Ekstrimis Salafi Mencoreng Kesucian Kalimat “Allahu Akbar”!
SUMBER: http://almaliky.org/news.php?action=view&id=340
.
oleh Syaikh Hasan bin Farhan Al Maliky
.
Israel membombardir negeri mereka, mereka menjerit Allahu Akbar!
Dan mereka memakan daging manusia sambil memekikkan Allahu Akbar!
Mereka membongkar kuburan dan mengeluarkan jasad yang telah dikubur, mereka juga mengucapkan Allahu Akbar!
Mereka menyembelih kaum wanita, dan merekapun mengumandangkan Allahu Akbar! Seperti yang mereka lakukan terhadap Athwar Bahjat di Irak dan seperti dalam banyak aksi mereka di Suriah.
Dengan itu semua kaum Ekstrimis (Salafy) berdusta atas nama Allah. Tahukan kalian, mengapa demikian?
Karena kalimat “Allahu Akbar” maknanya adalah bahwa Allah bersama mereka dalam kejahatan-kejahatan yang mereka lakukan… Allah lah yang memerintah mereka melakukannya. Setan telah sukses melalui meraka untuk menghina Dzat Maha Suci Allah.
Dengarlah dan perhatikan ayat-ayat suci di bawah ini hai Ghulat/kaum Ekstrimis agar kalian dapat membongkar dan menemukan bahwa kalian auliyâ’ (kekasih/pendukung/pengagum) setan. Renungkan baik-baik barangkali dengannya Allah memberi kalian hidayah/petunjuk-Nya! Jangan kalian bersikap angkuh dan congkak! Dengar dan perhatikan firman Allah… Dengar dan perhatikan:
.
وَإِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً قَالُوا وَجَدْنَا عَلَيْهَا آَبَاءَنَا وَاللَّهُ أَمَرَنَا بِهَا قُلْ إِنَّ اللَّهَ لَا يَأْمُرُ بِالْفَحْشَاء أَتَقُولُونَ عَلَى اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ .قُلْ أَمَرَ رَبِّي بِالْقِسْطِ وَأَقِيمُوا وُجُوهَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَادْعُوهُ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ كَمَا بَدَأَكُمْ تَعُودُونَ . فَرِيقًا هَدَى وَفَرِيقًا حَقَّ عَلَيْهِمُ الضَّلَالَةُ إِنَّهُمُ اتَّخَذُوا الشَّيَاطِينَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَيَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ مُهْتَدُونَ
“Dan apabila mereka melakukan perbuatan keji, mereka berkata: ”Kami mendapati nenek moyang kami mengerjakan yang demikian itu, dan Allah menyuruh kami mengerjakannya. Katakanlah:”Sesungguhnya Allah tidak menyuruh (mengerjakan) perbuatan yang keji.” Mengapa kamu mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui. Katakanlah: ”Tuhanku menyuruh menjalankan keadilan”. Dan (katakanlah): “Luruskanlah muka (diri)mu di setiap shalat dan sembahlah Allah dengan mengikhlaskan ketaatanmu kepada-Nya. Sebagaimana Dia telah menciptakan kamu pada permulaan (demikian pulalah) kamu akan kembali kepada-Nya.” Sebahagian diberi-Nya petunjuk dan sebahagian lagi telah pasti kesesatan bagi mereka. Sesungguhnya mereka menjadikan setan-setan pelindung (mereka) selain Allah, dan mereka mengira bahwa mereka mendapat petunjuk.” (QS. Al A’râf; 28-30)
Mari renungkan ayat-ayat suci di atas….
Jadi ucapan mereka “Allahu Akbar” setiap kali mereka melakukan kejahatan itu termasuk “stempel/restu dari Allah” bahwa Allah meridhai kelakuan itu. Dan biasanya mereka yang mendiamkan kelakuan itu artinya mereka rela/ridha juga. Dan orang yang ridha atas sebuah kelakuan ia dihukumi sama dengan sipelaku kejahatan itu.
Dan mereka yang menjadikan Allah menanda-tangani dan merestui setiap kejahatan yang mereka demonstrasikan, mereka lebih jahat dari para perompak, karena para perompak ketika melakukan aksi kejahatan mereka tidak menisbatkannya kepada Allah.
Mereka sama sekali tidak bertaqwa kepada Allah andai kita pun ingatkan mereka dengan kata-kata: “Bertaqwalah kalian kepada Allah!”. Mereka sangat tentram terhadap kejahatan-kejahatan mereka. Setan telah mendahului kita menguasai mereka maka setan meyakinkan mereka bahwa aksi-aksi kejatahan dan keburukan mereka itu atas perintah Allah!
.
Kaum Ghulat (Ekstrimis Salafy) Berhujjah dengan Dua Alasan/ Hujjah:
Hujjah Pertama: Mereka menemukan kejahatan-kejahatan seperti itu telah diperagakan dan dilakukan Salaf mereka. (dan mereka benar sebab mereka memiliki Salaf (pendahulu yang mereka idolakan) yang membunuh kaum wanita dan anak-anak kecil tak berdosa, dan juga membunuh Ahlul Bait Kenabian dan para sahabat.
Hujjah Kedua: Bahwa aksi kejahatan itu dengan restu dan atas dasar perintah Allah.
Mereka benar dalam hujjah pertama mereka, tetapi mereka berdusta dalam hujjah kedua. Salaf mereka lah yang meyakinkan bahwa kejahatan itu dengan dasar perintah Allah.
Lalu bagaimana jalan keluarnya?
Kamu harus membuktikan kepada mereka bahwa Salaf mereka telah berbohong atas nama Allah ketika menisbatkan kejahatan-kejahatan kepada Allah, karena Allah hanya memerintah menegakkan keadilan. Kamu harus mampu meyakinkan mereka bahwa Allah itu Maha Adil. Dan dari Kemaha Adilan-Nya adalah “Seseorang tidak akan menanggung dosa orang lain.” Dan kamu akan mendapatkan kerepotan yang sangat untuk meyakinkan mereka tentang Kemaha Adilan dan Rahmat Allah karena para setan telah meyakinkan mereka bahwa kejahatan-kejahatan itu tidak bertentangan dengan Kemaha Adilan Allah. Jadi pergulatan mendasarnya adalah tentang apakah Allah memerintah menegakkan keadilan atau justru Allah memerintah kejahatan? Dan apabila mereka menerima argmentasimu dengan jujur -tidak sedang bermunafik- bahwa Allah memerintah menegakkan keadilan maka musykilah/problem-nya telah terpecahkan.
Tetapi tetap masih ada musykilah lagi, sebab gambaran tentang Kemaha Adilan dan Kemaha Bijaksanaan Allah dalam hati dan pikiran mereka benar-benar telah dikacaukan dan tercoreng, karena seperti telah kami katakan sebelumnya bahwa “Awal agama ini adalah makrifat/mengenal Allah”. Sedangkan makrifatullah dalam pemikiran mereka benar-benar tercemari dan tercoreng. Dan mereka yang meyakini “keisengan Allah” (Aku -Allah- mengambil segenggam manusia lalu Aku lempar ke dalam api neraka dan Aku tidak peduli… Dan Aku ambil segenggam manusia dan Aku masukkan ke dalam surga dan Aku tidak peduli) berandil dalam mencoreng gambaran tentang Kemaha Adilan Tuhan.[1]
Iya, benar… Awal agama adalah “Makrifatullah/mengenal Allah” seperti diucapkan Imam Ali. Dan setiap pencorengan gambaran indah tentang Allah dan tentang Kemaha Adilan-Nya pasti akan mendorong mereka memekikkan kalimat “Allahu Akbar” dan “Lâ Ilaha Illahhahu” setiap kali mereka melakukan kejahatan. Masalahnya saling terkait, mereka menganggap bahwa manusia lebih adil daripada Allah. Menurut mereka Direktur sebuah sekolah dan Pak Polisi lebih adil daripada Allah, karena mereka tidak akan menghukum kecuali anak/orang yang salah. Adapun Allah menurut Salafy Ekstrim menghukum orang yang tidak salah!!
Di (dalam akidah yang tersimpan rapi dalam hati) mereka Allah itu DZALIM, tetapi kita wajib menyebut-Nya dengan sifat Adil karena Dia memerintah kita demikian. Hanya itu saja sebabnya!
Dan agar kita menyembah Allah maka kita harus berlaku zalim dan kezaliman itu kita namai keadilan sebagaimana Allah perintahkan! Jadi menurut mereka Allah lah yang memerintahkan kekejian dan memerintah berdusta dengan menamakan kekejian sebagai keadilan, rahmat dan keindahan!
Coba perhatikan bagaimana setan menggiring mereka kepada kesesatan yang jauh?
Dengan semua itu terealisasilah agenda setan terbesar yaitu: “Berdusta atas nama Allah tanpa ilmu”. Allah berfirman:
إِنَّمَا يَأْمُرُكُمْ بِالسُّوْءِ وَ الْفَحْشَاءِ وَ أَنْ تَقُوْلُوْا عَلَى اللهِ مَا لاَ تَعْلَمُوْنَ
“Ia hanya menyuruh kalian berbuat kejahatan dan kekejian, dan menyandarkan kepada Allah apa yang tidak kalian ketahui.” (QS. Al Baqarah; 169)
Setan akan bersungguh-sungguh dalam mendorong mereka untuk membela aksi itu (berdusta atas nama Allah) dan memerangi siapa saja yang berani membongkar aksi dusta atas nama Allah tersebut, memprovokasi orang-orang agar menjauhinya dengan menuduhnya sebagai berpikiran Zindiq (anti Tuhan), Rafidhi, atau agen bayaran, kendati seluruh ayat ada di hadapan mereka telah jelas menerangkan, kendati kejahatan-kejahatan telah nyata berbicara dan pekikan Takbir yang mereka jeritkan juga berbicara… Semua bukti nyata itu menguap begitu saja dengan sedikit pengacauan sederhana setan, dan mereka jauh lebih taat kepada setan daripada kepada cincinnya sendiri.
Ini ucapan bukan dialamatkan kepada Ekstrimis Salafy saja tetapi kepada seluruh Ekstrimis, baik Ekstrimis pengikut mazhab-mazhab atau rezim apabila mereka melegalkan kejahatan sebagian dari mereka. Saya berlepas diri kepada Allah dari segala bentuk pengatas-namaan; pengatas-namaan Allah baik di bawah nama fatwa atau slogan “Allahu Akbar” untuk melegalkan pembantaian dan penyembelihan warga sipil tak berdosa. Tidak diragukan lagi bahwa itu adalah dusta atas nama Allah yang harus segera dan dengan tegas dikecam. Tetapi demi amanat saya tegaskan bahwa saya tidak pernah menyaksikan seorang Syi’ah atau pengikut Partai Ba’ats mengumandangkan kalimat Allahu Akbar ketika membombardir Israel atau ketika memakan daging manusia… Jadi Ekstrimis Salafy menempati posisi terdepan dalam berdusta atas nama Allah.
Tetapi saya mengecam semua bentuk ekstrimisme agar saya tidak menyisakan buat setan kesempatan untuk mengacaukan nasihat ini. Dan wajib atas setiap Muslim jika datang kepadanya dusta atas nama Allah untuk segera mengecamnya dan mengecam para pelakunya dan dengan gigih mengecamnya. Jangan sampai setan meyakinkan kalian bahwa kami tidak akan mengecam kejahatan sebelum mereka mengecam kejahatan tersebut. Ketaatan hanya bagi Allah. Mengecam kejahatan juga harus demi Allah. Janga kalian tunda karena ia hanya demi Allah semata (tidak selain-Nya). Jika setan sukses menunda kecamanmu atas kejahatan maka ia pasti akan mampu masuk melalui cela-cela itu ke dalam hatimu sehingga kamu menjadi ‘orang yang tidak mengenal yang makruf dan tidak mengecam yang munkar’.
Pertama-tama, bersihkan hatimu. Segera berlepas dirilah dari semua bentuk kejahatan. Kalahkan setan jangan sampai ia mendahuluimu menyerang hatimu. Jangan beri setan kesempatan untuk memperdaya dan memperbudak hatimu untuk permusuhan atau pertengkaran mazhabiyah atau kesukuan atau fanatisme jahiliyah. Mereka yang menjalankan agenda besar setan, khususnya dalam “Berbohong atas nama Allah tanpa ilmu” bahwa Allah menyukai keburukan, mereka itu sedang tidak merasa. Lalu bagaimana Allah akan menghukum mereka?
Jawabnya: Allah akan menghukum mereka karena “Sesungguh mereka menjadikan setan-setan pelindumg (mereka) selain Allah, dan mereka mengira bahwa mereka mendapat petunjuk.” (QS. Al A’râf; 30)
Lihat dan renungkan kembali ayat di atas! Lalu bagaimana Allah menghukum mereka sedangkan mereka itu masâkîn/orang-orang yang layak dikasihani (mereka sedang tidak merasa).
Jawabnya mudah: Karena sebenarnya mereka mampu untuk merasa… Mereka mampu berakal… Mampu merenungkan Kalam Allah yang jelas lagi gamblang. Tetapi mereka menyerahkan kepada setan tugas-tugas di atas. Jangan kamu mengira bahwa setan-setan di sini adalah setan yang tak terlihat oleh mata kepala saja, mereka adalah gabunhan dari setan manusia dan setan dari kalangan jin. Setan dari kalangan manusia setiap hari mereka saksikan di Chanel-chanel TV Weshâl, Shafa dll… Mereka telah menaruh kepercayaan bulat kepadanya.
Setan-setan manusia dapat dikenali. Mereka adalah orang-orang yang tujuannya sejalan dengan jutuan setan yaitu: “Setan hanya akan memerintah mereka dengan kejelekan dan kekejian dan agar kamu berdusta atas nama Allah apa-apa yang tidak kamu ketahui.”. Semua orang yang menyukai keburukan dan kekejian dan ngotot untuk berdusta atas nama Allah tanpa ilmu adalah setan manusia karena bersejalan dengan tiga tujuan besar setan tersebut di atas.
Dengar dan perhatikan bagaimana setan menghiasi tiga tujuannya itu:
وَ كَذلِكَ جَعَلْنا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا مِنَ الْمُجْرِمينَ وَ كَفى بِرَبِّكَ هادِياً وَ نَصيراً
“Dan seperti itulah, telah Kami adakan bagi tiap-tiap nabi, musuh dari orang-orang yang berdosa. Dan cukuplah Tuhanmu menjadi Pemberi petunjuk dan Penolong.” (QS. Al Furqân;31)
Jadi di sana ada ucapan-ucapan yang dibalut penghias boleh jadi ia sebenarnya adalah haq tetapi mereka mengucapkannya dengan tujuan melaksanakan aksi kejahatan … Boleh jadi ia adalah ucapan-ucapan batil/palsu berupa penafsiran keliru tentang ayat-ayat suci Al Qur’an atau hadis-hadis palsu atau menyebut akidah-akidah berbasis fanatisme atau berhujjah dengan menjadikan tokoh-tokoh sebagai sumber absolut kebenaran dan sebagainya. Semua itu adalah hiasan palsu yang mereka pesankan agar disebar-luaskan. Dan perhatikan baik-baik bagaimana ia menyebutkan persekutuan setan (baik setan jin maupun setan manusia) dan ia adalah persekutuan klasik.
Setiap nabi memiliki musuh-musuh (yang bersekutu) dari setan-setan manusia dan setan-setan jin. Persekutuan itu klasik sekali… Persekutuan ini tidak akan membiarkan medan tanpa buku-buku dan akidah-akidah serta riwayat-riwayat, karena persekutuan itu cerdas. Mereka mengatahui bahwa menempelkan kejahatan-kejahatan mereka dengan agama akan menjadikannya lebih mantap pengaruhnya dan lebih panjang umurnya… Karena itu hati-hatilah!
Jangan kamu berkata: “Ini yang kami dapati dalam kitab-kitab”! Persekutuan setan sangat klasik seklasik kenabian dan satu zaman dengannya dengan tujuan mencorang keindahan agama dan menebar kerusakan. Dan maka dari itu ia tidak membiarkan untukmu ruang bagi ilmu pengetahuan. Jangan kamu kira bahwa setan-setan itu dungu! Mereka lebih cerdas dibanding kita semua, dan mereka punya setumpuk rencana setrategis dan taktik dan apabila kita tidak memohon perlindungan kepada Allah maka pasti mereka dengan mudah sekali akan menelan kita melalui budaya mereka. Jangan kira bahwa setan telah berhenti beraksi dalam menyesatkan manusia seusai perang Badar!
Tidak! Ia diberi tangguh hingga hari kebangkitan dan ia akan bersungguh-sungguh dalam membangun budaya yang kuat dan rumit serta keliatannya kokoh. Jangan kira bahwa setan merasa cukup dengan merekrut nom Muslim, adapun terhadap kaum Muslimin ia telah berputus asa!
Tidak! Ia (setan) akan bersungguh-sungguh merekrut kaum Muslimin lebih dari kesungguhannya dalam merekrut non Muslimin, karena hanya kaum Muslimin lah yang akan merealisasikan aksi “Berdusta atas nama Allah”. Dan berdusta atas nama Allah adalah salah satu tujuan besar setan. Apakah kalian akan menemukan orang-orang Budha atau Yahudi atau Kristen atau Ateis berbuat kejahatan lalu berkata: “Allahu Akbar!”? Jika meraka itu ada, maka paling tidak kamu tidak akan menemukan sebanyak kaum Muslimin. Jadi kaum Muslimin adalah komunitas paling mengasyikkan buat setan dalam membantu meralisasikan tujuan besarnya karena mereka penurut sekali, dan khususnya dalam merelisasikan tujuan besarnya dalam mendemonstrasikan keburukan kekejian dan berdusta atas nama Allah.
Persekutuan setan (musuh-musuh kenabian baik setan dari namusia maupun dari jin) tidak akan pernah menemukuan komunitas manusia yang lebih taat kepada mereka dan lebih kuat dalam membenarkan kepalsuan-kepalsuan berhias mereka lebih dari kaum Muslimin. Mereka di sisi setan bagaikan hadiah/bingkisan unik, oleh karena itu janganlah kalian menyangka bahwa karena keagungan iman kalian setan telah berputus asa dari memanfaatkan kalian… Tidak! … Tidak! Boleh jadi setan berputus asa dari memanfaatkan selain kalian. Adapun terhadap kalian wahai kaum Muslimin maka kalian tidak pernah berhenti barang sehari pun dari menjalankan agenda-agenda setan.
Tentu yang saya maksud di sini adalah mereka yang berdusta atas nama Allah dan menjadikan Allah sebagai Tuhan yang memerintah keburukan, kekejian dan dusta, berbangga-bangga dan fanatik, penipuan dan mengklaim suci diri serta menzalimi orang lain dalam hak-hak mereka dll….
Perkara-perkara di atas telah terealisasi pada kaum Muslimin lebih dari pada umat-umat selain mereka. Dan jika kamu tidak percaya maka mari silahkan tunjukkan kepada saya apakah ada seorang penganut agama Budha, atau ateis, Kristen, atau Hindu yang melakukan apa yang dilakukan kaum Ekstrimis kita (Salafy)?
Mari kita lanjutkan pembacaan kita terhadap ayat-ayat yang telah lewat disebutkan yang berbicara tentang persekutuan setan:
وَ لَوْ شاءَ رَبُّكَ ما فَعَلُوهُ فَذَرْهُمْ وَ ما يَفْتَرُونَ
“Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan.” (QS. Al An’âm; 112)
Pertanyaan: Mengapakah, jikalau Allah berkehendak niscaya pasti Allah mencegah setan-setan manusia dan setan-setan jin itu dari menebar “ucapan-ucapan berhias” yang dengannya mereka menipu manusia?
Mengapakah Allah tidak mencegah mereka dari mencoreng citra agama-Nya dan dari menyesatkan umat manusia?
Mengapakah Allah memerintah nabi-Nya saw. untuk meninggalkan mereka dan apa yang mereka ada-adakan atas nama Tuhan?
Mengapakah Allah tidak memerintah nabi-Nya mencegah mereka dan meminta mereka bertobat atau bahkan membunuh mereka, khususnya setan-setan manusia, sementara mereka itu ada di sekitar beliau?
Ini beberapa pertanyaan dungu yang senantiasa diutarakan manusia, mereka bertanya pertanyaan-pertanyaan seperti itu, dan akan muncul pertanyaan-pertanyaan serupa, karena pertanyaan-pertanyaan seperti itu melalaikan manusia dari “tujuan” Allah menciptakan manusia, yaitu COBAAN… UJIAN. Dan penyebutan tujuan penciptaan ini telah berulang kali disebutkan dalam banyak ayat Al Qur’an:
وَ لَوْ شاءَ اللَّهُ لَجَعَلَكُمْ أُمَّةً واحِدَةً وَ لكِنْ لِيَبْلُوَكُمْ في ما آتاكُمْ
“Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu.” (QS. Al Maidah; 48)
الَّذي خَلَقَ الْمَوْتَ وَ الْحَياةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلاً وَ هُوَ الْعَزيزُ الْغَفُورُ
“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (QS. Al Mulk; 2)
Jadi Allah menciptakan manusia dengan beberapa tujuan, yang terpenting darinya adalah untuk menguji manusia. Dan jika Allah memusnahkan setan jin dan memerintah nabi-Nya menghabisi setan manusia maka itu artinya akan membatalkan tujuan-tujuan tersebut (ujian/penyaringan/ cobaan/pengetesan/dll)
Dan jika kamu bertanya: Mengapakah Allah msnguji kit? MK pertanyaan ini tidak ada jaaabannya kecuali pada Allah sendiri. Mengapa demikian? Karena Allah tidak membolehkanmu menanyai-Nya dalam segala hal… Allah menganugerahkan kepadamu ayat-ayat (tanda-tanda kemaha benaran dan kemaha agungan-Nya) yang tersebar dalam jiwa maupun di alam semesta yang cukup dengannya kamu dapat beriman dengan penuh ketentraman. Dan sebagian fenomena yang tidak kamu ketahui fan pahami ditunda penjelasannya hingga hari kimata nanti. Kamu tidak harus mengetahui segala hal sebagai syarat kamu beriman. Allah tidak menyerupai-Nya sesuatu apapun. Allah tidak menyerupai raja atau presiden atau pejabat yang manusia bisa mewajibkan atasnya untuk menjawab setiap pertanyaannya. Allah memberimu ayat-ayat yang dengannya cukup untuk beriman. Oleh karena itu janganlah kamu congkak dan angkuh dari beriman. Allah menginginkan agar kamu beriman kendati masih banyak pertanyaan besar seperti itu. Keimananmu -kendati masih ada beberapa pertanyaan seperti itu- adalah bukti kerendahan hatimu.
Dan tuntutanmu agar semua pertanyaanmu harus dijawab sebagai syarat imanmu adalah bukti kecongkakanmu. Karena itu janganlah kamu menetapkan syarat apapun atas Allah, sebab ayat-ayat (tanda-tanda) telah terang dan bukti-bukti telah tegas berbicara; mulai dirimu sendiri, alam semesta dan galaksi terbesar hingga atom terkecil, tidakkah itu semua sudah cukup? Jika masih belum cukup juga maka sesungguhnya engkau adalah orang yang congkak. Dan Allah tidak menyukai orang yang congkak. Allah tidak mencintai hamba-Nya yang tidak menyukai hidayah-Nya, sebab Kemaha sombongan hanya milik Allah dan karena satu kali maksiat saja Allah mengusir (dan mengutuk) iblis, maksiat itu adalah sikap sombong. Sementara Allah tidak mengutuk Adam karena maksiat yang ia kalukan padahal ia sudah diperingatkan atasnya. Sedangkan iblis, Allah mengutuknya tanpa ada peringatan sebelumnya. Mengapa demikian? Karena maksiat Adam dilakukan tanpa sara sombong/congkak, sedangkan iblis bersikap sombong dan angkuh. Pahami ini!…
Memahami kedetilan-kedetilan masalah seperti ini adalah termasuk dari Makrifatullah (mengenal Allah) itu sendiri. Sementara mereka mengenal Allah secara keliru. Mereka mengira bahwa Allah seperti penguasa atau Sultan yang ingin semua orang mendapat hidayat. Tidak! Alah menginginkan memnguji semua manusia karena mereka tidak mengerti tujuan-tujuan Allah menciptakan manusia dan mereka tidak mengetahui bahwa bumi ini bak sebuah atom kecil di alam semesta ini yang luas dan taat kepada Allah. Sedangkan mereka menginginkan terealisasinya kehendak Allah yang mereka sendiri bodoh tentangnya!
Jadi Allah telah memrintah Nabi-Nya agar membiarkan persekutuan setan untuk mengada-ada dusta dan kelapsuan atas nama Alah. Mengapa demikian? Agar dusta dan kepalsuan yang mereka ada-adakan itu ditelan oleh orang-orang yang tidak beriman kepada hari akhir. Perhatikan hikmah itu seperti difirmankan Allah dalam kitab suci-Nya:
وَ لِتَصْغى إِلَيْهِ أَفْئِدَةُ الَّذينَ لا يُؤْمِنُونَ بِالْآخِرَةِ وَ لِيَرْضَوْهُ وَ لِيَقْتَرِفُوا ما هُمْ مُقْتَرِفُونَ
“Dan (juga) agar hati kecil orang- orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat cenderung kepada bisikan itu, mereka merasa senang kepadanya dan supaya mereka mengerjakan apa yang mereka (setan) kerjakan.” (QS. Al Anâm;113)
Dan kamu kira bahwa “orang-orang yang tidak beriman kepada hari akhir” adalah hanya otang-orang yang mengingkari hari akhir saja. Tetapi masuk di dalamnya orang-orang yang meramal seakan di sana tidak akan ada hisab, sikaa dan mereka sama sekali tidak mempedulikan Allah dalam apapun yang mereka lakukan.
Allah tidak mencari ucapan-ucapan dan keimanan-keimanan ancih tanpa konsekuensi. Di sisi Allah keimanan itu berhubungan erat dengan ptaktik. Karena itu banyak manusia menyangka bahwa jika ia telah beriman kepada hari akhir secara teoritis maka ia telah beriman. Setan telah merusak makna keimanan kepada Allah dan kepada hari akhir dan ia meyakinkan para kekasihnya bahwa keimanan itu hanya sekedar mwngakui saja!
Dan ini adalah penyimpangan yang parah, saya tidak mengerti kapan kami mampu menghilangkannyandari akal-akal mereka.
Tetapi, saya mungkin akan sering mengingatkan kalian tentang firman Allah:
“…dikarenakan apa yang telah kalian perbuat.”
“… dikarenakan apa yang telah mereka perbuat.”
“… dikarenakan apa yang mereka perbuat.”
Jadi iman teoritis tidak dihitung sebagai keimanan kecuali dengan disertai amal. Pahami ini!
Maka orang-orang “yang tidak beriman kepada hari akhir” di sini, dalam ayat ini maknanya tidak hanya mereka yang mengingkari hari akhir, akan tetapi tercakup di dalamnya orang-orang yang mencaci maki, bersumpah sengan nama Allah seakan di sana tidak ada hari kiamat. Mereka itu banyak sekali, khususnya di kalangan Salafi. Mereka menuduh serampangan, berdusta tanpa takut, bersumpah palsu dan memastikan sesuatu yang batil…. Seakan di sana tidak akan ada pertanggung jawaban, siksa dan tidak ada hari akhir.
Jadi mereka itulah kelompok yang paling nyata dari “orang-orang yang tidak beriman kepada hari akhir”. Dan atas dasar itu hati-hati mereka selalu mendengar dengan penuh perhatian kepada setiap kepalsuan berhias yang dilontarkan oleh persekutuan setan. Mereka merestui kepalsuan berhias dan mendukungnya dengan kepalsuan-kepalsuan baru.
Allah memaukan dari mereka yang menyikapi adanya hari akhir sebagai sekedar asumsi untuk menelan mentah-mentah kepalsuan berhias produk setan itu, meridhainya dan menambah-nambah kepalsuan. Oleh karena itu kamu menyaksikan mereka itu gemar menisbatkan kepada kekejian-kekejian dan keburukan-keburukan, suka berbohong atas nama Allah tentang apa-apa yang diperbuat oleh Salaf idola mereka dan bahkan menamha-nambah lagi dari apa yang mereka peebuat dan meridhai kejahatan mereka.
Anggap saja ini sebagai bentuk penyesatan Allah atas mereka. Dan perlu diketahui bahwa penyesatan Allah tidak datang sekonyong-konyong (tanpa sebab), tetapi ia datang sebagai hukuman Allah atas sebuah (atau beberapa dosa) yang kamu lakukan. Dan termasuk Kemaha adilan Allah bahwa Allah tidak akan memberikan hidayah-Nya kepada PENSDUTA YANG SANGAT INGKAR KEPADA KEBENARAN; MENGINGKARI AYAT-AYAT ALLAH DAN MELAWANNYA DENGAN DUSTA DAN KEPALSUAN. Dan ini adalah pemahaman lain lagi dari makna “Hidayat dan Penyesatan Allah”. Allah tidak memberi hidayat kepada asal-asalan orang, demikian juga Allah tidak menyesatkan asal-asalan orang dengan cara iseng. Tetapi Allah memberi hidayah kepada orang yang layak mendapatkannya dan menyesatkan orang yang layak ditelantarkan tanpa bimbingan hidayah-Nya (disesatkan). Dan kedua jalan itu (jalan hidayah dan jalan kesesatan) telah Allah jelaskan sejelas-jelasnya.
Kamulah yang membuat hidayahmu sendiri dan juga membuat kesesatanmu sendiri. Hidayahmu lebih dulu lalu Allah menambahnya. Demikian pula kesesatanmu lebih dulu lalu Allah menambah kesesatanmu. Maka sadar dan waspadalah!anfaatkan anugerah-anugerah Allah atas agar kamu mendapat hidayah, dan jangan menjadikan siapapun dan apapun selain Allah ssbagai pelindung dan pengayom karena mereka alan mengarahkanmu ke arah yang mereka maukan. Jangan kamu ssrahkan kepada mereka akal dan jati nuranimu serta indramu. Dengan menyerahkan itu semua kepada mereka kamu menjadi tidak layak mendapat hidayah. Dengan itu kamu telah menyia-nyiakan nikmat-nikmat Allah atasmu. Pahami ini!… Jangan turuti mereka dalam membunuh orang tak berdosa walaupun ia non Muslim -bukan urusanmu hidayah mereka itu-. Jangan ta’ati mereka dalam rayuan untuk memakan daging manusia (setelah kamu bunuh ia), menyembelih wanita tak berdosa. Jangan ta’ati mereka dalam provokasinya agar kamu mengkhianati negerimu, mengkafirkan sesama Muslim, dalam berusta dll. …
Jika kamu jadikan mereka sebagai pelindung selain Allah maka “bergembiralah” dengan penuyesatan Allah atasmu!
Bergembiralah bahwa hatimu alan condong dan pasti bersemangat mendengar “kepalsuan berhias” persekutuan setan!
Bergembiralah bahwa kamu pasti akan menyukai dusta mereka, merekannya dan bahkan menambah dusta itu dengan dusta-dusta baru.
Mari kita ikiui ulasan nash Al Qur’an di bawah ini:
أَ فَغَيْرَ اللَّهِ أَبْتَغي حَكَماً وَ هُوَ الَّذي أَنْزَلَ إِلَيْكُمُ الْكِتابَ مُفَصَّلاً وَ الَّذينَ آتَيْناهُمُ الْكِتابَ يَعْلَمُونَ أَنَّهُ مُنَزَّلٌ مِنْ رَبِّكَ بِالْحَقِّ فَلا تَكُونَنَّ مِنَ الْمُمْتَرينَ
“Maka patutkan aku mencari hakim selain daripada Allah, padahal Dialah yang telah menurunkan Al Kitab (Al Qur’an) kepada kalian dengan terperinci?” (QS. Al Anâm;114)
Ya benar, mereka telah mencari hakim selain Allah. Mereka tidak menghiraukan dan tidak mengandalkan Kitab-Mua ya Allah wahai Tuhan. Kitab suci-Mu di sisi mereka hanya sekedar sumber sekunder dan sepele sskali. Mereka telah menyerahkan penafisiran Kitab Suci-Mu kepada persekutuan setan manusia dan jin karena mereka mengklaim bahwa Al Kitab “gharu mufashshal/tidak diturunkan dengan terperinci” seperti uang Engkau firmankan. Wahai Tuhan mereka tidak mempercayai-Mu… Mereka tidak mempercayai bahwa Kitab Suci-Mu itu sudah terperinci dan sesungguhnya Engkau tidak meminta dari mereka untuk membunuh kecuali si pelaku kejahatan. Hanya si pelaku kejahatan lah -seperti pembunuh dan yang memerangi dll-yang Engkau perintahkan agar mereka bunuh.
Wahai Tuhan, mereka tidak mempercayai-Mu, setan-setan mereka telah menambah-nambah hukum-hulum lain dan memerinci hukuman-hukuman yang tidaknpernah Engkau turunkan dalam Kitab Suci-Mu. Mereka memfatwakan membunuh kaum wanita dan anak-anak kecil tak berdosa.
Wahai Tuhan, mereka tidak mempercayai-Mu karena itu mereka berhak terjatuh dalam kesesatan. Mereka memandang bahwa setan-setan mereka lebih pandai dan lebih mengerti syari’at-Mu daripada Engkau sendiri… Lebih mengerti maksud Kitab Suci-Mu dan lebih mengerti Sunnah Nabi-Mu lebih daripada Engkau… Lebih mengerti kemaslahatan daripada Engkau… Mereka menertawakan semua yang berkata: “Bertaqwalah kepada Allah!!!” itu mereka anggap sebagai gurauan.!
Mereka tidak berani berterus terang mengatakan semua itu, tetapi mereka meyakininya dalam jiwa mereka walaupun diselimuti keraguan. Buktinya: Kitab Suci-Mu dianggap belum cukup dan tidak dipandang ssbagai yang memerinci seperti yang Engkau sifati dalam firman-Mu, dan tidak meyakini Kitab Suci-Mu kokoh dan muhkam seperti Engkau tegaskan dalam firman-Mu. Wahai Tuhan, mereka tidak percaya kepada-Mu dan kepada kejujuran Kitab Suci-Mu.
Karena Engkau tidak memuaskan kemauan-kemauan brutal mereka untuk melampiaskan dendam dalam menumpahkan darah-darah (orang tak berdosa), dalam melakulan tindak lejahatan dan kekejian, maka mereka mengiggalkan-Mu dan mereka menghadap kepada pihak (orang) yang dapat memuaskan kemauan jahat dan kejam mereka… Wahai Tuhanku Englau adalah Fzat Yang Maha Adil secara absolut, maha hanya untuk-Mu segala pujian, kami bersaksi bahwa Engkau telah mengokohkan Kitab Suci-Mu dan memerinci ayat-ayat-Mu (di dalanya), tetapi Engkau sendiri yang mengabarkan bahwa ayat-ayat Kitab Suci-Mu adalah obat kesembuhan bagi kaum Mukminin saja … Ya Allah maka jadikan kami dari golongan mereka.
Wahai Tuhan, kami bersaksi bahwa Kitab Suci ini dari sisi-Mu dan ia sisi kemukjizatannya yang paling nyata adalah bahwa ia adalah “obat sebembuhan bagi kaum Mukminin” dan “tidak menambah kaum zalim kecauli kerugian belaka”.
Ini adalah sisi kemukjizatan yang telah tampak dan disaksikan. Hati-hati mereka telah dibalut cinta buta kepada persengketaan. Setan manusia dan setan jin telah menghalangi mereka dari mengetahui perkara-perkara seperti apa adanya, sehingga di hati dan pikiran mereka yang makruf (dikenak sisi kebaikannya) adalah apa yang mereka kenal saja dan yang munkar adalah apa yang mereka anggap munkar.
Maka menyelamatkan diri dari belenggu kekuasaan setan menjadi sangat sulit bagi orang yang tenggelam dalam kubangan setan. Tetapi tentu harapan masih tetap ada bagi mereka yang baru masuk di tepian kubangan setan. Maka selamatkanlah dirimu dan berintropeksi dirilah kamu!
Sulitnya meraih hidayah sesuai (bergantung pada) banyaknya kejahatan (yang dilakukan) dan biasanya orang yang kejahatannya sudah sampai kepada orang lain sulit mendapat hidayah. Dan orang lain yang meneladaninya dan berbuat kejahatan yang sama maka termasuk keadilan bahwa Allah tidak memberinya hidayah. Hidayah Allah hanya akan menghampiri orang yang kejatahannya hanya terpendam dalam hatinya saja, tetapi tidak dia lakukan dan tidak juga memerintahkan melakulannya.
Orang ini masih terbuka kesempatan untuk mengatrol dirinya dan mendapat hidayah. Adapun orang yang melakukan langsung kejahatan maka sangat sulit sekali baginya mendapat hidayah.
______________________
[1]Syeikh Hasan bin Farhan al Maliki sedang mengkritisi pemahaman akidah yang berdampak mencoreng gambaran-gambaran indah tentang Kemaha Adilan, Kemaha Bijakan dan Kemaha Lembutan Allah… Allah yang menyandang Asmâul Husna itu kini dalam akidah yang didoktrinkan sebagian ulama yang dijadikan panutan Kaum Salafy digambarkan dengan gambaran yang benar-benar bertolak belakang dengan Asmâul Husna itu sendiri.
Pola pikir yang membentuk akidah tercoreng dan mencoreng kemurnian akidah Islam sangat berpengaruh buruk kepada pikiran dan prilaku peyakinnya. Dan bahan dasar akidah tercoreng dan mencoreng kemurnian akidah Islam itu adalah riwayat-riwayat yang diwarisi dari mesin cetak riwayat yang dikelolah para penguasa bani Umayyah dan bani Abbas dengan bantuan para peramu hadis yang kemudian disebar melalui para muhaddis yang belanja secara grosir di Koperasi Hadis Penguasa dan kemudian dijual eceran kepada para santri yang di kemudian hari mereka itu menjadi para tokoh ulama dan Ahli Hadis…
Inilah kenyataannya… Karena itu perlu dilakukan kajian ulang yang sangat serius terhadap warisan intelektual dan doktrin akidah yang selama itu telah dianggap sakral dan kudus serta final dan lâ ta’tîhil bâthilu min baini yadaihi wa min khalfihi.
Hadis Qudsi yang disinggung Syekh Hasan di atas satu di antara yang perlu dikaji ulang demi kemurnian dan kelurusan akidah Islam kita. (abusalafy)
Filed under: Akidah, Ghulat Salafy, Hasan Farhan Al Maliky |
Tinggalkan Balasan