Membongkar Kepalsuan Syubhat Salafi Wahhâbi Tentang Ketinggian Fisikal Allah SWT Di Atas Makhluk-Nya
Menyoroti Pendalilan Keempat Ustadz Firanda
Untuk mendukung akidah menyimpangnya bahwa Allah SWT berada di posisi atas, Ustadz Firanda juga berdalil dengan beberapa ayat yang menyebutkan bahwa sebagian makhluk diangkat menuju Allah SWT
Ia berkata:
Keempat: Penjelasan tentang diangkatnya sebagian makhluk menuju Allah SWT.
Sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an:
بَلْ رَفَعَهُ اللَّهُ إِلَيْهِ
Bahkan Allah mengangkat-nya kepada- Nya. (QS. An Nisaa’:158)
إِنِّي مُتَوَفِّيكَ وَ رافِعُكَ إِلَيَّ
Sesungguhnya Aku akan mewafatkanmu dan mengangkatmu kepada-Ku. (QS. Ali Imran:55)
Abu Salafy Berkata:
Tidak ada penjelasan apapun yang ia bumbuhkan di sini. Ia sama sekali tidak menjelaskan apa yang dimaksud dengan kata: mengangkat kepada-Nya atau kepada-Ku dalam dua ayat di atas.
Dan ketarangan tentang dua ayat di atas yang mengatakan bahwa Nabi Isa as. diangkat kepada Allah SWT tidak berarti sesungguhnya Allah di atas langit dan Isa as. berada di atas langit sana bersama Allah SWT.
Para ulama mengatakan bahwa Allah mengangkat Nabi Isa as. ke langit kedua sebagaimana dijelaskan dalam hadis Mi’râj. Ketarangan lebih lanjut dapat Anda baca dalam artikel saya Ternyata Tuhan Tidak Di Langit (7) (http://abusalafy. wordpress. com/2010/04/10/ternyata-tuhan-itu-tidak-di-langit-7/) karenanya saya tidak akan mengulangnya kembali di sini…. dan ini juga hal aneh dari sikap Ustadz Firaanda yang mengaku membantah akidah abusalafy: Ternyata Tuhan Tidak Di Langit tetapi ia tidak mengkritik sediktipun berbagai argumentas yang saya paparkan dalam tujuh edisi 1 hingga tujuh. Yang ia tanggapi hanya edisi 8 saja itu pun dengan tanpa bukti yang mengena… harapan saya Ustadz Firanda mau meluangkan waktu untuk membaca dan menanggapinya. Demikian juga dengan para pembaca, saya berharap mau membaca dan memberikan tanggapan atasnya jika memang ada yang salah atau menyimpang!
Kesimpulan
Dengan memerhatikan pendalilan ketiga Ustadz Firnada terlihat sekali keawaman pemahaman Al Qur’annya dan selain itu, pada waktu yang sama ia telah mempriklamirkan kebangkrutan metodenya yang selama ini ia bangun akidahnya di atas metode tersebut, yaitu kembali kepada Al Qur’an dan Sunnah dengan pemahaman Salaf Shaleh! Sebab sekarang ia baik mengakui atau tidak bahwa konsep itu telah runtuh, sebab ternyata tidak ada seorang Salaf Shaleh pun yang ia kutip keterangan dan tafsirannya tentang dua ayat tersebut yang ia bawakan!
Meyoroti Pendalilan Kelima Ustadz Firanda!
Pendalilan kelima ini juga tidak kalah awam dan lugunya (jangan baca: dungu!) dibanding dalil-dalil (baca; Syubhat) sebelumnya.
Perhatikan Ustadz Firanda berkata:
Kelima: Penjelasan tentang ketinggian Allah SWT secara mutlak.
Sebagaimana dijelaskaan dalam Al-Qur’an, di antaranya:
وَ هُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيْمُ
Dan DiaIah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung. (QS. Al-Baqarah;255)
الْحَقَّ وَ هُوَ الْعَلِيُّ الْكَبيرُ
Dan Dialah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar. (QS. Saba’:23)[1]
Abu Salafy:
Sekali lagi, di sini Uastadz Firanda tidak menuliskan komentar apapun tentang makna sifat Allah al ‘Aliyyu/ Mahatinggi. Sementara itu adalah hal penting baginya untuk menjelaskannya, mengingat inilah inti persengketaan antara kaum Salafi Wahhâbi Mujassim yang kali ini diwakili oleh Ustadz Firanda dan Ahlusunnah serta kaum Muslimin pada umumnya yang kali ini diwakili oleh abusalafy dalam artikel-artikelnya: Ternyata Tuhan Tidak Di langit!
Saya berharap Ustadz Firanda tidak bersikap kekanak-kanakan dan lugu ketika mengatakan bahwa di antara dalil ketinggian Allah secara mutlak adalah ayat-ayat yang ia sebutkan! Sebab tidak ada seorang pun di antara kaum Muslimin yang mengingkari bahwa Allah Maha Tinggi. Tetapi letak permasalahannya adalah bahwa kaum Salafi Wahhâbi yang mewarisi akidah kaum Mujassimah Musyabbihah memaknai ketinggian Allah itu secara fisikal.. Allah SWT berposisi di atas makhluk-Nya.. Allah berada dan bersemayam di atas Asry-Nya dan Arsy-Nya dipikul oleh makhluk-Nya dan terkadang, jika Allah sedang murka, para malaikat itu merasakan ada tambahan beban berat, karena dalam akidah mereka Allah itu berbobot… serta banyak rincian lain yang sangat menyimpang dari kemurnian akidah Islam yang diajarkan Nabi Muhammad dalam Al Qur’an dan Sunnahnya.)
Sementara umat Islam yang diwakili mayoritas Ahlusunnah (al Asy’ariyah dan al Maturidiyyah) dan Syi’ah (Imamiyah dan Zaidiyah) meyakini Kemahatinggian Allah dengan menyucikan-Nya dari tempat dan arah.
Itu sebabnya saya terpaksa mengatakan bahwa istidlâl/langkah pendalilan Ustadz Firanda itu kekanak-kanakan dan terkesan ‘lugu bin lucu’!
Saya yakin jika Ustadz Firanda berani menorehkan keterangan para ulama Islam dan para Ahli Tafsir ia akan dipermalukan oleh dirinya sebab, pemahaman seperti yang ia yakini itu adalah pemahaman menyimpang kaum Mujassimah.
Karenanya, di sini saya akan memnabtu pembaca menelaah keterangan para Mufassir kemaan Ahlusunnnah tentang makna sifat Allah al ‘Aliyyu/Yang Maha Tinggi.
Keterangan Para Ulama Islam Tentang Makna Sifat Allah:العَلِيُّ al ‘Aliyyu/Yang Maha Tinggi.
- Keterangan Imam Ibnu jarîr ath Thabari
Saya akan awali dengen menyebut keterangan ath Thabari dalam tafsir Jâmi’u al Bayân-nya,3/13:
وَأَمَّا تَأْوِيل قَوْله : { وَهُوَ الْعَلِيّ } فَإِنَّهُ يَعْنِي : وَاَللَّه الْعَلِيّ . وَالْفَعِيل : الْفَعِيل مِنْ قَوْلك عَلَا يَعْلُو عُلُوًّا : إذَا ارْتَفَعَ , فَهُوَ عَالٍ وَعَلِيّ , وَالْعَلِيّ : ذُو الْعُلُوّ وَالِارْتِفَاع عَلَى خَلْقه بِقُدْرَتِهِ .… .
وَاخْتَلَفَ أَهْل الْبَحْث فِي مَعْنَى قَوْله : { وَهُوَ الْعَلِيّ } فَقَالَ بَعْضهمْ : يَعْنِي بِذَلِك ; وَهُوَ الْعَلِيّ عَنْ النَّظِير وَالْأَشْبَاه . وَأَنْكَرُوا أَنْ يَكُون مَعْنَى ذَلِك : وَهُوَ الْعَلِيّ الْمَكَان , وَقَالُوا : غَيْر جَائِز أَنْ يَخْلُو مِنْهُ مَكَان , وَلَا مَعْنًى لِوَصْفِهِ بِعُلُوِّ الْمَكَان ; لِأَنَّ ذَلِك وَصْفه بِأَنَّهُ فِي مَكَان دُون مَكَان . وَقَالَ آخَرُونَ : مَعْنَى ذَلِك : وَهُوَ الْعَلِيّ عَلَى خَلْقه بِارْتِفَاعِ مَكَانه عَنْ أَمَاكِن خَلْقه , لِأَنَّهُ تَعَالَى ذِكْره فَوْق جَمِيع خَلْقه وَخَلْقه دُونه , كَمَا وَصَفَ بِهِ نَفْسه أَنَّهُ عَلَى الْعَرْش , فَهُوَ عَالٍ بِذَلِك عَلَيْهِمْ .
Allah adalah Maha al ‘Aliyyu. Dan kata al ‘Aliyyu adalah mengikuti wazan/bentuk: al fa’îlu diambil dari ucapanmu: علا يعلو علُوًّا ketika seorang/sesuatu itu meninggi. Dia adalah عالٍ dan علِيٌ. Kata العَلِيُّ artinya: yang memiliki ketinggian dan menbumbung di atas makhluk-Nya dengan Kemahakuasaan-Nya. …
Para pengkaji berbeda pendapat tentang makna ayat:
وَ هُوَ الْعَلِيُّ
Dan DiaIah Yang Maha Tinggi, sebagian dari mereka berpendapat: yang dimaksud adalah Dan Dia Maha Tinggi dari pesaing dan keserupaan. Mereka menolak memaknainya dengan: Dia Maha Tinggi tempat-Nya. Mereka berkata (berdalil): Tidak boleh sebuah tempat itu kosong dari-Nya. Dan tidak berarti mensifati-Nya dengan Ketinggian Tempat, sebab konsekuensi darinya adalah Dia berada di sebuah tempat tertentu dan tidak tempat lain.
Dan yang lainnya berpendapat, makna sifat itu adalah: Dia Maha Tinggi di atas makhluk-Nya dengan ketinggian tempat-Nya di atas tempat-tempat makhluk-Nya. Sebab Allah –Ta’ala Dzikruhu– di atas seluruh makhluk-Nya dan seluruh makhluk-Nya di bawah-Nya, sebagaimana Dia mensifati Diri-Nya dengan di atas Arsy. Maka dengan demikian Dia di atas mereka.” ((http://quran.al-islam.com/ Page.aspx?pageid= 221& BookID=13&Page=1))
Abu Salafy:
Dari keterangan Ibnu Jarir ath Thabari di atas dapat kita saksikan bahwa ada dua pendapat dalam memaknai sifat Allah al ‘Aliyyu. Kendati beliau tidak menjelaskan watak masing-masing pemilik pendapat di atas, namun dapat kita ketahui bahwa pendapat pertama adalah pendapat yang mewakili pendapat kaum Muslimin selain Mujassimah. Sedangkan pendapat kedua adalah pendapat kaum Mujassimah.
Para ulama sedikit menyesalkan kenapa Ibnu Jarir menyebutkan pendapat kedua ini dalam pasar pendapat, mengingat ia adalah pendapat yang jatuh, murahan dan tidak berbobot.. ia hanya pendapat yang mewaikili kaum dungu Mujassimah.
Imam Al Qurthubi berkomentar:
و ” الْعَلِيّ ” يُرَاد بِهِ عُلُوّ الْقَدْر وَالْمَنْزِلَة لَا عُلُوّ الْمَكَان ; لِأَنَّ اللَّه مُنَزَّه عَنْ التَّحَيُّز . وَحَكَى الطَّبَرِيّ عَنْ قَوْم أَنَّهُمْ قَالُوا : هُوَ الْعَلِيّ عَنْ خَلْقه بِارْتِفَاعِ مَكَانه عَنْ أَمَاكِن خَلْقه . قَالَ اِبْن عَطِيَّة : وَهَذَا قَوْل جَهَلَةٍ مُجَسِّمِينَ , وَكَانَ الْوَجْه أَلَّا يُحْكَى . وَعَنْ عَبْد الرَّحْمَن بْن قُرْط أَنَّ رَسُول اللَّه صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيْلَة أُسْرِيَ بِهِ سَمِعَ تَسْبِيحًا فِي السَّمَاوَات الْعُلَى : سُبْحَان اللَّه الْعَلِيّ الْأَعْلَى سُبْحَانه وَتَعَالَى . وَالْعَلِيّ وَالْعَالِي : الْقَاهِر الْغَالِب لِلْأَشْيَاءِ , تَقُول الْعَرَب : عَلَا فُلَان فُلَانًا أَيْ غَلَبَهُ وَقَهَرَهُ ,
قَالَ الشَّاعِر :
فَلَمَّا عَلَوْنَا وَاسْتَوَيْنَا عَلَيْهِمْ *** تَرَكْنَاهُمْ صَرْعَى لِنَسْرٍ وَكَاسِر
وَمِنْهُ قَوْله تَعَالَى : إِنَّ فِرْعَوْن عَلَا فِي الْأَرْض
“Dan sifat al ‘Aliyyu, yang maksud dengannya adalah Kemahatinggian kekuasaan dan keududukan. Bukan ketinggian tempat. Karena Allah Mahasuci dari berada di sebuah posisi/tempat.
Ath Thabari menukil pendapat dari selempok kaum bahwa mereka berkata, ‘Dia Maha Tinggi di atas makhluk-Nya dengan ketinggian tempat-Nya di atas tempat-tempat makhluk-Nya.’ Ibnu ‘Athiyyah berkata, ‘Ini adalah pendapat kaum jahil Mujassimah. Dan semestinya tidak disebutkan sebagai pendapat!. Dari telah diriwayatkan dari Abdurrahman bin Qurth bahwa ketika Rasulullah saw. disira’kan beliau mendengar bacaan tasbîh di langit-langit tertinggi:
سُبْحَان اللَّه الْعَلِيّ الْأَعْلَى سُبْحَانه وَتَعَالَى
Subhanallah/Mahasuci Allah Dzat Yang Maha Tinggi Subhanallah Ta’âlâ.
Dan kata الْعَلِيُّ dan الْعَالِيُّartinya adalah al Qâhir/Yang Maha Menaklukkan dan Mengalahkan segala sesuatu. Orang-orang Arab berkata: علا فلانٌ/’Alâ fulân artinya: Dia (si fulan) mengalahkan dan menaklukkan.
Seorang pujangga Arab bersyair:
فَلَمَّا عَلَوْنَا وَاسْتَوَيْنَا عَلَيْهِمْ *** تَرَكْنَاهُمْ صَرْعَى لِنَسْرٍ وَكَاسِر
Dan ketika kami telah kalahkan dan kami kuasai mereka*** kami biarkan mereka tergeletak untuk santapan burung garuna dan pencabik.
Dan kata ‘ala dengan arti menang/mengalahkan adalah dalam firman Allah –Ta’âlâ-:
إِنَّ فِرْعَوْنَ عَلا فِي الْأَرْضِ
Sesungguhnya Firaun telah berkuasa di muka bumi. (QS. Al Qashash [26];4) ”[2]
((http://quran.al-islam.com/ Page.aspx?pageid=221&BookID=14&Page=1))
Imam asy Syaukani menerangkan bahwa yang dimaksud dengan sifat itu adalah: “Yang dimaksud adalah Kemahatinggian Kekuasaan-Nya dan kedudukan.” Dan setelahnya ia juga mengemukakan peneyesalannya mengapa Ibnu Jarîr ath Thabari menyebut-nyebut pendapat kedua (oleh kaum Mujassimah) tersebut. Mengingat ia adalah pendapat murahan.. Lebih lanjut komentar asy Syaukani baca Tafsir Fathu al Qadîr,1/272.
Imam al Khâzin berkata menjelaskan:
“Dan Dia Maha al ‘Aliyyu yaitu Yang Maha Tinggi di atas makhluk-Nya yang tiada sesuatu apapun di atas-Nya dalam apa-apa yang Allah wajib disifati dengannya dari berbagai makna kaperkasaan dan kesempurnaan. Dia Maha Tinggi secara mutlak dari keserupaan dan padanan serta lawan.
Dan ada yng mengatakan Dia Maha Tinggi dengan kerajaan, kekuasaan dan penaklukan. Maka tiada yang mengalahkan-Nya.
Ada pula yang mengatakan bahwa makna sifat Allah al ‘Aliyyu adalah diambil dari pengertian Kemahakuasaan dan Kemahaperkasaan serta keberhakan-Nya menyandang segala sifat terpuji secara mutlak.
Dan ada juga yang mengatakan: Dia Maha Tinggi dari (dapat) diliputi oleh pensifatan para pensifat.”[3]
Dan Imam Muhyis Sunnah al Baghawi (yang digelari Muhyis Sunnah) juga berkentar serupa.[4]
Abu Salafy:
Dari paparan ringkas beberapa keterangan ulama Ahlusunnah dapat dimengerti bahwa mereka semua sepakat memaknai sifat Allah al ‘Aliyyu dengan makna yang mensucikan Allah dari ketinggian tempat… hanya kaum Mujassimah sajalah yang memahaminya demikian. Dan ustadz Firanda salah satu dari mereka… karena memeng hanya pemahaman itu yang mungkin ia pelajari dari para Masyâikh Mujassimah di ‘kampus terhormatnya’! dan dengan demikian saya akhiri tanggapan saya atas dalil kelima Ustadz Firanda… dan nantikan tanggapan saya selanjutnya atas dalil-dalil lucu Ustadz Firanda lainnya.
(Bersambung Insya Allah)
[1] Di sini Ustadz Firanda salah menulis nomer ayat. Ia menulisnya: 28. Itu mungkin hanya sekedar salah ketik biasa. Yang benar adalah apa yang saya sebutkan di atas.
[2] Tafsir al Jâmi’ Li Ahkâmi al Qur’ân,3/278
[3] Tafsir Lubâb at ta’wîl,1/270-271.
[4] Tafsir Ma’âlim at Tanzîl,1/270.
Filed under: Akidah Tajsim & Tasybih, Fatwa Jenaka Wahabi, Kajian Hadis, Kenaifan Kaum Wahhabi, Manhaj, Membantah Ust. Firanda, Menjawab Web/Blog Wahabi/Salafy, Ulama Salafy-Wahabi Bicara, Wahhabi Versus Ulama Islam |
syukran pak abu atas penjelasan Bapak… sungguh terang seterang matahari di sinang hari bagi yang nggak buta atau menutup matanya sendiri…. saya senang dengan kajian seperti ini karena terus terang membuat saya jadi mengerti banyak tentang akidah Islam yang sohihah.
dengan paparan yg lugas dan cerdas ini, mudah-mudahan Firanda bisa terbuka hatinya untuk menerima kebenaran.
Amin. Atau setidaknya pengikut salafi mulai sadar akan kesalahan akidah mereka. Amin
Dari jaman kuda sampe sekarang jamannya bbm-an, kakao talk, whatsapp masih juga Wahabi gak ngarti juga. Apa sih yang bikin Wahabi kagak ngarti-ngarti heran. Kapan ngartinye ye
Imam Ali as pernah berkata “Ketika kiamat telah mendekat akan ada sekelompok umat ini yang kembali menjadi kafir, mereka mengingkari penciptaan mereka dan mensifatiNya dengan jisim dan anggota badan”
Ajib!!! Tolong sertakan sumbernya biar makin mantab.
jazakumullah khairan katsira,
BISMILLAHIRAHMANIRRAHIM, Allahumma sholli ala sydna muhammadin wa aala aali sydn muhammad.
Allahumma ashihha badan, abusalafy, wa awseq rizk abusalafy. waj al duaahu mustajaban, wa amaluhu maqbulan wa saqyuhu maskuran wa danbuhu magfuran. wak simhu fiima baqiya min umrihi ya ALLAH bijalaliKA wa QudksiKA . WA ANTA FAUQO MA NAQUL (dan engkau diATAS apa yg kami sifati) bihakki LA ILAHA ILLA ANTA
Abusalafy, kalau antum benar, tunjukkan wujud Abu yg sebenarnya, jgnmenyarukan identitas. Ustadz Firanda di blog resmi dgn identitas jelas, Abu di WordPress blog dan domain gratisan.
@abu rafi
apa sih pentingnya identitas buat antum, kalo ente bisa nyanggah ya sanggah saja artikel2 disini, ga usah mempermaslahkan idnetitas atau domain gratis, jangan mempermasalahkan yang bukan masalah deh n ente bangga banget ama firanda dengan identitas jelas tapi ilmunya ga jelas, banyak kontradiksi.
saran saya buka dulu jubah kewahabian ente, baca baik2 artikel disini terus ente bandingin ama artikel firanda
Apa hubungannya bung?!
Bantah saja pak abu!!
wahabi kok gitu terus komennya?
أحسنتم يا اخي ابو سلفي
setuju….siapa sih sebenarnya abu salafi itu ???? tampangnya kayak apa?
@barba dan buad sapa sajah yg penasaran dgn tampang dari ustad abu salafy
Ane kebetulan sempat donlot dari pesbuknya ustad abu salafy tiga tahun lalu potonya. Gak tahu pesbuknya ustad masih aktif ato gak. Mungkin juga ustad agak sedikit berubah tampangnya maklum saja nih poto ane ambil dari pesbuk dan lama banged
http://i39.tinypic.com/4qr5v.jp
http://tinypic.com/view.php?pic=4qr5v&s=5
Ini juga sama aja! Bisanya ribut yang nggak nggak. Dasar WAHABRET BIN KAMPRET
susahnya mmberikan pencerahan bagi orang yg tolo ukur KEBENARAN dari wujud organgnya !!! UNDZUR MAQOL WA LA TANDZUR MAN QOL ( lihatlah (perhatikanlah) pembicaraannya jgn kamu lihat siapa yg berbica ) mskripun dr org non islam skalipun, jika itu IBROH (pelajaran) & Hikmah ,mk kita diwajibbankn untuk menggambilnya, sbgaimana kwajiban menuntut ilmu ILMU pengeTAHUAN agar kita TAU ! kmdian mmperbaiki kslhan kita dimasa LALU. LGIAN UDAH JELAS REFERENSI HADIS & ULAMA BESAR DIATAS !! TINGGAL CEK SAJA
Untuk sdmua salafiyyun…. mau nanya nih, kira-kira menurut antum antum semua, Allah itu Maha Tinggi sejak AZALI sebelum terciptanya langit langit, Kusry, Arsy dll atau baru setelah semua itu diciptakan???? Ayooo jawab lhoo!! Sebab jawaban antum sdmua akan jadi pertanda antum di atas al haq atau fi dhalalin mubinin!!!
artikel mantap..
serba ngaco,tanpa dalil dari hadits2 shohih,nampaknya Abu Salafy ini anti kutubu sittah ya?? ciri2 syi’ah adalah,sangat anti dan benci dengan hadits2 dari Bukhari,Muslim,Ibnu Majah,Abu Dawud,dll….
@holoma
Bisaanya cuma marah2 plus ngeyel panggil ustad lo,.. Bantah artikel ini kalo bisa… Monyong luu..