Abu Hurairah Dan Pengaruh Politik
Artikel Syeikh Hasan bin Farhan kali ini, mengajak kita untuk menjadi manusia yang berilmu sekaligus kritis, tidak gampang mengekor bebek kepada siappun. Tidak memanggap siapa pun bebas dari kesalahan termasuk tokoh-tokoh sahabat atau imam-imam ahli hadis. Kita tidak boleh jemu mengkritisi ilmu hadis dan menganggapnya sudah finish. Segalanya harus diukur dengan alat ukur yang sudah terbukti kalibrasinya tidak akan pernah salah yaitu Al-Qur’an. Syeikh Hasan bukan mengajak pembaca untuk menolak/mengingkari hadis akan tetapi mengkritisi dengan jeli dan obyektif. Artikel ini sangat cocok untuk para mahasiswa ilmu agama untuk menjadikannya obyek penelitian mereka. (Abu Salafy)
SUMBER: http://almaliky.org/news.php?action=view&id=825
oleh Syaikh Hasan bin Farhan Al Maliky
Artikel sebelumnya tentang Abu Hurairah silahkan baca DISINI
menfokuskan kajian seputar Abu Hurairah karena beliau seorang sahabat yang paling banyak riwayat hadisnya, karena itu harus ada penilaian yang obyektif dan adil tentangnya, sesuai dengan ucapan beliau sendiri kemudian ucapan para sahabat. Setelahnya baru kita hadirkan penilaian para perawi darinya -atau dua orang parawi darinya- yaitu Abu Salamah bin Abdurrahman dan Abu Shaleh. Baru setelahnya penilaian perawi termasyhur yang meriwayatkan hadis dari murid-murid mereka (para perawi hadis dari Abu Hurairah seperti Zuhri kemudian murid-murid Zuhri).
DAN BUKANNYA tujuan penilaian ini untuk mengingkari hadis dan juga bukan dalam rangka menshahihkannya. Tujuannya adalah meletakkan kebanyakan hadis pada tempatya yang wajar (yaitu pada area keraguan), dan agar hadis tidak dijadikan hakim atas Al Qur’an dan akal. Karena hadis sudah menjadi fitnah bagi mereka yang fanatik bermazhab, dengannya mereka menolak Al Qur’an dan Sunnah yang lebih shahih dan akal serta sejarah yang pasti… Hadis adalah fitnah mereka karena itu adalah sebuah keharusan untuk mendiskusikan para pengembannya dengan dasar ilmu dan dengan penuh obyektifitas.
Hadis telah dipergunakan oleh Penguasa dan para ulama mereka, dan juga dipergunakan oleh setan. Maka harus mengurangi bersikap berlebihan terhadapnya agar pengandalan kembali kepada Al Qur’an al Karim yang hilang di tengah-tengah tumpukan hadis-hadis…
Secara pribadi saya tidak punya sikap yang tajam terhadap Abu Hurairah maupun selainnya dari para sahabat yang banyak meriwayatkan hadis. Saya hanya ingin kita mendiskusikan setiap jalur yang berbanyak-banyak dalam meriwayatkan hadis dan menilai matan-matan (teks/kandungan hadis) dan pribadi-pribadi (perawi hadis _red). Dan pada bagian seri ketiga lalu kami telah paparkan ucapan-ucapan Abu Hurairah dan para sahabat tentang sikap mereka terhadap hadis Abu Hurairah. Dan dalam hemat kami tidak benar kita mengabaikan ucapan-ucapan tersebut, saya sebutkan bahwa saya tidak dalam rangka menolak hadis-hadis Abu Hurairah karena menentang semata, dan tidak juga dalam rangka menerimanya karena dorongan genetik. Saya masih harus berlahan-lahan dan menilainya dan menyodorkannya kepada Al Qur’an dan dasar-dasar pasti Islam dan hadis-hadis yang lebih shahih.
Abu Hurairah Dan Politik….
Dan dalam seri-seri kali ini kami akan paparkan sikap Abu Hurairah terhadap politik yang berkuasa saat itu, apakah ia berpengaruh terhadap nya atu tidak? Saya tidak akan berbicara seperti orang lain berbicara. Dalam arti… Saya tidak akan berbicara seperti Abu Rayyah -seorang ulama Sunni dari al Azhar-, tidak juga seperti Syarafuddin al Musawi -seorang ulama Syi’ah- yang keduanya menuduh Abu Hurairah bergabung bersama Mu’awiyah demi meraih dunia… Saya punya pembicaraan lain yang lebih teliti… Pembicaraan yang lebih teliti, baik itu dari ucapan Abu Hurairah sendiri atau dari ucapan orang-orang paling dekat kepadanya dalam sikap politisnya, apakah memang Abu Hurairah terpengaruh dengan politik atau tidak?
Hadis Pertama Dari Shahih Bukhari
Abu Hurairah -semoga Allah merahmati dan mema’afkannya- sering merahasiakan hadis karena takut Mu’awiyah yang boleh jadi akan membunuhnya jika ia tetap berani menyampaikan hadis Nabi saw. tentang kejelakan-kejelekan Bani Umayyah atau tentang keutamaan musuh-musuh Bani Umayyah. Dalam kitab Shahih Bukhari, 1/56 dari Abu Hurairah- secara ringkas-, ia berkata:
.
حفظت من رسول الله و عاءين, فأما احدهما فقد بثثته و أما الآخر فلو بثثته قطع هذا البلعوم
“Aku menghafal dari Rasulullah dua bejana (ilmu), yang satu aku sudah sebar-luaskan, adapun yang satunya andai aku menyebar-luaskannya pasti leherku ini akan dipenggal.”
Jadi di sini Abu Hurairah -sesuai dengan hadis shahih di atas- mengakui bahwa ia terpaksa merahasiakan sebagian ilmu (hadis Nabi saw.), karena itu jangan kamu heran jika kamu tidak menemukan pada hadis riwayat Abu Hurairah sabda-sabda Nabi yang menjelaskan matsâlib/cacat orang-orang cacat. Yang ditakuti Abu Hurairah jelas bukan empat Khalifah, karena mereka tidak akan membunuh orang gara-gara ia menyebarkan hadis Nabi saw. Yang pasti ia adalah Mu’awiyah, karena Abu Hurairah wafat tahun 57 H bukan setelahnya.
Yang ditakuti Abu Hurairah atas penyebaran hadis bahwa ia akan dipenggal kepalanya pasti hanya Mu’awiyah! Karena itu ia merahasiakan hadis-hadis Nabi saw. tentang kejelekan Mu’awiyah dan Bani Umayyah.
Bahkan hadis-hadis yang tidak mesti berkaitan dengan kejelekan Mu’awiyah -khususnya hadis-hadis yang meremehkan keharusan taat kepada si zalim dalam kemaksiatan- itu juga diperangi di pemerintahan Mu’awiyah. Contoh akan hal itu sangat banyak, seperti Muawiyah memerintah Amr bin al ‘Àsh agar melarang putranya; Abdullah bin Amr menyampaikan hadis tentang Fiatul Bàghiyah/Kelompok pemberontak.
(yaitu kelompok pembangkang/pemberontak yang akan masuk neraka, kelompok itu adalah kelompok pemberontak/pembangkang yang dipimpin oleh Muawiyah, tanda kelompk itu adalah ia akan membunuh Ammar bin Yasir ra. Dan terbutkilah bahwa Ammar mereka bunuh di saat membela Khalifah Ali ra. dalam menumpas kelompok pemberontak yang dipimpin Mu’awiyah itu… Kata Nabi saw. kelompok ini mengajak Ammar ke neraka Jahannam padahal Ammar mengajak mereka ke surga. Rasulullah saw bersabda:
ويح عمار تقتله الفئة الباغية يدعوهم إلى الجنة ويدعونه إلى النار
Kasihan Ammar, ia dibunuh oleh kelompok pembangkang. Ia mengajak mereka ke surga, mereka malah mengajaknya ke neraka
Hadis tersebut muthawatir diriwayatkan banyak ahli Hadis termasuk Bukhari, Imam Ahmad dll _red)…
.
Mu’awiyah memerintah Amr bin al ‘Âsh dengan ucapannya:
“Hai Amr, mengapa kamu tidak bisa memuaskan kami dengan mencegah si “GILA” mu itu.”.
Jadi Abu Hurairah takut dibunuh jika ia menyampaikan hadis-hadis Nabi saw yang membahayakan kekuasaan seperti itu…kekuasaan Mu’awiyah saja.
Tetapi apakah Abu Hurairah menerima imbalan dari Mu’awiyah atas sikap diamnya; merahasiakan hadis?
Jawab: Sangat di sayangkan, iya. Abu Hurairah menerima imbalan... Imam Ahmad telah meriwayatkan dengan sanadnya yang shahih dari Said bin Musayyib (menantu Abu Hurairah_red) bahwa ia berkata:
.
كان ابو هريرة إذا أعطاه معاوية سكت, فإذا امسك عنه تكلم
“Abu Hurairah jika diberi imbalan oleh Mu’awiyah ia diam (tidak menyampaikan hadis) dan jika Mu’awiyah menahan; tidak memberinya imbalan, Abu Hurairah berbicara (menyampaikan hadis).”
.
Said bin Muasayyib seorang yang tsiqah/jujur dan terpercaya, ia menantu Abu Hurairah, ia paling tahu seluk beluk urusan keluarga mertuanya. Khabar (riwayat) juga terdapat dalam kitab Siyar A’lâm an Nubalâ’ karya adz Dzahabi dan al Bidâyah wa an Nihâyah karya Ibnu Katsir.
Adz Dzhabi melaporkan dalam Siyar A’lâm an Nubalâ’, 2/615:
نقل الذهبي – سير أعلام النبلاء [ج 2 / 615] (يحيى بن سعيد، عن ابن المسيب، قال: كان أبو هريرة إذا أعطاه معاوية، سكت، فإذا أمسك عنه، تكلم
“Yahya bin Said dari Said bin Musayyib, ia berkata:
Abu Hurairah jika diberi imbalan oleh Mu’awiyah ia diam (tidak menyampaikan hadis) dan jika Mu’awiyah menahan; tidak memberinya imbalan, Abu Hurairah berbicara (menyampaikan hadis).
.
Ibnu Katsir dalam kitab al Bidâyah wa an Nihâyah, 8/122:
.
ابن كثير في البداية والنهاية – [ج 8 / ص 122] (قال الامام أحمد: حدثنا عبد الاعلى بن عبد الجبار، ثنا حماد بن سلمة، عن يحيى بن سعيد (عن) ابن المسيب (كان معاوية إذا أعطى أبا هريرة سكت، وإذا أمسك عنه تكلم)
Imam Ahmad berkata: Abdul A’lâ bin Abdul Jabbâr menyampaikan kepada kami, ia berkata, Hammâd bin Salamah menyampaikan kepada kami dari Yahya bin Said dari Said bin Musayyib:
Jika Muawiyah memberi imbalan Abu Hurairah maka ia diam (tidak menyampaikan hadis) dan jika Mu’awiyah menahan; tidak memberinya imbalan, Abu Hurairah berbicara (menyampaikan hadis).
.
Adz Dzahabi dan Ibnu Katsir dua ulama Salafy bermazhab Hanbali dalam akidah dan Syafi’i dalam fikih.
Abu Hurairah -semoga Allah merahmati dan memaafkannya- menahan diri dari menyampaikan sebagian ilmu (hadis) karena takut dan juga karena rakus (menginginkan sesuatu)… Jadi ia sedang terpengaruh oleh politik. Dan pengaruh politik ini ada (terjadi) pada orang lain juga di bawah Abu Hurairah.
Maka atas dasar ini ketika ulama Ahli Hadis menampakkan bahwa para sahabat dan Tabi’în serta Ahli Hadis sendiri tidak terpengaruh oleh penguasa dan tidak takut celaan orang yang mencela… semua penggambaran itu tidak ri’il secara umum. Mereka juga seperti para ulama dan juru dakwah sekarang… Terpengaruh dengan kekuasan politis dan kemazhaban, karena takut dan karena rakus…. Karena itu wajib kita memantau pengaruh pengaruh politik dan kemazhaban atas hadis.
Kemudian Salafy hari ini melebih-lebihkan atas Imam Ahmad, adz Dzahabi dan Ibnu Katsir! Mereka boleh jadi akan “terpaksa” mendustakan Imam Ahmad -padahal ia tidak sendirian dalam meriwayatkan berita itu-. Dalam kitab ats Tsiqât karya al Ijli, 1/405:
.
حدثنا العلاء ثنا حماد بن سلمة عن يحيى بن سعيد عن سعيد بن المسيب قال كان أبو هريرة إذا أعطاه معاوية سكت وإذا أمسك عنه تكلم
Al ‘Alâ’ menyampaikan kepada kami, Hammâd bin Salamah menyampaikan kepada kami dari Yahya bin Said dari Said bin Musayyib ia berkata:
Abu Hurairah jika diberi imbalan oleh Mu’awiyah ia diam (tidak menyampaikan hadis) dan jika Mu’awiyah menahan; tidak memberinya imbalan, Abu Hurairah berbicara (menyampaikan hadis).
.
Demikianlah al ‘Ijli mendukung riwayat Ahmad dengan sanad yang sama bahwa Abu Hurairah (demi harta) diam tidak menyampaikan sebagian ilmu. Dan Muawiyah pakar yang sangat mengerti bagaimana ia memberi kehormatan (maksudnya membeli mereka _red).
Kamu harus menelusuri data-data orang-orang yang berbanyak-banyak dalam meriwayatkan hadis, kamu teliti keadaan mereka dan sejauh mana keterpengaruhan mereka terhadap politik serta keberpihakan mereka kepada kaum zalim. Itu semua berpengaruh terhadap periwayatan hadis baik dengan menyensor, menambah-nambahi dan memilih-milih… Seperti kata Abu Ja’far al Manshur (seorang Khalifah bani Abbas_red):
.
نثرت الحب للعلماء فكلهم لقطوا إلا عمرو بن عبيد و معاذ بن معاذ, ثم إن معاذ بن معاذ ثمى جناحه فلقط
“Aku cecer biji-bijian (harta makaudnya_red) kepada ulama maka mereka semua memungutnya kecuali ‘Amr bin ‘Ubaid dan Mu’âdz bin Mu’âdz, kemudian Mu’âdz bin Mu’âdz pun pada akhirnya merebahkan sayapnya unyuk memungut.”
.
Maka atas dasar ini kita dapat memahami hadis-hadis yang diriwayatkan Abu Hurairah tentang keutamaan Ahlulbait Nabi saw. atau kecaman atas Bani Umayyah, boleh jadi ia menyampaikannya di saat imbalan (santunan) Mu’awiyah terlambat datang.
Khulashah Masalah Ini
(1) Kesimpulan dari empat edisi yang telah saya sebarkan sebelumnya tentang Kajian Ilmu Hadis bahwa Ilmu Hadis lebih lemah dari apa yang mereka gambarkan. Karenanya jangan kalian takut mengkritisinya apalagi menolak Al Qur’an al Karim demi hadis.
(2) Jangan kalian takut kepada Ilmu Hadis dan yang dinamai Ilmu Jarh wa Ta’dîl (Ilmu yang dijadikan pijakan untuk menentukan status para perawi apakah mereka jujur terpercaya atau sebaliknya (cacat) _red), dan seakan mereka itu pakar Nuklir… Tidak! Tidak! Mereka seperti para masyâikh hari ini juga dalam memberikan pengaruh, terpengaruh, merahasiakan dan menyebarkan … Tidak usah takuti mereka. Saya telah menyebutkan beberapa contoh yang shahih dimana mereka (Ahli Hadis) sendiri telah mengakuinya dan mereka sendiri yang meriwayatkan dan menshahihkannya dari Abu Hurairah… Dan di sini saya tidak berluas-luas karena tujuan utamanya adalah sekedar mengingatkan saja.
(3) Ilmu Hadis ini adalah produk manusia. Jadi jangan kalian jadikan syari’at. Jangan jadikan itu untuk menentang Al Qur’an al Karim, akal sehat, dan ilmu pasti. Itu (ilmu hadis) lebih kecil dari itu semua… 99% hadis itu bersifat Dzanni (belum pasti) yang tidak memberikan kesimpulan ilmu/informasi yang pasti.
(4) Menghadaplah kepada Al Qur’an, alam semesta, logika, filsafat dan ilmu-ilmu lain. Kurangi membesar-besarkan Ilmu Hadis. Orang yang mengetahuinya dari dalam ia tau bahwa ilmu hadis lebih kecil dari pengagungan itu.
(5) Jangan kalian tertipu oleh pujian Ahli Hadis atas diri mereka sendiri bahwa mereka telah berbuat begini dan begitu dan bahwa mereka telah menukil dan memelihara untuk kita Sunnah dari kepunahan, dan andai bukan karena mereka pastilah agama ini telah musnah. Omongan-omongan seperti di dalamnya ada benarnya tetapi banyak juga dustanya!
(6) Tidak diragukan bahwa Ahli Hadis memiliki keutamaan, mereka melancong dalam memburu hadis dan mencatatnya, tetapi mereka menyia-nyiakan agama lebih dari apa yang mereka pelihara darinya. Al Qur’an dikalangan mereka terpinggirkan tidak mereka jadikan pegangan. Ahli Hadis telah membesar-besarkan jerih payah yang mereka curahkan dan dengan jerih payah itu mereka merasa telah berjasa atas Allah dan RasulNya bahwa andai bukan usaha susah payah mereka pastilah agama ini sudah sirna dan Islam pun musnah… Ucapan kosong dan terkecam karenanya jangan percayai (ucapan) mereka itu.
(7) Ahli Hadis, gara-gara mereka Al Qur’an al Karim telah disingkirkan dengan total, akal dikecam, pintu berpikir tentang alam semesta tertutup, dan gara-gara mereka kebencian serta kemunduran diresmikan. Benar, bahwa Ahli Hadis memiliki keutamaan dan kelebihan… Tetapi mereka rusak sendiri dengan menyingkirkan Al Qur’an, menyingkirkan berpikir sehat dan dengan melegalkan saling berbunuh-bunuhan dan kebencian di antara kaum Muslimin, menebar vonis bid’ah dan memenuhi hati dengan kedengkian dan akal dengan kedunguan… Andai setiap Ahli Hadis memproduksi untuk kita perenungan Kitab Allah sebagai ganti karya-karya insklopedia -yang bahayanya lebih besar daripada manfaatnya- pastilah lebih afdhal. Akan tetapi terjadilah apa yang sudah terjadi.
Yang tersisa adalah kamu! Hendaknya kamu mengambil manfaat dari warisan peninggalan mereka -di dalamnya terdapat sebagian kebenaran/al haq- dan jauhi mental menyimpang dan sikap fanatik mereka. Jangan jadikan mereka sebagai PEMBUAT SYARI’AT sebagai ganti Allah dan Rasul-Nya. Posisikan mereka pada proporsi mereka yang sebenarnya.
Untuk Kaum Bodoh Yang Mencemooh:
Mereka para pencemooh dan pencaci maki yang mendengki di sisi setiap informasi baru yang membentur mereka. Mereka itulah yang menvonis DHA’IF Bukhari, memenjara Ath Thabari di dalam rumahnya dan membunuh an Nasa’i serta memukul al Hakim… Mereka kelanjutan Bani Umayyah, karena itu ketika kami kecam Bani Umayyah kami ketahui bahwa Bani Umayyah masih hidup melalui mereka. Bani Umayyah tidak mati sebelum meninggalkan warisan panjang lebar berupa akal-akal dan hati-hati serta riwayat-riwayat dan akidah-akidah… Mereka bersama kita.
Karena itu mereka menjadi orang yang sangat “zuhud” ketika mengecam Bani Umayyah (sangat menghindari mengecam Bani Umayah _red) dengan alasan bahwa bukankah mereka itu sudah mati dan menemui apa yang telah mereka lakukan! Tetapi sebenarnya mereka itu PENIPU! Karena mereka sendiri hingga kini masih mengecam Jahm bin Shafwan, al Ja’ad dan kaum Mu’tazilah, sedangkan mereka semua juga telah mati dan menjumpai apa yang mereka perbuat!
Sebagian kecerdasan mereka dalam ketidak-konsistenan sungguh menakjubkan!!
Kreasi kecerdasan itu bukan dari mereka akan tetapi dari setan. Karena itu kita dapati mereka orang yang paling zuhud (sangat menghindari _red) dalam mencela kaum zalim tetapi mereka paling semberono dalam mencela kaum shalihin dan para abid! Mereka berkata: Allah tidak akan menanyai kita apa yang diperbuat oleh si fulan ini atau si fulan itu? Tetapi anehnya mereka mawajibkan atas kamu untuk menegcam Jahm bin Shafwân, Wâshil bin ‘Athâ’ dan ‘Amr bin ‘Ubaid (peminpin Mu’tazilah_red) dan Ghailân...
Mereka Setan-setan Yang Kontradiktif
Setan sangat bernafsu sekali agar para pengemban misinya dalam merusak agama tetap terpuji supaya bisa diperalat dalam membangkitkan kebencian, pembunuhan dan kerusakan, sama dengan semangatnya dalam mencela setiap orang yang menentang jalan para pengemban misi setan itu!
Hikmah itu harta buruan si Mukmin, ia akan mengambilnya di mana pun ia temukan walaupun di negeri China. Tetapi kaum penyembah mazhab tidak mau mengambil pelajaran/hikmah walaupun dari tetangganya sendiri! Bahkan mereka tidak mau mengambilnya dari dalam rumah mereka sendiri… Ia adalah kesempitan… Penyakit, kemunduran, kebodohan dan kesombongan.
________________
Artikel Sebelumnya
- Kajian Ilmu Hadis (Bag.1) : Lima Belas Renungan Untuk Ahli Hadis
- Kajian Ilmu Hadis (Bag.2): Tolok Ukur Agama Bukan Kemazhaban!
- Kajian Ilmu Hadis (Bag. 3) Abu Hurairah, Sekedar Contoh!
- Kajian Ilmu Hadis (Edisi Khusus): Peringatan Pembesar Ahli Hadis Akan Fitnah Hadis!
Filed under: Akidah, Hasan Farhan Al Maliky, Kajian Hadis, Kajian Sejarah, Manhaj |
Alhamdulillah. Akhirnya update lagi tulisan syekh hasan. Tak kira sudah bosen mosting….hehehe..
Politik memang sering kali membuat pengemban al haq terpengaruh dan meninggalkannya.. . . Semoga Abu Hurairah tidak termasuk dari mereka itu.
Namanya juga manusia mudah digoda setan yang umurnya lebih tua dari umur manusia (setan dah ada sebelum nabi adam diciptakan dan gak mati mati sampek kiamat) kebayang lihay banget kan setan dalam menggoda manusia. Istilahnya setan paham bener seluk beluknya sipat manusia jadi mudah sekali untuk menggiring manusia berbuat kesalahan. Ratusan ribu tahun menggoda manusia pasti dah ahli lah tuh setan dalam urusan goda menggoda. mungkin awal awalnya godaan setan simpel simpel saja maklum.masih newbie baru belajar contoh nabi adam dam siti.hawa yang makan buah dr pohon terlarang terus ada anak nabi adam yang digoda untuk membunuh sodaranya naaah makin hari makin ke sini setan makin canggih saja cara menggodanya coba baca sejarah islam dari kitab aslinya………naaah di abad pesbuk dan twitter skrg ini weleh weleh cara setan makin cuanggih dan sopistiket dibanding jaman para sahabat. Tapi ingat….ingat…….di dalam diri manusia itu terkumpul kebaikan-keburukan namanya juga manusia ada plus pasti ada minus semua manusia tak lepas dari hal ini kecuali nabi/rasul dan ahlul kisa dan org org yang Allah kehendaki dan Allah lindungi mereka semua dari bisikan dan godaan setan yg terkutuk…..naaah supaya adil Allah menegakkan timbangan supaya kita kita ini mendapat keadilan tampa pandang bulu. amal kebaikan sekecil apapun akan mendapat pahala dan kejahatan sekecil apapun akan mendapat ganjaran. Setelah ditimbang baru tahu berat mana……oh iyah timbangan ini harus dimaknai lho yaah bukan kayak timbangan yg ada dipasar pasar itu tuuh.
Eh ada satu lagi yang bikin ane takut dan kawatir bukankah dalam pandangan Allah kehidupan dunia sudah selesai, timbangan telah ditegakkan, neraka telah dinyalakan dan surga telah dibuka pintu pintunya. Dialoq dialoq antara orang di neraka dan surga bisa kita temukan dalam alquran padahal kan dunia belum kiamat. Misal Allah menyebut nama orang orang yang berbicara baik di neraka ataupun di surga sebagaimana yang tertulis di alquran pastilah mudah bagi-Nya. Ane jadi ingat pesan kyai ane kalau Allah mengadakan takdir bagi manusia berdasar atas pilihan manusia itu sendiri yang Allah telah mengetahuinya sebelum manusia memilih….bukan Kami yang menganiaya mereka tapi diri mereka sendirilah yang menganiaya diri mereka sendiri!!!!
Kalau sahabat sekelas abu Hurairah aja sudah seperti itu lhah apa lagi yang lainnya.
Bener bukan teman?!
Makanya harus waspada!
Ini benar2 pencerahan dari Syekh Farhan.
Saya sering menjumpai ulama2 Salafi maupun beberapa non-Salafi, yang terang2an berkata bahwa kedudukan Hadits itu sejajar dengan Al Qur’an. Juga beberapa kalangan yang mendudukkan Hadits di ATAS Qur’an (bila Qur’an bilang A tapi hadits bilang B, maka hadits diutamakan). Bahkan ada yang berkata bahwa ayat Qur’an bisa di-mansukh atau di “ralat” dengan Hadits, waduuuh?
Saya bukan orang dari sekte Qur’anis (sekte penolak/ anti hadits). Saya pun jujur banyak sekali memperoleh manfaat dari hadits tapi sikap di atas benar2 mengganjal.
Tapi mohon orang yang berilmu mengoreksi saya, karena saya sendiri orang awam 🙂
Kaum Arifin yang saya kenal mendapat isyarah bahwa Abu Hurairah adalah orang yang dimuliakan. Ungkapannya ““Aku menghafal dari Rasulullah dua bejana (ilmu), yang satu aku sudah sebar-luaskan, adapun yang satunya andai aku menyebar-luaskannya pasti leherku ini akan dipenggal.”…semestinya dianggap justru menjaga ketertiban agar ilmu-ilmu tertentu tidak disampaikan dengan sembarangan. Serupa dengan ungkapan berikut :
” Seandainya berlian ilmu itu saya buka dihadapan orang umum maka pastilah orang-orang Islam umum itu akan menuduh saya atau menganggap saya telah menyembah berhala, dan mungkin mereka akan membunuh saya dan menghalalkan darah saya, karena berlian ilmu yang saya sampaikan itu dianggap yang paling buruk atau paling jelek.
Oleh sebab itulah berlian ilmu itu tidak saya buka karena bisa menimbulkan fitnah yang hebat “.
Demikianlah peringatan dari Sayyid Zainal Abidin.
Saya tetap berpedoman untuk tidak sibuk menjelekan sahabat….