Keterangan Untuk Memahamkan Si “Dungu Salafy”! (1)
SUMBER: http://almaliky.org/news.php?action=view&id=888
.
oleh Syaikh Hasan bin Farhan Al Maliky
Kurangi Kejahiliyahan Yang Tertanam Dalam Diri-diri Kalian!
Kurangi kejahiliahan… Kurangi saling melempar nama-nama (mengejek), gelar-gelar memojokkan dan nama-nama mazhab…
Saya tidak mengatakan: berhentilah kalian darinya… Hanya kurangi!
Saya berusaha masuk ke dalam akal seorang yang sangat fanatik kegolongan atau kemazhaban/sektarian -bukan yang moderat- maka saya saksikan tumpukan limbah setan Jahiliyah-:
kedengkian tanpa tujuan jelas+kebanggaan dengan dasar kebutaan+kebodohan yang celaka.
Seorang berjiwa Jahiliyah maka kejahiliyahan itu menjadi tutup atas hatinya, ia buta dan tidak mengetahui dari kebenaran kecuali sesuatu yang ia sangka sesuai dengan pikirannya. Ia membenci hidayah dan hidup dalam kebencian, keraguan, kegelapan dsb. Ini adalah hukuman Allah yang segera (di dunia, sebelum kelak di akhirat) atasnya.
Kejahiliyahan yang ada padamu boleh jadi tersembunyi sehingga kamu sendiri tidak mengetahuinya. Dan setiap kaum memiliki bentuk kejahiliyahan sendiri-sendiri. Dan kejahiliyahan kemazhaban kita adalah ARCA BESAR, karena itu perhatikan selalu mental Jahiliyah di saat jiwa kemazhaban hadir atau dihadirkan oleh mereka.
Jika jiwa kemazhaban hadir maka akan kamu dapati seorang yang berjiwa Jahiliyah tersebut tidak bertanya tentang dalil atau bukti, tidak bertanya tentang Allah dan Rasul-Nya, tidak juga tentang Al Qur’an dan Sunnah…. Yang ia tanyakan hanya: Ini Sunni atau Syi’ah?
Bisa dimakan atau tidak bisa di makan?
Kalimat: (Bisa dimakan atau tidak bisa dimakan ?) Istilah ini datang dari serial komedi tv Arab Saudi yang terkenal Thosy Maa thosy, kala itu yang menyita perhatian sosial adalah pertanyaan tersebut terlontar tentang apapun yang mereka dengar: “Bisa di makan atau tidak bisa di makan”?
Sekarang pertanyaan yang selalu terlontar adalah : Sunni atau Syi’ah?
Para penanya: “Bisa dimakan atau tidak bisa dimakan”? bisa diberi uzur (dimaklumi). Pertanyaan mereka itu tidak ada kaitannya dengan kejahatan atas orang lain, atau jiwa kebencian atau permusuhan…
Adapun penanya tentang apakah ini Sunni atau Syi’ah? pasti seorang berjiwa kemazhaban kental!
Setiap kali kamu sukses menangani “tsunami” dengan keterangan dan penjelasan berdalil atau kamu larang atau kamu bungkam dia dengan bukti, datang lagi gelombang “tsunami” baru. Budayanya subur beranak, fitnahnya tegak dan setan pengawal kejahiliyahannya menembus jiwa! Kamu terpaksa harus sering mengulang-ulangnya karena “gelombang tsunami” itu juga datang silih berganti. Dan pada pengulangan dan keragaman Al Qur’an (dalam menyajikan tema-tema penting) terdapat pelajaran berharga…
Di antara alasan pengulangan itu adalah terus-menerus datangnya gelombang tsunami jahiliyah...
Jahiliyah Itu Sebuah Kisah
Tsunami jahiliyah itu kamu dapati tidak mengenal arti Ahlusunnah dan tidak juga Syi’ah. Ia tidak memastikan terlebih dahulu makna setiap kata yang ia gunakan, baik berdasarkan penggunaan Al Qur’an maupun Sunnah. Ia hanya mendengar dari para pendahulunya; dari seorang guru yang dungu dalam sebuah aktifitas sekolah lalu ia sangka apa yang disampaikan pak guru dungu itu adalah harta peninggalan intelektual yang sangat agung dan berharga…
“Tsunami” punya beberapa sumber yang memancar dari segala penjuru yang langsung mengalir dengan kencang ke dataran rendah lalu memenuhinya, setelahnya ia mulai pasang menuju gunung-gunung! Tidak ada pengalihan air banjir atau selainnya.
Tidak ada dosa bagi kaum berakal tentang segerombolan manusia yang menimbun kejahiliyahan buta. Pihak yang bertanggung-jawab adalah Departeman Budaya dan Pendidikan, Dewan Media dan Khuthbah…
Ini adalah pengalaman mereka.
Filed under: Akidah, Ghulat Salafy, Hasan Farhan Al Maliky, Manhaj, Wahabi dan Pengkafiran Umat Islam |
Terima kasih pak ustadz abusalafy…
Ini kajian berguna dan besar manfaatnya bagi kita semua…
Semoga Allah selalu menjaga uatadz dari segala bencana dan kejahatan… Amiin.
Kami selalu menanti sajian baru blog antum.
Judulnya pas banget ustadzana. Top cer