran dan durjana murka seperti Mu’awiyah dan para fir’aun di sepanjang zaman, tidak terkecuali Fir’an Arab yang hanya bangga unjuk kebiadaban dan kemunafikannya dengan membunuh kaum Muslimin atas nama Arabisme jahiliyah dan atas nama ‘agama dan syari’at baru’ yang dibawa oleh Ibnu Abdil Wahhab!
Wallahul Musta’an.
(Selesai)
Filed under: Bani Umayah, Dinasti al-Saud, Fatwa Pensesatan, Kajian Hadis, Kajian Ibnu Taimiyah, Kajian Sejarah, Kenaifan Kaum Wahhabi, Manhaj, Mengenal Pemimpin Wahabi, Nawashib, Penyimpangan Akidah Dalam Kitab at Tauhid, Ulama Salafy-Wahabi Bicara |
Tak do’ain wis ada orang yang bisa mengembalikan akal dan hati para pemuja pohon terkutuk itu ben pada sadar kabehe nek tindak lan tanduke iku menyimpang dari Quran lan Sunnah Kanjeng Rasulluloh Saw.
contoh nyata berpaling dr alquran, ketika Allah swt mensifati nabinya dg “aklaq mulya”, para pengikut muawiyah menafsirkan bhw Nabi tlh bermuka masam dan berpaling pd tamu gembel yg datang. na’uzubillah……………………
Kata-kata Syech Farhan diatas ” tinggalkan seluruh aqidah….
Cukupkan dirimu dengan Al Qur’an al Karim! Ambillah akidah darinya!”
Saya jadi teringat persis apa yang dikatakan Umar b.Khattab disaat penghujung hayat Nabi Allah katanya,:
“Nabi mengigau, Cukuplah Kitab Allah disisi kami”
kata-kata itu akan banyak mengundang pertanyaan, salah satunya
Apakah cukup dengan Al quran saja tanpa membutuhkan sunnah yang shahih sebagai penjelas..??
Siapakah orang yang diberitakan Al Quran dan as sunnah sebagai orang yang layak untuk menjelaskannya sehingga dapat dijadikan sandaran bagi umat..??
sebab tiap kepala yang menafsirkannya akan berbeda…..pemahamannya… inilah yang dialami umat islam kini memaknai Alquran sesuai kepentingannya masing-masing.
Kebanyakan umat telah meninggalkan pesan Nabi Allah :
” Aku tinggalkan dua barang berharga jika kalian mengikutinya tidak akan tersesat selamanya, Al Quran & Ahl Al Baitku
“Tidak akan berpisah sehingga kedua-duanya dipulangkan kepadaku di Haud, maka tunggulah bagaimana jika kamu menyalahi kami dalam keduanya.”
Al-Allamah Fairuzabadi memetik hadith a-Thaqalain diatas yang diriwayatkan oleh Muslim dalam Sahihnya, Ahmad bin Hanbal dalam Musnadnya (j.4.h.266), al-Baihaqi dalam Sunannya (j.2, h.148 dan j.7, h. 30), al-Darimi dalam Sunannya (j.2, h. 431), al-Muttaqi dan Kanz al-Ummal (j.1, h.45 dan j.7, h.102), al-Sahawi dalam Mushkil al-Athar (j.4,h.368), al-Tirmizi dalam Sahihnya (j.2, h.308), Ibn al-Athar al_Jazari dalam Asad al-Ghaya (j.2, h.12), al-Suyuti dalam al-Durr al-Manthur (hujung tafsir ayat al-mawaddah dalam surah al-Syura) diriwayatkan dalam Mustadrak al-Sahihain (j.3, h. 109), al-Nasai dalam Khasa’isnya (h.21) dll
Siapa yang Anda ikuti hari ini????