Membongkar Kepalsuan Syubhat Ustadz Firanda Dalam Buku “Ketinggian Allah Di Atas Makhluk-Nya” (2)

Membongkar Kepalsuan Syubhat Salafi Wahhâbi Tentang Ketinggian Fisikal Allah SWT Di Atas Makhluk-Nya

Al Qur’an adalah nash suci yang tidak boleh sembarangan menafsirkannya tanpa dasar, metode dan petunjuk yang benar. Memaksakan Al Qur’an dengan pemahaman kita demi menampilkannya sebagai yang berlebel Qur’ani adalah salah satu bentuk menafsirkan Al Qur’an dengan ra’yu/pendapat pribadi tanda dasar! Dan itu sangat dikecam Allah dan RasulnNya saw. Dan biasanya mereka yang memplesetkan tafsiran ayat-ayat Al Qur’an akibat kebengkokan jiwa dan pikirannya atau terjebak dalam penyimpangan penafsiran itu disebabkan mereka berkubang dalam ayat-ayat mutasyâbihât dan meninggalkan berpetunujuk dengan ayat-ayat muhkamât. Selain juga dipengaruhi oleh mengabaikan kaidah-kaidah bahasa Arab yang mana Al Qur’an diturunkan dengan bahasa tersebut! Bahasa Arab yang penuh dengan keindahan fariasi kesusastraan yang unik dan penggunaan majazi yang memukau… dan mengabaikan sisi ini akan menjadikan seorang yang hendak menyelami lautan kandungannya menjadi tenggelam dalam kejahilan dan keajaman yang sangat menyimpang dan menyesatkan!

Setelah sebelumnya bagaimana Anda saksikan bahwa ayat 18 surah Al Anâm yang dijadikan dalil Ustadz Firanda (agen lokal sekte sempalan Salafi Wahhâbi Mujassim) dan kaum Mujassimah lainnya sebagai dalil menunjukkan bahwa Ketinggian posisi Dzat Allah SWT[1] ternyata tidak menunjukkan seperti apa yang ia simpulkan, yang entah dari mana sumbernya dan apa alasan dan buktinya… dan setelah Anda ketahui bagaimana ternyata pemahaman para ulama Islam yang telah saya nukilkan sebagian keterangan mereka benar-benar bertentangan dengan apa yang dipahami oleh Ustadz Firanda dan para Salafiyyûn Wahhâbiyyûn lainnya… setelah itu semua saya ajak sobat abusalafy yang cerdas lagi kritis untuk membuktikan kepalsuan dan kenaifan pendalilan kedua Ustadz Firanda di bawah ini:

“Kedua: Penyebutan ‘al- fauqiyyah (ketinggian) Allah Azza wa Jalla dengan kata penghubung ‘min’. Seperti dalam firman Allah Azza wa Jalla:

وَ لِلَّهِ يَسْجُدُ ما فِي السَّماواتِ وَ ما فِي الْأَرْضِ مِنْ دابَّةٍ وَ الْمَلائِكَةُ وَ هُمْ لا يَسْتَكْبِرُونَ  *يَخافُونَ رَبَّهُمْ مِنْ فَوْقِهِمْ وَ يَفْعَلُونَ ما يُؤْمَرُونَ 

Dan milik Allah sajalah[2] segala apa yang berada di langit dan semua makhluk yang melata di bumi dan (juga) para malaikat, dalam keadaan mereka tidak sombongi. Mereka takut terhadap Tuhan mereka yang berada di atas mereka, dan mereka mengerjakan apa yang diperintahkan.(QS. An Nahl: 49-50)

Ibnu Khuzaimah (rh) menyatakan:

“Maka Allah Yang Maha Mulia dan Maha Tinggi memberitakan kepada kita dalam ayat ini bahwa Rabb kita berada di atas para malaikat-Nya, dan berada di atas segala yang ada di langit dan di bumi berupa makhluk melata, dan (Allah) mengkhabarkan kepada kita bahwa para malaikat takut terhadap Rabb mereka yang berada di atas mereka. (Lihat Kitaabut Tauhid karya Ibnu Khuzaimah halaman 111)

Ustadz Firanda juga menegaskan ketika membantah keterangan al Hafidz Ibnu Jauzi:

“Perkataan “fulan fauqa funa” mungkin bisa menunjukkan makna seperti yang ia maksud, akan tetapi jika dikatakan “fuan min fauqi fulan” maka tidak bisa dibawakan kecuali kepada makna posisi. Allah SWT. Berfirman dalam Al Qur’an:

يَخافُونَ رَبَّهُمْ مِنْ فَوْقِهِمْ وَ يَفْعَلُونَ ما يُؤْمَرُونَ

Mereka takut terhadap Tuhan mereka yang berada di atas mereka, dan mereka mengerjakan apa yang diperintahkan.(QS. An Nahl: 49-50)

Dan dalam bahasa Arab jika dikatakan “min fauqi” tidak bisa menunjukkan makna kadar tetapi maknanya di atas dari segi posisi.” (Ketinggian Allah SWT Di Atas Makhluk-Nya:10-11)

Abu Salafy Berkata:

Inilah puncak usaha “mati-matian” yang mampu dicurahkan Sarjana kebanggan kaum awam Salafi Wahhâbi di tanah air tercinta ini. Tidak ada satu pun bukti dan alasan yang diajukan untuk mendukung premis dan anggapannya di atas. Tidak pula ada keterangan Nabi Muhammad saw., para sahabat mulia dan para ulama dan ahli tafsir, kecuali hanya keterangan Ibnu Khuzaimanh. Itupun seperti telah saya singgung sebelumnya juga masih berbias! Tidak jelas menunjukkan apa yang dipahami Ustadz Firanda… dan andaipun sesuai yang yang dipahami Ustadz Firanda juga ia tidak bernilai sedikit pun di pasar intelektual, karena alasan yang telah saya sebebutkan sebelumnya!

Sekali lagi saya tegaskan di sini bahwa kesalahan fatal kaum Mujassimah (yang mana Ustadz Firanda di kampusnya sana di Arab Saudi belajar menelan mentah-mentah sajian beracun para Masyâikh Wahhâbi Taimi) adalah mereka meyakini tidak mengapa Allah SWT bersifat dengan berbagai sifat khusus jism dan jismâni, seperti bertempat, bergerak, berbobot, dibatasi oleh ruang dan berbentuk serta sifat-sifat khusus jism dan jismâni lainnya. Oleh karenanya mereka selalu memaksa ayat-ayat tertentu untuk dipahami dalam koridor ini! Akibatnya mereka terjebak dalam kesesatan akidah Tauhid!

Di sini, Ustadz Firanda juga tidak mampu membebaskan akidahnya dari penyimpangan pemahaman tersebut! Ia ngotot mengatakan bahwa ayat-ayat tersebut menunjukkan bahwa POSISI ALLAH DI ATAS! ALLAH BERADA DI ATAS LANGIT Perhatikan: POSISI ALLAH! ALLAH BERADA DI ATAS LANGIT!

Abu Salafy:

Sobat abusalafy yang cerdas! Saya tidak akan berpanjang-panjang menyita waktu Anda. Saya akan ajak langsung Anda menyimak bagaimana para Ulama Islam (Ahlusunnah; Asy’ariyyah-al Maturidiyyah) memahami ayat tersebut di atas berbeda dengan pemahaman kaum Mujassimah dan kaum Salafi Wahhâbi ‘Agen Tunggal’ kesesatan mereka. Di bawah ini akan saya nukilkan beberapa keterangan ulama para ahli tafsir.

  • Keterangan al Hafidz Abu Hayyan al Andalûsi dalam tafsir al Bahru al Muhîth,6/541:

Al Kirmâni berkata, “Dan malaikat itu disifati dengan sifat khauf/takut. Karena mereka sebenarnya bisa melakukan maksiat kendati mereka tidak melakukannya. Dan al fauqiyyah al makâniyah/ketinggian posisi itu mustahil bagi Dzat Allah –Ta’âla-. Dan jika min fauqihim kamu kaitakan dengan kata yakhâfûn maka pada kalimat itu ada kata yang hapus/ tidak disebutkan (namun kira-kirakan ada), maknanya, ‘Mereka takut siksa Tuhan mereka yang mana siksa itu datang dari atas mereka.’ Sebab siksa itu turun dari arah atas. Dan jika kamu kaitkan dengan kata Rabbahum, maka dia menunjukkan keadaan Tuhan. Yaitu maknanya, ‘Mereka takut Tuhan mereka dalam keadaan Tuham mereka Maha Tinggi dan Menundukkan mereka.’ Pemahaman ini berdasarkan ayat:

  1. وَ هُوَ الْقاهِرُ فَوْقَ عِبادِهِ

Dan Dialah Maha Menundukkan di atas hamba-hamba-Nya.

Dan:

وَ إِنَّا فَوْقَهُمْ قاهِرُونَ

” dan sesungguhnya kita berada di atas mereka.” (QS Al A’raf [7]127)

Keterangan di atas jelas sekali bagi kita bahwa ketinggian posisi adalah mustahil bagi Allah! Dan inilah akidah Islam yang murni yang jauh dari penyimpangan akidah Yahudi!

  • Keterangan Imam al Hafidz al Mufassir Ibnu Jazzi al Kalbi dalam Kitab at Tashîl Li ‘Ulûm at Tanzîl,2/155:

يَخافُونَ رَبَّهُمْ مِنْ فَوْقِهِمْ وَ يَفْعَلُونَ ما يُؤْمَرُونَ

Mereka takut kepada Tuhan mereka yang di atas mereka.” (QS. An Nahl [16];50)

Ini adalah pemberitahuan tentang sikap para malaikat. Dan ia menunjukkan ketidak-angkuhan mereka. Dapat dimungkinkan bahwa ketinggian dimaksud di sini adalah ketinggian Kemahakuasaan dan Kemahaagungan. Atau ia tergolong ayat-ayat yang musykil yang tidak boleh ditakwilkan. Dan ada pula yang berpendapat, “Mereka takut Allah mengirim siksa dari arah atas mereka.”

 

Abu Salafy:

Dari keterangan yang mencerminkan kehatia-hatian di atas dapat kita mengerti bahwa fauqiyyah/ketinggian dimaksud dalam ayat di atas adalah tidak menunjukkan ketinggian posisi seperti yang dipaksakan oleh kaum Mujassimah. Tetapi ia menunjukkan Kemahatinggian keagungan dan kekuasaan/fauqiyyah al qudrah wa al ‘adzamah. Jika pun menafsiran/penakwilan di atas tidak diterima maka kita harus menahan diri dari memaknainya dengan makna apapun. Kita kembalikan penafsiran maknanya kepada Allah SWT yang menfirmankannya. Dan ini adalah mazhab tafwîdh seperti yang telah diketahui bahwa sebagian Salaf Shaleh menempuh jalan ini dalam menyikapi ayat-ayat sifat! (Baca kembali keterangan abusalafy dalam BENARKAH WAHHABIYAH PEWARIS SEJATI MAZHAB SALAF? II. (Ditulis pada Desember 30,2007)

  • Keterangan Imam as Suyûthi dalam Tafsir al Jalalain dan Ash Shâwi Pensyarah Jalalain,2/292:

يَخافُونَ رَبَّهُمْ مِنْ فَوْقِهِمْ وَ يَفْعَلُونَ ما يُؤْمَرُونَ

Mereka takut kepada Tuhan mereka yang di atas mereka.” (QS. An Nahl [16];50)

Maksudnya, Dia (Allah) Maha Tinggi atas mereka dengan penundukan/’âliyan ‘alaihim bilqahri.

Ash Shawi menjelaskan penafsirn di atas dengan keterangaN sebagai berikut: “Makna ayat ini adalah: ‘Mereka (para malaikat) takut kepada Allah dalam keadaan Allah Mahamenguasai mereka dan Mahamenundukkan mereka. Maka yang dimaksud dengan al fauqiyyah/ketinggian di sini atas adalah al isti’lâ’ wa al qahru/menguasai dan menundukkan. Bukan al jihah/arah/posisi. Karena posisi/arah adalah mustahil bagi Dzat Allah!!

Abu Salafy:

Demikianlah para ulama Islam memahami ayat di atas…. jauh dari akidah Tajsîs yang memposisikan Allah di posisi dan arah tertentu. Maha Suci Allah dari pensifatan kaum jahil lagi zalim!

  • Keterangan Kyai Muhammad Nawai al Bantani dalam tafsir Mirâh Labîd,1/455-456.

يَخافُونَ رَبَّهُمْ مِنْ فَوْقِهِمْ وَ يَفْعَلُونَ ما يُؤْمَرُونَ

Mereka takut kepada Tuhan mereka yang di atas mereka.” (QS. An Nahl [16];50)

Beliau berkata, “Kalimat ini menerangkan firman Allah sebelumnya:

لا يَسْتَكْبِرُونَ

sedang mereka ( malaikat ) tidak menyombongkan diri.

Atau ia menjadi hâl/yang menunjukkan keadaan dari kata gantinya. Yaitu mereka dalam keadaan takut kepada Penguasa segala urusan mereka dengan rasa takut kerena wibawa dan pengagungan sedang Dia di atas mereka dengan menundukan/bilqahri.

Penegasan bahwa al fauqiyyah di sini tidak terkait dengan ketinggian posisi/arah Allah, akan tetapi terkait dengan Kemahatinggian dari sisi penguasaan dan penundukan atas seluruh makhluk-Nya sangat jelas dari keterangan para ulama yang saya nukilkan di atas, maupun keterangan lain yang tidak saya kutip di sini… hal mana sudah cukup sebagai bukti bahwa pemahaman yang benar adalah mensucikan Allah SWT dari keberadaan di posisi atau arah tertentu. Dan hanya kaum Mujasimmah (Salafi Wahhâbi) sajalah yang meyakini akidah menyimpang dalam masalah ini bahwa Allah BERADA DI ATAS! POSISI ALLAH DI ATAS!

Dan sebelum saya akhiri penjelasan saya tentang ayas di atas, saya akan nukilkan untuk Anda pernyataan Imam Ibnu Baththâl (sebagaimana dinukil dan didukung oleh al Hafidz Ibnu Hajar):

“Tiada bukti bagi kaum Mujassimah dalam menetapkan tempat bagi Allah karena alasan yang telah tetap bahwa mustahil Allah berupa Jism atau bersemayam pada  tempat tertentu.!”

Jadi akidah bahwa Allah bertempat adalah akidah kaum Mujassimah! Akidah yang menyimpang dari ajaran Al Qur’an dan Sunnah!! Menyimpamng dari akidah kaum Muslimin!!

Semoga ketarangan ini bermanfaat bagi Anda.

(Bersambung Insya Allah)


[1] Inilah kata-kata Ustadz Firanda yang membuktikan penyimpangan akidah tauhidnya dengan meyakini bahwa Allah itu berposisi dan berada di sebuah tempat. (Baca Ketinggian Allah Di Atas makhluk-Nya: 6,11, 15 dll.) Dan saya berharap para pembaca mau merujuk ke kamus-kamus bahasa Indonesia apa konotasi kata berada dan berposisi? Bukankah itu menunjukkan keberadaan di sebuah tempat! Itulah yang membedakan akidah Islam yang diimani kaum Muslimin, baik Ahlusunnah (Asy’ariyah-al Mâturiyyah) dan Syi’ah baik Zaidiyah maupun Ja’fariyyah Imamiyyah Itsa Asyariyyah dengan akidah yang diimani oleh Salafi Wahhâbi Mujassim Musyabbih!

[2] Di sini saudaraku Ustadz Firanda melakukan kesalaha fatal dalam menerjemahkan bagian awal ayat di atas yang saya tandai dengan garis bawah. Terjemahan yang benar aadalah: Dan hanya kepada Allah sajalah bersujud…. dia meninggalkan kata: يَسْجُدُ/bersujud.Tapi saya tidak bermaksud mempermasalahkannya atas kesalahan itu. Mungkin hanya salah ketik saja!

7 Tanggapan

  1. Mantap mas abu, lanjutkan !!!

  2. kenapa ustad Firanda kok tidak memberi tanggapan?
    apa sudah mengetahui kesalahanya?

    • Jika Allah sudah menyesatkan, tidak seorangpun bisa memberi hidayah kecuali oleh Nya. Jadi percuma dibalas.

  3. firanda @ :
    hahaha…pernyataan anda cucok sekali untuk pribadi sampean sendri !!
    percuma dibalaz ,BUKTI KEBANGKRUTAN. 😀 “QuL inkuntum Shoodiqin” katakanlah jika kamu orang2 yg benar “Qul Khaatu burhaanakum” jgn bengong hidayah gk masuk 😀 anda terlalu mendewakan dri & didewakan oleh org2 anda sehingga tdk dpt mencerna fakta nyata penyimpangan aqidah anda. hingga pndpat ulama besar anda nafikan naudzubillah . orang bodoh lg celaka itu org yg tau kesalahannya tp bengong (diam) tdk berubah.

  4. Reblogged this on My Blog and commented:
    sedikit ….bacaan toek pagi ini…..

  5. Untuk sdmua salafiyyun…. mau nanya nih, kira-kira menurut antum antum semua, Allah itu Maha Tinggi sejak AZALI sebelum terciptanya langit langit, Kusry, Arsy dll atau baru setelah semua itu diciptakan???? Ayooo jawab lhoo!! Sebab jawaban antum sdmua akan jadi pertanda antum di atas al haq atau fi dhalalin mubinin!!!

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s