Membongkar Kepalsuan Syubhat Ustadz Firanda Dalam Buku “Ketinggian Allah Di Atas Makhluk-Nya” (6)

Membongkar Kepalsuan Syubhat Salafi Wahhâbi Tentang Ketinggian Fisikal Allah SWT Di Atas Makhluk-Nya

Menyoroti Pendalilan Keenam Ustadz Firanda

Dai antara hal lucu yang dibanggakan Ustadz Firanda dalam usaha ngototnya untuk menanamkan kepada para pengagumnya (yang tentunya rata-rata awam) bahwa Allah SWT di atas langit sana, adalah apa yang ia sebutkan sebagai dalil keenam sebagai di bawah ini.

Ustad Firanda berkata: Keenam: Penjelasan bahwa Al-Qur’an ‘diturunkan’ dari Allah SWT. Ini jelas menunjukkan bahwa Allah SWT berada di atas, sehingga Ia menyebutkan bahwa Al-Qur’an diturunkan dari-Nya. Tidaklah diucapkan kata ‘diturunkan’ kecuali berasal dari yang di atas.”al ini sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an, di antaranya:

تَنْزيلُ الْكِتابِ مِنَ اللَّهِ الْعَزيزِ الْحَكيمِ

Kitab (Al Qur’an ini)  diturunkan oleh Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.(QS. Az-Zumar:1)

تَنْزيلٌ مِنَ الرَّحْمنِ الرَّحيمِ

(Al-Qur’an) diturunkan dari Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. (QS. Fusshilat:2)

تَنْزيلٌ مِنْ حَكيمٍ حَميدٍ

(Al Qur’an) diturunkan dari Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji. (QS. Fusshilat:42) (Ketinggian Allah Di Atas makhluk-Nya:15)

Abu Salafy Berkata:

Anda pasti melihat keanehan dalam pendalilan Ustadz Firanda di atas. Disamping seperti pendalilan sebelumnya, ia hanya mencecer ayat tanpa mau berusah payah memamerkan kehebatannya (seperti kebiasaannya) dengan mengutip keterangan para ulama dan ahli tafsir… mungkin karena ia tau dan sadar bahwa usaha seperti itu hanya akan membuatnya dipermalukan di hadapan para pembacanya… atau janga-jangan sekarang ia sudah memposisikan dirinya sebagai:

وَ ما يَنْطِقُ عَنِ الْهَوى‏ * إِنْ هُوَ إِلاَّ وَحْيٌ يُوحى‏ * عَلَّمَهُ شَديدُ الْقُوى‏.

“Dan tiadalah yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya. * Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).* Yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat.” (QS. An Najm [53]:3-5) Sehingga tidak seorang pun berhak mempertanyakan apa yang ia lakukan:

لا يُسْئَلُ عَمَّا يَفْعَلُ وَ هُمْ يُسْئَلُونَ

“Dia tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya, dan merekalah yang akan ditanyai.” (QS. Al Anbiyâ’ [21]:23) Siapa tau?! Allahu a’lam!! Saya benar-benar tidak mengerti dari mana dan atas dasar apa ia mengatakan dan meyakini pemahaman demikian itu?! Sungguh aneh bin ajaib apa yang ia katakan itu!! Apa kir-kira yang ia fahami dari kalimat ini: TIM Persija  menurunkan pemain cadangan dalam pertandingan melawan Persib? Apa ia memahami bahwa tadinya para pemain cadaangan itu berada di runag atas stadion lalu diturunkan ke bawah? Atau ia memamahi sesuatu lain dari kalimat tadi? Apa kir-kira yang ia fahami dari kalimat ini: Di bulan Puasa ini Pemerintah menurunkan Tim ke pasar-pasar tradisional untuk memantau harga-harga sembako?  Apakah ia memahami bahwa tadinya anggota Tim itu berada di bangunan atas atau di pegunungan atauberada di langit lalu diturunkan? Kalau ada yang berkata, “Presiden telah menurunkan perintah kepada aparat keamanan agar mewaspadai segala gerak-gerik dan aktifitas Islam Takfiri.”, misalnya.. apakah bebarti Bapak Presiden berada di atas para aparat penegak keamanan dan mereka berada di bawahnya?! Apa begitu?! Bisa jadi saat itu Bapak Presiden justru berada di ruang bawah sementara mereka di gedung lantai ke 7!! Sekali lagi saya tidak habis pikir dengan logika (kalau kedunguan berpikir itu laik disebut logika) Ustadz Firanda yang pikirannya telah tercemari oleh kesesatan kaum Mujassimah dan mau menularkan virus kesesatan kepada kaum Muslim Indonesia tercinta. Di sini, saya tidak ingin menyita waktu Anda lebih banyak lagi dengan menanggapi argumentasi kekanak-kanakan dan asal-asalan seperti itu. Saya akan akhiri dengan mengutip keterangan Syeikh Allamah Abdul Adzîm az Zarqâni penulis kita Manâhil al ‘Irfân Fî ‘Ulûmil Qur’ân,1/40-42: Telah datang ungkapan dengan materi kata nuzûlul Qur’ân dan kalimat pecahannya dalam al Qur’an dan Sunnah…. Akan tetapi kata nuzûl dalam penggunaan bahasa Arab itu terkadang digunakan untuk arti tinggal dan berteduh di sebuah tempat. Darinya ucapan orang Arab: Nazala al Amîr al Madînah/Sang Amir tinggal di kota. Kata kerja muta’addi-nya[1] adalah inzâl dengan arti menempatkan orang lain di tempat tertentu. Dan darinya firman Allah:

وَ قُلْ رَبِّ أَنْزِلْني‏ مُنْزَلاً مُبارَكاً وَ أَنْتَ خَيْرُ الْمُنْزِلينَ

Ya Tuhanku, tempatkanlah aku pada tempat yang diberkati, dan Engkau adalah sebaik- baik Yang memberi tempat.” (QS. Al Mukminun [23];29) Dan terkadang kata nuzûl digunakan untuk arti lain dalam bahasa yaitu turunnya sesuatu dari ketinggian/tempat yang lebih tinggi menuju bawah. Seperti dalam ucapan: nazala fulan min al jabal/si fulan turun dari gunung. Bentuk muta’addi-nya adalah dengan arti menggerakkan sesuatu dari atas menuju/ke arah bawah. Darinya firman Allah:

وَ أَنْزَلَ مِنَ السَّماءِ ماءً

“… dan menurunkan dari langit air hujan.” (QS. Thaha [20]:53) Dan tidak diragukan lagi bahwa keua arti di atas tidak pantas dijadikan maksud dari: Allah menurunkan Al Qur’an dan tidak juga: diturunkannya Al Qur’an. Karena kedua arti di atas meniscayakan konotasi tempat dan meteri/jismiyyah. Dan Al Qur’an itu bukan jism sehingga ia menempati tempat tertentu atau turun dari atas menuju bawah… Dalam memahami maksud darinya kita harus melibatkan unsur mazaji. Dan ia sangat luas rananya. Makna majazi dari diturunkannya Al Qur’an adalah diberitakan/ dimaklumatkannya. Sepertinya, pemilihan ungt kapan ‘Al Qur’an diturunkan’  adalah peringatan akan kemulian Kitab Suci ini. Mengingat kata ini mengesankan Kemahatinggian Dzat Pemfirmannya, seperti difirmankan dalam surah az Zukhruf:

حم *  وَ الْكِتابِ الْمُبينِ *  إِنَّا جَعَلْناهُ قُرْآناً عَرَبِيًّا لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ *  وَ إِنَّهُ في‏ أُمِّ الْكِتابِ لَدَيْنا لَعَلِيٌّ حَكيمٌ.

“Haa Miim.* Demi Kitab (Al Qur’an) yang menerangkan. * Sesungguhnya Kami menjadikan Al Qur’an dalam bahasa Arab supaya kamu memahami (nya).* Dan sesungguhnya Al Qur’an itu dalam induk Al Kitab (Lauhmahfuz) di sisi Kami, adalah benar-benar tinggi (nilainya) dan amat banyak mengandung hikmah.” (QS. Az Zukhruf [43];1-4)[2]

Tanggapan Atas Pendalilan Ketujuh

Ustadz Firanda berkata: Ketujuh: Penjelasan tentang kekhususan sebagian makhluk di ‘sisi’ Allah (‘indallah) yang menunjukkan bahwa sebagian lebih dekat dibanding yang lain kepada Allah SWT. Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an, di antaranya:

فَالَّذينَ عِنْدَ رَبِّكَ يُسَبِّحُونَ لَهُ بِاللَّيْلِ وَ النَّهارِ وَ هُمْ لا يَسْأَمُونَ

Maka mereka (malaikat) yang di sisi Tuhanmu bertasbih kepada-Nya di malam dan siang hari, sedang mereka tidak jemu-jemu. (QS. Fusshilat:38)

وَ لَهُ مَنْ فِي السَّماواتِ وَ الْأَرْضِ وَ مَنْ عِنْدَهُ لا يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبادَتِهِ وَ لا يَسْتَحْسِرُونَ

Dan kepunyaan-Nyalah segala yang di langit dan di bumi. Dan malaikat-malaikat yang di sisi-Nya, mereka tiada mempunyai rasa angkuh untuk menyembah-Nya dan tiada (pula) merasa letih. (QS. Al Anbiyaa’:19)

رَبِّ ابْنِ لي‏ عِنْدَكَ بَيْتاً فِي الْجَنَّةِ وَ نَجِّني‏ مِنْ فِرْعَوْنَ وَ عَمَلِهِ وَ نَجِّني‏ مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمينَ

Ya Rabbku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu di jannah. (QS. At tahriim;11)  

Abu Salafy:

Subhanallah! Sungguh aneh pemahaman akidah Sang Sarjana Salafi yang satu ini. Atas dasar apa yang menyimpulkan demikian? Apa yang ia maksud dengan: “sebagian lebih dekat dibanding yang lain kepada Allah SWT.”? Apakah kedekatan jarak/masâfah? Atau kedekatakan kedudukan dan maqâm spiritual? Jika yang ia maksud dengannya adalah bahwa mereka (para malaikat) itu lebih dekat kedudukan dan maqâm mereka di sisi Allah SWT, maka hal demikian tidak meniscayakan adanya jarak! Tidak meniscayakan Allah berada di sebuah tempat dan para malaikat itu lebih dekat jaraknya kepada Allah dibanding lainnya! Jika ini yang ia maksud, maka sebenarnya ia telah membubarkan gambaran ‘ngawur” sendiri yang dengannya ia membangun akidah menyimpangnya bahwa Allah SWT bertempat di atas langit … dan ada makhluk yang kebetulan berlokasi di langit -apalagi langit bagian atas- maka mereka tentu lebih dekat kepada Allah dibanding makhluk-makhluk lain yang tidak tinggal satu tempat dan satu tingkat dengan mereka!! Tetapi tentu bukan ini yang ia maksud… Sebab, ia telah menetapkan bahwa kekhususan mereka itu sebenarnya dikarenakan mereka di ‘sisi’ Allah SWT…. karena lokasi mereka di ‘sisi’ Allah SWT!! Bukan kerena ketinggian dan keistimewaan maqâm/ kedudukan mereka sebagai makhluk yang khusus! Jadi tidak bisa ia pungkiri bahwa ia sedang membangun akidah bahwa Allah berada di sebuah tempat yaitu di atas laingit dan karena para malaikat itu bertempat di langit maka mereka lebih dekat posisi dan tempat kepada Allah SWT. Maka dengan pemahaman menyimpang seperti itu harus dikatakan bahwa jika ada seorang kafir berada di hotel tinggat 50 sedang bermaksiat sekali pun maka ia pasti lebih dekat kepada Allah di banding seorang nabi yang sedang beribadah di sisi Ka’bah! Sebab posisi Ka’bah lebih rendah dibanding kamar hotel tinggat 50 itu! Sekali lagi sungguh aneh kesesatan pemahaman kaum Mujassimah yang diperjuangkan oleh Misionaris Salafi Wahhâbi lokalan di tanah air tercinta kita ini!! Saya tidak mengerti, mengapa Ustadz Firanda (seperti juga ketika menyajikan dalil (baca:’dalil-dalilan’ bukan dalil bertulan, sebab ia lebih mirip dengan lelucon kaum jompo) tidak berani membawakan ketarang para ulama dan Ahli tafsir tentang makna indallah, indahum atau indaka dalam beberapa ayat yang ia cecer itu?! Alasannya jelas, karena ia tidak akan mampu membawakan ketarangan para ulama Ahlsunnah yang mendukung penyimpangan pemahamannya! Saya khawatir bahwa ia sedang menafsirkan Al Qur’an dengan ra’yu-nya yang hanya didorong oleh hawa nafsunya.. bukan atas dasar bukti dan ilmu! Dan Nabi mulia Saw. telah mengancam dengan api neraka atas siapa yang nekat menafsirkan Al Qur’an dengan ra’yu-nya!

Keterangan Para Ahli Tafsir Ahlusunnah Tentang Makna Kata: Indallah

  • Ketarangan Imam Nidzâmuddîn an Nîsâbûri Tentang Tafsir ayat 19 surah al Anbiyâ’:

“Dan yang dimaksud dengan:وَ مَنْ عِنْدَهُ /Dan mereka yang di sisi-Nya adalah para malaikat yang muqarrabûn/yang didekatkan kedudukan mereka. Dan yang dimaksud dengan indiyyah/di sisi adalah dari sisi kemulia dan kedudukan. Adapaun pengertian tempat dari kata “‘indasisi” pdanya terdapat pembahasan panjang.”[3]

  • Ketarangan Imam an Nasafi Tentang Tafsir ayat 19 surah al Anbiyâ’:

وَ مَنْ عِنْدَهُ /Dan malaikat-malaikat yang di sisi-Nya maksudnya dengan ‘di sisi-Nya’ adalah dari sisi kedudukan bukan tempat.”[4]

  • Ketarangan Allamah asy Syaukani Tentang Tafsir ayat 19 surah al Anbiyâ’:

وَ مَنْ عِنْدَهُ /Dan mereka yang di sisi-Nya maksudnya adalah para malaikat…. dan mengungkapkan posisi mereka bahwa mereka di sisi Allah sebagai isyarat kepada pengagungan dan kemuliaan mereka dan sesungguhnya kedudukan mereka itu seperti kedudukan orang-orang yang didekatkan di sisi para raja.”[5]

  • Ketarangan Allamah asy Syawi Tentang Tafsir ayat 19 surah al Anbiyâ’:

Beliau menerangkan makna indiyyah/di sisi dalam ayat di atas: “Allah menyebut kedudukan para malaikat itu dengan kata indahu sebagai isyarat bahwa mereka itu berada di dalam kedudukan istimewa, kehormatan dan ketinggian.”[6]

Abu Salafy:

Dari beberapa keterangan di atas dapat Anda saksikan langsung bagaimana para ulama Ahlusunnah memahami bahwa maksud “di sisi” dalam ayat di atas dan ayat-ayat semisalnya adalah mengungkap pengertian kedekatan kedudukan dan maqam, bukan kedekatan jarak! Karena alasan yang sederhana bahwa Allah bukan Jism dan Allah tidak mungkin berada di tempat tertentu dan tidak ada di tempat lain. Sebab anggapan bahwa ada makhluk tertentu Allah yang dekat (dengan pengertian jarak) meniscayakan bahwa adanya jarak pemisah antara keduanya yaitu Allah dan mkhluk-Nya…. dan konsekuensi dari anggapan demikian adalah bahwa Allah itu terbatas di ruang tertentu… dan setiap sesuatu yang terbatas itu tidak mungkin dia Tuhan!!!  Walaupun buat akal pikiran kaum Mujassimah seperti Salafi Wahhâbi semua konsekuensi mustahil bagi Allah itu bukan hal penting bagi mereka. Karena mereka telah menetapkan semuanya bahwa mereka juga berkeyakinan bahwa Allah itu dipikul oleh para malaikat-Nya dan Allah itu punya bobot/berat serta masih banyak lagi kesesatan akidah kaum Salafi Wahhâbi Mujassim Musyabbih! Na’udzu billah min adh dhalâlah fi ad dîn.

Apa Makna Ayat-ayat Yang Menyebut Allah Itu Qarîb/Maha Dekat Menurut Salafi Wahhâbi Mujassim? 

Di antara asmâ’ Allah yang Husnâ yang berkali-kali ditegaskan Allah SWT dalam AL Qur’an-Nya adalah: al Qarîb. Allah Maha Dekat kepada seluruh makhluk-Nya bahkan lebih dekta dari urat nadi mereka. Coba Anda perhatikan beberapa contoh ayat di bawah ini:

  • Allah SWT berfirman:

وَ إِذَا سَأَلَكَ عِبَادِيْ عَنِّيْ فَإِنِّيْ قَرِيْبٌ أُجِيْبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيْبُوْا لِيْ وَ لْيُؤْمِنُوْا بِيْ لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُوْنَ

Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka sesungguhnya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku. Oleh karena itu, hendaknya mereka memenuhi (segala perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada di atas jalan petunjuk. (QS. Al Baqarah [2];186) Terkait dengan ayat di atas para ulama dan mufassirîn menyebutkan sebuah riwayat tentang asbâb nuzûlnya, yaitu bahwa ada sebagian sahabat Nabi saw. bertanya: “Di Mana Allah?” Maka turunlah ayat di atas sebagai jawabannya. Hal mana menegaskan bahwa Allah Maha Dekat… Allah SWT tidak jauh dari hamba-hamba-Nya… dan yang menarik perhatian adalah bahwa Allah SWT tidak menjawabnya bahwa: Aku di atas langit!! Tetapi menjawabnya: maka sesungguhnya Aku adalah Maha dekat! Perhatikan riwayat di bawah ini!

قَالَ عَبْد الرَّزَّاق : أَخْبَرَنَا جَعْفَر بْن سُلَيْمَان عَنْ عَوْف عَنْ الْحَسَن قَالَ سَأَلَ أَصْحَاب رَسُول اللَّه صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيْنَ رَبّنَا ؟ فَأَنْزَلَ اللَّه عَزَّ وَجَلَّ ” وَإِذَا سَأَلَك عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ ” الْآيَة

Abdurrazzâq berkata, “Ja’far bin Sulaiman mengabarkan kepada kami dari ‘Auf dari al Hasan (al Bashri), “Ia berkata, ‘Para sahabat Rasulullah saw. bertanya, ‘Di mana Tuhan kita.?’ Maka Allah Azza wa Jalla menurunkan ayat:

وَإِذَا سَأَلَك عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ …

Riwayat di atas juga telah diriwayatkan oleh Imam Ibnu Jarir ath Thabari dan juga disebutkan oleh asy Syaukani dalam Fathu al Qadîr-nya,1/185. Sebagaimana para ulama dan mufassir menyebutkan sebuah hadis bahwa Nabi saw. tidak menganjurkan kita berdoa sambil mengeraskan suara seakan memanggil seorang yang tuli. Beliau bersabda: “Imam Ahmad berkata, “Abdul Wahhâb bin abdil Hamîd ats Tsaqafi menyampaikan hadis kepada kami …. dari Abu Musa al Asy’ari ia berkata, ‘Kami bergabung bersama Rasulullah saw. dalam sebuah pasukan, lalu tiada kami mendaki dataran tinggi melainkan kami mengangkat suara kami dengan takbir. Dia (Abu Musa) berkata, “Nabi saw. mendekat dan berkata:

قَالَ الْإِمَام أَحْمَد حَدَّثَنَا عَبْد الْوَهَّاب بْن عَبْد الْمَجِيد الثَّقَفِيّ حَدَّثَنَا خَالِد الْحَذَّاء عَنْ أَبِي عُثْمَان النَّهْدِيّ عَنْ أَبِي مُوسَى الْأَشْعَرِيّ قَالَ : كُنَّا مَعَ رَسُول اللَّه صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي غَزْوَة فَجَعَلْنَا لَا نَصْعَد شَرَفًا وَلَا نَعْلُو شَرَفًا وَلَا نَهْبِط وَادِيًا إِلَّا رَفَعْنَا أَصْوَاتنَا بِالتَّكْبِيرِ قَالَ فَدَنَا مِنَّا فَقَالَ

“Imam Ahmad berkata, “Abdul Wahhâb bin abdil hamîd ats Tsaqafi menyampaikan hadis kepada kami …. dari Abu Musa al Asy’ari ia berkata, ‘Kami bergabung bersama Rasulullah saw. dalam sebuah pasukan, lalu tiada kami mendaki dataran tinggi melainkan kami mengangkat suara kami dengan takbir. Dia (Abu Musa) berkata, “Nabi saw. mendekat dan berkata:

” يَا أَيّهَا النَّاس أَرْبِعُوا عَلَى أَنْفُسكُمْ فَإِنَّكُمْ لَا تَدْعُونَ أَصَمَّ وَلَا غَائِبًا إِنَّمَا تَدْعُونَ سَمِيعًا بَصِيرًا إِنَّ الَّذِي تَدْعُونَ أَقْرَبُ إِلَى أَحَدكُمْ مِنْ عُنُق رَاحِلَته

“Hai sekalian manusia! Tahanlan suara-suara kalian! Karena sesungguhnya kalian tidak sedang memanggil Dzat yang tuli atau ghaib. Sesugguhnya kalian menyeru Dzat Yang Maha Mensdengar Dan Maha Melihat. Sesungguhnya Dzat Yang kalian panggil itu lebih dekat kepada seorang dari kalian dari leher tunggangannya.”((Lebih lanjut baca keterangan lengkap Ibnu Katsir dalam tafsirnya,1/218-219. http://quran.al-islam.com/ Page.aspx?pageid=221&BookID=11&Page=1)) Dan dalam riwayat Imam al Baihaqi dengan redaksi: “Sesungguhnya kalian tidak sedang memanggil Dzat yang tuli atau ghaib. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Dekat.”[7]

Imam al Baihaqi mengatakan: “Al Hulaimi berkata, ‘Mankanya adalah: Sesungguhnya tiada masâfah/jarak antara hamba dan Tuhan sehingga (karena adanya jarak tersebut) Dia tidak mendengar doa hamba atau samar atas-Nya keadaannya…. .’ Al Khaththâbi berkata, ‘Maknanya adalah Allah Maha Dekat dengan ilmu-Nya. Maha Dekat kepada hamba yang berdoa dengan ijabah-Nya, seperti dalam ayat:

وَ إِذَا سَأَلَكَ عِبَادِيْ عَنِّيْ فَإِنِّيْ قَرِيْبٌ أُجِيْبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ

Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah) bahwa Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku. (QS. Al Baqarah [2];186).”[8]

  • Allah SWT berfirman:

فَاسْتَغْفِرُوهُ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ إِنَّ رَبِّي قَريبٌ مُجيبٌ

“… karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku amat dekat lagi memperkenankan (doa hamba-Nya). (QS. Hûd [11]; 61)  

Abusalafy:

Tentu yang dimaksud dengan dekat di sini adalah kedekatan ijabah-Nya bukan kedekatan posisi Dzat-Nya. Allah Maha Dekat kepada hamba yang beristighfar dan memohon ampun kepada-Nya. Dan hamba yang ingkar dan membangkang serta bermaksiat kepada Allah ia jauh dari Allah SWT … dari rahmat dan ampunan-Nya! Imam ath Thabari menasfirkannya demikian:

{إِنَّ رَبِّي قَرِيب مُجِيب }  يَقُول : إِنَّ رَبِّي قَرِيب مِمَّنْ أَخْلَصَ لَهُ الْعِبَادَة وَرَغِبَ إِلَيْهِ فِي التَّوْبَة , مُجِيب لَهُ إِذَا دَعَاهُ .

Allah berfirman: “Sesungguhnya Tuhanmu amat dekat kepada hamba yang mengikhlaskan penyembahan hanya kepada-Nya dan cinta bertaubat, lagi Maha Mengijahkan doanya jika ia berdoa.” ((http://quran.al-islam.com/ Page.aspx? pageid= 221&BookID=13&Page=1))

Demikianlah kita telah saksikan bagaimana para ulama Islam memahami bahwa makna Kemahadekatan Allah itu tidak berarti kedekatan jarak antara dua jism yang satu berada di atas langit dan yang lainnya berada di dekatnya, seperti yang diyakini kaum Salafi Wahhâbi! Walaupun mereka sering mengelak mengakui bahwa demikianlah akidah mereka tentang kedekatan Allah. Maha suci Allah dari p[ensifatan kaum jahil dan zalim! Dan untuk sementara saya cukupkan tanggapan saya atas dua pendalilan Ustadz Firanda.. insya Allah kita akan lanjutkan dalam artikel selanjutnya.

Nantikan!

(Bersambung insya Allah)


[1] Kata kerja dalam bahasa Arab terbagi menjadi dua, kata kerja lâzim (yang dijatuhi/dikenai pekerjaan/tidak butuh pelengkap penderita) dan muta’addi (yang butuh kata lain yang dikenai pekerjaan. Nazala/turun adalah kata kerja lâzim. Adapun anzala/menurunkan adalah kata kerja muta’addi.
[2] Untuk keterangan lebih lanjut dipersilahkan merujuk langsung kitab Manâhil al ‘Irfân.
[3] Tafsir  Gharâib al Qur’an (dicetak bersama tafsir ath Thabari),17/9.
[4] Tafesir an Nasafi3/75.
[5] Tafsir Fathu al Qadîr,3/302.
[6] Tafsir ash Shawi (catatan pinggir atas tafsir Jalâlain),3/69.
[7] Al Asmâ’ wa ash Shifât; al Baihaqi:77.
[8] Lebih lanjut baca: al Asmâ’ wa ash Shifât:77.

23 Tanggapan

  1. ustz firanda bener kang abu jika dia hy mnyajikan ayat2ny sja tnpa syarah ahli tafsir, hdist dll. DARIPADA SALAH & salah kapra lg !! kn berdosan, (pa lg ditafsir sndri !!!) . kt harus menghormati, itu bentuk ksdaran 😀 dia tdk mmliki kompetensi. dia tdk mampu mnjamah ranah tafsir klngan ulma’ besar terhadap khazanah tinggi ayat2 Alquran.

    alhmdllah ada kmjauan klo gt. dia ckup menyimak , meneliti kmdian merenungkan ! itu sifat org mukmin, yatadabbarun, yatafakkarun . itupun jk dia mrsa mukmin

  2. kalau saya perhatikan sudara abu salafi hanya bermain dengan kata kata, apakah dengan sebab Allah ada diatas langit menjadi jauh dari hamba-Nya Abu Salafy, apakah kedekatan Allah harus berdempet dengan hamba-Nya di Bumi, siapa sebenarnya yang memakhluqkan Allah bisa dibaca disini,. Menurut saya, jelas sekali apa yang dilontarkan abu Salafi hanya permainan kata, bukan hujjah,

    Yang jelas Abu Salafi mau mekasakan kehendak , kalau dekatnya Allah dengan hambanya itu menempel, dengan tujuan menjauhkan makna kalau Allah diatas Arasy, sebenarnya kalau mau memahami perkatan kata “dekat” banyak abu salafi, mungkin terlalu dangkal apa yang anda paparkan dalam tulisan anda itu, Justru menyiratkan kalau andalah sebenarnya yang mujassim , berusaha menciptakan Manunggaling kwala gusti…….

    Mau di Langit atau di arasy, Allah tetap saja dekat, karena Allah bukan makhluq seperti anda, sementara anda membayangkan kalau Allah dilangit atau di arsy, Allah itu jau begitu, Ini pikiran makhluq menilai Allah, Tidak ada yang menghalangi dekatnya Allah dengan makhluq-Nya jika itu Allah. melainkan pikiran pikiran anda yang sebenarnya menjisimkan Allah , sehingga kata “dekat” pengerian harus menempel kepada makhluqnya heheheheh , lucu

    • apa menurut kamu Allah itu bertempat di atas langit atau di atas arsy Nya. mas elmadury?

    • kyny saudara elmadury jg lg nyari dollar-ny arab saudi yaaaa….smpe sgtuny!

      • kenapa kayaknya? “kayaknya” itu adalah suatu prasangka. Buktikan dulu kalau dia memang lg nyari dollar ny arab saudi. Kalau nggk ada bukti jadinya fitnah.

    • zulkarnain : dia hanya bisa koment tanpa 1 dalil atau hadist dia hanya turuti hawa nafsunya…padahal abu salafi sudah memaparkan dg dalil dan dia sndiri mengutip perkataan firanda….ko abu salafi yang di anggap mujassim.

  3. zulkarnaein @ : susah emg jlasin sm org awam, pa lg gk bs bc KITAB yg notabene bhsa arab. pegimana ngerti !! pembcraanmu itu dugaan dgn kta2 ” menurut sy” tanpa hujja dalil nagli / aqli ! dbndingka ust abu yg mmbwa referensi ( dari berbagai ARTIKEL yg telah disajikan ) pendapat ulma anda sndiri yg diSANGKAL & DIBANTAH oleh ULAMA2 BESAR yg alim & brtakwa !! SILAHKAN DICEK !!!! JANGAN LANGSUNG KOMENTAR , nyasar lg entar. pernyataanmu jelas mmbuktikan perbedaan intelektual yg jauh dgn ABUSALAF !!

  4. @elmadury
    ungkapan anda menguraikan kebenaran hujjah kang Abu.

  5. BUAT APA NGEBELAIN FIRANDA… DIA ITU TUKANG FITNAH KELAS KAKAP. DEMIKIAN DIFATWAKAN ALIM BESAR WAHABI MURIDNYA IMAM BEN BAZ.Mau tau buktinya. Ini fatwanya:Berikut ini Fatwa-fatwanya:…..عندكم فتنة وعندنا ما فيه فتنة أيضا عندنا فتنة نحن أيضا وفتن أكثر من التي عندكم إذا نبغى نمشي وراء كل واحد من هؤلاء كلما تفوه واحد من هؤلاء المجرمون ما أكثرهم لا كثرهم الله ما ندرس الناس ولا نؤلف ولا نكتب ولا نعلم ولا ننشر دينامن أفجرهم الان وأخبثهم وأكذبهم الآن هذا الخبيث الذي يسمى فيرندا الأندونيسي هذا الخبيث, أيوى الكذاب هذا الأشر يمشي في المدينة عند بعض الطلبة وبين الناس يشوش وأن الشيخ عبد الله لم يبق أحدا يتكلم في الجميع ويتكلم في كذا ويتكلم في الشيخ العباد وابنه وما أدري من, لأنه لما جاؤوني هنا ومن معه من أتباع علي مصري وتكلمت عليهم وعلى سفههم هذا السفيه الأرعن علي مصري وموقفه العام الماضي الذي كان ولمت هذا فيرندا على كتابه عن إحياء التراث وخبث إحياء التراث وبينت لهم من هي إحياء التراثقالوا والله يا شيخ ما ندري ما ندري أيش جزاك الله خيرا قد بينت قلت: ها الآن بينت ماذا ستفعل الآن؟ طبعا هذا الرجل خرج من عندي وخلاص ما هو عارف كيفيفعل يتصرف , بدأ يشيع هذا الكذب وهذا الفجور والخبث, بل إخوانه الذين كانوا معه منهم نور إحسان ومن معه قالوا: يا شيخ ما فهمنا هذا الكلام منك وأنت تعلم أن هذا الرجل خبيث كذاب فاجر يفجر في الكذب كمان فنحن بارك الله فيك كل يوم نحن عندنا فتة وكل يوم عندنا طلاب فتنة لو أننا ننشغل بهؤلاء ما دعونا الناس وما درسنا وما علمنا يا أخي اتركوه(شريط مفرغ)Terjemahan:“Ditempat kalian terjadi fitnah, apakah ditempat kami tidak terjadi fitnah? Kami juga mengalami fitnah, bahkan fitnah yang lebih banyak dibanding kalian, kalau kita terus berjalan dibelakang setiap mereka, yakni setiap orang dari mereka para pelaku kejahatan berbicara, dan jumlah mereka sungguh banyak –semoga Allah tidak menambah lagi jumlah mereka menyebabkan kita tidak lagi mengajar manusia, tidak lagi membuat karya ilmiah, tidak lagi menulis, tidak lagi mengajar dan menyebarkan agama.Termasuk orang yang paling fajir diantara mereka (ahli fitnah). paling buruk dan pendusta sekarang ini adalah si jahat yang dikenal dengan nama Firanda yang berasal dari Indonesia. Si jahat dan pendusta besar ini berjalan di kota Madinah mendatangi sebagian para pelajar dan sebagian orang, dan membuat kisruh bahwa Syaikh Abdullah (al-Bukhari) tidak menyisakan satupun, semuanya dikritik, dia mengkritisi si fulan, mengkritisi Syaikh al-Abbad dan anaknya dan saya tidak tahu siapa lagi, sebab ketika mereka datang kepadaku, dia bersama yang lain dari pengikutnya Ali Musri dan aku membicarakan mereka dan kebodohan mereka, si bodoh yang ngawur Ali Musri dan sikap dia pada tahun yang lalu.Dan aku mencela Firanda atas bukunya yang berbicara tentang Ihya At-Turats, Aku jelaskan kebobrokan Ihya At-Turats dan memaparkan kepada mereka siapa itu Ihya At-Turats. mereka berkata: Demi Allah wahai Syekh, kami benar-benar tidak tahu, jazakallah khaer engkau telah menjelaskannya. Maka saya berkata : nah, sekarang aku telah menjelaskan, apa yang akan kamu lakukan sekarang? Tentunya orang ini (maksudnya Firanda,pen) dia keluar dari kediamanku dalam keadaan dia tidak tahu apa yang akan dia lakukan dan perbuat setelah menyebarkan kedustaan, kefajiran dan kejahatan ini.Bahkan teman-temannya yang ketika itu bersamanya, diantara mereka Nur Ihsan dan yang bersamanya, mereka berkata: wahai syaikh, kami tidak memahami ucapanmu ini dengan pemahaman itu, dan engkau telah mengetahui bahwa orang ini (maksud mereka Firanda,pen) jahat dan pendusta,fajir, bahkan kelewat batas dalam berdusta pula. Maka kita semoga Allah memberkatimu- setiap hari kami menghadapi fitnah, dan setiap hari kami menghadapi para pencari fitnah. Kalau sekiranya kita menyibukkan diri dengan mereka, kita tidak akan mendakwahi manusia, tidak mengajar lagi, ya akhi, tinggalkan mereka.Sumber: http://www.salafybpp.com/index.php/manhaj-salaf/124-dusta-firanda-ditengah-badai-fitnah-yang-sedang-melanda-bag-3http://goleksurgo.blogspot.com/2013/04/kesaksian-murid-bin-bazz-bahwa-firanda.html

  6. Abu salafy kok jahaat baaanngaaaat ya? Apa jangan2 Abu salafy saudara kandungnya Abu jahal…!? Buktinya biar di bacakan dalil al’quran atau hadits,masih suka di tolak seakan akan dia lebih baik dari para sahabat nabi.kaya benci aja sunnah Rasulullah….
    Abu salafy, ana mau tanya ente kalau berdoa kepada allah. tangan dan wajah ente hadapnya ke mana, ke bawa atau ke atas.di jawab yaaa???????

  7. Untuk sdmua salafiyyun…. mau nanya nih, kira-kira menurut antum antum semua, Allah itu Maha Tinggi sejak AZALI sebelum terciptanya langit langit, Kusry, Arsy dll atau baru setelah semua itu diciptakan???? Ayooo jawab lhoo!! Sebab jawaban antum semua akan jadi pertanda antum di atas al haq atau fi dhalalin mubinin!!!

  8. syaikh abdullah tu siapa
    liat bantahan ust firanda di http://www.firanda.com
    mbah abu yg suka nebar fitnah coba kalian fikir masa ktnya org salaf kok bahasanya kasar gitu
    dari pemikiran dah bahasanya dia mirip syiah hati2
    selama ini kita gak tau orgnya cm brani nulis di dunia maya tok
    gitu to org gentlr
    abusalafy alkhazdab

  9. SAYA HERAN KOK FIRANDA YG SUKA NGAPUSI AJA D PERCAYA.

  10. Entah kebetulan atau tidak tapi beberapa waktu yang lalu guru kami mendiskusikan sebuah hadith dari Abu Hurairah yang dikeluarkan oleh Bukhari dan Muslim dalam kitab Shahihnya bahwa ALLAH MENCIPTAKAN ADAM SERUPA denganNya dan tinggi Adam adalah 60 Cubits…dst

    Cuba lihat penjelasan dari para Masyaikh Wahabi/Salafy tentang hadith tersebut, saya yakin Anda akan terkejut dan dibuat keheranan.

    KESAMAAN penafsiran antara para Masyaikh Wahabi atas kalimat ALLAH MENCIPTAKAN ADAM….dst…sebagaimana yang dikeluarkan dalam Bukhari dan Muslim; dengan pandangan Bapa2 Gereja berkaitan dengan apa yang tertulis dalam Gospel Kristen bahwa Allah menciptakan manusia (Adam) SERUPA denganNya (Genesis 1:27) menjelaskan keterkaitan atau kesamaan ideologi antara Kristen dan Wahabi?

    Wallahu A’lam Bishawab

    Salam Damai,

  11. dari pada debat mending dakwah sebarkan kalimatun thoyyibah.
    biar kita merasakan betapa susahnya rasul saw. menyebarkan islam.
    hidayah tidak akan turun kalau kita duduk” depan komputer.
    SALAFI (SALAH FIKIR)

  12. Ayat mutasyabihat adanya untuk diimani. Tanpa penyerupaan dgn makhlukNya dan tanpa takwil. Menakwil ayat sifat, sama saja merubah Al Quran. Menanyakan hakikatnya adalah bidah. Akal manusia g akan nyampe.

  13. Tanya=saya masih bingung mengenai hadist yg di paparkan mujasimah..dikatakan Alloh punya pinggang,Allah punya kelingking,Allah punya kaki..apakah hadist itu shahih ustad?mohon jawabannya kena sy bingung nih..

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s