Kajian Ilmu Hadis (Edisi Khusus): Peringatan Pembesar Ahli Hadis Akan Fitnah Hadis!

Peringatan Pembesar Ahli Hadis Akan Fitnah Hadis!!

SUMBER: http://almaliky.org/news.php?action=view&id=435

.

oleh Syaikh Hasan bin Farhan Al Maliky [*]

.

Dan tentu kami tidak mengeneralisir mereka… Di antara Ahli Hadis juga ada yang jujur terpercaya, rajin ibadah dengan baik dan bertaqwa kepada Allah…..

Dan kami pun tidak mengingkari hadis dan Sunnah, tetapi kami mengajak agar memposisikan hadis pada posisinya yang wajar yaitu setelah Al Qur’an. Kita harus mengawali dengan Al Qur’an… kita perhatikan hadis yang sesuai dengan apa yang terkandung di dalamnya (al Qur’an).

.

hasan_FarhanSebagaimana sebagian Ahli Kalam (Teoloqi Islam) kembali menarik diri dari tenggelam dalam Ilmu Kalam, para pembesar dan senior Ahli Hadis juga melakukan hal yang sama, mereka telah membongkar bahaya yang ditimbulkan oleh hadis!

Di sini, dalam kesempatan ini saya akan sajikan stitmen-stitmen para senior dan pembesar Ahli Hadis, maha guru para penulis kitab-kitab hadis standar (Shihah) sebagai bukti pendukung, yaitu para pemerakarsa dan pilar periwayatan, al Jarhu wa at Ta’dil (pijakan untuk menentukan status para perawi apakah mereka jujur terpercaya atau sebaliknya (cacat) _red)

Apa saja ucapan dan stitmen para pembesar Ahli Hadis dalam memperingatkan akan bahaya yang dapat ditimbulkan dari hadis itu sendiri?

Ikuti paparan di bawah ini: 

 

1).  Sufyan ats Tsawri (Beliau pembesar ulama Ahli Hadis dan rekan Syu’bah, wafat tahun 161 H, yaitu tahun yang sama dengan wafatnya Ahmad bin Hanbal).

Ia berkata -sebagaimana disebutkan Ibnu Abdil Barr dalam kitab Jami’ Al Akhbar, 3/257, dengan sanadnya yang bersambaung kepada Sufyan ats Tsawri-:

لو كان في هذا الحديث خير لنقص كما ينقص الخير ولكنه شر فأراه يزيد كما يزيد الشر

“Apabila pada hadis ini ada kebaikan niscaya ia selalu berkurang sebagaimana kebaikan selalu berkurang, tetapi ia jahat/jelek karenanya saya menyaksikannya bertambah banyak seperti kejahatan/kejelekan yang terus bertambah banyak.”!

Sufyan benar dalam ucapannya itu!

Kini hadis telah menjadi kesibukan yang menyita manusia sampai-sampai kaum awam pun ikut-ikutan berkata: “Dalam hadis ini atau itu dikatakan begini dan begitu.” Kamu tidak mendapati orang yang bertanya tentang sebuah ayat. Kegemaran berlebihan kepada hadis mempunyai faktor setani (akhirnya lupa dan kurang peduli terhadap Qur’annya _red)

Ibnu Abdil Barr juga meriwayatkan dengan sanad lain dari Hammad bin Zaid ia berkata:

“Sufyan berkata kepadaku: “Hai Abu Ismail, andai hadis ini adalah kebaikan pastilah ia berkurang seperti kebaikan ia selalu berkurang.”

Ingat ini!

2) Abu Khalid al Ahmar -seorang perawi  kitab Hadis Shahih yang enam (kutub As Sittah), wafat tahun 188H- berkata mensifati bahaya hadis dengan keterangan yang mengerikan seperti diriwayatkan oleh Ibnu Abdil Barr dalam kitab yang sama.

Ia berkata:

يأتي على الناس زمان تعطل فيه المصاحف،لا يُقرأ فيها،يطلبون الحديث والرأي، ثم قال: إياكم وذلك ؛ فإنه يصفق الوجه ويكثر الكلام ويشغل القلب

“Akan datang suatu masa kepada manusia di mana Al Qur’an akan dinganggurkan/diabaikan, tidak dibaca, mereka hanya sibuk memburu hadis dan pendapat…”

Kemudian ia melanjutkan:

Hati-hatilah kalian dengan sikap yang demikian, karena ia akan membuat jelek wajah dan mebuat banyak bicara serta menyibukkan hati (akhirnya melupakan Allah_red).”

.

Dan mereka yang sibuk dengan hadis tampak pada mereka apa yang dikatakan Abu Khalid... Mereka melampaui batas kewajaran dalam kepercayaan mereka kepada sesuatu yang belum pasti, berdebat dengan modal kajahilan dan menghadap dengan kekosongan hati serta menyingkir dengan kedengkian membuta disamping sedikitnya akal dan buruknya akhlak serta perasaan agung dan hebat… Kami berlindung kepada Allah dari kejahilan.

Dan di antara Ahli Hadis ada sebagian kecil orang yang mengedepankan Al Qur’an atas hadis dan mengetahui bahwa kebanyakan hadis itu bermasalah dan mendudukkannya pada posisinya yang sesuai, karena itu kamu mendapati mereka berakhlak mulia, mantap sikapnya, menyandang keutamaan dan berilmu.

Tetapi kaum jahil selalu tertipu dengan berbangga-bangga diri dengan hadis dan berputar-putar di sekitarnya dengan disertai mengabaikan perenungan terhadap Al Qur’an..

Seakan Al Qur’an itu bukan cahaya, dan kualitasnya di bawah si fulan anu dan si fulan anu itulah cahaya absolut!

3) Dan perhatikan bagaimana Dhahhak bin Muzahim (wafat setelah tahun 100 H). Beliau salah seorang perawi kitab-kitab Sunan.

Beliau berkata -seperti disebutkan Ibnu Abdil Barr dalam kitab Jami’ Bayan Al Ilmi, 3/271:

يأتي على الناس زمان يُعلّقون المصحف حتى يعشش فيه العنكبوت، لا ينتفع بما فيه ، وتكون أعمال الناس بالروايات والحديث

“Akan datang suatu masa di mana mereka menggantungkan mushaf-mushaf mereka dipenuhi sarang laba-laba, tidak diambil manfaatnya dan amal-amal manusia hanya berdasarkan riwayat-riwayat dan hadis. “

Dan benar apa yang beliau katakan. Semoga Allah merahmatinya.

Dan Sufyan ats Tsawri juga berkata:

ليس طلب الحديث من عدد الموت، ولكنه علة يتشاغل به الرجل

“Bukanlah menuntut hadis termasuk dari bekal kematian tetapi ia adalah PENYAKIT dan seorang tersibukkan olehnya. ” (Jami’Bayan al Ilmi, 3/273 dengan sanadnya yang bersambung kepada Sufyan)

Dan Sufyan berharap dirinya bisa selamat darinya ketika ia berkata:

أنا فيه، يعني الحديث، منذ ستين سنة، وددت أني خرجت منه كفافا لا لي ولا علي

“Aku berada di dalamnya (yakni berkecimpung dalam hadis) sejak enam puluh tahun silam dan aku ingin sekali keluar darinya dengan kondisi nol, tidak menguntungkan saya dan tidak pula memberatkan/merugikan saya.”

Ucapan Sufyan ini seperti direkam dalam kitab Jami’ Bayan Al Ilmi: 3/274 jauh lebih jelas dan tegas dari ucapan-ucapan yang dinisbatkan kepada Ar Razi dan Asy Syahrastani tentang kecaman atas Ilmu Kalam. Lalu mengapakah mereka (Ahli Hadis) menyembunyikan sikap Ahli Hadis yang rujuk/meninggalkan/mengecam Hadis? Yaitu bagaimana mereka mengajarkan kepada kita bahwa Ahli Kalam (para Teoloq) telah meninggalkan dan mengecam Ilmu Kalam di masa-masa akhir hidup mereka, sementara mereka menyembunyikan dan tidak mengajarkan kepada kita bahwa para pembesar Ahli Hadis juga telah meninggalkan dan mengecam Hadis? Khususnya data-data stitmen mereka yang direkam dengan sanad-sanad yang berbilang dan mereka sendiri yang meriwayatkan (bukan lawan mereka)!!

Di sana ada stitmen dengan redaksi lain dari Sufyan ats Tsawri, ia berkata: “Duhai andai aku meninggalkannya kosong vs kosong, aku tidak menang dan juga tidak kalah.”

Ucapan ini menunjukkan bagaimana kejelekan dalam hadis itu lebih dominan. Stitmen itu Sufyan ucapkan setelah beliau mencapai puncak dalam Ilmu Hadis, seperti apa yang ia katakan sendiri: “Aku tidak menginginkan mencapai puncak sesuai lalu aku ingin kembali ke belakang seperti yang sudah aku raih dari ilmu hadis.”

(Baca dalam kitab di atas dan dalam tema yang sama yaitu tentang Ilmu Hadis).

.

4) Yahya bin Said al Qaththan -Guru Besar Ahmad bin Hanbal dan Ibnu Main-.

Beliau mengakui bahwa meriwayatkan bait-bait syair itu lebih afdhal dari pada meriwayatkan hadis, karena Ahli Hadis meriwayat sesuatu yang dusta dan tidak mampu membedakannya (dari yang asli).

Dalam kitab Jami’ Bayan al Ilmi, 3/274 dengan sanad bersambung kepada Yahya bin Said al Qaththan ia berkata:

رواة الشعر أعقل من رواة الحديث ، لأن رواة الحديث يروون مصنوعا كثيرا، ورواة الشعر ساعة ينشدون المصنوع يتفقدونه ويقولون : هذا مصنوع

“Para perawi syair lebih berakal dari pada para parawi hadis, karena para parawi hadis meriwayatkan banyak hadis buatan (palsu). Sedangkan para parawi syair ketika syair palsu dibacakan langsung mereka bisa membedakan bahwa itu palsu, mereka berkata: “Ini palsu/buatan.”

Ucapan ini benar, mereka hanya bisa berbangga-bangga dengan hadis dan godaannya memalingkan dan melalaikan mereka dari Al Qur’an Al Karim.

.

5) Amr bin al Harits berkata:

ما رأيت علما أشرف ولا أهلا أسخف من أهل الحديث

“Aku tidak melihat ilmu yang paling mulia dari Ilmu Hadis, tetapi aku tidak melihat pengemban yang bodoh seperti Ahli Hadis.” (Baca Jami’ Bayan Al Ilmi, 3/285)

Amr bin Al Harits adalah tokoh parawi andalan penulis  kitab hadis Shahih yang enam (Kutub As Sittah).

.

6). Mis’ar bin Kadam. Beliau adalah senior Ahli Hadis seperti ats Tsawri dan Syu’bah. Ia berkata:

ووددت أن هذا العلم كان حمل قوارير حملته على رأسي فوقع فتكسر فاسترحت من طلابه

“Aku ingin sekali ilmu ini sebesar muatan bejana kecil yang aku pikul di atas kepalaku lalu ia tumpah dan bejananya pecah lalu aku beristirahat (tidak terganggu lagi) oleh para penuntutnya.”

.

7). Sufyan bin ‘Uyainah -Guru Besar Imam Ahmad dan para ulama setinggat dengannya-

ketika beliau menyaksikan para penuntut Ilmu Hadis yang ada di sisinya, ia berkata:

أنتم سخنة عيني لو أدركنا وإياكم عمر بن الخطاب لأوجعنا ضربا

“Kalian pemanas kedua mataku. Andai Umar bin Khaththab hidup satu masa dan satu tempat pasti ia akan melayangkan pukulannya yang menyakitkan.”

.

8). Mughirah bin Muqassim adh Dhabbi -seorang  perawi kepercayaan ulama penulis kitab Shahih yang enam (kutub As Sittah)- juga mengecam Ahli Hadis. Ia berkata:

والله لأنا أشد خوفا منهم مني من الفساق

Demi Allah saya lebih takut kepada mereka (ahli hadis) daripada takut kepada orang-orang fasik.”

.

9).  Begitu juga dengan Amiril Mukminin-nya Ahli Hadis yaitu Syu’bah bin Hajjaj. Beliau mengutarakan sikap menarik dirinya dari dunia hadis sebagaimana juga rekannya yaitu Sufyan ats Tsawri setelah menyaksikan kerusakan dan kefasadan Ahli Hadis. Ia berkata:

كنت إذا رأيت أحدا من أهل الحديث يجيء أفرح، فصرت اليوم ليس شيء أبغض إلى من أن أرى واحدا منهم

“Dahulu jika aku melihat seorang Ahli Hadis datang aku bergembira tetapi sekarang tiada sesuatu yang lebih aku benci dari memandang seorang Ahli Hadis.”

(Baca stitmen keras beliau di atas dalam kitab Jami’ Bayan al Ilmi,3/285 dengan sanad yang bersambung kepadanya)

.

Perasaan yang disampaikan Syu’bah ini juga aku rasakan dalam diriku walaupun bersifat relatif. Dahulu aku rajin menghadiri kuliah pelajaran hadis dan berbahagia dengan mereka. Kemudian sekarang aku tidak menyukai mereka karena mereka tertipu oleh hadis dan meninggalkan Kitabullah dan mencampakkan akal sehat.

Dan perasaan itu akan mengenamu setelah kamu mengenali bahwa kebanyakan hadis yang beredar melalui lisan-lisan Ahli Hadis adalah produksi setan dan para kekasihnya untuk menggeser dan mengucilkan peran Al Qur’an serta mengkufurinya.

Para Ghulat/Ekstrimis Ahli Hadis pasti mengkafiri sebagian Al Qur’an, mengkritik dan mengkerdilkan Al Qur’an. Mereka membingkai Al Qur’an dengan bingkai mereka, dan menundukkannya agar dipaksa sesuai dengan riwayat mereka. Celakalah mereka!

Kami sengaja  tidak menyebutkan sanad masing-masing riwayat stitmen para pembesar dan senior Ahli Hadis demi ringkasnya artikel.

Ambil saja stitmen Syu’bah yang tegas lagi menankjubkan di bawah ini lengkap dengan sanadnya. Dalam kitab Jami’ Bayan al Ilmi, 3/286:

 أخبرنا عبد الوارث بن سفيان قال: أنا قاسم بن أصبغ، ثنا أحمد بن زهير قال: حدثنا عبيد الله بن عمر قال: نا يحيى بن سعيد القطان قال: سمعت شعبة يقول: « إن هذا الحديث يصدكم عن ذكر الله وعن الصلاة، فهل أنتم منتهون

Abdul Warits bin Sufyan mengabarkan kepada kami, ia berkata, Qasim bin Ashbugh menyampaikan kepada kami, ia berkata, Ahmad bin Zuhair menyampaikan kepada kami, ia berkata, Ubaidullah bin Umar menyampaikan kepada kami, ia berkata, Yahya bin Said al Qaththan berkata: “Sesunggunhnya hadis itu menghalangi kalian dari Dzikrullah/mengingt Allah dan dari menegakkan shalat. Apakah kalian mau berhenti?!”

.

Sanad riwayat stitmen di atas puncak dalam keshahihan dan  Syu’bah -rahimahullah- seorang ulama yang jujur lagi terpercaya. Tetapi sayang bahwa mereka tidak mengindahkan peringatan Syu’bah… mereka tidak berhenti dan tetap saja mengunggulkan hadis di atas Al Qur’an… memasung Al Qur’an… menjungkir balikkan prinsip-prinsipnya, menanam apa yang bertentangan dengan apa yang ditanam Al Qur’an dari nilai-nilai luhur seperti rendah hati, takut dan selalu mengontrol diri dengan selalu menghadirkan Allah. Sementara hadis bertolak belakang dengan Al Qur’an.

.

10). A’masy     -Guru Besar para ulama hadis di zamannya dan beliau lebih senior dari Syu’bah dan juga lebih luas periwayatannya, beliau adalah salah seorang parawi kepercayaan para ulama-A’masy ini telah membongkar bahwa Ahli Hadis mendorong guru-guru mereka untuk berdusta atas nama agama.

.

قال حفص بن غياث سمعت الأعمش يقول لأصحاب الحديث: « لقد رددتموه حتى صار في حلقي أمر من العلقم ، ما عطفتم على أحد إلا حملتموه على الكذب

Hafsh bin Ghiyats berkata: “Aku mendengar A’masy berkata kepada Ahli Hadis: Kalian telah mengulang-ulanginya hingga ia menjadi lebih pahit dari alqam (buah yang sangat pahit). Kalian tidak menggandeng seseorang melainkan kalian paksa ia untuk berdusta.”

.

Khulashah, kesimpulan yang dapat ditarik di sini adalah:

Hadis dan Ahli Hadis telah dikecam oleh kaum berakal tidak terkecuali mereka sendiri dan pembesar mereka sendiri, karena mereka terlalu berbanyak-banyak dan bermain-main dengan hadis serta menggeser posisi Al Qur’an dan itu akhirnya menyibukkan mereka dari petunjuk/hidayah.

Jadi ada konsensus/kesepakatan/ijma’ akan terkecamnya Ahli Hadis lebih banyak dari terkecamnya para Teoloq Islam, kaum Mu’tazilah dan para filusuf, karena pembesar Ahli Hadis sendiri seperti ats Tsawri, Syu’bah dan A’masy dkk mengecamnya.

Semua itu akibat kejahatan Ahli Hadis dalam periwayatan hadis dan berbangga-bangganya mereka dengan riwayat dan kenyangnya mereka dengan hadis serta kecongkakan dan keangkuhan sikap mereka. Hal demikian tercermin dalam ucapan-ucapan mereka yang angkuh dan akal-akal mereka yang tertutup dan hati mereka yang sempit.

Dan tentu kami tidak mengeneralisir mereka… Di antara Ahli Hadis juga ada yang jujur terpercaya, rajin ibadah dengan baik dan bertaqwa kepada Allah..

Tetapi sangat disayangkan bahwa ciri umum yang dominan pada mereka adalah kekakuan dan buruknya akhlak serta menggeser posisi Al Qur’an.

Dan kami pun tidak mengingkari hadis dan Sunnah, tetapi kami mengajak agar memposisikan hadis pada posisinya yang wajar yaitu setelah Al Qur’an. Kita harus mengawali dengan Al Qur’an… kita perhatikan hadis yang sesuai dengan apa yang terkandung di dalamnya (al Qur’an).

Ini bertolak belakang dengan apa yang dilakukan mayoritas Ahli Hadis, mereka menjadikan hadis sebagai dasar utama kemudian berikutnya pemahaman mereka sendiri, baru setelahnya Al Qur’an sebagai pengekor kecil... kadang mereka mengingatnya dan terkadang melupakannya!

.

Dan tidaklah seorang mengerti kedegilan pola pikir Ahli Hadis terhadap Al Qur’an -yang terbentuk dari hadis-hadis itu sendiri- kecuali setelah ia berpola pikir dengan pola pikir Qur’ani… Tanpanya tidak mungkin bisa..

Andai ada waktu cukup niscaya saya akan paparkan kebanyakan hadis-hadis yang populer lalu kita cocokkan dengan Al Qur’an Al Karim dan kalian pasti akan menyaksikan kelemahan kebanyakan darinya. Dan kami sudah sajikan satu contoh yaitu hadis tentang rukun Islam , dan kami sebutlan perbedaan antara rukun-rukun Islam hadis dan rukun-rukun Islam Al Qur’an, dan bahwa hadis yang berbunyi: “Islam dibangun di atas lima perkara ..”  itu menyalahi nash hadis yang lebih terpercaya apalagi dengan Al Qur’an.

Tetapi Ahli Hadis punya kekuasaan kelantangan suara dan kamu tidak bisa membongkar syubhat mereka kecuali sebelumnya kamu mampu membongkar seratus syubhat mereka  karena bangunan mereka seluruhnya hanya terdiri dari syubhat-syubhat yang saling mendukung.

Karena itu solusi satu-satunya adalah kembali dengan penuh rendah hati, kejujuan serta keseriusan kepada sumber semua cahaya… sumber hidayah yang akan membimbing kepada jalan paling lurus (AlQur’an Al Karim) setelahnya bisa diketahui mana yang shahih/benar dan nama yang palsu.

.

___________

[*]. Syaikh Hasan bin Farhan  Al Maliky adalah ulama moderat Arab Saudi. Beliau seorang Ahli hadis, hukum Islam dan peneliti sejarah, serta seorang  peduli HAM, beliau anti sektarian, ekstrimisme dan kekerasan, lebih-lebih atas nama agama, Anda bisa berinteraksi dengan beliau lewat halaman facebook dan Twitter-nya. juga bisa mendowload buku-bukunya lewat situs resminya http://almaliky.org/index.php atau mendengar ceramah-ceramahnya lewat halaman youtube-nya)

7 Tanggapan

  1. Waduuh kacao deh kalau sudah begini….
    Belum pernah kebayang sajian seperti ini.. ..
    Terima kasih pak ustadz…

  2. Jelas fitnah murahan ocehan si hasan farhan yang telah tersesat jalan dakwah ini.
    Tidak memusui hadis kecuali sesaaaaaat!!

    • hahaha, ente baca kagak tuh dari A-Z artikelnya atau langsung komen tanpa baca tuntas…..

      saya pribadi gak 100% setuju juga ama tulisan Syekh Farhan yang kali ini, tapi yang dia maksudkan di sini adalah mengkritisi sikap beberapa golongan yang meletakkan hadits di atas Qur’an….. coba liat lagi baca paragraf terakhir terutama :

      “Dan kami pun tidak mengingkari hadis dan Sunnah, tetapi kami mengajak agar memposisikan hadis pada posisinya yang wajar yaitu setelah Al Qur’an. Kita harus mengawali dengan Al Qur’an… kita perhatikan hadis yang sesuai dengan apa yang terkandung di dalamnya (al Qur’an).”

  3. Jelas pitnah murahan komen si ben hamzah lombok yang telah tersesat jalan pikirannya ini.
    Tidak memusui kebaikan kecuali orang sesaaaaaat!!

  4. Maksudnya tentu bukan untuk menjauhi hadits, tapi harus proporsional. ketika kita menjadikan hadits sbg sumber ajaran, bukan lalu kita melupakan al-Quran. hadits yg sbg besarnya dlm tataran dhonni jgn sampai menyibukkan kita dari al-Quran yg jelas2 mutawattir. Bisa jadi pemahaman kita tentang agama ini porsi besarnya bukan dari al-Quran, tapi dari hadits. Misal al-Quran menghormati akal, tapi ada kalangan yg enggan mendayagunakan akal dianggapnya akal seprti tak berarti dlm menginterpretasi nash. Kita lebih suka menggadaikan otak kita kepada para syaikh untuk ditukar fatwa atau pendapat mereka.

    Syaikh Farhan hanya mengingatkan kita bahwa ada banyak harus dikritisi dlm pemahaman kita. Contoh : tentang definisi shahabat, tolok ukur yg ada dibenak kita adalah : melihat/bertemu dlm satu tempat dlm kondisi sbg muslim. Akibatnya kita kerepotan sendiri ketika ditemukan bukti ada orang yg disebut shahabat tetapi kelakuannya kejam dan semena2, atau ada yg bersikap sbg munafik. Sementara dlm benak kita shahabat adalah udul kulluhum. Padahal kita tak pernah menguji pemahaman kita tentang shahabat, dgn al-Quran. Yang terjadi kita jadi jingkrakan kayak habis makan sambal jingkrak seakan tak percaya dngan bukti yang disodorkan.

    Seperti berita baru2 ini tentang isu pembongkaran makam syarif, yg dikalrifikasi katanya beritanya hanya hoax sj. Mesiki demikian tetap dirasa tidak aman dari rencana tsb, karena dasar akidahnya memang begitu anti kubur d sekitar masjid, sholat di masjid yg ada kuburannya walau berada di halaman, itu sj dipandang tidak sah. Memangnya ada orang muslim yg main gila sholat mengahadap kubur apa?. Di surat al-Kahfi sj ayat 21, dicritakan perkataan pihak pngusasa yg akan membangun masjid di kubur Asahabul Kahfi, jelas mencritakan bukan mencela. Tapi biasanya langsung ke hadits laknat yahudi dan Nasrani yg menjadikan kubur anbiya’ sbg masjid, tanpa mempertimbangkan makna hadits atau mengkomparasikan dgn hadits lain. Akihirnya seakan ada anggapan bahwa antara al-Quran dan Hadits terjadi pertentangan. Dan biasa ..diambil yg haditsnya dgn mencampakkan al-Qurannya. Dengan demikian keluarlah fatwa klu masjid dibangun belakangan daripada kubur maka masjid dibongkar, kalu masjid duluan dibangun maka kuburnya yg dibongkar. Sehingga tak perlu heran dgn pnghancuran kubur dan masjid baru2 ini di Irak dan Suriah.

  5. biar kaga salah paham, kudu dilurusin dulu….

    hadis itu pada dasarnya ilm zann, atau tidak mutlak. walau perawi sejujur apapun bisa aja slip ingatan atau detil. lagian yg namanya hadis itu ga mungkin 100% verbatim, karena jarak antara perawi awal ke terakhir aja bisa ratusan tahun. kecuali haditsnya mutawatir. atau ada perekam di jaman nabi. jadi sebagian besar kata2 dlm hadits itu paraphrasing.

    maka itu di mazhab imam Malik dan Abu Hanifah, kalau hadits itu biarpun sahih tapi isinya berlawanan dgn Quran, nggak masuk akal, bertentangan dengan konsensus atau amal Madinah, hadits itu bisa ditolak. mazhab Syafi’i mengambil jalan tengah, hadits kayak gitu bisa diterima kalo sahih tapi kalo soal diamalkan lihat2 dulu konteksnya.

    tapi di kalangan ghulat hadis, seperti sekte salafi ahlal hadits, hadis sembarang asalkan sahih bisa diambil langsung. bahkan mereka percaya hadits ahad pun asal sahih, setara dgn Quran dan bisa me-naskh ayat Quran. nah ini baru nggak benar. sahih perawi kan nggak mesti sahih matan/isi.

    padahal murid imam malik saja, sufyan bin uyaina berkata, hadits itu bisa menyesatkan (utk orang awam yg gak paham konteks dan kefalamannya) kecuali bagi para fuqaha. dia juga berkata, andai tak ada imam malik saya sesat karena saya percaya hadits asal sahih bisa diterapkan.

    misalnya, ada tuh beberapa hadits di bukhari biar sahih tapi matannya dikritisi. misal hadits sahabat nabi merajam monyet karena berzina. ibnu hajar protes menolak hadits itu karena ga bener binatang kok dihukum syariat. contoh lain hadits menyusui orang dewasa, itu sahih lho di sahih muslim. tapi adakah imam fiqih menerapkan hadits ini, ya nggak ada, kecuali orang2an SaWah dari Arab sekarang2 ini. akhirnya sesat menyesatkan.

    dan sikap ghulat hadis gini yg dikritis syekh farhan. gak heran karena latar beliau Hanbali, mazhab ini lebih inklusif terhadap hadits. sementara hanafi dan maliki lebih ketat ke hadits supaya jgn sampe hadits disetarakan dgn Quran. plus salafi juga sering menamakan diri mazhab ahli hadis.

  6. lagian salafi juga yg ngakunya sekte ahli hadis, pengikut salafus saleh, ya bermuka dua juga. ada hadis2 sahih termasuk bukhari muslim menyatakan bolehnya tawasul, tabarruk, orang mati dlm kubur bisa mendengar, nabi sering ziarah kubur, orang dlm kubur bisa ngaji surat al mulk, nabi meramalkan kematian gembong2 Quraisy semalam sebelum perang badar,.,. dll. tapi adakah salafi mau menerima hadits2 ini. sholat tasbih sunnahnya salaf aja dibilang bid’ah. jadi propaganda mereka ngaku2 ahli hadits, ngikutin salaf, bullshit semua.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s