Kajian Ilmu Hadis (Bag. 5): Pengaruh Ahlul Kitab Terhadap Ahli Hadis!

Pengaruh Ahlul Kitab Terhadap Ahli Hadis!

Membaca artikel Syeikh Hasan bin Farhan Al Maliky yang tersebut dibawah ini, mesti mempunyai pengetahuan ilmu dasar tentang sifat-sifat Allah, mesti mempunyai pengetahuan tentang akidah dan perbedaan pandangan para ahli didalamnya. Namun misi yang ingin disampaikan oleh Syeikh Hasan Farhan pada artikelnya ini adalah agar ummat Islam kembali mengkaji dan mendalami Al-Qur’an secara serius dan mereferensi seluruh ilmu-ilmu Islam seperti ilmu hadis dsb kembali kepada Al-Qur’an.   Al-Qur’an adalah tolok ukur semua aturan kebenaran didalam Islam. Segala aturan dan hukum dalam Islam tidak boleh bertentangan dengan Al-Qur’an. (Abu Salafy)

SUMBER: http://almaliky.org/news.php?action=view&id=826

oleh Syaikh Hasan bin Farhan Al Maliky

Hasan FarhanSeperti berulang kami katakan bahwa Ahli Hadis telah mewarisi pikiran dan warisan intelektual produk Bani Umayyah yang mana Ahlul Kitab (khususnya Yahudi) sangat besar andilnya dalam pembentukan pola pikiran itu…

Dan pikiran Ahlul Kitab akan Anda temukan terfokus pada terma-terma berikut ini:

1) Menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya dan menggambarkan-Nya dengan gambaran yang jelek.

2) Konsep Jabr (fatalisme)…

3) Irja’ (Keyakinan bahwa keimanan cukup dengan mengucapkan dua kalimat syahadat, setelahnya manusia tidak akan disiksa karena dosa dan kejahatannya_red)

4) Perincian tentang kisah-kisah para nabi dan hari kiamat.

Pengaruh ini telah merasuk sejak dini …sejak masa para sahabat. Ini yang tidak terpantau jeli oleh Ahli Hadis karena mereka telah merancang kaidah yang menggelembungkan posisi sahabat dan riwayat-riwayat yang mereka sampaikan. Padahal sebagian sahabat muktsirin (yang banyak meriwayatkan hadis) telah banyak terpengaruh dengannya. Dan mereka terpengaruh dengan Ahlul Kitab akibat mereka meremehkan peringatan Tuhan akan bahaya mereka. Dan meremehkan peringatan Tuhan pasti berakibat terjatuh dalam bahaya. Allah telah memperingatkan akan bahaya Ahlul Kitab sebagaimana dalam ayat di bawah ini: 

.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِنْ تُطِيعُوا فَرِيقًا مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ يَرُدُّوكُمْ بَعْدَ إِيمَانِكُمْ كَافِرِينَ

“Hai orang-orang yang beriman jika kalian menaati sekelompok dari orang-orang yang telah Kami beri al Kitab kepada mereka niscaya mereka akan mengembalikan kalian setelah keimanan kalian menjadi kafir.” (Ali Imran: 100)

Peringatan Allah akan bahaya Ahlul Kitab dan pola pikir serta warisan intelektual mereka dan racun keragu-raguan yang mereka sebarkan sangat banyak dalam Al Qur’an… khususnya dalam surah-surah Madaniyah (yang turun setelah hijrah Nabi saw.). Dan banyaknya peringatan dapat menjadi bukti bahwa para sahabat kurang memperhatikan peringatan tersebut. Sebab peringatan itu berulang-ulang sejak surah-surah pertama yang turun di Madinah yaitu surah Al Baqarah hingga akhir surah yang turun yaitu surah Al Maidah. Karena para sahabat kurang memperhatikan peringtan Allah maka banyak dari akidah kepercayaan Ahlul Kitab bahkan juga fikih (hukum) mereka yang menyerang masuk ke kalangan kaum Muslimin.

Seseorang yang membaca Al Qur’an pasti akan menemukan bahwa sekelompk sahabat Nabi saw. yang tidak sedikit jumlahnya mempercayai Ahlul Kitab, mengambil informasi agama dan belajar dari mereka, seakan mereka adalah sumber rujukan yang lebih kokoh dari Nabi Muhammad saw. sendiri. Jadi problematika ini sudah lama ada dan pengaruh buruknya pun kuat, tidak hanya pada kisah-kisah israiliyat semata -seperti yang diasumsikan sebagian peneliti-. Tidak!! Pengaruhnya jauh lebih dalam dari itu sampai-sampai menimbulkan keragu-raguan terhadap kenabian dan kekafiran.

Tidak sedikit dari kalangan para sahabat yang mencintai orang-orang Ahlul Kitab dan tertipu dengan muslihat kendati peringatan demi peringatan Al Qur’an ditegaskan, seakan keraguan telah menguasai mereka bahwa Ahlul Kitab justru lebih jujur, karena itu kita saksikan sejarah Qur’ani berbeda dengan sejarah peperangan dan prilaku hidup, seperti firman Allah:

.

هَا أَنتُمْ أُولَاءِ تُحِبُّونَهُمْ وَلَا يُحِبُّونَكُمْ وَتُؤْمِنُونَ بِالْكِتَابِ كُلِّهِ وَإِذَا لَقُوكُمْ قَالُوا آمَنَّا وَإِذَا خَلَوْا عَضُّوا عَلَيْكُمُ الْأَنَامِلَ مِنَ الْغَيْظِ قُلْ مُوتُوا بِغَيْظِكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ (119)) [آل عمران

“Beginilah kamu, kamu menyukai mereka, padahal mereka tidak menyukaikamu, dan kamu beriman kepada kitab-kitab semuanya. Apabila mereka menjumpai kamu, mereka berkata “Kami beriman”, dan apabila mereka menyendiri, mereka menggigit ujung jari antara marah bercampur benci terhadap kamu. Katakanlah (kepada mereka): “Matilah kamu karena kemarahanmu itu”. Sesungguhnya Allah mengetahui segala isi hati.. ” (QS. Alu Imran: 119)

.

Ayat-ayat di atas dan yang semisalnya menyajikan kepada kita sejarah yang kebanyakan manusia hingga hari ini tidak sanggup mempercayainya. Mereka tidak mempercayai bahwa sebagin sahabat mecintai Ahlul Kitab (Yahudi) dan kaum kafir! Ketidak percayaan sebagian sahabat terhadap peringatan Qur’ani saat turun ayat-ayat tersebut tidak lebih mengherankan dari keingkaran manusia sekarang terhadap Al Qur’an itu sendiri.

Sekarang jika Anda bertanya kepada seseorang -siapapun dia-: Apakah para sahabat Nabi mencintai Ahlul Kitab dan kaum kafir? Pasti ia berkata: Tidak! Tidak mungkin!!

Jadi apa yang harus kamu perbuat dengan firman Allah: “Inilah kalian mencintai mereka sedangkan mereka tidak mencintai kalian… “?!?!

Apakah Allah Maha Benar?!

Kita tidak mengatakan bahwa seluruh sahabat terkena pengeterapan ayat di atas. Tetapi paling tidak sekelompok yang tidak sedikit dari sabahat -dan boleh jadi mayoritas mereka atau setengah atau sedikit kurang dari setengah terkena ayat di atas.

Kaum Muslimin tidak berhasrat memahami warisan intelektual dan sejarah mereka sehingga mereka membenarkan Al Qur’an al Karim. Kamu tidak dapat menjadi Muslim sejati yang membenarkan firman Allah sebelum kamu meyakini Allah lebih jujur dan lebih benar daripada Urwah bin Zubair… Mustahil kamu mengerti ilmu sebelum kamu mempercayai Al Qur’an lebih dari kepercayaanmu kepada apa yang diriwayatkan penulis sejarah. Ini sebuah syarat dasar yang mudah tapi pada waktu yang sama sulit!

Karena apa-apa yang telah meresap dalam pikiran lebih kuat daripada Al Qur’an. Yang meresap dalam pikiran itu adalah anggapan bahwa Ahlul Kitab hanyalah sebuah komunitas yang hanya ada dalam kisah-kisah, mereka tidak memiliki pengaruh apapun, dan bahwa para sahabat tidak terpengaruh oleh mereka… tidak juga para Tabi’in serta Ahli Hadis… Ini adalah anggapan yang salah besar.

Anggapan keliru ini lebih kuat mengakar dalam jiwa-jiwa mereka daripada ayat-ayat Al Qur’an, seperti ayat (Inilah kalian mencintai mereka sedangkan mereka tidak. Mencintai kalian – AlBaqarah 119). (lihat ayat yang disebut diatas _red)

Tentang ayat ini tolong sebutkan nama seorang yang akan mempercayainya! Cobalah kamu mempercayainya! Agar kamu belajar! Ini adalah data sejarah tentang sahabat yang disajikan Al Qur’an, akan tetapi akidah Ahli Hadis mencegahmu untuk mempercayai ayat tersebuat.

Jadi… Janganlah kamu tegur dan salahkan para sahabat atas kecintaan mereka kepada kaum kafir dan Ahlul Kitab selama kamu tidak mempercayai data-data yang menerangkan realita sejarah sahabat yang disajikan Allah… Siapakah yang lebih jujur ucapannya dibanding Allah?

Setan menipu kalian dengan menanamkan anggapan keliru -seperti juga ia menipu sebagian sabahat- bahwa kalian sedang mempercayai seluruh isi Al Kitab (Al Qur’an)! Padahal realitanya kalian hanya mempercayai sebagian Al Qur’an saja dan mengkafiri sebagian yang lainnya!! Tetapi anehnya kalian mengira bahwa kalian berada di atas hidayah Allah!

Seperti telah saya katakan sebelumnya… setan ingin kamu masuk neraka dalam keadaan kamu tenang.. setan tidak ingin kamu meragukan -walau hanya sesaat- tentang keimananmu…agar kamu terus berada dalam kekafiranmu! Maka waspadalah kamu… Temukan jati dirimu!

Jadi jangan kalian mengira bahwa mempercayai Allah itu perkara yang mudah. Ia butuh kepada meruntuhkan banyak keyakinanmu yang telah mengakar di kepalamu. Ujian yang sedang kamu hadapi dan ujian yang dihadapi kaum kafir Quraisy sama! Lalu mengapa kamu menertawakan sinis kekafiran mereka?!

Kamu mengatakan: “Andai aku hidup sezaman dengan Nabi saw pasti aku beriman, mempercayainya dan membelanya.” sementara kamu sekarang mengkufuri separuh Al Qur’an dengan alasan yang sama yang didahului kafir Quraisy ketika mereka mengkufuri Nabi Muhammad saw. Yaitu mengikuti pendapat nenek moyang dan para pendahulu!! …

Penyebab kekafiran terhadap ayat-ayat yang menjelaskan realita kehidupan para sahabat di masa hidup Nabi saw adalah dicetuskannya akidah kemazhaban: “Semua sahabat itu adil, saleh, mukmin dan seterusnya… “. Karena itu apabila kamu telusuri ayat-ayat yang bertentangan dengan akidah ini secara terang-terangan dan total pasti kamu dapatkan ratusan ayat. Dan ratusan ayat itu kamu -dalam jiwamu- tidak mempercayainya. Mengapa? Semata karena mazhab, bukan selainya! Ya, hanya karena mazhab!

Jadi setelah hari ini kamu jangan menertawakan kekafiran kaum Quraisy atau Yahudi karena kamu menyekutui mereka –paling tidak- dalam kekafiran kepada sebagian Al Qur’an demi mengedepankan kaidah yang dibuat oleh Ahmad bin Hanbal dan Ahli Hadis!  pemikiran yang rusak itu selalu membenturkan (mengadu) sebagian Al Qur’an dengan sebagian yang lain. Yang khusus dibenarkan sebagai ayat yang umum, dan mengkufuri penukilan data sejarah oleh Al Qur’an dengan kekafiran yang nyata-nyata, tetapi tanpa diucapkan… Kekafiran hati!!

Benar! Mereka mengkufuri dari dalam, hanya dengan hati, seakan Allah tidak mengetahui apa yang disembunyikan dalam dada! Ini adalah kakafiran bentuk lain! Karena sebagian kekafiran akan menyeret sebagian yang lain. Setan akan menghias kekafiran dalam hati.

Setan mempunyai cara khusus dalam menghias kekafiran sehingga ia dirasa lebih manis dari keimanan. Dan Salafy dapat kalian uji mereka dengan beberapa ayat saja seperti:

تحبونهم ولا يحبونكم

“kalian mencintai mereka sedangkan mereka tidak mencintai kalian..(lihat ayat disebut diatas _red)

dan

تسرون إليهم بالمودة

“Kalian membisikkan kepada mereka kecintaan… “! …

.

Ayat-ayat ini dan yang semisalnya telah dikufuri oleh Ekstrimis Salafy dan Ahli Hadis. Mereka membenturkannya dengan ayat-ayat lain yang memuji kaum Muhajirin dan Anshar. Seakan Al Qur’an itu saling mendustakan satu sama lain!

Ini semua termasuk takabbur/kecongkakan -atas dasar mazhab- dari mau memahami nash suci Al Qur’an. teks suci Al Qur’an itu memiliki kedalaman makna jauh di atas kedangkalan kemazhaban. Sebagai contoh, kata Muhajir maknanya bukan sekedar seorang yang berpindah tempat tinggal dari kota Mekkah ke kota Madinan! Maksud saya perpindahan jasadnya saja, akan tetapi Hijrah dalam Al Qur’an memiliki banyak ikatan. Demikian juga dengan Anshar/Nushrah keanshoran. Namun sayang mereka (yang terjerat fanatisme mazhab) tuli, bisu dan buta!

Semua kedalaman makna Al Qur’an tidak pernah mereka perhatikan dengan seksama atau jangan-jangan setan telah menghalau mereka dari memahaminya karena setan menginginkan kamu membenturkan sebagian Al Qur’an dengan sebagian lainnya dan mengkafiri sebagian darinya. Ini adalah tujuan setan. Dan ini cukup menyebabkan masuk ke dalam neraka Jahannam..

Kembali Kepada Pengaruh Alhul Kitab

Sekarang kita kembali kepada masalah pengaruh Ahlul Kitab. Pengaruh Ahlul Kitab sangat kuat -sejak zaman Nabi saw sendiri- Al-Qur’an Al Karim telah menunjukkan akan hal tersebut. Dan kami telah beberkan dengan rinci dalam agenda kajian kami tentang Sirah Nabi saw.

Akidah Ahli Hadis terkait dengan Allah kebanyakan diambil dari akidah Ahlul Kitab (Yahudi & Nashrani), yang oleh sebagian Ahli Hadis diriwayatkan dalam bentuk hadis sementara itu tidak shahih. Pembicaraan dalam masalah ini sangat panjang. Penentangan dan perdebatan mereka atas hal ini juga banyak. Dan di antara contoh masalah ini adalah:

  1. Hadis: Syab Amrad (bahwa Allah bertubuh dan berpenampilan seperti anak baru gede/ABG, yang belum tumbuh kumis dan janggutnya),
  2.  Hadis: Shurah (bahwa Allah berbentuk seperti bentuk manusia -Allah menciptakan Adam sesuai bentuk postur Allah-)
  3.  Hadis: Nuzul (bahwa Allah di setiap malam turun dari Arsy ke langit terdekat dengan bumi, Allah berpindah dari satu tempat ke tempat lain dan Allah bergerak)
  4.  Hadis Athith (Suara tempat duduk Allah akibat keberatan bobot Allah),
  5. Hadis Iq’ad (Allah duduk di atas Arsy dan mendudukkan Nabi Muhammad saw di samping Allah sambil bersebelahan) dan
  6.  Hadis tentang perubahan bentuk Allah dari sebuah bentuk ke bentuk tertentu lainnya dan masih banyak lainnya….

Tetapi akidah seperti ini (yang merupakan akidah Ahli Hadis yang dinukil dari Ahlul Kitab) tidak mereka terangkan dengan terang-terangan dan vulgar, mereka merahasiakannya dan hanya mengimaninya dengan rahasia.

.

Apakah Sebagian Sahabat Mengambil Ajaran Dari Ahlul Kitab?

Dan apakah kemudian orang-orang mencampur-adukkan dan menjadikan ucapan Ahlul Kitab sebagai hadis atas nama Nabi Muhammad saw?

Jawabnya: Ya, benar. Buktinya adalah data di bawah ini:

Dalam kitab Siyar A’lam an Nubala’, 2/606 diriwayatkan:

.

قال بسر بن سعيد: اتقوا الله، وتحفظوا من الحديث ; فوالله لقد رأيتنا نجالس أبا هريرة; فيحدث عن رسول الله ، ويحدثنا عن كعب، ثم يقوم ; فأسمع بعض من كان معنا يجعل حديث رسول الله عن كعب ويجعل حديث كعب عن رسول الله)! اهـ

Busr bin Sa’id berkata: Bertaqwalah kalian kepada Allah, dan berhati-hatilah dari sembarangan menyampaikan hadis. Demi Allah kami telah menyaksikan ketika kami duduk bersama Abu Hurairah lalu ia menyampaikan hadis dari Rasulullah dan kemudian ia menyampaikan ucapan Ka’ab (Ka’ab al Ahbar/si pendeta Yahudi yang memeluk Islam_red) kemudian setelah itu ia bangun meninggalkan kami, lalu aku mendengar sebagian orang yang bersama kami menjadikan sabda Nabi sebagai ucapan Ka’ab dan ucapan Ka’ab sebagai hadis sabda Rasulullah!”

Hadis ini dalam riwayat Ibnu Katsir dalam kitab al Bidayah wa an Nihayah, 8/109 dari jalur Imam Muslim dari ad Darimi dari Marwan bin Muhammad ad Dimasyqi dari Laits bi Sa’ad dari Bukair bin al Asyajj dari Busr. Sanad ini shahih menurut Ahli Hadis.

Jadi pencampur-adukan ini bersifat ganda. Abu Hurairah menerima dari Ahlul Kitab (Ka’ab al Ahbar) dan mereka (para pendengar/murid-murid Abu Hurairah) meriwayatkannya sebagai hadis sabda Nabi saw. Oleh karena itu banyak dalam hadis-hadis riwayat Abu Hurairah hadis-hadis munkarah (yang ganjil) tentang Tajsim (posturisasi Allah) Tasybih (penyerupaan Allah dengan makhluk-Nya), kisah-kisah para nabi as. (seperti kisah bahwa Nabi Musa menampar mata malaikat pencabut nyawa) dan lain sebagainya yang sangat banyak. Adalah kewajiban Syar’i untuk lebih berhati-hati dalam menerima hadis-hadis dari riwayat Abu Hurairah (dan beliau adalah perawi termasyhur di kalangan sahabat), khususnya dalam hadis-hadis seperti itu yang menjadi ajang sengketa kemazhaban.

Akidah-akidah dasar semestinya harus diambil dari Al Qur’an Al Karim. Dan sudah cukup bagi kita apabila kita mau memperhatikan asma’ alhusna dalam Al Qur’an Al Karim disamping apa-apa yang Allah sebutkan tentang af’al (pekerjaan) Allah, penciptaan dan keserasian pengaturan alam semesta.

Contoh Hadis Sahabat Abu Hurairah

Dan di antara contoh hadis-hadis riwayat Abu Hurairah yang munkarah/ganjil dan bermasalah adalah yang diriwayatkan dalam dua kitab Shahih (Bukhari dan Muslim). Hadis tentang perubahan bentuk Allah pada hari kiamat. Setiap kali datang menemui umat manusia, Allah datang dengan bentuk yang berbeda dengan bentuk sebelumnya. Ini adalah mungkar… Redaksi hadis itu dalam Shahih Muslim sebagai berikut:

.

فيأتيهم الله تبارك وتعالى في صورة غير صورته التي يعرفون فيقول أنا ربكم فيقولون نعوذ بالله منك

“Maka Allah Maha Berkah dan Maha Agung datang menemui umat manusia dalam bentuk selain bentuk-Nya yang telah mereka kenal sebelumnya, lalu Dia berfirman: “Akulah Tuhan kalian.” maka mereka berkata: “Kami berlindung kepada Allah darimu. “

.

Pertanyannya di sini: Apakah sebelumnya mereka telah mengenal bentuk Allah? Maksud saya apakah sebelum hari kiamat umat Islam telah mengenal bentuk Allah sehingga ketika Allah datang menemui mereka dengan bentuk lain yang tidak mereka kenal lalu setelahnya Allah datang dengan bentuk yang sudah mereka kenal?

.

Ini Adalah Hadis Ka’ab

Dan di antara contoh-contoh hadis riwayat Abu Hurairah yang bersumber dari Ahlul Kitab yang kemudian dinisbatkan secara zalim kepada Nabi saw. adalah apa yang diriwayatkan dalam Shahih Bukhari, 3/1245:

.

لولا بني إسرائيل لم يخنز اللحم

“Andai bukan gara-gara bani Israil niscaya daging tidak akan bisa rusak/membusuk.

.

Sedangkan ilmu pengetahuan kini membuktikan bahwa membusuknya daging sudah terjadi jauh sebelum adanya bani Israil. Itu terjadi akibat perubahan kimiawi konsekuensi dari watak bahan lembab… Lalu untuk apa omongan seperti itu?!

Dan mereka yang mengambil dari Ahlul Kitab -dari kalangan sahabat- itu banyak, dan adalah yang paling terkenal adalah Abu Hurairah, Abdullah bin Amr bin al Ash. Dan Ka’ab al Ahbar berpeluang besar di masa kekhalifahan Utsman.

Khulashah

Khulashah yang dapat disimpulkan di sini adalah: Kita harus kembali kepada Al Qur’an Al Karim ..mengindahkan peringatan Al Qur’an akan pengaruh buruk Ahlul Kitab agar kita mengetahui bahwa peringatan itu tidak sia-sia tanpa makna. Pengaruh buruknya sudah nyata hingga hari ini. Kemudian kita perlu menelusuri siapa saja dari Ahlul Kitab baik yang telah memeluk Islam maupun yang tidak. Kita harus mengenali tsaqafah/pola pikir dan bahan ajaran mereka tentang Allah, tentang hari kiamat dan kisah-kisah para nabi as untuk kita cocockkan dengan Al Qur’an dan kemudian kitab hadis-hadis yang menyerupai akidah Ahlul Kitab.

Dan di antara mereka yang gemar menukil dari Ahlul Kitab -dan mereka memiliki pengaruh di kota Madinah- adalah Anas bin Malik (r a). Mereka telah meriwayatkan darinya banyak hal yang menunjukkan Tajsim dan Tasybih. Yang bertanggung-jawab dalam masalah ini adalah Anas sendiri atau para periwayat yang mengambil hadis darinya.

Di antara contohnya adalah apa yang diriwayatkan Qatadah dari Anas tentang kisah Syafa’at sebagaimana dalam Shahih Bukhari, 6/2708:

.

.فأستأذن على ربي في داره فيؤذن لي عليه فإذا رأيته وقعت ساجدا

“Maka aku (Nabi saw. ) meminta izin untuk menemui Tuhanku di rumah-Nya, lalu aku diizinkan, maka ketika aku melihat Dia aku tersungkur sujud. “!

.

Ini jelas-jelas Tajsim, karena hadis itu menggambarkan Allah bak seorang para raja yang memiliki ruang/rumah tinggal. Maha Suci Allah dari penggambaran seperti itu. Jadi yang bertanggung-jawab atas hadis ini Anas sendiri atau Qatadah atau salah seorang perawi yang menukil dari Qatadah.

Hadis-hadis yang bersumber dari Ahlul Kitab ini telah membentuk menjadi bahan dasar dan pola pandang banyak sahabat dan Tabi’in dengan dukungan penuh kekuasaan Bani Umayyah, khususnya yang mengutamakan dan menyukai pola pandang Ahlul Kitab…

Dan apabila sebagian sahabat “menyukai kaum Yahudi dan orang-orang kafir” – dan ini terjadi sementara Al Qur’an turun dan menegur serta melarang keras mereka, sebagaimana kesaksian Al Qur’an sendiri-lalu bagaimana dengan Bani Umayyah, pasti lebih dahsyat?!

Jadi pengaruh buruk Ahlul Kitab sangatlah besar sekali. Itu lebih besar dari yang kita bayangkan. Ahli Hadis-lah yang menyepelekan pengaruh buruk ini. Adapun Al Qur’an, ia menganggap besar bahaya dan pengaruh buruk Ahlul Kitab.

Coba renungkan ayat 10 surah al Fatah ini:

.

إِنَّ الَّذِينَ يُبَايِعُونَكَ إِنَّمَا يُبَايِعُونَ اللَّهَ يَدُ اللَّهِ فَوْقَ أَيْدِيهِمْ فَمَنْ نَكَثَ فَإِنَّمَا يَنْكُثُ عَلَى نَفْسِهِ وَمَنْ أَوْفَى بِمَا عَاهَدَ عَلَيْهُ اللَّهَ فَسَيُؤْتِيهِ أَجْرًا عَظِيمًا

“Sesungguhnya orang-orang yang membai’atmu sesungguhnya mereka adalah membai’at Allah, tangan Allah di atas tangan-tangan mereka. Maka barang siapa melepas ikatan baiat (berkhianat) maka sesungguhnya ia berkhianat atas dirinya sendiri. Dan barang siapa yang setia dengan apa yang ia janjikan kepada Allah maka Allah akan memberinya pahala yang besar. (Al Qur’an, Surat Al Fatah: 10)”

.

Di antara sikap gila kaum Ekstrimis Salafy adalah mereka berkata: “Siapa yang telah berbai’at maka tidak mungkin melepas ikatan baiat.. Sama sekali tidak mungkin!! Siapa yang telah memeluk Islam dari kalangan sahabat tidak Mungkin murtad… Tidak mungkin bermunafik dan berbuat kefasikan… dan seterusnya.

Sekarang jangan pembicaraan ini dibelokkan kepada pembicaraan tentang sahabat.

Pertanyaannya: Apakah Allah mememliki lebih dari satu bentuk? Seperti yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim dari riwayat Abu Hurairah, atau tidak.

Silahkan kalian jawab… Kemudian kita akan perhatikan…

Pertanyaan kedua: Apakah sebagian sahabat seperti Abu Hurairah mengambil sebagian ilmunya dari Ka’ab al Ahbar atau tidak?

Apakah Abdullah bin Amr bin al Ash menyampaikan hadis bersumber dari Ahlul Kitab atau tidak?

Dan apakah….? Apakah….?

Kita -dalam disiplin Ilmu Hadis-, tema sahabat adalah tema yang terpisah… Yang kami minta hanya berikan jawaban tentang hadis-hadis yang mereka riwayatkan: Apakah Allah punya rumah/tempat tinggal yang Dia huni seperti yang mereka riwayatkan dari Anas?

Bukankah yang demikian itu Tajsim?

Selamanya kaum Ekstrimis Salafy menolak mendiskusikan tema ini secara rinci dan mereka selalu mengembalikannya kepada tema sahabat. Karena tema ini adalah tema besar kesukaan setan untuk menimbulkan permusuhan dan kebencian dan dengannya ia mencegah manusia dari merenungkan Al Qur’an dan semua bentuk pengetahuan.

Tentang hadis riwayat Muslim,1/163 dari Abu Hurairah:

…..يأتيهم الله تبارك وتعالى في صورة غير صورته التي يعرفون

Lalu Allah Maha Berkah Maha Agung datang menemui mereka dalam bentuk lain selain bentuk yang sudah mereka kenal sebelumnya.”!! (lihat lengkapnya hadis ini diatas _red)

Apa jawaban kalian di sini?

Kapan mereka itu pernah melihat Allah dengan mata telanjang -seperti yang diminta bani Israil-sehingga kini (di hari kiamat) mereka menentukan bentuk yang telah mereka saksikan sebelumnya dan mana bentuk yang tidak mereka kenal?

Kapan?

Jika demikian maka sifatkan kepada kami bentuk Allah?!

INI ADALAH AKIDAH YAHUDI BUKAN AKIDAH KAUM. MUSLIMIN!!

_____________

Kajian Sebelumnya

  1. Kajian Ilmu Hadis (Bag.1) : Lima Belas Renungan Untuk Ahli Hadis
  2. Kajian Ilmu Hadis (Bag.2): Tolok Ukur Agama Bukan Kemazhaban!
  3. Kajian Ilmu Hadis (Bag. 3) Abu Hurairah, Sekedar Contoh!
  4. Kajian Ilmu Hadis (Edisi Khusus): Peringatan Pembesar Ahli Hadis Akan Fitnah Hadis!
  5. Kajian Ilmu Hadis (Bag. 4): Abu Hurairah Dan Pengaruh Politik

11 Tanggapan

  1. Bahaya nih! Ternyata hadis kita umat Islam dikeroyok oleh dua musuh besar yaitu:
    1. Politik.
    2. Israiliyyat….
    Ngeri jadinya.

  2. Yang lebih ngerinya lagi brow pengaruhnya udah sampai ke sel otak… Maksud ana udah sampai ke inti i’tiqod umat Islam…
    Ana ucapin syukran katsiran deh kepada tuan guru abusalafy.. .ana tunggu lanjutannya… Ajib dan menarik untuk direnungikan

  3. Kalau saya amati situs ini jelas dikelolah anak buah dajjal aliassyiah rofidho.. .dansi hasan farhan itu juga antek-antemnya syiah rofidho… Liat aja kerjanya kan hantam ahlusunnah dan dakwah kepada tauhid…. Dia sudah menadibala tentara setan yang kerjanya menyesatkan umat dan melawan Dakwah Tauhid. Ini harus diwaspadai!!!!
    Syiaaaaah!!!!! Sesaaaaat!!!!

    • Setuju akh Admin web ini dan syekh bin Farhan kerjanya menghantam ahlusunnah (baca: wahabi-salafi) dan dakwah kepada tauhid (baca: tajsim dan tasybih)

    • bantah aja mas gitu aja kok repot

    • Sdr.SOFYAN adlh wakil Wahabi Sejati, yg bisanya hanya mrenghujat tanpa berani menyentuh masalah yg lagi dibahas. ingat mas bicara anda dibaca banyak orang.
      Mohon jwbn yg sejuk dr pengikut Wahabi, bkn wabahi murahan.

      • Hai fuad! Apa yang ana katakan itu memang benar. Ini kenyataan. Mau bantah apalagi kau?!?!

  4. Klu boleh kasih masukan, sebaiknya @admin menjelaskan apa itu Ahlul Hadits, jadi pembnaca seperti sy dapat mengurut garis pemikiran mereka dan implikasi pemikiran mereka hingga skrg. Siapa mereka?. Apa setiap orang yg pakar hadits bisa disebut Ahlul hadits. Atau mereka yg selalu dihadapkan secra berlawanan dgn Ahlu Ra’yi.

    Hal ini perlu diperjelas krn segmen pengunjung bermacam2 tingkat kemampuan memahami kajian ke-hadits-an. Jgn pula jadi fitnah bagi yg belum paham bahwa kajian ini menyesatkan sehingga keluar komen yg lagi2 stigma sbg alat ketidak setjuannya, seperti komen ini “Kalau saya amati situs ini jelas dikelolah anak buah dajjal aliassyiah rofidho…..”.

    Misal al-Bukhari itu ahlul hadits atau bukan. Klu dikatakan pakar hadits krn telah membuktikan diri degn menulis hadits dgn seleksi yg ketat, tentu setuju bahwa beliau pakar/mutaahhil fil hadits. Tapi klu dikatakan sbg Ahlul Hadits (lawan dari Ahlu Ra’yi) ini yg perlu penjelasan. Al-Bukhari tidak selalu sejalan dgn Ahlu Hadits yg literalis terutama dlm masalah al-Quran apakah kalam qadim atau mahluk. Sepertinya belaiu lebih cenderung dgn Ahlu Ra’yi dgn mengatakan bahwa lafadz a-Quran (yg disuarakan berupa susunan huruf) adalah mahluk. Al-Quran yg qadim adalah kalam nafsy yg bukan berupa suara dan huruf. Meski dlm hal ini pendapat ini tidak seliberal Muktazilah yg tegas mengatakan bhwa al-Quran adalah mahluk.

    Selanjutnya apa implikasi pergulatan pemikiran antara Ahlul Hadits dan Ahlu Ra’yi hingga skrg?. Siapa pewarsinya pemikiran mereka masa skrg?. kalau salafy sendiri sepertinya manklaim dirinya representasi Ahlul hadits tentu dgn “bumbu2” untuk menguatkan “taste/rasa” kemdzhabannya dgn berbagai “atribut” kelompok paling gress, thaifah manshurah, pewaris hakiki salaf sholeh, ahlu sunnah yg meyakinkan para pengukutnya bahwa mereka adalah satu2nya, yg lain tidak, dijalan yg benar.

    Nah pergulatan pemikiran ini telah mengalami go publik, klu kita tak memiliki dasar yg kuat, maka kita akan terbawa2. Bahasa kecaman dlm istilah al-Jarhu wa ta’dil kleuar hingga menjadi konsumsi publik. Ta’assub madzhabi menjadi tameng keengganan untuk berfikir kritis. Akidah yg selama ini dipegang tidak cukup kuat untuk membendung sikap ta’assub berlebihan. Maksum hanya milik nabi dlm akidahnya, tapi dlm perilaku selaku membenarkan semua fatwa dan pendapat syaikh dgn tanpa reserve mulus bersih tanpa kritik.

    Tulisan dgn nada mengkritik dianggap subversif dan mengandung kekafiran. Bahsasa yg digunakan mengikuti ritme khusus dgn memanfaatkan kelompok yg dianggap lemah dan menyimpang. Padahal belum mencoba apa rasanya beradu dalil dgn kelompok yg “lemah” itu.
    Diam bukan selalu berarti tidak berfikir dan lemah.

  5. Semua gara gara bani umayyah khususnya Muawiyah terkutuk itu…. Iskam menjadi kacau balau ajarannya hingga sekarang ini.
    Semoga Allah menyiksa Muawiyah atas kejahatannya itu bersama kaum yahudi dan kaum musyriun quraisy.

  6. (Al Qur’an, Surat Al Fatah: 10)” di atas membuktikan penghianatan umat (termasuk sebagian umatnya hari ini) atas baiatnya kepada Rasul terhadap Hadits Nabi:(Tsaqalain) berpegang kepada “Al Qur’an (hujjah Allah yang diam) & Ahlu Bait (Hujjah Allah yang menjelaskan)” merekalah tempat merujuk makna Al Quran & sunnah baik makna lahir maupun bathin (rahasia). Tanpa merujuk ke ahlul bait pasti akan terjadi kesesatan umat.

    Penghianatan “Baiat” umat Terhadap nabi setelah haji wada (di Ghadir kum) untuk pelantikan Khalifahnya (Imam Ali) dan agar berpegang kepada “Alqur’an & Ahlul Bait” merupakan penghianatan pertama yang dilakukan umat selepas kewafatan nabi adalah bukti pengingkaran sebagian umat terhadap ayat-ayat Allah SWT. Begitupun kesesatan sebagian umat islam saat ini karna merujuk kepada kaum pengingkar umat terdahulu. Sehingga menfsirkan Al Qur’an bukannya menambah keimanan bahkan makin tersesat jauh.

    Kesesatan Bani Israil adalah contoh kesesatan sebagian umat Islam. Terlalu lama jika kita mengkaji sejarah hanya sepotong-sepotong tanpa mau berendah diri melihat akarnya.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s