Sunnah Nabi Saw. Itu Indah Dan Lembut (EDISI KHUSUS MENYAMBUT BULAN MAULID NABI SAW.)

Ayat Teragung Tentang Sifat Rasulullah saw.

Sumber: http://almaliky.org/news.php?action=view&id=993

oleh Syaikh Hasan bin Farhan Al Maliky

hasan_FarhanAyat teragung tentang sifat Rasulullah saw. adalah ayat yang memuji beliau bahwa berat atas beliau kesulitan dan kerepotan yang dihadapi kaum Muslimin khususnya dan umat manusia pada umumnya, dan sesungguhnya beliau sangat lembut dan belas kasih.

لَقَدْ جاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزيزٌ عَلَيْهِ ما عَنِتُّمْ حَريصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنينَ رَؤُفٌ رَحيمٌ

“Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang- orang mukmin.” (QS. At Taubah;128)

Maka barangsiapa menginginkan Sunnah teragung beliau hendaknya ia menanggalkan dan meninggalkan sikap al ‘anat (berkeras-keras sikap, berlebih-lebihan dan menyusahkan orang lain)! Hendaknya ia menebar kemudahan, mengabar-gembirakan dan menanam kecintaan pada makhluk Allah dalam kemuliaan akhlak. Padanya terdapat seluruh kelapangan.

Al Qur’an telah menjelaskan bahwa di masa hidup Nabi saw. ada sekelompok orang yang menjadi tempat kepercayaan para sahabat, mereka itu menentang dan menginginkan kerepotan/ al ‘anat (yaitu sikap yang bertolak belakang dengan Sunnah teragung Nabi saw.)

يا أَيُّهَا الَّذينَ آمَنُوا لا تَتَّخِذُوا بِطانَةً مِنْ دُونِكُمْ لا يَأْلُونَكُمْ خَبالاً وَدُّوا ما عَنِتُّمْ قَدْ بَدَتِ الْبَغْضاءُ مِنْ أَفْواهِهِمْ وَ ما تُخْفي‏ صُدُورُهُمْ أَكْبَرُ قَدْ بَيَّنَّا لَكُمُ الْآياتِ إِنْ كُنْتُمْ تَعْقِلُونَ 

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudaratan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya.” (QS. Alu Imran; 118)

Al Qur’an menerangkan pengaruh Bithânah (teman-teman kepercayaan yang menjadi tempat penyampaian rahasia_red) yang hidup di masa kenabian tersebut di mana sekiranya mereka (para sahabat) mena’ati mereka (Bithânah) pastilah mereka akan membuat kamu menderita dan kerepotan/susah.

.

Tiga ayat Membuka Jalan Untuk Kajian Serius

وَ اعْلَمُوا أَنَّ فيكُمْ رَسُولَ اللَّهِ لَوْ يُطيعُكُمْ في‏ كَثيرٍ مِنَ الْأَمْرِ لَعَنِتُّمْ وَ لكِنَّ اللَّهَ حَبَّبَ إِلَيْكُمُ الْإيمانَ وَ زَيَّنَهُ في‏ قُلُوبِكُمْ وَ كَرَّهَ إِلَيْكُمُ الْكُفْرَ وَ الْفُسُوقَ وَ الْعِصْيانَ أُولئِكَ هُمُ الرَّاشِدُونَ

“Dan ketahuilah olehmu bahwa di kalangan kamu ada Rasulullah. Kalau ia menuruti (kemauan) kamu dalam beberapa urusan benar-benarlah kamu akan mendapat kesusahan tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan iman itu indah dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus.” (QS. Al Hujurat; 7)

  • Rasul yang merasakan berat baginya penderitaan kaum Muslimin.

  • Adanya Bithânah yang menginginkan penderitaan dan kesusahan (bagi kaum Muslimin).

  • Andai Nabi menuruti mereka dalam banyak urusan yang mereka inginkan pastilah mereka menderita dengan penderitaan yang sangat!

.

Dan Dengan Wafatnya Nabi saw. Siapakah Yang Akan mencegah Mereka?

Karena itu, kita memprediksi bahwa al ‘anat (kerepotan yang sangat, berkeras-keras sikap dan berlebih-lebihan) akan menggeliat di tengah-tenganh umat paling tidak, sedikit demi sedikit; karena semasa hidupnya, Nabi-lah yang mencegah timbulnya al ‘anat, karenanya ketika pada suatu hari Bithânah (yang menginginkan penderitaan dan kerepotan) itu berkuasa maka pastilah mereka akan berargumentasi (untuk menyukseskan agenda mereka) dengan apa-apa yang mereka inginkan dari dalam agama ini seperti ayat-ayat mutasyabihat dan memalsu hadis… dll.

Karena itu… adalah hak Nabi saw. atas kaum Muslimin untuk selalu mengawasi gerak-gerik dan aksi Bithânah tersebut setelah mengenali mereka; mengawasi pola pikir mereka yang menyusahkan (membuat menderita) yang akan mereka tempelkan dengan Nabiyyur Rahmah/Nabi Pembawa Rahmat, yang demikian itu karena mereka menginginkan kesuksesan dalam membuat menderita (umat Islam)!

Kaum Muslimin tidak pernah berusaha mengenali siapa Bithânah tersebut yang mengagendakan menjauhkan umat manusia dari Agama (Islam). Dan saya pun tidak mengetahui ada sebuah kajian atau buku yang berusaha membongkar kedok mereka dan pola pikir mereka!… Demikian juga kaum Muslimin tidak berusaha menghimpun ayat-ayat yang difirmankan Allah tentang Bithânah tersebut, dan bahwa mereka adalah bertolak belakang dengan Nabi saw. -tetapi tentu mereka merahasiakannya, seperti disinggung dalam ayat-ayat di atas-. Sikap kaum. Muslimin ini adalah penelantaran pembelaan terhadap Nabi saw.

Dalam rangka memperingati hari kelahiran, Maulidur Rahmatin Muhdatin/Rahmat yang dipersembahkan Tuhan dan Maulid pribadi yang diutus sebagai Rahmatan Lil Alaminm/rahmat bagi semesta alam, maka sudah sewajibnya atas kaum Muslimin mengenali oknum-oknum yang mengacaukan keindahan Rahmat yang dipersembahkan Tuhan ini … Oknum-oknum yang menisbatkan kepada Rahmat ini (Nabi saw._red), sebagai penyebab penderitaan dengan tujuan agar penderitaan yang mereka timbulkan menjadi berlebel Syar’i.

Membongkar penderitaan yang mereka timbulkan dan para pelakunya -dari oknum Bithânah tersebut dan orang-orang yang terpengaruh oleh mereka-adalah kewajiban terpenting kita terhadap Nabi saw. Dan ini menuntut sebuah penelitian serius, berani dan mengerikan. Tentu ini lebih penting dari nasyid/lagu-lagu pujian atas Nabi saw.

Seluruh umat Islam teledor dalam membela Nabi saw., baik karena rasa takut atau karena kebodohan. Boleh jadi pola pikir Bithânah-lah yang menebar teror dan kebodohan itu agar al ‘anat (penderitaan/ kesusahan) yang mereka inginkan tetap lestari!.

Cukuplah Al Qur’an al Karim sebagai pembongkar eksistenti Bithânah dan pola pikir mereka serta dampak buruknya. Yang dibutuhkan dari kita hanya membenarkan dan mengimani apa yang dinukilkan Allah tentang mereka; para perompak dan penghalang Rahmat dan tentang sisi-sisi penderitaan yang mereka timbulkan. Penderitaan itu hari ini ada di seluruh mazhab -tentu dengan kualitas yang berbeda-beda-, hal mana menunjukkan bahwa Bithânah (perancang penderitaan) telah mampu memproduksi dan meloncing pola pikirnya sebagai pola pikir resmi umat Islam…

Sekarang saya tidak ingin menyebutkan contoh-contoh “penderitaan” yang diproduksi oleh mereka. Semua terkungkung di “pendertiaan” pemikiran, sosial dan politis… Bandingkan kondisi kaum Muslimin dengan umat selain mereka pasti kamu akan menyaksikan “penderitaan” itu pada kaum Muslimin jauh lebih banyak. Dan dalam semua level.

Tidak boleh memanfaatkan tajdid/pembaharuan untuk kepentingan mazhab atau politik atau partai tertentu …

Barangsiapa menginginkan Allah dan Rasul-Nya maka hendaknya ia membela Allah dan Rasul-Nya… Tinggalkan memanfaatkan pembelaan itu untuk selain Allah dan Rasul-Nya. Yang banyak merusak amal yang serius adalah pemanfaatan untuk kepentingan pemerintahan atau mazhab atau partai..dll..

Tidak!!

Bersihkan niat kalian agar hanya murni untuk Allah maka niscaya Allah memberkahi amal-amal kalian.

Di antara hak Allah atasmu adalah kamu hanya menginginkan keridhaan-Nya dengan apa yang kamu perbuat baik berupa pembaharuan, penelitian atau aktifitas apapun, dan hendaknya kamu memohon bantuan-Nya agar diberi keikshlasan. Setiap yang demi Allah pasti Allah akan menjaganya, dan yang bukan demi Allah niscaya Allah tidak menghiraukannya.

7 Tanggapan

  1. Syukran katsiran ustadz atas pencerahannya pagi ini…

  2. Biar singkat tapi mantap… Luar biasa!!!
    Makasih pak abu… Kami di Batam selalu menjadikan blog pak ustadz ssbagai referensi… Alhamdulillah banyak yang jadi sadar dan kenal siapa salafi dan wahabi yang takfiri itu… Berkat blog pak ustadz abu ini.
    Kami dukung perjuangan pak ustadz….

  3. dulu, jika ada umat Nabi sdg sumpek, maka jika melihat Nabi yg mulia, segala kesumpekan hilang dikarenakan wajah Nabi yg bercahaya, tersenyum menyenangkan dan lembut tutur kata dan perbuatan.

    sekarang, jika hati kita merasa senang, lalu bertemu wahabi salafy bersurban jidat hitam jenggot morat marit, hati kita malah menjadi sumpek.

    bagaimana tidak sumpek, jika muka wahabi selalu dalan kegelapan, merengut marah2 sambil selalu berkata bidab bidah bidah musrik kafir sesat!

    jauh sekali bagai langit bumi akhlak Nabi yg mulia dan wahabi salafy pengikut muawiyah laknat.

    dulu, Nabi akan senang sekali jika dapat mengislamkan orang kafir.
    sekarang, wahabi salafy justru mendapat kepuasan jika dapat mengkafirkan orang islam.

    sungguh jauh bagai langit bumi jalan yg ditempuh Nabi dan jalan wahabi pengikut muawiyah laknat.

    allahuma sholli ala Muhammad wa ali Muhammad.

    sungguh kami merindukanmu ya Nabi mengingat keganasan dan kebengisan wahabi salafy.

  4. pintar juga mas abusalafy ini buat tulisan buat rasa ingin tahu orang muslim ….buat penasaran siapa mereka -mereka itu. ……untuk pembuka pikiran dan menyadarkan umat islam dari mereka ana kasih anjungan jempol. tapi mas abu harus berani tampilkan siapa mereka -mereka itu yang telah menina bobokan ratusan juta umat islam sekarang yg berkata seolah-oleh demi agama padahal mereka adalah penghianat agama dan ingin menghancurkan islam dari dalam……ditunggu tulisan berikutnya SIAPA MEREKA ?. sukron TELAH BERBAGI dan telah membuka mata hati kami semua.

    • setuju sekali @jalan ahlul bait, sepertinya umat islam telah berabad-abad di nina bobokan oleh para penghianat agama tapi sayangnya sedikit sekali para ustadz yang mau berusah payah meyadarkan umat islam. mas abu termasuk juga ustadz adalah sedikit contoh dari mereka yang mau bersusah payah membuka mata hati umat islam lainnya…Jazakumullah Khoiron Katsiran

  5. Jika kita membaca buku-buku sejarah yang kritis sebelum dan sesudah beliau Nabi wafat, kita tidak perlu mengambil terlalu jauh contoh-contoh perilaku sahabat, kita akan menemukan justru orang yang kita anggap dekat secara kekeluargaan (perkawinan) kepada nabi malah merekalah aktor dibalik “slalu menyusahkan nabi” justru itu sech farhan mengatakan:
    “Membongkar penderitaan yang mereka timbulkan dan para pelakunya -dari oknum Bithânah tersebut dan orang-orang yang terpengaruh oleh mereka-adalah kewajiban terpenting kita terhadap Nabi saw. Dan ini menuntut sebuah penelitian serius, berani dan mengerikan. Tentu ini lebih penting dari nasyid/lagu-lagu pujian atas Nabi saw.”
    saya coba petikkan sdikit riwayat sejarah dari sahabat dekat :

    Perlakuan beberapa sahabat yang menentang Nabi (S.a.w) Pada perjanjian Hudaibiyah salah satunya Umar dan kebanyakan melarikan diri pada perang Uhud, Hunain, dan Khaibar (Muhammad Bin Isma’il Bukhari, yang menulis di dalam Sahih, jilid II, dicetak di Egypt, 1320 Hijrah, ms 100, dan Muslim Bin Hujjaj, yang menulis di dalam Sahih, jilid II, dicetak di Egypt, 1320 Hijrah, ms 324, ‘bahawa khalifa Abu bakar & Umar lari dari peperangan di dua medan pertemporan’), telah menyakitkan hati nabi

    1. khalifah Umar telah menghalang Nabi (S.a.w) dan menentang sunnahnya supaya dibawa kepadanya pensel dan kertas untuk beliau menulis perkara-perkara yang tidak akan menyesatkan ummatnya selama-lamanya tidak perlu dilayani lagi. Umar berkata: Kami tidak perlu kepada sunnah Nabi, kerana kitab Allah sudah cukup bagi kita” “Nabi sedang meracau” Kata-kata Umar adalah secara langsung merendah martabat Nabi (S.a.w). Lantas Nabi (S.a.w) mengusir Umar dan kumpulannya supaya keluar dari rumahnya. (al-Bukhari, Sahih, I, hlm. 36; Muslim, Sahih, III, hlm. 69)

    Kata-kata Umar adalah bertentangan dengan firman-Nya di dalam Surah al-Najm (53):3-4: “Dan tiadalah yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya.” Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)”.

    2. khalifah Umar telah membakar sunnah Nabi (S.a.w) Ibn Sa’d dalam Tabaqatnya, V hlm. 140 meriwayatkan bahawa ketika hadis atau Sunnah Nabi (S.a.w) banyak diriwayat dan dituliskan pada masa Umar bin al-Khattab, maka dia menyeru orang ramai supaya membawa kepadanya semua hadis-hadis yang ditulis, kemudian dia memerintahkan supaya dibakar.
    Begitu pula khalifah abu Bakar telah melarangnya, Dia berkata: Janganlah kalian meriwayat sesuatupun (syaian) daripada Rasulullah (S.a.w) .Kitab Allah di hadapan kita ” (al-Dhahabi, Tadhkirah al-Huffaz, I, hlm.3].

    Hal itu mengingkari hadits Nabi (S.a.w): “Allah memuliakan seseorang yang mendengar hadisku dan menjaganya, dan menyebarkannya. Kadangkala pembawa ilmu (hadis) membawanya kepada orang yang lebih alim darinya dan kadangkala pembawa ilmu (hadis) bukanlah seorang yang alim. [Ahmad bin Hanbal, al-Musnad, I, hlm.437; al-Hakim, al-Mustadrak, I, hlm.78]
    Dan sabdanya “Siapa yang ditanya tentang ilmu maka dia menyembunyikannya, Allah akan membelenggukannya dengan api neraka.” [Ahmad bin Hanbal, al- Musnad, III, hlm. 263]

    3. Khalifah Abu Bakar dan Umar serta kumpulannya telah mengepung dan coba membakar dengan menyalakan api di pintu rumah Fatimah al-Zahra’ sekalipun Fatimah, Ali, Hasan dan Husain (a.s) berada di dalamnya. Ini disebabkan mereka tidak melakukan bai’ah kepadanya.

    Khalifah Abu Bakar dan Umar adalah di antara orang yang dimarahi Fatimah (a.s). Beliau bersumpah tidak akan bercakap dengan mereka sehingga beliau berjumpa bapanya dan merayu kepadanya. Al-Bukhari di dalam Sahihnya, IV, hlm.196

    Nabi (S.a.w) bersabda:” Sesungguhnya Allah marah kepada kemarahanmu (Fatimah) dan redha dengan keredhaanmu.” [Al-Hakim, al-Mustadrak, III, hlm. 153; al-Muttaqi al-Hindi, Kanz al-Ummal, VII, hlm.219], Beliau berwasiat supaya beliau dikebumikan di waktu malam dan tidak membenarkan seorangpun daripada “mereka berdua” mengerjakan solat jenazahnya. [Ibn al-Athir, Usd al-Ghabah, V, hlm. 542; al-Bukhari, Sahih ,VI, hlm, 177; Ibn Abd al-Birr, al-Isti’ab, II, hlm.75]
    Sunnah-sunnah telah menetapkan bahawa merekalah Ahlu l-Mawaddah. Merekalah orang yang Allah mewajibkan kasih sayang terhadap mereka dan berjanji ganjaran kebaikan ke atas orang yang mencintai Ahlu l-Bait kerana sekiranya seorang melakukan al-Mawaddah terhadap mereka secara ikhlas, dia berhak syurga kerana firman Allah Azza Wa-Jalla:” 2. Surah Asy-Syu-ra- : 23

    “Katakanlah wahai Muhammad: “Aku tidak meminta upah kepada kalian dalam dakwah ini melainkan kecintaan terhadap keluargaku”.

    Ayat ini turun untuk keluarga Rasulullah SAWW, yaitu Ali, Fathimah, Hasan dan Husein as.
    (.Syawa-hidut Tanzi-l,karya Al-Hakim Al-Haskani Al-Hanafi, juz 2, hal. 130, hadis ke 822, 823, 824, 825, 826, 827, 828, 832, 833, 834, dan 838.),Dzakha-`irul ‘Uqba-, karya Ath-Thabari Asy-Syafi’i, hal. 25 dan 138,.Ibnu Al-Maghazili Asy-Syafi’i, Mana-qib Ali bin Abi Thalib dll

    4. Abu Bakr dan Umar serta kumpulannya telah memaksa Ali a.s memberi baiah kepadanya di dalam keadaan lehernya terikat (Ibn Qutaibah, al-Imamah wa al- Siyasah, I, hlm.18-20, al-Muttaqi al-Hindi, Kanz al-‘Ummal, iii, hlm.139; Abu l-Fida, Tarikh, I, hlm.159; al- Tabari, Tarikh, III, hlm.159].
    Perlakuan sedemikian adalah menyalahi Sunnah Nabi (S.a.w) yang bersifat lembut terhadap Ali (a.s) dan melantiknya sebagai khalifah selepasnya: Siapa yang telah menjadikan aku maulanya, maka Ali adalah maulanya” dan ia adalah sejajar dengan tuntutan Ali a.s terhadap jawatan khalifah. (al-Qunduzi al-Hanafi, Yanabi’ al-Mawaddah, hlm.144, al-Muttaqi al-Hindi, Kanz al-‘Ummal, vi, hlm. 2180)

    Rasulullah (S.a.w.) bersabda: “Kami Ahlu l-Bait tidak boleh seorangpun dibandingkan dengan kami . [Al-Qunduzi al-Hanafi, Yanabi’ al-Mawaddah, hlm.243]

    terlalu banyak jika dituangkan dalam ruang yang sempit ini…

    • Kita sangat support terhadap suguhan kajian dari ustadz (abu salafi)
      karna beliau disamping berusaha menyadarkan penyesatan umat atas bahaya yang menyerang islam dari dalam yaitu akidah tajsim & Tasbih serta paham takfiri dan teror (penghalalan darah selain wahabi) juga beliau mengkaji peran ahli hadits dalam mengungkap kebenaran riwayat/tradisi serta sejarah yang sudah banyak diputar balikkan dan disamarkan kebenarannya oleh tokoh-tokoh yang selama ini dipuja.

      Dengan demikian kita diajak disamping mengikuti kajian dari setiap artikel juga wajib adanya bagi mereka pencari kebenaran menelaah khasanah ilmu dari berbagai mazhab dengan modal akal yang sehat dan kebebasan individu untuk menilai dan meneliti apa dan bagaimana sebenarnya islam ini. Tanpa FANATIK BUTA (Jahil)

      Saya teringat salah satu ayat, lupa suratnya: ” Janganlah keben-cianmu kepada suatu golongan membuatmu tidak berlaku adil”..
      maksud yang bisa ditangkap bahwa bisa jadi golongan yang dibenci itu merekalah yang benar, ini berlaku umum kepada semua mashab.

      Olehnya kita berhak mengkaji setiap mashab itu dari “sumber” mereka masing-masing dengan dalil yang kuat dan sejarah bukan dari katanya dan katanya orang, bukan hanya membeo dengan ulama atau dari warisan leluhur.

      Jiika dalam mashab kita terdapat tokoh yang selama ini dianggap panutan ternyata ada bukti kecacatannya apalagi itu membantah Allah dan rasulNya dengan bukti yang kuat, maka seorang yang adil patut meragukannnya tanpa pembelaan dengan berbagai alasan, jika tetap mengikutinya inilah yang dimaksud mengikuti langkah dan nafsu setan juga fanatik buta (jahil).

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s