Kajian Ilmu Hadis (8): Sikap Ahli Hadis Terhadap Hadis Shahih dan Hadis Dha’if

Sikap Ahli Hadis Terhadap Hadis Shahih dan Hadis Dha’if (Seri 8)

Sumber:http://almaliky.org/news.php?action=view&id=829

.

oleh Syaikh Hasan bin Farhan Al Maliky

Hasan FarhanYang mengherankan adalah bahwa Ekstrimis, Ghulât Ahli Hadis adalah orang-orang yang paling kuat kecintaannya kepada hadis dha’if dan paling membenci hadis shahih menurut para-meter mereka sendiri! Ini bagian dari kebingungan mereka yang mana mereka memasukkan kita di dalamnya. Mereka bersemangat menetapkan Sunnah -sementara itu dalam akal-akal mereka penuh hadis-hadis lemah, dha’if-, tetapi ketika menghadapi hadis shahih -bahkan hadis mutawatir– mereka membencinya dan mengingkarinya!… Ini sebuah kebingungan dan kegilaan sikap yang tidak ada jalan keluarnya kecuali dengan menjernihkan hati dan ketenangan… serta memisahkan antara kemazhaban dan Sunnah.

Kamu harus ingat bahwa Sunnah adalah Sunnah Muhammad bukan sunnah mazhab. Contohnya, ketika kami datangkan kepada mereka hadis yang telah disepakati antara kami dan mereka bahwa ia adalah hadis shahih atau mutawatir, mereka menerima keshahihannya saja, adapun makna dan kandungannya mereka tolak! Seakan mereka berkata: Hadis ini shahih tetapi saya tidak beriman kepadanya! … Ini adalah kebiasaan Ahli Hadis sejak dahulu -bukan saja hari-hari ini-. Karena itu mereka berkata: Berjalankan (baca sambil lalu) saja hadis-hadis itu seperti datangnya tanpa memaknainya.!

Apakah kita akan uji mereka dengan (menyajikan beberapa contoh dari) sebagian hadis yang mereka shahihkan sendiri, atau kami diam?

Sepertinya masalah ini perlu diberi beberapa contoh:

Contoh Pertama:

Hadis tentang Haudh/Telaga Nabi saw. kelak di hari kiamat (yang di antara redaksi sabda beliau adalah: “Sahabatku! Sahabatku” lalu jawaban malaikat: “Engkau -wahai Nabi- tidak mengetahui apa yang telah mereka perbuat sepeninggalmu! Mereka senantiasa MURTAD; kembali ke belakang sejak engkau tinggalkan mereka.”[1]

Hadis ini diriwayatkan dalam dua kitab Shahih (Bukhari dan Muslim), tetapi mereka mengingkarinya. Arti “mereka mengingkarinya” adalah mereka mengingkari makna dan kandungannya. Mereka berkata: “Mereka yang murtad itu bukan para sahabat Nabi. Mereka adalah Musailamah al Kadzdzab dan kaum murtaddin lainnya.”!?

Padahal nashnya sangat jelas dan di dalamnya juga banyak qarînah (tanda pendukung) bahwa yang dimaksud dengan sabda Nabi saw. tersebut adalah para sahabat beliau sesuai dengan definisi “Shahabat” menurut mereka (Ahli Hadis). Di antara qarînah-qarînah itu adalah:

(1) Sabda Nabi saw. : Ash-habi! Ash-habi! (Sahabatku! Sahabatku!)…

(2) Ucapan Malaikat dalam menjelaskan kenyataan apa yang terjadi: “Semenjak engkau berpisah/meninggalkan mereka.”

Nabi saw. tidak berdomisili di Yaman misalnya sehingga dikatakan kepada beliau: Semenjak engkau tinggalkan mereka … (dengan arti meninggalkan kota Madinah. Tetapi Nabi saw. meninggalkan para sahabat beliau dengan kematian _red)

(3) Sabda Nabi saw. merespon berita kemurtadan para sahabatnya: “Celakalah bagi orang yang merubah-rubah sepeninggalku.”…

Dan lain sebagainya yang mana Ahli Hadis tidak memperhatikannya sama sekali!

Mengapa?

Karena di sana telah ditegakkan sebuah bangunan akidah yang telah dikokohkan dan adalah sulit untuk merobohkannya, sementara hadis Haudh bertentangan dengan akidah tersebut… Jadi apa yang harus mereka lakukan?! Apakah mereka akan mengorbankan akidah (yang telah mereka bangun) demi hadis yang mereka sendiri telah mengimani keshahihannya?! Atau mereka akan mengorbankan Nabi dan hadis beliau demi akidah yang telah dibentuk oleh Salaf mereka?!

Solusi yang mereka ambil adalah mengorbankan Nabi dan hadis beliau itu lebih mudah!

.

Contoh Kedua:

Hadis Ammâr = Hadis tentang al Fiah al Bâghiyah dan Ajakan Mereka kepada Neraka. Mereka (Ahli hadis) membenci makna hadis ini dengan kebencian yang sangat mendalam padahal mereka mengimani akan kemutawatirannya. Dan saya yakin Anda mengetahui sikap mereka dalam masalah ini.

 Contoh Ketiga:

Hadis Manzilah tentang kedudukan Ali (Engkau -Ali- di sisiku seperti kedudukan Harun di sisi Musa hanya saja tidak ada nabi setelahku). Hadis ini mutawatir. Ia terdapat dalam dua kitab hadis Shahih (Bukhari dan Muslim), mereka mengimaninya, akan tetapi mereka meralatnya! Maksud saya: Mereka tidak mengimaninya seperti apa adanya, sehingga makna hadis itu menurut mereka demikian: (Engkau di sisiku seperti kedudukan Harun di sisi Musa hanya saja tidak ada nabi setelahku, dan engkau bukan orang yang paling afdhal/utama dalam kemuliaan… Bukan…. Bukan….), mereka membenci pembatasan itu (hanya saja tidak ada nabi setelahku)! … Padahal Nabi saw. tidak mengecualikan selain kenabian. Lalu mengapakah mereka (Ahli Hadis) menambah-nambah dua puluh sifat lain (seperti yang dilakukan Ibnu Taimiyyah)?!

Ini adalah kebencian kepada makna hadis.

Jika di sana ada hadis-hadis lain tentang keutamaan Abu Bakar dan  Umar yang menentang hadis tersebut…mengapakah tidak dilakukan studi banding tentangnya baik dari sisi kebenaran datangnya dari Nabi saw. dan dari sisi mana yang lebih kuat maknanya serta yang terjauh pembandingannya.

Harus ada studi banding tentangnya.

.

Contoh Keempat:

Hadis (Semoga Allah tidak mengenyangkan perutnya -perut Mu’awiyah-) yang termuat dalam kitab Shahih Muslim. Mereka membencinya! Sampai-sampai mereka memutar-balikkannya sehingga dianggap sebagai keutamaan dan pahala (bagi Mu’awiyah)!! … Dan Nabi saw. yang salah dalam mendo’akan keburukan atas Mu’awiyah dengan doa itu! … Di sini Nabi saw. tidak mendapat pahala!

Contoh Kelima:

Hadis yang mutawatir (Kalian akan mengikiti sunah-sunah/kebiasaan umat sebelum kalian =Yahudi dan Nashrani). Mereka mengimani keshahihan hadis itu! Tetapi mereka tidak menjadikannya terkait langsung dengan mereka yang sedang diajak bicara langsung oleh Nabi saw.! Tidak juga terkait dengan sebagian dari mereka!! Mereka mengundurkannya dan menjadikannya terkait sengan orang-orang yang akan datang berabad-abad setelah Nabi saw.! Makna hadis itu menjadi demikian: (Akan datang setelah kalian -para sahabat- orang-orang yang mengikuti sunah-sunah/kebiasaan Yahudi dan Nashrani… )

Mereka membatalkan semua pembicaraan yang secara langsung dialamatkan kepada para sahabat jika pembicaraan itu mengandung kecaman! Dan mereka akan mengaktifkannya (dengan mengatakan bahwa pembicaraan Nabi saw. itu dialamatkan langsung untuk para sahabat beliau yang mendengar langsung) jika isi pembicaarn itu adalah pujian!… Yang benar adalah keduanya tidak meniscayakan peng-umum-an. Tetapi sebagian saja. Sebagian dari yang diajak bicara langsung oleh Nabi itu begini dan sebagian lainnya begitu. Tetapi Ahli Hadis mengatakan: TIDAK! Setiap pembicaraan yang bertajukkan kecaman maknanya adalah ghaib (akan datang nanti dikemudian hari bukan para sahabat yang sedang berhadapan dan diajakn bicara oleh Nabi saw.) Dan setiap pembicaraan yang tertajukkan pujian maka mengena seluruh sahabat!

.

Contoh Keenam:

Dalam kitab Shahih Muslim, 8/124:…

“Kami bersama Rasulullah saw. menjenguk seorang yang sedang sakit demam, maka aku (kata sahabat yang berkisah _red) letakkan tanganku di atas kepalanya lalu aku berkata: “Demi Allah, aku tidak pernah melihat orang yang lebih panas darimu.” Maka Nabi saw. berkata: “Maukah kalian kuberitahu orang yang lebih panas darinya kelak di hari kiamat; yaitu dua orang yang sedang menunggang kendaraan itu sambil menyingkir!” Nabi saw. menunjuk dua orang dari sahabat beliau yang ada saat itu.

Tentu dua orang itu adalah sahabat beliau. Tetapi kaum Ghulat/ Ekstrimis tidak mengimani ini. Semua sahabat menurut mereka adalah orang-orang yang ‘Udûl; baik-baik, shaleh dan konsisten dalam agama… Lau bagaimana jika mereka mengenal identitas dua orang sahabat itu?

Contoh Ketujuh:

Hadis Nabi saw.: “Orang pertama yang merubah-rubah Sunnahku adalah seorang dari bani Umayyah.”

Al Albâni menguatkan pendapatnya bahwa yang dimaksud oleh Nabi saw. dalam sabdanya itu adalah Mu’awiyah, tetapi ia tidak berani menyebut nama dengan terang-terangan!

Cuplikan Sanggahan:

Hadis Ahâd (yang belum mencapai tingkatan dan kualitas mutawatir _red) tidak berhak menentang hadis mutawatir. Dan di antara bentuk kebencian Ahli Hadis kepada hadis Ammar yang mutawatir itu mereka menentangnya dengan hadis ahâd, bahkan berdasarkan penelitian ia berstatus mursal (tertupus sanadnya) seperti disebutkan ad Dâruquthni.

Hadis yang ada di tangan-tangan kita ini campuran, sebagiannya adalah sabda Nabi saw. Ada yang ditambah-tambahkan dan ada yang dikurangi. Ada juga yang dipalsukan atas nama Nabi saw. lalu dishahihkan oleh Ahli Hadis. Ada pula hadis yang shahih namun mereka dha’ifkan. … dll.

Tidak bisa menahan Ruwaibidhât (orang-orang rendahan dan hina) -setelah mereka membunuh dan juga melaknati para sahabat Badriyyûn serta men-stempel leher-leher mereka-, kini mereka (ruwaibidhât) menjadi pemilik hadis, sunnah dan riwayat serta mereka menjadi tolok ukur![2]

Ruwaibidhâth sejak waktu yang sangat dini sudah menang. Mereka berhasil menguasai Daulah Islamiyah dari China hingga Andalusia. Mereka menulis sejarah, fikih, hadis, akidah, garis-garis besar haluan agama dan mendektekan pemikiran… dll.

Kami telah katakan bahwa sebagian hadis shahih sempat meluncur keluar (menyebar)… Dan mereka pun (para penguasa dan para penyokong mereka) tidak bisa mencegahnya karena situasi dan kondisi politik dan sosial tertentu. Maka mereka benar-benar telah mengalami guncangan politis, dan sebagian Tabi’în bertahan setelah mereka.

__________________________

[1] Di bawah ini akan kami sebutkan beberapa contoh hadis-hadis kemurtadan massal sahabat dalam riwayat Ahli Hadis agar menjadi jelas apa yang dikatakan Syeikh mulia kita Syeikh Hasan bin Farhan al Maliky –Hafidzahullah-:

  • Dari Abu Hurairah, dari Nabi saw.:

بَيْنَا اَنَا قَائِمٌ اِذَا زَمْرَةٌ حَتَّى اِذَا عَرَفْتُهُمْ خَرَجَ رَجُلٌ مِنْ بَيْنِى وَبَيْنَهُمْ فَقَالَ هَلُمَّ، فَقُلْتُ اَيْنَ؟ قَالَ إِلَى النَّارِ -وَاللهِ- قُلْتُ وَمَا شَأْنُهُمْ؟ قَالَ اِنَّهُمْ ارْتَدُوْا بَعْدَكَ عَلَى اَدْبَارِهِمْ القَهْقَرَى، ثُمَّ اِذَا زَمْرَةٌ حَتَّى اِذَا عَرَفْتُهُمْ خَرَجَ رَجُلٌ مِنْ بَيْنِى وَبَيْنَهُمْ فَقَالَ هَلُمَّ، قُلْتُ اَيْنَ؟ قَالَ اِلَى النَّارِ -وَاللهِ- قُلْتُ مَاشَأْنُهُمْ؟ قَالَ اِنَّهُمْ ارْتَدُّوْا بَعْدَكَ عَلَى اَدْبَارِهِمْ الْقَهْقَرَى. فَلاَ اَرَاهُ يَخْلُصُ مِنْهُمْ اِلاَّ مِثْلُ هَمَلِ النَّعَمِ

“Ketika aku sedang berdiri, terlihat olehku sekelompok orang. Setelah aku kenali mereka, ada seorang di antara mereka keluar dan mengajak kawan-kawannya, ‘Ayo, mari’ Aku bertanya, ke mana? ia menjawab, ‘ke neraka,’ Lalu aku bertanya lagi, mengapa nasib mereka sampai demikian? Kemudian dijawab: ‘Sesungguhnya mereka telah murtad sejak kau tinggalkan dan berbalik ke belakang (kepada kekafiran). Kemudian terlihat sekelompok lain lagi. Ketika aku kenali mereka, ada seorang di antara mereka keluar dan menyeru kawan-kawannya: ‘Ayo, mari’ Aku bertanya, ke mana? Ia menjawab: ‘Ke neraka’ Lalu aku bertanya lagi, mengapa mereka? dijawab: ‘Sesungguhnya mereka telah murtad sepeninggalmu dan kembali ke belakang. Kulihat tidak ada yang selamat dan lolos kecuali beberapa orang saja yang jumlahnya cukup sedikit, seperti jumlah onta yang tersesat dari rombongannya.” (Baca: Shahih Bukhari,8/150. Hadis ini diriwayatkan oleh Ibnu Musyaiyib dari banyak sahabat Nabi.)

Riwayat di atas bukan satu-satunya riwayat dalam masalah ini. Banyak riwayat lain yang menegaskan kenyataan itu. Di antaranya:

  • Dari Abu Hurairah, Rasulullah saw. bersabda:

يَرِدُ عَلِيَّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ رَهْطٌ مِنْ اَصْحَابِى، فَيُحْلَوْنَ عَنِ الْحَوْضِ فَأَقُوْلُ: يَارَبِّ اَصْحَابِى. فَيَقُوْلُ: إِنَكَ لاَ عِلْمَ لَكَ بِمَا اَحْدَثُوْا بَعْدَكَ، إِنَّهُمْ ارْتَدُّوْا عَلَى اَدْبَارِهِمْ الْقَهْقَرَى.

“Akan (datang) di hadapanku kelak sekelompok sahabatku, tapi kemudian mereka dihalau. Aku bertanya, wahai Tuhanku, mereka adalah sahabat-sahabatku. Lalu dikatakan: ‘Kamu tidak mengetahui apa yang mereka perbuat sepeninggalmu. Sesungguhnya mereka murtad dan berpaling (dari agama).’.” (Shahih Bukhari, 8/150.)

  • Dari Abu Bakrah, Rasulullah saw. bersabda:

لَيَرِدَنَّ عَلَيَّ الْحَوْضَ رِجَالٌ مِمَّنْ صَحِبَنِى وَرَآنِي، حَتَّى اِذَا رُفِعُوْا اِلَيَّ وَرَأَيْتُهُمْ آخْتَلَجُوْا دُوْنِى فَأَقُوْلَنَّ: رَبِّ اَصْحَابِى اَصْحَابِى. فَيُقَالُ: إِنَّكَ لاَتَدْرِى مَااَحْدَثُوْا بَعْدَكَ.

“Akan datang menjumpaiku di telaga (haudh) orang-orang yang pernah bersahabat dan melihatku. Ketika mereka dihadapkan denganku, dan aku kenali mereka, mereka terpelanting dariku. Maka aku berseru, ‘Ya Rabbi, mereka adalah sahabatku.’ Lalu dijawab, ‘Engkau tidak mengetahui apa yang mereka perbuat sepeninggalmu.’” (Musnad Ahmad,5/48 dan 50.)

  • Dari Abi Wa’il, ia berkata, “Abdullah berkata: Nabi saw. bersabda:

اَنَا فَرَطُكُمْ عَلَى الْحَوْضِ لَيُرْفَعَنَّ رِجَالٌ مِنْكُمْ حَتَّى اِذَا اَهْوَيْتُ لأُنَاوِلَهُمْ آخْتَلَجُوْا دُوْنِى،فَأَقُوُْل: اي رَبِّ اَصْحَابِيْ؟ يَقُوْلُ: لاَتَدْرِى مَا اَحْدَثُوْا بَعْدَكَ.

“Aku akan mendahuluimu sampai di telaga hudh, dan akan dihadapkan kepadaku banyak orang-orang dari kalian. Lalu, tatkala aku hendak memberi minum mereka, mereka terpelanting, maka aku bertanya, ‘Wahai Tuhanku, bukankah mereka itu sahabat-sahabatku? Ia menjawab, ‘Kamu tidak tahu apa yang mereka perbuat sepeninggalmu.” (Shahih Bukhari,9/58, kitabul-fitan,8/148. Ia juga meriwayatkan dari Hudzaifah. Musnad Ahmad,1/439 dan 455.)

  • Dari Abu Hazim, ia berkata, “Aku mendengar Sahl bin Sa’ad berkata, ‘Aku mendengar Nabi saw. bersabda:

اَنَا فَرَطُكُم عَلَى الْحَوْضِ -مَنْ وَرَدَ شَرِبَ مِنْهُ، وَمَنْ شَرِبَ مِنْهُ لاَيَظْمَأُ بَعْدَهُ اَبَدًا- لَيَرِدُ عَلَيَّ اَقْوَامٌ اَعْرِفُهُمْ وَيَعْرِفُوْنِى، ثُمَّ يُحَالُ بَيْنِى وَبَيْنَهُمْ.

“Aku akan mendahuluimu datang di haudh -siapa yang mendatanginya ia pasti akan minum darinya, dan siapa yang meneguknya ia tak akan haus selamanya- dan akan datang kepadaku beberapa kelompok yang sudah aku kenali mereka, lalu mereka dihalau dariku.”

Abu Hazim berkata, “Ketika aku menyampaikan di hadapan orang-orang, Nu’man bin Abi ‘Iyasy bertanya kepadaku, ”Apakah demikian yang kamu mendengar dari Sahl?” Aku menjawab, “Ya, benar.” Ia berkata, “Aku bersaksi bahwa aku mendengar Abu Said Al Khurdi menyampaikan tambahan:

إِنَّهُمْ مِنِّى فَيُقَالُ: إِنَّكَ لاَتَدْرِى مَابَدَّلُوْا بَعْدَكَ فَاقُوْلُ: سُحْقًا سُحْقًا لِمَنْ بَدَّلَ بَعْدِى

”. Mereka adalah sahabatku’. Maka dijawab, ‘Kamu tidak tahu apa yang sudah mereka ubah sepeninggalmu.’ Lalu aku berkata, ‘Celakalah orang-orang yang mengubah (agamaku) sepeninggalku.” (Shahih Bukhari,9/58-59, kitabul-fitan dan 8/150, Shahih Muslim,7/96, Musnad Ahmad, 5/33 dan 3/28, Al Isti’âb -di pinggir Al-Ishâbah-,1/159.)

  • Dari Abdullah bin Mas’ud, ia mengatakan bahwa Rasulullah saw. bersabda:

إِنِّى فَرَطُكُمْ عَلَى الْحَوْضِ، وَإِنِّى سَأُنَازِغُ رِجَالاً فَأُغْلَبُ عَلَيْهِمْ فَأَقُوْلُ: يَارَبِّ: أَصْحَابِى، فَيُقَالُ: لاَتَدْرِى مَااَحْدَثُوْا بَعْدَكَ.

“Saya akan mendahuluimu sampai di telaga (haudh), dan aku akan menarik beberapa kelompok manusia, akan tetapi aku dikalahkan olehnya, lalu aku serukan, “Wahai Tuhanku, mereka adalah sahabat-sahabatku! Ia menjawab, “Engkau tidak tahu apa yang mereka perbuat sepeninggalmu.” (Musnad Ahmad, 1/402, 406, 407, 384, 425 dan 453. Shahih Muslim, 7/68.)

  • Dari Hudzaifah, ia mengatakan bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Akan datang kepadaku beberapa kelompok manusia, lalu mereka terpelanting. Maka aku serukan, “Ya Rabbi, sahabat-sahabatku! Ya Rabbi, sahabat-sahabatku! (selamatkan mereka).” Kemudian dijawab, ‘Engkau tidak tahu apa yang mereka perbuat sepeninggalmu.’” (Musnad Ahmad, 5/388. Dan ada riwayat serupa pada hal. 393. Imam Bukhari mengisyaratkan adanya riwayat serupa pada 8/148 – 149.)
  • Dari Ibnu Abbas, ia mengatakan bahwa Rasulullah saw. bersabda:

إِنَّ اُنَاسًا مِنْ اَصْحَابِى يُؤْخَذُ بِهِمْ ذَاتَ الشِمَالِ، فَأَقُوْلُ، اَصْحَابِى! اَصْحَابِى! فَيَقُوْلُ: إِنَّهُ لَمْ يَزَالُوْا مُرْتَدِيْنَ عَلَى اَعْقَابِهِمْ مُنْذُ فَارَقْتَهُمْ، فَأَقُوْلُ كَمَا قَالَ الْعَبْدُ الصَّالِحُ: وَكُنْتُ عَلَيْهِمْ شَهِيْدًا مَادُمْتُ فِيْهِمْ، فَلَمَّا تَوَفَّيْتَنِى كُنْتَ اَنْتَ الرَّقِيْبَ عَلَيْهِمْ وَاَنْتَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيْدٌ. اِنْ تُعَذِّبْهُمْ فَاِنَّهُمْ عِبَادُكَ وَاِنْ تَغْفِرْلَهُمْ فَاِنَّكَ اَنْتَ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ.

“Ada sekelompok sahabatku kelak akan diambil dan digolongkan kepada kelompok kiri. Aku bertanya, ‘Ya Rabbi, mereka adalah sahabat-sahabatku, (selamatkan mereka, mengapa Engkau memasukkan mereka ke golongan kiri?) Allah menjawab, ‘Mereka berpaling dan murtad dari agama sejak engkau meninggalkan mereka.’ Lalu aku berkata seperti yang diucapkan oleh seorang hamba yang shaleh (Nabi Isa a.s.): ‘Dan aku menjadi saksi terhadap mereka selama aku berada di antara mereka. Maka setelah Engkau wafatkan aku, Engkaulah yang mengawasi mereka. Dan Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala sesuatu. Jika Engkau siksa, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba-Mu, dan jika Engkau mengampuni mereka, maka sesungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Shahih Bukhari,4/168, 204, 6/69, 70, 122, 8/136, Shahih Muslim,8/157, Musnad Ahmad,1/235 dan 253, Al Istîy’âb (di pinggir Al-Ishabah), 1/160.)

 inilah beberapa contoh hadis al Haudh… setelahnya saya persilahkan Anda merenungkannya.. (Abu Salafy)

[2] Ruwaibidhât adalah sebutan yang pernah disabdakan Rasulullah saw. untuk menunjuk orang-orang rendahan lagi hina yang mengambil alih peran sebagai juru bicara atas nama agama. Ketika situasi kekacauan tengah melanda kaum Muslimin, Ruwaibidhàt ini mulai menampakkan diri memainkan peranya sebagai AGEN FITNAH, memerangi agama dengan agama. Allamah Imam Ibnu Mandzur dalam kamus besarnya Lisân Al Arab menerangkan: “Dalam hadis tentang terjadinya fitnah: Diriwayatkan dari Nabi saw. bahwa beliau menyebut di antara tanda-tanda hari kiamat adalah bahwa Ruwaibidhah akan berbicara tentang urusan orang banyak (umat). Lalu ditanyakan kepada beliau: Wahai Rasulullah, apa Ruwaibidhah itu? Maka beliau menjawab:

الرجل التافه الحقير ينطق في أمر العامة

“Seorang yang rendahan lagi hina berbicara tentang urusan orang banyak/umat.”

Secara bahasa kata Ruwaibidhah adalah bentuk tashghîr (menunjukkan arti kecil/mungil atau kecil kualitas) dari kata Râbidhah yaitu seorang yang mengembala kambing. Ada pula yang memaknai kata tersebut dengan arti: seorang yang lemah dari menggapai kemuliaan urusan dan malas berusaha meraihnya.

Seorang yang rendahan dan hina biasa disebut dengan sebutan Râbidhah atau Ruwaibidhah karena biasanya ia hanya berdiam di dalam rumahnya dan tidak bersemangat bangkit untuk mengukir prestasi-prestasi besar. (Lebih lanjut bisa sibaca dalam Lisàn Al Arab, jilid IV, hal. 40 pada kata: ربض (Abu Salafy)

____________

Kajian Sebelumnya

  1. Kajian Ilmu Hadis (Bag.1) : Lima Belas Renungan Untuk Ahli Hadis
  2. Kajian Ilmu Hadis (Bag.2): Tolok Ukur Agama Bukan Kemazhaban!
  3. Kajian Ilmu Hadis (Bag. 3) Abu Hurairah, Sekedar Contoh!
  4. Kajian Ilmu Hadis (Edisi Khusus): Peringatan Pembesar Ahli Hadis Akan Fitnah Hadis!
  5. Kajian Ilmu Hadis (Bag. 4): Abu Hurairah Dan Pengaruh Politik
  6. Kajian Ilmu Hadis (Bag. 5): Pengaruh Ahlul Kitab Terhadap Ahli Hadis!
  7. Kajian Ilmu Hadis (6): Amanat Ahli Hadis… Dalam Timbangan
  8. Kajian Ilmu Hadis (7): Apa Yang Hilang Dari Sunnah Nabi Saw.?
  9. Kajian Ilmu Hadis: Perlakuan Buruk Ahli Hadis Terhadap Nabi Saw. (EDISI KHUSUS MENYAMBUT BULAN KELAHIRAN NABI SAW.)

14 Tanggapan

  1. Tuh kan makin kelihatan kalau hasan farhan ini anteknya Syiah Rafidhoh!!! Juga anjing kecilnya si abusalafy al majhul!! Kita harus hati hati dari racum syiah…
    Ini blok agen syiah!!! Sesaaaaaaaat!!

    • Hehehe faktanya kaum wahabi mmg otakmu di dengkul dan celanamu dekil spt otakmu yg cingkrang.

  2. Pembual besar.
    Sent from my BlackBerry®
    powered by Sinyal Kuat INDOSAT

  3. Ini yg membuat kita harus merenung dan merinding kawan……
    فَلاَ اَرَاهُ يَخْلُصُ مِنْهُمْ اِلاَّ مِثْلُ هَمَلِ النَّعَمِ /Kulihat tidak ada yang selamat dan lolos kecuali beberapa orang saja yang jumlahnya cukup sedikit, seperti jumlah onta yang tersesat dari rombongannya.”

    Bagaimana nasib kita kelak……, apalagi dikatakan keadaan manusia “al-yauma nafsi..nafsi/ Skrg urus sendiri – snrdiri. Inikah kita….. berlumuran dan berlepotan dosa, apa yg kita harapkan lg. Betul ada ampunan betul ada syafaat, tapi sdh kah kita telah persiapkan?. Persiapan untuk medapat ampunan dan syafaat. Jangan harap kolam akan penuh air klu klu pipanya tersumbat lumpur dan sampah…….Jgn harap ikan akan masak klu jauh dari panggang…jangan harap akibat klu sebab tidak diperbuat
    Akhirat adalah akibat dan dunia adalah sebabnya…….

    Allahuma ajirna min ‘adzabika, Fi hadzal yaum mubarak asaluka an tafuqqa riqabana min al-nar wa tuwaffiqana ila al-sa’adah. Allahuma shalli ‘ala Muhammad wa ‘ala ali Muhammad

  4. Salam.
    Riwayat hadis2 di atas ‘kan dari kitab2 Sunni & berderajat shahih; jadi, cukup kuat utk kita imani bhw Nabi Muhammad SAW telah mensabdakannya. Masak kita disuruh berhat-hati dari sabda Nabi SAW dlm hadis2 shahih?! Masak sabda2 Nabi SAW di atas dituduh racun atau sesat? Masak orang yg menyampaikan sabda2 Nabi SAW di atas disebut antek rafidhoh, pembual besar???!!! Semoga Allah SWT memperlihatkan kebenaran lebih banyak, lebih dalam, lebih luas, dan semoga Allah SWT menghidayahi kita semua.

  5. Dari beberapa petikan hadits diatas tentang situasi sahabat sepeninggal nabi yang mundur kebelakang, murtad atau munafik amat menakutkan sekali, kiranya hanya dengan hati yang bersih dan pikiran jujur dan penilaian yang kritis kita dapat menerima kenyataan ini bahwa klaim “keadilan sahabat” telah gugur dengan sendirinya.

    Perkara yang sama akan berlaku kepada kita di abad ini jika kita melakukan perkara yang sama. Menurut al Bukhari dan Muslim, dll hanya sebilangan KECIL (sedikit) daripada mereka terselamat seperti bilangan unta yang tersesat atau terbiar. Justeru itu konsep keadilan semua para sahabat yang diciptakan oleh Abul Hasan al Asy’ari (alAsy’ari,al-Ibanah,cairo,1958, hlm.12) dan dijadikan akidah kita Ahlu Sunnah wal Jama’ah adalah bertentangan dengan hadis-hadis tersebut. Jangan paksakan hati kita menerima klaim ulama yg bertentangan dengan hadits dan fakta sejarah apalagi Firman Allah SWT. yg mendukung hadits tersebut :

    Surah alSaba’ (34):131 “Dan sedikit daripada hamba- hambaKu yang bersyukur”
    Surah Yusuf (12):103 “Dan kebanyakan manusia bukanlah orang-orang yang beriman, meskipun engkau harapkan”,
    dan firmanNya di dalam Surah Sad (38):24 “Melainkan orang- orang yang beriman,dan beramal salih, tetapi sedikit (bilangan) mereka”
    Dia berfirman kepada Nuh di dalam Surah hud (11):40 ” Dan tiadalah beriman bersamanya melainkan sedikit sahaja.”
    Mukminun adalah sedikit. Justeru itu tidak hairanlah jika di kalangan Para sahabat ada yang telah mengubah Sunnah Nabi (Saw.), tidak meredhai keputusan yang dibuat oleh Nabi (Saw.)

    firman-Nya di dalam Surah Ali Imran (3): 144: “Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang Rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang Rasul apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barang siapa yang berbalik ke belakang (murtad), maka ia tidak dapat mendatangkan mudarat kepada Allah sedikitpun dan Allah akan memberi balasan kepada mereka yang bersyukur.” Dan bilangan yang sedikit sahaja yang “terselamat” adalah menepati firman-Nya di dalam Surah Saba'(34):13: “Dan sedikit sekali dari hamba-hambaku yang berterima kasih.”
    Perihal ini bukan saja berlaku pada sahabat nabi justru kita hari ini adalah korban dari orang-orang dulu itu yang tanpa kita sadari juga ikut tersesat. Dari itu marilah kita menelaah kembali siapakah gerangan yg ditunjuk oleh Allah dan NabiNya untuk diikuti selepas nabi??? mari kita merujuk kehadits Tsaqalain :

    “Sesungguhnya aku hampir-hampir dipanggil lalu aku menerimanya dan sesungguhnya aku meninggalkan kepadamu dua perkara yang sangat berharga, Kitab Allah ‘Azza wa Jalla dan Itrahku; satu ikatan yang bersambung daripada langit ke bumi dan ‘Itrahku ialah Ahl Baytku, dan bahawa Allah yang Maha Penyayang memberitahu aku bahawa kedua-dua perkara tidak akan berpisah sehingga keduanya dikembalikan kepada aku di Telaga Haud. Maka tunggulah (balasan Allah) dengan sebab kamu menyalahi aku pada kedua-duanya.”

    Al-Shabrawi telah memetik dalam kitabnya al-Athaf bi Hubb al-Ashraf (dikeluarkan oleh Muslim dan al-Tirmizi dan menerima sebagai hadith hasan )dan al-Hakim
    Ahmad bin Hanbal dalam Musnadnya, hadith marfu’ daripada Abu Said al-Khudri, jld.3 h.17; al-Tabari dalam Mu’jam al-Kabir, jld.1.h.129 dalam manuskrip; Muhibb al-Tabari memetik daripada Ahmad dalam Zakha’ir, h.16.

    Siapakah ahlul bait yg ditunjuk pelanjut nabi???
    cukuplah sampai dini dulu……
    FirmanNya” Tidak ada bagi lelaki mukmin dan perempuan mukminah (hak) memilih di dalam urusan mereka apabila Allah dan Rasul-Nya memutuskan urusan itu.Barang siapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, maka ianya telah sesat dengan kesesatan yang nyata” (Al Ahzab(33):35)

  6. ustad Abu salafy begitu gamblang dan terang benderang menjelaskan kebenaran hadis bagai sinar matahari disiang bolong… namun antum masih saja buta dan dibutakan oleh ustad antum yang juga buta mata-hati… astagfirullah bukakanlah mata hati mereka Ya Allah….

  7. Dari keterangan hadits-hadits diatas dan fakta sejarah menyatakan sepeninggal nabi (sebelum dimakamkan) para sahabat telah terpecah menjadi 2 golongan yakni kanan dan kiri (Q.56:8,9) yaitu kubu bani hasyim (Imam Ali) dan kubu muhajirin dan anshar (Abu Bakar & Umar)
    Kemudian Allah mempertegas bahwa golongan yang benar itu dimana berada keluarga yang suci (3;33) yang dijamin masuk surga
    FimanNya Al Waqiah :10 “Dan orang-orang yang paling dahulu beriman (Imam Ali), merekalah yg paling dulu (masuk syurga)”

    Nabi dan ahlul bait lah yang paling dulu masuk surga sebelum orang lain
    Jelaslah bahwa sebagian besar umat sepeninggal nabi berpaling kebelakang (murtad) (Surah Ali Imran (3): 144) kecuali sebagian kecil saja yang selamat yaitu Imam Ali dan pendukungnya sesuai sabda nabi dari Abu Sa`id al-Khudri menyebutkan Rasul Allah [sawas] sebagai berkata:
    “Wahai `Ali! Kamu miliki 7 kualiti yang mana mengenainya tiada siapa yang dapat mempertikaikannya dengan kamu: Kamu adalah yang pertama beriman, benar-benar beriman dengan Allah, yang paling benar di dalam memenuhi janji-janji Allah, yang paling taat kepada perintah Allah, yang paling kasih kepada manusia awam, yang paling berpengetahuan di dalam semua perkara dan yang paling tinggi diantara mereka pada kedudukan status.”
    dari Abu Sa`id al khudri, di dalam Hilyat al-Awliya’, dan ia dimuka surat 156, Vol. 6, dari Kanz al-`Ummah.

    juga Sabda Nabi….kamu kepada ku adalah Harun kepada musa, melainkan bahawa tidak akan ada rasul selepas saya” (buhari, muslim dll) dlsb. juga lainnya lebih 40 hadits dalam kitab sunny

    Hendaklah kita dalam mencari kebenaran tidak menutup diri dari kenyataan sejarah apalagi nas-nas yang sahih, hanya orang-orang yang mempermainkan agama saja dan orang yg buta tuli tertutup hatinya yang menolak kebenaran disebabkan dosanya sehingga jauh dari petunjuk Allah ke jalan yang lurus.

  8. off topic dikit…

    bukan cuman dalam hal ini saja salahfi menolak hadits sahih… coba aja liat perlakuan mereka terhadap hadits2 dimana sahabat nabi melakukan tawassul… pasti di-reject atau disembunyiin padahal sahih. hadits2 sahih tentang keutamaan ahlulbait pun berani mereka bilang dhoif…. terus ada pula hadits di mana ibnu abbas mentakwil ayat kalau kursi Allah artinya ilmu Allah, di Bukhari. langsung ilang deh hadits itu di kitab bukhari terbitan saudi… cuman karena bertentangan sama ideologi wahabi. ck ck ck…

    gak srekali dua kali nashibi wahabi nyembunyiin hadits sahih atau mengingkari…

  9. oiya mau koreksi di atas… kitab al ibanah itu bukan karya imam asy’ari, tapi sudah dipalsukan atas nama beliau… kemungkinan oleh ibnu taimiyah atau kroco2nya. wahabi sering memakai kitab itu untuk memojokkan mazhab asy’ari, mengatakan dusta bahwa sang imam sudah tobat ke akidah tasybih sebelum wafatnya.

    bahkan sunni sekalipun yg percaya sahabat nabi sbg adil, masih mengakui kalau ada sahabat yg murtad membela nabi palsu, mendirikan sekte khawarij, atau menyimpang seperti muawiyah, atau memalsukan hadits. para sahabat itu tidak semuanya setara pukul rata. jadi nggak bisa digeneralisir

    • @khi Abu
      Tidak ada yg mengeneralisir sahabat, kita hanya berpegang
      Firman-Nya di dalam Surah Ali Imran (3): 144 dan
      Al hadits “Al haudh” dipertegas lagi dengan FirmanNya,
      di dalam Surah Saba'(34):13: “Dan sedikit sekali dari hamba-hambaku yang berterima kasih.”

      Dari Ayat dan hadits itu tidak memandang person tertentu, justru itu kita diajak melihat dan mengkaji sejarah siapa diantara sahabat telah membelot yang menentang perintah Allah dan NabiNya?
      apa yang terjadi kepada umat sepeninggal nabi? bukan saja “Muawiayah” dan konco2nya yang perlu dikritisi juga siapa yang mengangkatnya bahkan sampai kepada siapa sebenarnya yang diwasiatkan nabi melalui wahyu Allah untuk Khalifahnya.

      Jika kita mengatakan tidak ada yg diwasiatkan berarti kita menuduh Allah dan Rasulnya tidak menjaga Agamanya yang mana nabi dengan susah payah merintisnya dan membiarkan umat mengurusi sendiri nasibnya.
      Anggapan demikian terlalu naif bagi orang-orang yang berakal..!?

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s