Antara Sahabat Abu Hurairah dan Para Sahabat Lain
.
Oleh Abu Salafy
Dalam daftar nama-nama para sahabat yang terbanyak meriwayatkan hadis, nama Abu Hurairah menempati urutan teratas, kendati ia terbilang agak terakhir dalam memeluk Islam dibanding para sahabat lain, khususnya kaum Muhajirin.
Walaupun banyaknya riwayat yang ia miliki dan kemudian dinukil darinya oleh para tabi’în dan mungkin juga sahabat lain disebabkan beberapa alasan seperti disebutkan, yang sebagiannya telah disampaikan sendiri oleh Abu Hurairah… yaitu bahwa ia lebih berpeluang dan memang lebih menyiapkan waktu untuk mendengar hadis dari Nabi saw. tidak seperti sahabat lain yang sibuk dengan urusan dunia mereka... dan tidak seperti Aisyah -yang kata Abu Hurairah disibukkan berdandan dibanding mendengar hadis dari Nabi saw. suaminya- … Terlepas dari itu semua, kenyataan yang tidak dapat dipungkiri bahwa Abu Hurairah telah “berbanyak-banyak, aktsara”[1] dalam menyampaikan hadis dari dan atas nama Rasulullah saw. dan hal mana mengundang reaksi dan kecurigaan dari sebagian sahabat utamanya Khalifah Umar bin Khaththab dan Ummul Mukminin Aisyah…
Dalam artikel ini kami tidak bermaksud mempermasalahkan Abu Hurairah yang berbanyak-banyak dalam meriwayatkan hadis atas nama dan dari Nabi saw. karena boleh jadi menggeloranya semangat men-tabligh-kan hadis-hadis Nabi saw. dalam jiwanya dan juga didorong rasa tanggung jawab yang sangat tinggi… . Tetapi artikel ini akan menyoroti sikap kontras sebagian sahabat agung di mana mereka begitu takut dan menahan diri dari menyampaikan hadis Nabi saw.
Dalam kesempatan ini saya tidak punya banyak waktu untuk merujuk buku-buku hadis atau Tarâjim yang saya miliki, tetapi secara kebetulan saya membuka-buka kembali kitab Sunan Ibnu Mâjah untuk bernostalgia mengingat hari-hari indah ketika saya “nyantri” kepada Guru Besar Ahli Hadis dan “ngaji” kitab-kitab hadis karya Ahli Hadis ternama… dalam kitab tersebut saya berhenti sejenak pada Bab Ke 3, Bab Tentang Berhati-hati Dalam meriwayatkan Hadis Dari Rasulullah saw., jilid 1 halaman 10-112 hadis nomer: 23-29.
Dalam riwayat-riwayat tersebut kita akan menyaksikan dengan jelas bagaimana para sahabat agung tersebut begitu takut meriwayatkan hadis dari Nabi saw… mereka menahan diri dari menyampaikan sabda Nabi saw. apalagi berbanyak-banyak. Sikap yang sangat bertolak belakang dengan sikap Abu Hurairah….
Untuk meringkas Anda saya ajak menyaksikan langsung sikap para sahabat agung di bawah ini:
Sahabat Agung Ibnu Mas’ud Gemetar, Meneteskan Air Mata dan Berkeringat Ketika Terlanjur Menyampaikan Sabda Nabi Saw.
Hadis Nomer: 23: Ibnu Mâjah meriwayatkan dengan sanad bersambung kepada Ibrahin at Taimi dari ayahnya dari ‘Amr bin Maimûn, ia berkata:
“Saya tidak pernah luput/absen setiap hari Kamis sore datang menemui Ibnu Mas’ud.”
Ia berkata: “Dan aku sama sekali tidak pernah mendengar dia berkata; ‘Rasulullah saw. bersabda.’ Lalu ketika pada suatu sore ia berkata: ‘Rasulullah saw. bersabda…’ ia berkata: “Lalu ia menundukkan kepalanya.” Maka aku perhatikan dia dan ia berdiri sambil melepas kancing baju qamisnya sementara kedua matanya meneteskan air mata dan merekak pori-pori wajahnya. Ia berkata: ‘Atau kurang dari itu atau lebih sedikit atau kurang lebih seperti itu atau mirip seperti itu sabda beliau.”
Syeikh Fuâd Abdul Bâqi pentahqiq Sunan Ibnu Mâjah berkata: “Hadis ini diriwayatkan hanya oleh penulis (Ibnu Mâjah) seorang. Dan dalam (Majma’) az Zawâid disebutkan: ‘Sanadnya shahih. seluruh perawi dalam sanad telah dipercaya Bukhari dan Muslim dalam meriwayatkan hadis.”
Di sini, tampak sekali bagaimana Ibnu Mas’ud begitu hati-hati dan sangat takut, sampai-sampai ia tidak pernah menyampaikan hadis dari Nabi saw. kecuali sangat-sangat jarang dan bisa dibilang hanya sekali atau dua kali atau beberapa kali saja sepanjang hidupnya sehingga murid terdekatnya pun tidak pernah mendengarnya meriwayatkan hadis kecuali sangat jarang!
Tentu sikap Ibnu Mas’ud di atas sangat berbeda dengan sikap Abu Hurairah yang berbanyak-banyak dalam meriwayatkan sabda dan hadis Nabi saw. (sekali lagi bukan maksud saya menyalahkan Abu Hurairah, hanya sekedar membandingkan dua sikap berbeda dari dua sahabat Nabi saw. yang satu tergolong dari as Sâbiqûn al Awwalîn/Para Sahabat Gelombang Pertama yang Memeluk Islam dan Abu Hurairah yang baru memeluk Islam dua atau tiga tahun sebelum wafat Rasulullah saw.)
.
Setahun Penuh, Ibnu Umar Tidak Menyampaikan Hadis
.
Hadis Nomer: 26: Ibnu Mâjah meriwayatkan dengan sanad bersambung kepada asy Sya’bi ia berkata; “Aku duduk (bersahabat secara rutin) bersama Ibnu Umar selama setahun penuh, maka saya tidak pernah mendengar ia menyampaikan hadis apapun dari Rasulullah.”
Saya tidak mengerti apa sebenarnya yang menahan Ibnu Umar dari menyampaikan hadis dari Rasulullah saw. padahal tentunya ia banyak mendengar sabda Nabi saw. secara langsung?! Dan yang lebih mengherankan dari sekedar keengganan (atau katakan) ketidak mauan Ibnu Umar menyampaikan sabda Nabi saw. adalah bagaimana kemudian hadis Ibnu Umar bisa begitu banyak sehingga ia menjadi satu dari lima orang sahabat paling banyak meriwayatkan hadis di samping Abu Hurairah, Aisyah, Anas dan Ibnu Abbas?!
Sungguh mengherankan bukan? Tapi abaikan saja keterheranan Anda dalam masalah ini sebab inti masalahnya bukan di situ. Tetapi mengapa ia enggap meriwayatkan hadis tidak seperti sahabat Abu Hurairah yang begitu bersemangat dalam meriwayatkan hadis Nabi saw. sampai-sampai karena besarnya semangat itu, Abu Hurairah sering menimba ilmu dari Ka’ab al Ahbâr –mantan pendeta Yahudi yang baru masuk Islam di zaman Khalifah Umar- dan ia pun menyampaikan ucapan-ucapan Ka’ab bersama atau disela-sela menyampiakan sabda suci Nabi, sehingga terjadi pencampur-adukan antara keduanya. Sebab seperti dilaporkan Ibnu Katsir bahwa: “Sesungguhnya Abu Hurairah sangat sering sekali duduk bersama Ka’ab dan mendengar darinya dan Abu Hurairah pun menyampaikan ucapan Ka’ab.”[2]
.
Sahabat Sa’ad bin Mâlik Juga Enggan Meriwayatkan Hadis Nabi saw.
Hadis Nomer: 29: Ibnu Mâjah meriwayatkan dengan sanad bersambung kepada Sâib bin Yazid, ia berkata: “Aku bersama Sa’ad bin Mâlik dalam satu perjalanan dari kota Madinah menuju kota Mekkah. Maka aku tidak mendengar ia menyampiakan barang satu hadis pun dari Nabi saw.”
Ini juga sebuah sikap yang mengherankan… Walaupun boleh jadi sikap itu dilatar-belakangi kekhawatiran yang sangat mendalam dan rasa takut dari salah menyampaikan hadis Nabi saw. Sebuah sikap yang tentunya terpuji…. Tetapi yang pasti sikap sahabat Sa’ad bin Mâlik ini bertolak belakang dengan sikap sahabat Abu Hurairah yang berbanyak-banyak dalam menyampaikan hadis Nabi saw.
Mengapa sikap kedua sahabat ini bisa berbeda?
.
Khalifah Umar bin al Khathab Berpesan Agar Para Sahabat Bersedikit-sedikit Dalam Meriwayatkan Hadis dari Nabi saw.
Hadis Nomer 28: Ibnu Mâjah meriwayatkan sebuah hadis di antaranya terdapat pesan Khalifah Umar ketika ia melepas delegasi yang ia utus ke kota Kufah, ia antar mereka hingga desa Shirâr –sebuah desa dekat kota Madinah- setelahnya Umar berpesan kepada mereka: “Kalian akan menuju sebuah kota yang dada-dada penduduknya bergemuruh dengan Al Qur’an… Maka bersedikit-sedikitlah kalian dalam menyampaikan hadis dari Rasulullah saw.”
Di sini jelas sekali pesan Khalifah Umar agar para sahabat yang beliau utus tidak mengobral hadis Nabi saw. di hadapan penduduk kota Kufah… dan mereka pun mena’ati perintah Khalifah Umar dan tidak menyampaikan hadis… sebuah sikap yang jelas berbeda dengan sikap Abu Hurairah di mana ia berbanyak-banyak dalam meriwayatkan hadis… sehingga diriwayatkan bahwa Khalifah Umar mengancamnya akan mengasingkannya dari kota Madinah ke desa asalnya di dusun terpencil di negeri Yaman.
Abusalafy:
Sekali di sini saya tegaskan bahwa bukan maksud tulisan ini menyalahkan atau membenarkan sikap sahabat A atau sahabat B, tetapi hanya sekedar mengajak Anda menyaksikan adanya perbedaan sikap antara sahabat Abu Hurairah dan para sahabat lain… dan mungkin apabila ada waktu yang cukup kita akan menemukan banyak data lain tentang keengganan para sahabat dalam menyampaikan hadis Nabi saw.
________________
[1] Kata Aktsra secara bahasa artinya berbanyak-banyak… dan biasanya berkonotasi negatif.
[2] Atau boleh jadi kesalaha itu dilakukan oleh murid-murid yang mendengar dari Abu Hurairah, seperti diasumsikan Ibnu Katsir dalam Tafsirnya ketika menafsirkan ayat: 97-99 surah al Kahfi. (Tafsir al Qurân al ‘Adzîm; Ibnu Katsir,3/105.
Filed under: Kajian Hadis, Kajian Sejarah, Manhaj |
bertolak belakang sekali sikap Umar RA dgn sikap sekte ahli hadits (salah satu cabang sempalan wahabi) sekarang… Al Quran-nya nomer sekian, yg dibanyak2in buat dalil malah hadits melulu ga peduli gmn/ke mana konteksnya (sampai ada yg nyebut mereka ”hadith-only muslims”)… apalagi kalo udh Bukhori Muslim ditelan deh mentah2…
sampai saya pernah baca dr web sekte mereka sendiri bahwa hadits ahad pun bisa jadi hujjah akidah dan dianggap setara sama Qur’an (!!!).
kalo ttg abu hurairah RA, saya pernaj baca kl motivasi dia berbanyak2 hadits adalah karena takut menyembunyikan ilmu dan dihukum Allah karenanya (terlepas dia kdg sembrono menyampaikan hadits)… sedang sahabat lain lebih banyak wara’ nya maka itu mereka takut ngobral hadits jgn2 entar salah kutip atau salah inget tapi malah diatributkan ke Rasulullah.