Tiga Ayat Yang Memporak-porandakan Syi’ah! (Bag. 1)

Tiga Ayat Yang Memporak-porandakan Syi’ah! (Bag. 1)

SUMBER: http://almaliky.org/news.php?action=view&id=844

oleh Syaikh Hasan bin Farhan Al Maliky (*)

hasan_FarhanPertama: Judul itu bukan saya yang menulisnya tetapi itu adalah cuplikan ucapan yang terkenal dari Syeikh Abdul Muhsin al Ahmad,” ada seorang pemuda bertanya kepadaku tentangnya.

Kedua: Syeikh Abdul Muhsin al Ahmad nyata sekali meyakini apa yang ia ucapkan padahal ia tidak sempurna makna-makna tiga teks (kata) dari Al Qur’an yaitu: ad Du’a’, an Nida‘ dan Duna.

Ketiga: Apabila kita menafsirkan tiga kata tersebut sesuai yang ditafsirkan Syeikh tersebut maka itu adalah tafsiran kerakyatan dan bukan tafsir yang sesuai dengan Al Qur’an maka ayat-ayat tersebut akan memporak-porandakan semua mazhab baik Ahlusunnah maupun Syiah dan akan mengarah kepada lahirnya mazhab baru yang menvonis kafir semua kaum Muslimin.

Keempat: Inilah cuplikan kalimat itu. Dan saya berharap diadakan dialog Sunni-Sunni tentangnya karena mayoritas Ahlusunnah seperti Lembaga Al Azhar bisa terkena vonis kafir berdasarkan pemahaman Syeikh Abdul Muhsin al Ahmad tersebut karena ketasawwufan mereka (-Ahlusunnah/Al Azhar maksudnya-, Salafy/wahhabi berbeda dengan umumnya ahlussunnah, khususnya dalam menyikapi maslah-masalah seperti ini _red).

Perhatikan stitmen Syekh Abdul Muhsin tersesebut di petikan  video youtube-nya disini: 

.

.
Kelima: Kelompok lain selain Al Azhar -termasuk Ahmad bin Hanbal dan bahkan Ibnu Taimiyyah- juga dapat dijatuhi vonis kafir dengan pemahaman itu. Karena Ahmad bin Hanbal membolehkan menyeru: “Aku berlindung kepada Tuan lembah ini.” Dan karena Ibnu Taimiyyah membolehlan menyeru: “Wahai Muhammad.”!!

Maka jika kamu mendapati seorang memberlakukan dan mengkafirkan semua orang dengan dasar ayat-ayat tersebut maka ia jujur terhadap dirinya walaupun ia sedang salah. Dan jika kamu mendapati seorang dengan dasar ayat-ayat tersebut hanya mengkafirkan Syiah dan tidak memberlakukannya terhadap kelompok Salafi (salafy klasik yang menyamai ahlussunah dalam hal ini _red), Sufi dan Al Azhar maka ia sebenarnya bersikap fanatik.

Sebelum membaca ayat-ayat dan menjelaskan celah-celah dalam pemahaman Syeikh al Ahmad kita harus menekankan bahwa tidak ada seorang Muslim di muka bumi ini yang menyembah kuburan, tidak dari kalangan Ahlsunnah tidak pula dari Syiah. Tuduhan seperti itu hanya kepalsuan belaka.

Barang siapa berminat memperluas kajian maka dipersilahkan merujuk dan membaca buku “Ihya’ al Maqbur Fi Adillati Jawazi Bina’al Masajid ‘ala al Qubur  karya al Muhaddis agung Ahmad bin ash Shiddiq al Ghummari -beliau paling alimnya ulama kontemporer dalam disiplin Ilmu Hadis-.

Dan janganlah Ahlusunah mengira bahwa kata: “Penyembah Kuburan” khusus untuk kaum Syiah saja. Tetapi ia adalah penggunaan Wahhabi atasnya sejak lama untuk dialamatkan kepada Ahlusunah dan Syiah sekaligus.

Bahkan kaum Hanbali sekalipun kamu temukan juga divonis kafir oleh Wahhabi. Redaksi andalan Wahhabi ini (Para penyembah kuburan/Menyembah kuburan) adalah dasar Takfiri yang dipertahankan dengan getol dalam kurikulum pendidikan di Kerajaan Arab Saudi.

Dan itu menjadi sebab penyimpangan para pemuda kita (pemuda Arab Saudi maksudnya _red) dari kaum Muslimin yang lain. Karena itu Syeikh Abdul Muhsin al Ahmad adalah sangat sektarian sesuai dengan hasil kurikulum pendidikan di Kerajaan Arab Saudi dan sesuai dengan akidah Wahhabi. Ia tidak mengetahui bahwa Al Azhar dan seluruh Ahlusunnah selain Wahhabi berada di atas akidah yang ia vonis kafir itu! Jika ia jujur dan konsisten maka hendakanya ia kafirkan semua kaum Muslimin (bukan hanya kelompok tertentu saja_red).

Tetapi apabila ia hanya mengkafirkan Syiah saja tidak menyertakan Al Azhar dan kaum Hanbali terdahulu maka kesaksiannya hanya untuk mencari dukungan kemazhaban belaka.

Jadi… kritikan pertama atas perkataan Syeikh Abdul Muhsin al Ahmad adalah ucapannya: “Para penyembah kuburan”. Ia sekarang di hadapkan dua opsi:

A) Memberlakukan tuduhan itu kepada kaum Hanbali terdahulu, kaum Sufi, Ibnu Taimiyyah sendiri… atau

B) Ia (harus) meminta maaf.

Kenyataannya di muka bumi ini tidak ada orang yang menyembah kuburan baik kaum Muslimin maupun selainnya. Di sana hanya ada ritual dan praktik tertentu yang salah yang dilakukan di sisi kuburan, dan itu hanya dilakukan oleh sebagian peziarah saja. Saya tidak mengerti apakah Syeikh al Ahmad mengetahui warisan intelektual para ulama mazhab Hanbali tentang kuburan atau tidak?

Dan nash-nash pernyataan para ulama mazhab Hanbali telah saya rangkum dalam buku saya “Qira’ah Fi Kutub al Aqaid” (terjemahan buku ini sudah diterbitkan silahkan liat resensi buku tersebut disini: http://media.kompasiana.com/buku/2013/05/28/buku-autokritik-untuk-paham-mazhab-hanbali-563523.html _red), bab tentang al Ghuluw/sikap berlebihan. Tetapi kendati demikian saya tidak mengkafirkan mereka karena hal itu. Adapun tiga ayat yang disebutkan al Ahmad maka ia butuh kajian panjang tentang maksud tiga kata (istilah) itu: Doa, Nida’/Seruan dan Duna/selain. Ia (al Ahmad) telah terjatuh dalam kesalahan dalam memahami ketiga kata itu.!, tetapi dengan niatan yang baik dan itu karena pengaruh doktrin Wahhabi

Saya pribadi secara praktik adalah wahhabi. Tetapi saya dengan ilmu pengetahuan mengetahui bahwa kekafiran tidak dapat diterapkan atas praktik-praktik yang juga ditradisikan oleh mazhab Hanbali klasik itu dan juga oleh Syiah dan kaum Sufi (maksud saya dari sisi prilaku praktis saya terserang kekeringan Wahhabi dalam sikap terhadap kuburan, saya kurang peduli termasuk dalam menziarahinya) dan saya mengetahui bahwa kekeringan sikap ini menyalahi Syari’at. Tetapi -disayangkan- itulah realita yang terjadi. Namun demikian saya mengetahui bahwa kekafiran adalah tetapnya sikap hati untuk menentang perkara Syar’i atau sebagian nash Syar’i, dan tidak karena hanya sekedar bertabarruk (meminta berkah) dari kuburan atau mencium kuburan atau bertabarruk dengan tanahnya… dll ini semua bukan kekafiran!

Praktik-praktik tertentu di kuburan-kuburan itu boleh kita salahkan dan kita ingkari. (Karena) Itu di kalangan para Fuqaha’ ada yang dihukumi makruh, mubah dan mustahab (dianjurkan/disunnahkan). Para Fuqaha’ pun membahasnya dalam bab-bab Fikih (Bab tentang Jenazah) bukan dibahas di dalam ruang akidah, sehingga datanglah kaum Wahhabi dan menjadikan praktik-praktik tersebut inti problem mereka. Mereka memindahkannya dari ruang Fikih dari bab tentang Jenazah ke ruang akidah: syirik dan tauhid dan mereka pun mengkafirkan kaum Muslimin!

Telah berulang kali saya katakan: Kami tidak pedulikan orang meratakan pengkafiran atas semua orang yang bertawassul dengan kuburan atau dengan orang yang dikebumikan di situ atau dengan tanah kuburan… dan seterusnya… Itu pendapat dia, terserah saja.

Adapun orang yang berpura-pura bodoh dan sok tidak tau tentang akidah kaum Hanbali terdahulu dan tidak mereka masukkan dalam cakupan vonis kafir, maka ini sikap yang tidak benar.

.

Dalam kesempatan akan datang saya usahakan berbicara tentang pemahaman Syeikh Abdul Muhsin al Ahmad terhadap tiga ayat yang ia sajikan dan akan saya buktikan bagaimana ia mengabaikan makna-makna Qur’ani dan kemudian ia menafsirkannya sesuai dengan pemahaman awam versi Wahhabi bukan tafsiran ilmiah. Sikap itu wajar saja (karena ia terjerat pengaruh doktrin Wahhabi_red)

Latihan

Misalnya ada seorang yang berkata: “Wahai Muhammad!” apakah ucapannya ini termasuk doa/ibadah/menyembah atau seruan/panggilan?

Lalu apa perbedaan antara keduanya?

Dan kapan hal demikian digolongkan syirik?

Dan jika terbukti bahwa Ibnu Taimiyyah (junjungan tinggi dan panutan utama Salafi Wahhabi yang diyakini “kemaksuman” seluruh pendapat dan pandangannya oleh pengikutnya _red) membolehkannya, apakah Ibnu Taimiyyah juga termasuk MUSYRIK?

Apa hukum bertabarruk dengan tanah kuburan? Apakah itu syirik, mubah atau bid’ah?

Dan banyak lagi pertanyaan lain…

Saya akan sabar menanti jawaban mereka yang bersemangat tinggi lagi berapi-api mengkafirkan Syiah dan kaum Sufi… Setelahnya kami punya tanggapan atas jawaban mereka!!

Tetapi sebelum mereka menjawab dengan gegabah, saya nasihati mereka agar mau berendah hati, tawadhu’ dengan mau membaca kitab agung karya Muhaddis Syeikh Ahmad bin Shiddiq al Ghummari yaitu kitab Ihya’ al Maqbur Fi Adillati Jawazi Bina’al Masajid ‘ala al Qubur !!!

(Bagi Yang berminat membaca dan mendownload buku Syekh al Ghummari (pdf) tersebut silahkan klik disini: “Ihya’ al Maqbur Fi Adillati Jawazi Bina’al Masajid ‘ala al Qubur

atau klik disini:

https://abusalafy.files.wordpress.com/2014/08/ihya-al-maqbur-fi-adillati-jawazi-binaal-masajid-ala-al-qubur.pdf

.

Bersambung InsyAllah

.

_________________

(*)Syaikh Hasan bin Farhan  Al Maliky adalah ulama moderat Arab Saudi. Beliau seorang Ahli hadis, hukum Islam dan peneliti sejarah, serta seorang  peduli HAM, beliau anti sektarian, ekstrimisme dan kekerasan, lebih-lebih atas nama agama, Anda bisa berinteraksi dengan beliau lewat halaman facebook dan Twitter-nya. juga bisa mendowload buku-bukunya lewat situs resminya http://almaliky.org/index.php atau mendengar ceramah-ceramahnya lewat halaman youtube-nya)

2 Tanggapan

  1. Terima kasih pak ustadz atas pencerahannya.

  2. Wahabi bisanya hanya msmahami al quran semau sendiri.. .. Memperkosa ayat untuk disesuaikan dgn ajaran wahabi….
    Main kafirkan sana kafirkan sini…. Dasar mbahnya isis…

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s