Kajian Ilmu Hadis (seri 9): Pen-tsiqah-an Antara Hawa Nafsu dan Politik!

Pen-tsiqah-an Antara Hawa Nafsu dan Politik

Sumber: http://almaliky.org/news.php?action=view&id=830

oleh Syaikh Hasan bin Farhan Al Maliky

Hasan FarhanTelah kami sebutkan pada seri ke 6: “Amanat Ahli Hadis … Dalam Timbangan” bahwa bagaimana pembesar Ahli Hadis meninggalkan meriwayatkan hadis dari Abu Hanifah dan para murid beliau serta seluruh Ahli Ra’yu. Dan sebagian pembesar Ahli Hadis -seperti adz Dzuhali, Abu Hatim dan Abu Zur’ah- telah meninggalkan meriwayatkan hadis Bukhari karena sikap adz Dzuhali yang kental pengaruh kemazhaban tentang masalah “al Lafdz” (yaitu bahwa bacaan ayat-ayat Al Qur’an yang dilantunkan hamba adalah makhluk/ciptaan bukan Qadîm _red)

Sebagian lagi meninggalkan meriwayatkan hadis dari Syi’ah dan Mu’tazilah dan mereka (Ahli Hadis) berkeras-keras dalam mendha’ifkan Syi’ah dan Mu’tazilah. Dan sebagian lainnya seperti adz Dzuhali -guru, syeikhnya Bukhari- meninggalkan meriwayatkan hadis dari seorang Muhaddis agung terpercaya lantara orang itu tidak bangun menghormatinya ketika ia masuk ke sebuah majlis… Dan demikian seterusnya.

Adz Dzuhali -Syeikh/guru Bukhari- meninggalkan meriwayatkan hadis dari seseorang yang tidak bangun menghormatinya dalam sebuah majlis! Ya.. Adz Dzuhali -Syeikh/guru Bukhari- dialah yang mendha’ifkan sebagian perawi tsiqât (jujur dan terpercaya) hanya lantaran tidak bangun menghormatinya. Dalam kitab Tahdzîb at Tahdzîb, 6/16: “Dan adalah Muhammad bin Yahya (adz Dzuhali) telah meriwayatkan dari Abu Qudâmah as Sarkhasi. Kemudian ia meninggalkan meriwayatkan hadis darinya… -Abu Qudâmah disepakati akan ketokohanya, kekuatan hafalan dan kekokohannya dalam meriwayatkan hadis. Kemudian al Hakim menyebutkan sebab mengapa adz Dzuhali berbalik meninggalkan meriwayatkan hadis darinya, yaitu sesungguhnya adz Dzuhali memasuki sebuah majlis di dalamnya ada Abu Qudâmah tetapi Abu Qudâmah tidak berdiri menghormatinya.”

.

Di sini kamu berhak bertanya: Di manakah amanatnya adz Dzuhali dalam menukil Sunnah?!

Mengapakah ia mencoret hadis-hadis riwayat as Sarkhasi padahal ia seorang tokoh perawi yang tsiqah?

Jawabnya: Karena as Sarkhasi tidak bangun/berdiri menghormatinya saat ia memasuki sebuah majlis! Hanya itu penyebabnya!

Sikap Ahmad bin Hanbal

Ahmad bin Hanbal juga mempunyai sikap-sikap yang menunjukkan ketelodorannya terhadap banyak hadis lantaran sikap kemazhaban atau sikap pribadi atau permusuhan. Ia telah melarang orang-orang meriwayatkan hadis dari seorang muhaddis masyhur yang bernama Ibnu Ja’ad al Jauhari penulis kitab al Musnad (buku Musnad itu beredar/dicetak) hanya karena Ibnu Ja’ad ini mencela Mu’awiyah. Hanya itu saja! Bukan disebabkan ia tidak tsiqah. Ia seorang muhaddis tsiqah dan penulis sebuah buku Musnad. Para ulama hadis pun men-tsiqah-kannya. Dan Imam Ahmad sendiri memiliki stitmen berbahaya, ia berkata:

تركنا رواية اهل الرأي, و كان عندهم حديث كثير

“Kami tinggalkan meriwayatkan hadis dari Ahli Ra’yu, padahal mereka memiliki banyak hadis.”

.

Mengapa?

Jawabnya: Karena mereka (Ahli Ra’yu) adalah musuh bebuyutan Ahli Hadis. Hanya itu penyebabnya!

Lalu di manakah amanat?! Di manakah semangat menukil Sunnah secara utuh? … Data-data semacam ini banyak sekali. Mungkin dalam kesempatan lain akan datang kami akan rincikan masalah ini.

Tetapi saya akan kawal pembaca yang rajin mengikuti kajian kami dengan penuh lemah lembut karena mungkin saja sebagian dari mereka merasa berat menerima sajian seperti ini. Dan andai kami menyajikan apa yang kami ketahui -dan ia hanya sedikit- pastilah kebanyakan mereka menjadi kebingunan.

Khulashah/Kesimpulan:

Sesungguhnya pen-tsiqah-an dan pen-dha’if-an di kalangan Ahli Hadis telah dicampuri oleh pengaruh kemazhaban dan politik, bahkan dicampuri urusan-urusan pribadi (seperti pada kasus sikap pencacatan adz Dzuhali atas Ibnu Qudâmah as Sarkhasi). Dan semua itu berpengaruh terhadap hadis baik dalam mengambil atau menolak, mensohorkan atau menelantarkannya. Ahli Hadis tidak semuanya sama, bahkan seorang dari mereka sering punya keadaan (sikap) yang berbeda-beda. Semua itu harus ditundukkan dalam kajian dan penelitian terkait dengan kepribadiannya, perubahan-perubahan dan kondisi serta hal-hal yang berpengaruh terhadapnya dan sejauh mana ia tunduk kepadanya… dll.. Dan hendaknya kajian itu didasari ilmu dan obyektifitas, bukan didasari hawa nafsu (kesukaan pribadi kepada si Ahli Hadis) yang akan membahayakan Sunnah, tidak juga didasari kebencian kepadanya yang juga akan membahayakan Sunnah. Tujuan terpenting adalah Sunnah Muhammad saw. dan hadis-hadis beliau, bukan pribadi siapapun dia.

.

Kita harus tanggalkan perasaan (emosional) dalam mencela atau memuji. Nabi saw. dan Sunnah beliau lebih berhak untuk dijaga dari penambahan dan pengurangan, pensohoran hadis dha’îf atau penelantaran hadis shahih.

.

Sikap Fanatik Dalam Membela Sebagian Perawi Hadis Telah Mencoreng Nama Harum Nabi saw.

Sikap fanatik untuk men-tsiqah-kan para parawi hadis yang mendukung para penguasa tiran atau memleba para parawi bermental fanatik kemazhaban, demikian pula sikap fanatik dalam men-dha’if-kan para parawi tsiqât (jujur lagi terpercaya) hanya atas dasar kemazhaban atau alasan-alasan lain (yang tidak Islami dan tidak ilmiah_red) semua itu membahayakan Sunnah. Mari kita ambil sebagai contoh kasus di bawah ini:

Sikap fanatik kita dalam membela Hisyam bin Urwah dan Urwah bin Zubairdan keduanya termasuk orang yang membela para penguasa tiran dan yang tampak dari hadis-hadis “ganjil” yang mereka riwayatkan, telah menyebabkan tercorengnya potret cemerlang Nabi saw. Karena sebagian gambaran tentang kepribadian Nabi saw. itu diambil dari riwayat jalur Urwar dan Hiayam putranya.

Dan di antara hadis-hadis yang ia riwayatkan sendirian (sementara para perawi lain tidak) adalah kasus pernikahan Nabi saw. dengan Aisyah ketika ia masih berusia enam tahun! Hadis tentang itu termuat dalam dua kitab Shahih (Bukhari dan Muslim) dari jalur ini. Ini adalah riwayat bathil (palsu), tidak boleh diyakini sebagai akidah (keyakinan). Lalu mengapa hadis ini bisa lolos dan masuk dalam daftar hadis shahih?

Jawabnya:

Karena kita men-tsiqah-kan Hisyam bin Urwah dan ayahnya dan karena sikap fanatik kita dalam membela keduanya sebab mainstrem umum politik Bani Umayyah dan Bani Abbas berpihak kepada keduanya, seperti para ulama istana rezim tiran di setiap negeri, akan terbentuk dukungan besar-besaran untuk mereka sehingga mereka tidak bisa dijamah kririk dan hadis-hadis riwayat mereka ditempatkan di posisi aman dari pengecekan dan pengujian kualitas. Andai kita meragukan kualitas kepribadian keduanya (Urwah dan Hisyam) dan kita kaji serta teliti usia Aisyah pasti kita akan menemukan bahwa usianya saat dinikahi Nabi saw. paling tidak adalah delapan belas (18) tahun. Ia telah memeluk Islam bersama Abu Bakar; ayahnya. Sedangkan Abu Bakar tergolong orang-orang yang memeluk Islam gelombang pertama -sesuai dengan pendapat yang masyhur[1]– dan saat itu Aisyah sudah dilamar untuk diperistri oleh Jubair bin Muth’im bin Adiy dari suku bani Naufal. Selain fakta ini masih banyak fakta sejarah lain yang menguatkan bahwa usia Aisyah ketika menikah dengan Nabi saw. adalah tidak kurang dari delapan belas tahun.

Tetapi para Ekstrimis itu -yang bersemangat dalam men-tsiqah-kan Urwah dan Hisyam dan dalam men-tsiqah-kan para perawi pendukung para tiran- tidak pandai dalam membela Nabi saw. dan tidak juga membiarkan kita membela beliau saw… Mereka mencegah dari hanya sekedar meragukan hadis riwayat Urwah, Hisyam Cs. dan menjadikannya di atas hadis-hadis lain. Setelah itu pembelaan mereka (Ahli Hadis) sangat lemah. Pembelaan mereka terhadap kasus kita ini seperti Pernikahan Nabi saw. dengan gadis di bawah umur sangat lemah dan dingin (tanpa semangat), tidak sanggup memuaskan si Muslim tidak pula si kafir.

Kaum Ekatrimis adalah kaum jahil tentang detail-detail dan penyakit-penyakit tersembunyi dalam hadis. Mereka hanya bertaklid buta mengikutu Ahi Hadis. Kita telah saksikan bagaimana keterlibatan hawa nafsu dalan men-tsiqah-kan atau mencacat walau hanya dengan kadar tertentu. Kami tidak men-generalisir bahwa semua mereka dipengaruhi hawa nafsu dan politik serta mazhab. Tetapi kadar yang mendorong kita untuk meragukan (demi kehati-hatian) dan mengecek serta meneliti kembali itu ada.

Karena itu kita di masa ini diuji Allah dengan menghadapi mereka. Mereka berada di garis terdepan “from pembelaan” Nabi. Tetapi sayangnya mereka tidak mampu membela beliau, karena mereka meyakini mayoritas pencorengan nama harum Nabi saw. akibat dari hadis-hadis para parawi yang di-tsaiqah-kan secara salah atau dengan dasar hawa nafsu (seperti Urwah, Hiayam Cs._red) maka dari itu kitab-kitab dan pena-pena serta artikel-artikel terus beredar secara berkala, dan tetap saja pen-tsiqah-kan terhadap Urwah dan Hisyam menurut mereka (Ahli Hadis) lebih penting daridapa menyingkirkan hadis-hadis yang menjungkir-balikkan gambaran/potret Rasulullah saw!

Mereka adalah bencana buat agama dan ilmu pengetahuan!

.

Mengapakah Ahli Hadis Meriwayatkan Hal-hal Yeng Menjelek-jelekkan Nabi saw?.

Mereka meriwayatkannya dengan dua sebab:

(*) Mungkin karena mereka tidak memandang semua itu sebagai yang mencoreng dan menghinakan Nabi saw…. Tetapi mereka tidak menghafalnya dengan baik, mereka hanya sekedar menukil isu-isu (gosip-gosip) riwayat yang tidak mereka teliti dan analisis (tentu ini ketika kita berbaik sangka kepada mereka).

(*) Atau kemungkinan kedua -jika kita berprasangka buruk-: Mereka mengada-ada hadis-hadis palsu seperti itu karena para penguasa tiran Bani Umayyah dan Bani Abbas (yang mereka dukung itu) mendapat tawanan perang gadis-gadis kecil di bawah umur, sedangkan para panguasa tiran itu menginginkan menggauli gadis-gadis di bawah umur itu -kerena penyakit kejiwaan tertentu atau penyakit mabok kemenangan dan berkuasa- maka datanglah para peramu riwayat itu memberi kemudahan dan legelitas di hadapan publik mengapa para panguasa tiran itu meniduri gadis-gadis kecil di bawah umur. Itu semua sah-sah saja secara Syar’i, Nabi telah menikahi Aisyah ketika ia masih kanak-kanak usia enam tahun dan menggaulinya di saat Aisyah memasuki usia sembilan tahun… dll.. Setelah itu kita tidak mendapati orang yang sudi membela kehormatan Nabi saw.!

Tetapi anehnya terkait dengan Hisyam dan Urwah kita menemukan banyak pihak yang membela keduanya! Karena itu kami sedang bermasalah besar dengan Ahli Hadis. Kami tidak bisa mendiamkan pelecehan dan penghinaan terhadap Nabi saw., sementara mereka tidak bisa diam menghadapi pen-dha’if-an kami atas sebagian Salaf mereka -seperti Urwah dan Hisyam Cs.- walaupun pen-dha’if-an relatif dalam tema-tema tertentu.

Selain itu kami sedang dalam masalah besar dengan mereka yaitu apabila kami membela Nabi saw. tanpa dasar ilmu pengetahuan seperti yang mereka lakukan pasti kami tidak mampu memberi kepuasan kepada seorangpun. Dan apabila kami bela Nabi saw. dengan dasar ilmu pengetahuan mereka menuduh kami dengan segala macam tuduhan mengerikan dan mereka memprovokasi para penguasa agar berbuat jahat terhadap kami!

Bertaqwalah kalian kepada Allah. Rasulullah saw. telah menyatukan kita semua. Rasulullah saw. lebih utama dan lebih berhak kita bela dengan pembelaan yang kokoh dan ilmiah yang memuaskan daripada kalian bersikeras berpegangan dengan hadis-hadis yang menghina-hinakan Nabi saw.

Tolong beri kami jalan keluar dari kekacauan ini, atau biarkan pihak lain menunjukkan kepada kami jalan keluarnya…

Katakan kepada mereka: Berendah hatilah kalian! Dengar dan perhatikan hujjah yang disampaikan pihak lain, mungkin ia bermanfaat buat kalian! Mungkin itu akan memberikan informasi berguna buat kalian!

Saya katakan kepada mereka: Dengarlah dari kami lalu setelahnya -terserah kalian-! Ambillah kajian-kajian kami atau bukti-bukti yang kami ajukan lalu nisbatkan kepada diri kalian (akui dia sebagai hasil penelitian dan jerih payah ilmiah kalian_red), itu masalah sekunder, tidak penting. Jangan sebut-sebut kami dengan satu huruf pun (itu tidak mengapa buat kami_red)… Kemudian kalian meng-klaim membela Nabi saw.! (Selasai)

__________________

[1] Apa yang disampaikan Syeikh Hasan adalah benar dan ia bukti kehati-hatian beliau dalam menyampaikan data dan fakta sejarah. Dalam pendapat yang masyhur bahwa Abu Bakar termasuk pemeluk Islam gelombang pertama. Adapun tentang apakah Abu Bakar pemeluk Islam pertama maka di sana terdapat perbedaan pendapat -sesuai dengan data-data sejarah yang diterima atau ditolak-, ada yang mengatakan ia adalah orang pertama yang memeluk Islam. Sementara pendapat lain mengatakan Ali orang pertama yang memeluk Islam bersama Khadijah istri tercinta Nabi saw. Adapun Abu Bakar bukan orang pertama. Bahkan Imam Ibnu Jarir ath Thabari -sejarawan dan ahli tafsir yang menulis buku sejarah dan tafsir tertua- menegaskan dalam laporannya bahwa Abu Bakar baru memeluk Islam setelah lima puluh orang telah memeluk Islam ssbelumnya. Ia orang nomer ke lima puluh atau lima puluh satu. Lebih lanjut dipersilahkan merujuk buku Sejarah beliau Târîkh al Umam wa al Mulûk.

______________

Kajian Sebelumnya

  1. Kajian Ilmu Hadis (Bag.1) : Lima Belas Renungan Untuk Ahli Hadis
  2. Kajian Ilmu Hadis (Bag.2): Tolok Ukur Agama Bukan Kemazhaban!
  3. Kajian Ilmu Hadis (Bag. 3) Abu Hurairah, Sekedar Contoh!
  4. Kajian Ilmu Hadis (Edisi Khusus): Peringatan Pembesar Ahli Hadis Akan Fitnah Hadis!
  5. Kajian Ilmu Hadis (Bag. 4): Abu Hurairah Dan Pengaruh Politik
  6. Kajian Ilmu Hadis (Bag. 5): Pengaruh Ahlul Kitab Terhadap Ahli Hadis!
  7. Kajian Ilmu Hadis (6): Amanat Ahli Hadis… Dalam Timbangan
  8. Kajian Ilmu Hadis (7): Apa Yang Hilang Dari Sunnah Nabi Saw.?
  9. Kajian Ilmu Hadis (8): Sikap Ahli Hadis Terhadap Hadis Shahih dan Hadis Dha’if
  10. Kajian Ilmu Hadis: Perlakuan Buruk Ahli Hadis Terhadap Nabi Saw. (EDISI KHUSUS MENYAMBUT BULAN KELAHIRAN NABI SAW.)
  11. Syeikh Al Albâni Membongkar Ketidak-jujuran Ahli Hadis!
  12. Kajian Ilmu Hadis (Edisi Khusus): Selaki Lagi Tentang Abu Hurairah!

5 Tanggapan

  1. Kupasannya apik… Berani dan bertanggung jawab..
    Makasih pak abu.

  2. sayang tema yg apik ini hanya ada di dunia maya, coba kalo bisa masuk ke pesantren atau PT pasti keberagamaan kita akan lebih dewasa tdk seperti anak teka, kata sang pamomong.

  3. begitulah keadaan umat islam hari ini apalagi diindonesia tiada usaha dari tokoh-tokoh agama apalagi guru-guru agama untuk memperbaiki mengkaji pemahaman2 agama yang sangat banyak menyimpang dari Al Quran dan hadits nabi apalagi sejarah yang diputar balikkan yang berkesan tidak ada masalah.

    Padahal peran para ahli hadits dan perawi hadit sangat merusak keyakinan umat yang telah diselewengkan. Apalagi kita dipaksa berkeyakinan bahwa para sahabat mutlak adil dan jujur yang tidak mungkin salah seakan-seakan mereka memiliki derajat para nabi.
    walaupun itu bertentangan dengan Al Quran dan Hadits Nabi
    Inilah keyakinan yang tidak benar tanpa akal yang sehat, akibatnya hari ini bukan kemajuan islam kita dapati tapi kemunduran fatal karna akidah yang salah. Allah sangat teliti tidak menerima ibadah yang didalamnya bercampur kebenaran dan kebatilan. contoh yang sederhana paling sederhana masalah wudhu FirmanNya :

    “… apabila kamu hendak melaksanakan shalat, maka basuhlah mukamu dan kedua tanganmu sampai dengan siku; dan usaplah
    (sebagian kepalamu) dan kedua kakimu sampai kedua ka’ab (sendi mata kaki) (QS. Al-maidah : 6)

    Kalau begitu, berarti wudhu adalah MEMBASUH muka dan kedua tangan, lalu MENGUSAP (sebagian) kepala dan kedua kaki, selesai

    Ibnu Abbas ra yang mengulang-ulang, berkata, “Saya tidak menemui dalam Kitab Allah selain dua basuhan dan dua usapan.
    Mereka yang menolak wudhu seperti ini mengikuti sunnah Hajjaj (bin Yusuf Al Tsaqafi).”
    Sabda nabi : “Mudahkanlah olehmu dan jangan mempersulit ”
    Kenyataanya yg dipelajari dibuku dll malah manambah dan merubah. sangat menyedihkan kita ini, belum masalah yang lain!!!?

    • Saya berkomentar hanya selalu berusaha berlaku adil terhadap diri sendiri , disamping kita mengkritisi para Wahabiyyun kita juga tiada henti mengoreksi diri sendiri dari berbagai segi keagamaan kita,…
      bukankah itu penting dan adil…!!!? Jika kita tidak ingin dikoreksi hendaknya kita jangan mengkritik orang lain. Tapi tanpa itu kebenaran tidak akan di temukan, yang ada hanya kesesatan.

      • Setuju akhina… Kebenaran dapat terungkap dengan membongkar data tersembunyi atau yang disembunyikan….

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s