Ternyata Tuhan Tidak Di Langit ! (3)

 

Kritik Atas Akidah Ketuhanan ala Wahabi Salafy

Hadis Jâriyah Dengan Redaksi: Siapa Tuhanmu?

Selain itu, hadis tentang pemerdekaan budak wanita juga telah datang dalam sebagian riwayat Ahli hadis melalui jalur/sanad yang shahih dengan redakasi ketiga yaitu: Siapa Tuhanmu? Bukan redaksi: Di mana Tuhanmu?

Ibnu Hibbân meriwayatkan dalam kitab Shahih-nya dengan sanad bersambung kepada Syarîk ibn Suwaid ats Tsaqafi, ia berkata:

.

يا رسول الله ، إنَّ أُمِّي أَوْصَتْ أنْ نُعْتِقَ عَنها رَقَبَةً وعندي جارِيَةٌ سَوْدَاءُ، قال: أُدْعُ بِها! فَجَاءتْ ، فقال: مَنْ رَبُّكَ ؟ قالت: اللهُ. قال: مَنْ أنَا؟ قالت: أنْتَ رَسُوْلُ اللهِ. قال: أعتقها فإنها مؤمنة

.

“Aku berkata, ‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya ibuku berwasiat agar kami memerdekakan budak dan aku punya seorang budak sahaya berkulit hitam. Nabi saw. bersabda, ‘Panggil dia!’ Lalu dia datang, maka Nabi saw. bertanya, ‘Siapa Tuhanmu? Ia berkata, ‘Allah.’ Nabi saw. bertanya lagi, ‘Siapa aku?’ ia menjawab, ‘Engkau adalah Rasul Allah.’ Nabi saw. bersabda memerintah, ‘Merdekakan dia karena sesungguhnya dia seorang wanita mukminah.’”

Catatan Penting!

Hadis dengan redaksi seperti di atas juga telah diriwayatkan melalui jalur Hammâd dari Muhammad ibn ‘Amr dari Abu Salamah dari Syarîk. Perhatikan as Sunan ash Shughra; an Nasa’i, 6/252, as Sunan al Kubrâ, 4/110, Musnad Ahmad, 4/222, 388 dan 389, ath- Thabarani, 7/320 hadis no.7257, al Baihaqi, 7/388 mereka semua meriwayatkan dari jalur Ziyâd ibn Rabî’ dari Muhammad ibn ‘Amr dari Abu Salamah dari Abu Hurairah dan Syarîk, dan juga diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah dalam at Tauhid-nya:122.

Dan diriwayatkan oleh ath Thabarani, 17/139 hadis no. 338 dari jalur Abu Ashim, ia berkata, ‘Ma’dân al Munqiri menyampaikan hadis kepada kami dari ‘Aun ibn Abdillah, ia berkata, ayahku menyampaikan hadis kepadaku dari kakekku. Selain itu hadis itu telah diriwayatkan oleh: al Hakim dalam Mustadrak-nya, 3/258, al Baihaqi, 7/388, ath Tthabarani dalam al Mu’jam al Awsath-nya dari hadis Abu Hurairah, dan al Haitsami mengomentarinya dengan, “Seluruh parawinya tsiqah (jujur terpercaya).” Dan sekali lagi kami ingatkan bahwa Syeikh Albâni telah menshahihkan jalur riwayat Hammâd dari Muhammad ibn ‘Amr dari Abu Salamah dari Syarîk. Baca Shahih Abu Daud,2/632 hadis no. 2810-3283!

Kesimpulan.

Maka dari penelusuran panjang hadis tersebut dengan berbagai redaksinya tampak jelas bahwa hadis Jâriyah ini adalah muththarib! Redaksi pertanyaan Nabi saw. kepada budak wanita itu sangat kacau!

Paling tidak ada tiga redaksi, sesekali dengan, ‘Di mana Allah?’ Dan ia menjawab, ‘Di langit.’ Dalam redaksi kedua: ‘Siapa Tuhanmu?’ Dan dia menjawab: Allah. Dan ketiga: ‘Apakah engkau bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah?’ Dan ia pun menajwab: Ya. Dan ini artinya hadis itu muththarib!!

Jika kaum Ektremis Wahhabiyah mengingkari bahwa hadis yang redaksinya sekacau ini adalah muththarib, maka saya yakin Anda tidak akan pernah menemukan hadis muththarib di muka bumi ini!

Dan untuk lebih jelasnya kami akan sajikan kepada Anda definisi hadis Muththarib sebagaimana dijelaskan para ulama ahli hadis dan sekaligus penegasan para pakar ahli hadis bahwa hadis Jâriyah yang sedang dibanggakan para “Sarjana Ilmu Hadis Wahabi Setengah Awam” ini adalah muththarib!.

Definisi Hadis Muththarib

Imam an Nawawi dalam kitab at Taqrîb-nya, Naw’ (macam/bahasan) ke 19 mendefinisikan hadis muththarib sebagai:

“Hadis yang diriwayatkan dengan beragam bentuk yang berdekatan. Jika salah satu dari dua riwayatnya lebih unggul dengan ketepatan hafalan parawinya atau lebih banyak persahabatan dengan parawi sebelumnya (gurunya) atau dengan sebab selainnya maka yang ditetapkan adalah yang lebih unggul itu, dan ia tidak lagi menjadi muththarib. Kemuththariban itu menyebabkan lemahnya hadis sebab ia mengesankan kurangnya dalam ketepatan hafalan. Terkadang ia mengena sanad dan terkadang mengena matan atau mengena keduanya dari seorang parawi atau sekelompok perawi.” [i]

Ibnu Daqqil ‘Ied mendefinisikannya dalam kitab al Iqtirâh-nya:

“Hadis Muththarib yaitu hadis yang diriwayatkan dari beragam jalur yang berbeda-beda. Ia termasuk salah satu sebab cacat dan lemahnya hadis menurut ulama.”

Penegasan Para Huffâdz Dan Ulama Hadis Bahwa Hadis Jâriyah Adalah Muthtarib!

Setelah Anda mengetahui definisi hadis muthtarib dan ia adalah menyebabkan lemahhnya sebuah hadis, maka sekarang perhatikan keterangan dan keputusan para ulama tentang status hadis Jâriyah.

1. Imam al Hafidz al Baihaqi:

Al Hafidz al Baihaqi telah menegaskan bahwa hadis itu muthtarib. Ia berkata:

.

وهذا صحيح قد أخرجه مسلم مقطعا من حديث الاوزاعي وحجاج الصواف عن يحيى بن أبي كثير دون قصة الجارية. وأظنه إنما تركها من الحديث لاختلاف الرواة في لفظه ؟ وقد ذكرت في كتاب الظهار من السنن مخالفة من خالف معاوية بن الحكم في لفظ الحديث .

“Ini adalah hadis shahih, Muslim telah mengeluarkan (meriwayatkan)nya dengan memotong (tidak keseluruhan/total riwayat) dari hadis (riwayat) al Awza’i dan Hajâj ash Shawwâf dari Yahya ibn Abi Katsîr tanpa menyebut kisah Jâriyah (budak perempuan). Mungkin ia meninggalkan (menyebutnya) dalam hadis itu disebabkan perselisihan para perawi dalam penukil redaksinya. Dan saya telah menyebutkan dalam kitab as Sunan pada bab adz Dzihâr perselisihan perawi yang menyelisihi Mu’awiyah ibn Hakam dalam redaksi hadis.” [ii]

Lebih lanjut baca juga as Sunan al Kubrâ,7/388.

Dan seperti Anda saksikan bahwa al Hafidz al Baihaqi secara tegas mengatakan bahwa hadis Jâriyah itu muththarib karena perselisihan perawinya dalam menukil redaksi yang sebenarnya. Dan juga bahwa hadis itu tidak termasuk riwayat Imam Muslim dalam kitab Shahihnya. Dan anggap benar hadis itu ada dalam Shahih Muslim ia tidak diragukan lagi adalah hadis muththarib, seperti telah kami buktikan sebelumnya! Dan yang mendukung kebenaran penegasan al Baihaqi bahwa Imam Muslim tidak menyebutkannya sama sekali dalam bab tentang pemerdekaan budak tidak pula dalam bab tentang keimanan dan nazar!

Peringatan!

Dan seperti akan kami jelaskan nanti bahwa Pendekar Ilmu Hadis Wahhabi kebanggaan sarjana-sarjana muda Wahabi; Nâshiruddîn al Albâni telah melakukan kecurangan –seperti kebiasaannya- dalam menukil pernyataan dan komentar al Baihaqi di atas. Nantikan!

2. Imam al Hafidz al Bazzâr

Imam al Hafidz al Bazzâr telah menegaskan kemuththariban hadis itu dalam Musnad-nya. Setelah meriwayatkan hadis itu dari sebuah jalurnya, ia berkata:

وَهَذَا قَدْ رُوِيَ نَحْوُه بأَلْفاظٍ مُخْتَلِفَةٍ.

“Hadis ini telah diriwayatkan hadis serupa dengannya dengan beragam redaksi.”[iii]

3. Al Hafidz Ibnu Hajar al Asqallâni

Ibnu Hajar –penutup para hafidz- menegaskan vonis serupa, dalam kitab at Talkhîsh al Khabîr-nya, ia mengatakan:

.

وفي اللفْظِ مخالفةٌ كثِيْرَة

“Dan pada redaksinya terdapat pertentangan yang sangat banyak.”

Dan al Hafidz Ibnu Hajar tegas sekali dalam akidahnya bahwa tidak dibenarkan mengatakan untuk Allah di mana. Ia mengabaikan hadis ini kendati bisa saja sanadnya shahih, karena ia adalah hadis yang muththarib. Karenanya ia menegaskan dalam Fathu al Bâri-nya,1/221:

فإن إدراك العقول لاسرار الربوبية قاصر فلا يتوجه على حكمه لم ولا كيف ؟ كما لا يتوجه عليه في وجوده أين. ‍

“Kerena sesungguhnya jangkauan akal terhadap rahasia-rahasia ketuhanan itu terlampau pendek untuk menggapainya, maka tidak boleh dialamatkan kepada ketetapan-Nya: Mengapa dan bagaimana begini? Sebagaimana tidak boleh juga mengalamatkan kepada keberadaan Dzat-nya: Di mana?.”

4. Al Hafidz al ‘Irâqi

Dalam kitab Amâli-nya, Al Hafidz al ‘Irâqi telah menghukumi hadis Jâriyah dengan redaksi: Di mana Tuhanmu? sebagai hadis muththarib. (Lebih lanjut baca Tanqîh al Fuhûm al Âliyah:13.)

Kesimpulan:

Dari sini dapat ditetapkan bahwa redaksi riwayat Imam Muslim itu adalah salah, ia diriwayatkan dengan maknanya saja bukan redaksi asli sabda Nabi saw. sebagaimana juga telah tetap bahwa hadis Jarîyah mengalami kemuththariban dalam matannya sesuai dengan kaidah-kaidah yang telah ditetapkan para ahli ilmu hadis, sehingga dengan demikian tidak satupun dari redaksi yang ada dalam riwayat-riwayat tersebut dapat diandalkan dan dijadikan sandaran hujjah!

Dan jalur paling shahih hadis tersebut adalah riwayat yang menggunakan redaksi: Apakah engkau bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah? Sehingga apabila kita hendak bermaksud melakukan usaha pentarjihan maka hadis denga redaksi itulah yaang lebih unggul/râjih! Sebab ia lebih shahih sanadnya. Dan selain itu ia sesuai dengan bukti-bukti pendukung lain. Selain itu pula perlu Anda cermati bahwa kebiasaan Nabi saw. yang telah tetap dengan kemutawatiran dalam kebijakan da’wahnya, beliau selalu menekankan prinsip Lâ Ilâha Illallah, Muhammadur rasulullah/Tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalahh rasul Allah sebagai penentu keimanan atau kemusyrikan dan kekafiran. Bukan dengan: Di mana Allah? Atau menetapkan bahwa Allah bertempat di langit! Fahami itu baik-baik!

Di bawah ini akan saya sebutkan sekelumit data sejarah da’wah Nabi saw. sebagaimana direkam dalam hadis-hadis shahih.

Bukti Pertama:

Imam Bukhari meriwayatkan dalam Shahih-nya, 6/171 Bab: Kaifa Yu’radhul Islâm ’Ala ash Shabiy/Bagaimana Nabi saw. menawarkan Islam kepada anak-anak kecil, dari hadis riwayat Ibnu Umar, ia berkata:

أن النبي (ص) قال لابن صياد : أتشهد أني رسول الله ؟ .

“Bahwa Nabi saw. berkata kepada Ibnu Shayyâd, “Apakah engkau bersaksi bahwa Aku adalah rasul Allah?”

Bukti Kedua:

Imam Bukhari meriwayatkan dalam Shahih-nya,1/497 dari Anas dan 6/112 dari Abu Hurairah, demikian juga Muslim,1/51-53 dari Abu Hurairah, Jabir, Abdullah ibn Umar dan Ubadah ibn Shamit, mereka berkata,” Rasulullah saw. bersabda:

أُمِرْتُ أنْ أقاتِلَ الناسَ حتَّى يَشْهَدُوْا أنْ لا إله إلا الله وأنَّ مُحَمَّدًا رسولُ اللهِ

“Aku diperintah untuk memerangi manusia sehingga mereka bersaksi bahwa Tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Rasul Alllah.”

Jalaluddîn as Suyuthi setelah menyebutkan hadis di atas dengan no. 1630 dalam kitab al Jâmi’ ash Shaghîr-nya mengatakan:

وهو متواتر.

”Ia adalah hadis mutawâtir.”

Dan al Munnâwi menambahkan:

وهو متواتر لانه رواه خمسة عشر صحابيا”.

“Dan hadis mutawâtir karena telah diriwayatkan dari lima belas sahabat.”

Dan dalam kitab an Nadzmu al Mutanâtsir, Allamah al Kattani mengatakan mengutip al Muhaddis az Zabidi dalam syarah Ihyâ’ ’Ulûmuddîn, bahwa ia telah diriwayatkan dari enam belas sahabat.

Bukti Ketiga:

Imam Muslim dalam Shahihnya,1/50 meriwayatkan dari Ibnu Abbas ra. Bahwa Mu’adz berkata:

بعثني رسول الله (ص) فقال: إنك تأتي قوما من أهل الكتاب فادعهم إلى شهادة أن لا اله إلا الله وأني رسول الله . . . .

“Rasulullah saw. mengutusku, lalu beliau bersabda, “Sesungguhnya engkau akan mendatangi suatu kaum darl Ahlul Kitab, maka ajaklah mereka kepada: Tiada Tuhan selain Allah dan sesungguhnya aku adalah rasul Allah…. .”

Bukti Keempat:

Imam Muslim meriwayatkan dari Shahihnya,1/60 bahwa:

أن رسول الله (ص) أعطى أبا هريرة نعليه وقال: إذهب بنعلي هاتين فمن لقيت من وراء هذا الحائط يشهد أن لا إله إلا الله مستيقنا بها قلبه فبشره بالجنة . .

“Rasulullah saw. memberikan Abu Hurairah sepasang sandal dan berkata, ‘Pergilah dengan sandal ini, dan barang siapa yang kamu temui di balik tembok ini bersaksi tiada Tuhan selain Allah, hati meyakini maka berita-gembirakannya dengan surga… .’”!

Bukti Kelima:

Imam Muslim meriwayatkan dalam Shahihnya,1/61 dari Utbân ibn Malik bahwa sekelompok sahabat menginginkan agar Rasulullah saw. akan celaka atas Malik ibn Dukhsyum, maka beliau bersabda:

أليس يشهد أن لا إله إلا الله وأني رسول الله؟

Bukankah dia bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan aku Rasul Allah?

Mereka berkata, “Ya, ia mengatakannya tetapi tidak ada dalam hatinya.

Maka beliau saw. bersabda:

لا يشهد أحد أن لا إله إلا الله وأني رسول الله فيدخل النار أو تطعمه

“Tiada seorang bersaksi tiada Tuhan selain Allah dan aku Rasul Allah lalu ia masuk neraka atau merasakannnya.”

Anas berkata:

فأعجبني هذ الحديث فقلت لابني : اكتبه فكتبه.

“Maka aku terkagum dengan sabda itu, dan aku berkata kepada anakku, ‘Tulislah hadis itu!’ Maka ia menulisnya.”

Inilah beberapa contoh dan banyak lainnya sengaja tidak kami sebutkan di sini semuanya menekankan bahwa dasar da’wah Nabi saw. yang menjadi penentu keimanan dan kekafiran dan/atau kemusyrikan adalah syahâdatain, bukan hal-hal lain yang tidak menentukan keimanan apalagi mengandung penyimpangan akidah tentang kemurnian tauhid!

Redaksi Riwayat Imam Muslim Salah!

Dari sini dapat ditetapkan bahwa redaksi riwayat Imam Muslim salah, ia diriwayatkan dengan maknanya saja bukan redaksi asli sabda Nabi saw. ketatapan itu didasarkan pada alasan-alasan di bawah ini:

A) Hadis Riwayat Muslim iu bertentangan dengan bukti-bukti yang mutawâtir dari Nabi saw. bahwa setiap kali ada seorang datang untuk memeluk Islam. Beliau memintanya untuk bersaksi dengan syahâdatain bahwa “Tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah”. Jika ia menerimanya maka Islamnya diterima.

B) Nabi saw. telah menerangkan prinsip-prinsip dasar keimanan dalam hadis Jibril as. Dan di dalamnya tidak disebut-sebut tentang keberadaan Allah di langit seperti yang diyakini kaum Wahhabiyah-Salafiyah Mujassimah!

C) Kayakinan yang ditetapkan dalam hadis Muslim:

أيْنَ اللهُ؟ -في السماءِ.

Dimana Allah? di Langit

.

tidak menetapkan keimanan akan keesaan Allah SWT dan tidak menafikan sekutu dari-Nya! Lalu dengan demikian bagaiamana dikatakan bahwa Nabi saw. mengatakan bahwa si budak wanita itu telah beriman?! Bukankah kaum Musyrikun juga meyakini bahwa Allah di langit?! Namun demikian mereka menyekutukan-Nya dengan tuhan-tuhan di bumi!!

D) Keyakinan bahwa Allah itu berada di langit adalah keyakinan Fir’aun yang telah dikecam habis Al Qur’an. Allah berfirman:

.

وَ قالَ فِرْعَوْنُ يا هامانُ ابْنِ لي صَرْحاً لَعَلِّي أَبْلُغُ الْأَسْبابَ * أَسْبابَ السَّماواتِ فَأَطَّلِعَ إِلى إِلهِ مُوسى وَ إِنِّي لَأَظُنُّهُ كاذِباً وَ كَذلِكَ زُيِّنَ لِفِرْعَوْنَ سُوءُ عَمَلِهِ وَ صُدَّ عَنِ السَّبيلِ وَ ما كَيْدُ فِرْعَوْنَ إِلاَّ في تَبابٍ .

“Dan berkatalah Firaun:” Hai Haman, buatkanlah bagiku sebuah bangunan yang tinggi supaya aku sampai ke pintu-pintu, (yaitu) pintu-pintu langit, supaya aku dapat melihat Tuhan Musa dan sesungguhnya aku memandangnya seorang pendusta.” Demikianlah dijadikan Fir’aun memandang baik perbuatan yang buruk itu, dan dia dihalangi dari jalan (yang benar); dan tipu daya Fir’un itu tidak lain hanyalah membawa kerugian.” (QS.Ghafir/Al Mu’min; 36-37)

Dalam ayat di atas tegas-tegas dikatakan bahwa siapa yang menganggap Allah itu berada di langit adalah telah terhalangi dari ma’rifah, mengenal Allah SWT dengan sebenar arti pengenalan. Jadi penyakit kayakinan bahwa Allah berada di langit atau ditempat tertentu adalah penyakit kronis. Semoga Allah menyelamatkan kita dari keyakinan itu. Amîn.

E) Yang tampak dari nash-nash yang menyebut secara lahiriyah bahwa Alah SWT di langit jelas bukan demikian maksud sebenarnya. Ia mesti dita’wil, sebab Allah tidak bisa ditanyakan dengan kata tanya: Di mana Dia? Kata di mana? Tidak pernah disabdakan Nabi saw., seperti telah kami buktikan. Dan siapa saja yang meyakini dengan makna lahiriyah teks-teks tersebut berarti ia meyakini bahwa Allah SWT bertempat di sebagian makhluk-Nya sendiri? Mungkinkah itu?! Sebab langit adalah ciptaan Allah SWT! Jadi jika diyakini bahwa Allah berada di langit dan pada sepertiga malam turun ke langit terdekat –seperti diyakini kaum Mujassimah dan Wahhâbiyah-Salafiyah- berarti mereka meyakini bahwa Allah bertempat pada sebagian makhluk-Nya. Dan itu artinya makhluk-Nya lebih besar dari Allah SWT Sang Pencipta! Maha Suci Allah dari ocehan kaum jahil!

Jika Al Qur’an menyebutkan bahwa Arsy Allah saja lebih luas dari langit-langit dan bumi, lalu bagaimana langit dapat menjadi tempat bagi bersemayamnya Allah?! Maha Suci Allah dari ocehan kaum jahil!

Bantahan Ulama Islam Atas Hadis: Di mana Allah?

Sebagian misionaris sekte Wahhabiyah/Salafiyah untuk meyakinkan kalangan awam akan akidah menyimpangnya bahwa Allah bertempat di langit mengatakan bahwa hadis Jâriyah dengan redaksi: di mana Allah telah diterima secara aklamasi oleh para ulama Islam. Akan tetapi propaganda itu tidak benar dan tidak berdasar! Para ulama Islam telah menegaskan kebatilan akidah seperti itu!

Untuk lebih jelasnya, ikuti komentar para ulama Islam di bawah ini:

1) Imam Taqiyyuddîn as Subki [iv]

Dalam kitabnya as Saif ash Shaqîl Fi ar Raddi ‘Alâ Ibni Zafîl :94 ia berkata berkata:

.

أقول: أما القول: فقوله (ص) للجارية ” أين الله ؟ قالت: في السماء ” وقد تكلم الناس عليه قديما وحديثا والكلام عليه معروف ولا يقبله ذهن هذا الرجل

“Saya berkata ‘Adapun ucapannya: Sabda Nabi saw. kepada si budak wanita, ‘Di mana Allah?’ dan jawabannya, ‘Di langit.’ Ketahulilah bahwa para ulama sejak dahulu hingga sekarang telah banyak membincangkan hadis tersebut. Pembicaraan tentangnya sangat ma’ruf, dan akan orang ini (ibn Zafîl) tidak menerimanya.”

2) Imam an Nawawi dalam syarah Shahih Muslin, 5/24 berkata:

.

هذا الحديث من أحاديث الصفات وفيها مذهبان تقدم ذكرهما مرات في كتاب الايمان: أحدهما : الايمان به من غير خوض في معناه مع اعتقاد أن الله تعالى ليس كمثله شئ وتنزيهه عن سمات المخلوقات، والثاني : تأويله بما يليق به ، فمن قال بهذا قال: كان المراد امتحانُها هل هي موحدة تقر بأن الخالق المدبر الفعال هو الله وحده وهو الذي إذا دعاه الداعي استقبل السماء كما إذا صلى المصلي استقبل الكعبة وليس ذلك لانه منحصر في السماء كما أنه ليس منحصرا في جهة الكعبة، بل ذلك لان السماء قبلة الداعين كما أن الكعبة قبلة المصلين، أو هي من عبدة الاوثان العابدين للاوثان التي بين أيديهم فلما قالت في السماء علم أنها موحدة وليست عابدة للاوثان.

“Hadis ini termasuk hadis-hadis shifât. Tentangnya ada dua aliran (penafsiran), telah lewat berulang kali keterangan tentangnya dalam Kitabul Iman:

Aliran Pertama: Mengimaninya tanpa membincangkan maknanya dengan keyakinan bahwa Allah –Ta’ala- tidak ada sesuatu yang menyerupai-Nya, dan menyucikan-Nya dari sifat-sifat/ciri-ciri makhluk.

Aliran Kedua: mena’wilkannya dengan memaknainya sesuai manka yang layak bagi-Nya. Dan yang mengikuti pendapat ini mengatakan bahwa yang dimaksud dengannya: Menguji si budak wanita itu apakah ia mengesakan Allah dengan meyakini bahwa Dzat Maha Pencipta, Mengatur semesta alam dan yang Maha Berbuat segala sesuatu adalah hanya Allah? Dan Dialah yang apabila seorang pendo’a memanggil-Nya ia menghadap langit, seperti jika ia shalat menghadap Ka’bah. Yang demikian bukan dikarenakan Allah terbatas di langit sebagaimana Dia tidak terbatas di sisi/arah Ka’bah. Akan tetapi karena langit adalah kiblat para pendo’a sebagaimana ka’bah kiblat shalat, atau dia (si budak wanita itu) adalah penyembah arca yang berada di depan para penyembahnya. Dan ketika ia mengatakan: Dia di langit, Nabi saw. mengetahu bahwa dia seorang yang mengesakan Allah bukan penyembah arca.”

3) Qadhi ‘Iyâdh

Qadhi ‘Iyâdh menegaskan masalah ini sebagaimana dinukil Imam an Nawawi dalam  syarah Shahih Muslim, 5/24:

.

لا خلاف بين المسلمين قاطبة فقيههم ومحدثهم ومتكلمهم ونظارهم ومقتدهم أن الظواهر الواردة بذكر الله تعالى في السماء كقول الله تعالى {ءأمنتم من في السماء أن يخسف بكم الارض} ” ونحوه ليست على ظاهرها بل متأولة عند جميعهم “.

“Tidak diperselisihkan di antara kaum Muslimin, baik ahli fikih, ahli hadis, para teoloq bahwa zahir-zahir nash yang datang menyebut Allah di langit seperti firman Allah: “Apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang (kekuasaan-Nya) di langit bahwa Dia akan menjungkir balikkan bumi bersama kamu?’  (QS. Al Mulk [67];16) dan yang semilsanya itu tidak diartikan secara zahirnya akan tetpi menurut mereka nash-nash itu harus dita’wil.”

Dalam keterangan di atas tegask sekali ia katakana bahwa tidak ada perselisihan di antara para ulama Islam bahwa nash-nash yang mengesankan keberadaan Allah SWT di langit atau bertempat di tempat manapun dan bersemayam pada benda apapun harus dita’wil, sebab Maha Suci dan Maha Agung Allah dari bertempat pada sesuatu atau berada di dalam sesuatu! Dan yang tidak boleh diabaikan bahwa Qadhi ‘Iyâdh adalah salah seorang ulama besar Islam yang telah diakui ketokohan dan keluasan ilmu hadisnya!

4) Al Hafidz Ibnu Jawzi

Al Hafidz Ibnu Jawzi dalam kitab daf’u Syubah: 189 juga mena’wil redaksi hadis Muslim: Di mana Allah sebagai mengatakan:

.

قلت : قد ثبت عند العلماء أن الله تعالى لا تحويه السماء والارض ولا تضمه الاقطار ، وإنما عرف بإشارتها تعظيم الخالق عندها .

“Aku berkata, ‘Telah tetap di kalangan para ulama bahwa Allah Yang Maha Tinggi tidak dirangkum oleh langit dan bumi dan tidak pula dihimpun oleh penjuru. Akan tetapi ditunjuk kearah langit sebagai pengagungan Dzat Maha Pencipta.”

5) Ibnu Hajar al Asqallâni

Seperti telah lewat kami sebutkan bahwa al Hafidz Ibnu Hajar al Asqallâni telah menagaskan bahwa Allah tidak boleh ditanyakan tentang keberadaan Dzat-Nya dengan kata Tanya di mana? Dan penegasan itu sebagai bukti bahwa beliau tidak menerima hadis: Di mana Allah? Dengan penafsiran kaum Mujassimah yang ngotot mengatakan bahwa Allah bertempat di langit!

Ibnu Hajar berkata:

فإن إدراك العقول لاسرار الربوبية قاصر فلا يتوجه على حكمه لم ولا كيف ؟ كما لا يتوجه عليه في وجوده أين. ‍

“Kerena sesungguhnya jangkauan akal terhadap rahasia-rahasia ketuhanan itu terlampau pendek untuk menggapainya, maka tidak boleh dialamatkan kepada ketetapan-Nya: Mengapa dan bagaimana begini? Sebagaimana tidak boleh juga mengalamatkan kepada keberadaan Dzat-nya: Di mana?.” [1]

Ketarangan para ulama di atas, dan tentunya masih banyak lainnya seperti komentara al Hafifz Ibnu al Arabi al Maliki dalam syarah Sunan at Turmudzi dan al Bâji dalam kitab al Muntaqâ-nya bahwa redaksi di mana Allah dalam hadis Jâriyah tidak disepakati diterima para ulama Islam, tidak dalam sisi penerimaan akan keshahihannnya tidak pula dalam sisi pemaknaannya!

Perhatikan ini baik-baik!

(Bersambung Insya Allah)


[1] Fathu al Bâri,1/221.


[i] Baca: Tadrîb ar Râwi Fî Syarhi Taqrîb an Nawawi,1/262.

[ii](Al Asmâ’ wa ash Shifât; Al Baihaqi:422. Dan seperti telah saya buktikan sebelumnya bahwa kekacauan redaksi dalam hadis tersebut disebabkan sebagian perawi meriwayatkan hadis tidak dengan redaksi asli sabda Nabi saw., ia meriwayatkannya dengan ma’nan (hanya kandungan/maknanya saja). Karenanya ia terjatuh dalam kesalahan. Sementara redaksi yang benar ialah tidak ada pertanyaan: Di mana Allah?. )

[iii] Seperti disebutkan dalam kitab Kasyfu al Astâr,1/14.

[iv] Syeikh Taqiyyuddîn adalah seorang ulama kenamaan Ahlusunnah yang banyak menulis buku yang membentengi akidah kaum Muslimin dari kesesatan kaum Mujassimah. Buku di atas adalah salah satu dari buku-buku beliau yang membantah akidah sesat mereka. Ibnu Zafîl yang dimaksud adalah Ibnu Qayyim –penerus akidah menyimpang Ibnu Taimiyah- kebanggaan kaum Wahhâbiyah/Salafiyah sekarang.

(Bersambung Insya Allah)

***********

ARTIKEL TERKAIT

  1. Tuhan Itu Tidak Di Langit (1)
  2. Tuhan Itu Tidak Di Langit (2)

28 Tanggapan

  1. Masya Allah akhii …syukron jaziilan..semoga Allah memanjangkan usiamu dan sllu melindungimu untuk selalu berjuang dalam menegakkan agama islam yang hanif ini…sekali lg syukron ya akhii…Alhamdulillaah..

  2. Terima kasih ya Abusalafy. Semoga para wahabi mujassimah membaca ini dan menyadari kekeliruan mereka.

    Salam

  3. hebat,artikel mencerahkan.
    matur nuwun mas satrio

  4. knjngan perdana di blog bagus ini..salam hangat

  5. HAAA…!APAAAAAAAAAAAA…!!! Allah Tidak Di LANGIT…!!!!!!! SUBHANALLAH…..!!!
    Pak Jahmy ini ingin merubah keyakinan ISLAM AHLUSSUNNAH (Bukan SUFI/SYIAH = ZINDIK, NYANG DOYAN NGAKU ISLAM JUGA).

    Imam al-Alusiy menjelaskan:
    وأنت تعلم أن مذهب السلف إثبات الفوقية لله تعالى كما نص عليه الإمام الطحاوي وغيره ، واستدلوا لذلك بنحو ألف دليل
    “ Dan engkau mengetahui bahwa madzhabus Salaf menetapkan ketinggian Allah Ta’ala sebagaimana disebutkan oleh al-Imam AtThohawy dan yang selainnya, mereka berdalil dengan sekitar 1000 dalil” (Lihat Tafsir Ruuhul Ma’aaniy fii Tafsiiril Qur’aanil ‘Adzhiim was Sab’il Matsaaniy juz 5 halaman 263).
    Allah berfirman (yang artinya), “Apakah kamu merasa aman terhadap Yang di Langit? Dia akan menjugkir-balikkan bumi bersama kamu” (Al Mulk:16). Menurut Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhu yang dimaksud dengan ‘Yang di langit’ adalah Allah seperti yang dituturkan dalam kitab tafsir Ibnul Jauzy

    Firman Allah tentang Nabi ‘Isa Alaihis Salam (yang artinya),”Tetapi Allah mengangkatnya kepada-Nya”(Annisa 150). Maksudnya Allah menaikkan nabi ‘Isa Alaihis Salam ke langit.
    Allah berfirman (yang artinya), “Ialah Allah yang ada di langit-langit” (Al An’am:3). Ibnu Katsir mengomentari ayat ini sebagai berikut, “mufassirin sependapat bahwa kita tidak akan berkata seperti ucapan bahwa kita tidak akan berkata seperti perkataan JAHMIYAH (GOLONGAN SESAT) YANG MENGATAKAN BAHWA ALLAH BERADA DI SETIAP TEMPAT. Mahasuci Allah dari ucapan mereka.”
    Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi Wasallam mi’raj ke langit ke tujuh dan berdialog dengan Allah serta diwajibkan untuk melakukan sholat 5 waktu (riwayat Bukhari dan Muslim).
    Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda (yang artinya), “Kenapa kamu tidak mempercayaiku? Padahal aku ini dipercaya oleh Allah yang berada di atas langit” (Riwayat Bukhari dan Muslim).
    Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda (yang artinya), “Sayangilah orang-orang yang ada di bumi maka yang di langit(Allah) akan menyayangimu” (Riwayat Tirmidzi).
    Abu Bakar As Shidiq Radhiyallahu ‘Anhu berkata (yang artinya), “Barang siapa menyembah Allah maka Allah berada di langit,ia hidup dan tidak mati” (riwayat Imam Ad Darimy dalam Al Radd Alal Jahmiyah)
    Al Imam As-syafi’i Berkata :
    Dan Allah Ta’ala di atas ‘ArasyNya (Dan ‘ArasyNya) di langit”.( Lihat: Iktiqad Qimmah al-Arba’ah, Abi Hanifah, Malik, Syafie wa-Ahmad. Hlm. 40)
    ————————————————————-
    ABU JAHMY BERKATA:
    tidak menetapkan keimanan akan keesaan Allah SWT dan tidak menafikan sekutu dari-Nya! Lalu dengan demikian bagaiamana dikatakan bahwa Nabi saw. mengatakan bahwa si budak wanita itu telah beriman?! Bukankah kaum Musyrikun juga meyakini bahwa Allah di langit?! Namun demikian mereka menyekutukan-Nya dengan tuhan-tuhan di bumi!!
    ===========
    Abu Jufri :
    Wah satu opini lagi yang hendak dipusingkan oleh si jahmy ini dengan kalimat diatas ini,
    Untuk menjawab Syubhat si JAHMY ini kita jawab
    1. lihat teks hadits yang berbunyi “أَيْنَ اللهُ؟” (DIMANA ALLAH?) di jawab budak tersebut “: فِي السَّمَاءِ’ (DI LANGIT)
    2. NAHHH TEKS HADITS PERTANYAAN SELANJUTNYA INI YANG TIDAK DI PIKIR (PURA2 BODOH ) OLEH PAK JAHMY YANG HENDAK MEMBUAT SYUBUHAT/PUSING ORANG AWAM ATAU YANG TIDAK TERLALU TANGGAP/TELITI DALAM MASALAH INI UNTUK MEMULUSKAN + MENGENALKAN AGAMA JAHMY NYA……… HAYO KITE BAHAS LAGEEE NYOK: Rasulullah shollallaahu ‘alaihi wasallam bertanya ” مَنْ أَنَا “ (SIAPA SAYA?) di jawab Budak Tersebut “أَنْتَ رَسُولُ اللهِ” (ENGKAU ADALAH UTUSAN ALLAH). Maka Nabi bersabda: Bebaskan dia, karena dia adalah SEORANG (WANITA) BERIMAN” (H.R Muslim).
    Lihat penjelasan di atas. Si abu Jahmy ini emang JAHIL mengotak atik hadits dan memberikan syubuhat2 bagi orang yang awam agar kedoktrin pikirannya dengan si abu jahmy ini. JADI PERTANYAAN YANG DI TANYA SI ABU YANG PURA2 BODOH ATAU EMANG ……… SEDIKIT MEMUSINGKAN BAGI YANG TIDAK TELITI.
    Nyok Kite Jawab lagi: Pak …Disitu Terjadi Dialog Antara NabiAllah Dengan Seorang Budak untuk di UJI KEIMANANNYA, Dengan Apa Rasulullah Menguji…..? Apa Dengan Pernyataan ALLAH DI LANGIT SAJA……? COBA MBOK LIHAT LAGI DONG SAMBUNGAN HADITSNYA “أَنْتَ رَسُولُ اللهِ” (ENGKAU ADALAH UTUSAN ALLAH).JADI BERSAKSI DI DEPAN Rasulullah shollallaahu ‘alaihi wasallam dengan 2 pertanyaan tersebut langsung diketahui bahwa budak tersebut berakidah mu’minah. Jadi bukan hanya bersaksi Allah di atas langit aja pak tapi juga di ikuti bahwa bersaksi kepada Rasulullah shollallaahu ‘alaihi wasallam ADALAH UTUSAN ALLAH. Kenapa orang2 musyrikin Tidak beriman dan di perangi Rasulullah shollallaahu ‘alaihi wasallam? Karena Mereka tidak BERSAKSI BAHWA MUHAMMAD ADALAH UTUSAN ALLAH….!! Tuh…!! Ketahuan Si Jahmy Ini Mau Mempermainkan Hadits, Ini Mirip Dengan Akidah Yahudi ; Mereka Berdalil Dengan Satu Ayat Dan Membuang Ayat Yang Lain. Untuk Memuluskan Akidah Bathilnya.. WALLAHU ‘ALAM

    • gak jelas bikin bingung tulisan ente gak ngerti jadinya ane,,,

    • A bertanya : dimanakah Alloh?
      B menjawab : Alloh bersamamu di manapun kamu berada
      A : bukan itu
      B : Alloh lebih dekat daripada urat lehermu
      A : tidak!
      B : lalu?
      A : Alloh duduk di atas Arsy!
      B : Arsy itu makhluk bukan?
      A : Ya!
      B : lalu di manakah Alloh sebelum masa penciptaan?
      A : ??! (ngloyor)

      dasar gak tau bagaimana berargumentasi,,, kasian… (kadang berpikir,,, digaji berapa sich ama mereka???)

  6. betul..yg ana tau kata2 tanya ” DIMANA ALLAH” itu adalah bid’ah..
    mending yu kita da’wah kseluruh alam mengajak manusia kepada ALLAH!!!

    ALLAHUAKBAR!!!!

  7. @ARMAN: untuk menjawab pertanyaan kamu tentang- Di manakah Allah sebelum arasy diciptakan? – ada baiknya melihat point-point berikut:
    1. Bahwasanya Allah Subhanah tidak butuh kepada ‘arsy, juga tidak butuh makhluk lainnya karena sempurnanya kekuasaan Alloh.
    Maksud pernyataan ini, bahwasanya ketika Alloh menetapkan ‘Arsy –sebagaimana terdapat banyak dalil Al Qur’an- dan menetapkan sifat istiwa’(bersemanyam) diatas ‘Arsy sesuai dengan keagungan dan kebesaranNya adalah bukan berarti Alloh butuh kepada ‘Arsy. Akan tetapi Dialah Allah Yang Maha Kaya, tidak butuh kepada seluruh makhlukNya.
    Dalilnya, al ankabut:6, Al Imran: 97, Annisa: 131
    2. ‘Arsy dan makhluk lainnya itulah yang sangat butuh kepada Alloh Jalla wa’ala.
    ‘Arsy adalah makhluk dan makhluk sangatlah butuh kepada yang menciptakannya yaitu Alloh ‘azzawajalla. Dimana ‘Arsy butuh untuk berdiri dan keberlangsungannya. Tidak ada yang mampu mewujudkan itu semua kecuali Alloh, karena Dialah dzat yang memelihara seluruh makhlukNya.
    3. Bersemayamnya Alloh diatas ‘Arsy tidaklah sebagimana bersemayamnya makhluk.
    Karena Dialah Alloh yang mensifati diriNya sendiri sebagaimana yang Alloh kehendak dan ‘Arsy adalah makhluk yang mulia dan besar, oleh karena itu Alloh menjadikannya sebagai tempat untuk bersemayam.
    ‘Tidak ada satupun yang serupa dengan Dia dan Dia Maha Melihat lagi Maha Mendengar’ (Asy syura)
    4. Dialah Alloh yang meliputi seluruh makhlukNya , yaitu meliputi segala sesuatu dari seluruh arah. Dalilnya, Fushshilat: 54, Al Buruj: 20.
    “Dan kepunyaan Alloh segala yang ada di langit dan di bumi, Dialah Alloh yang meliputi segala sesuatu”. Annisa: 126.
    5. Dialah Alloh yang maha Tinggi (‘uluw)dan berada diatas segalanya (fauqiyyah)
    Sifat ‘uluw (Maha Tinggi )bagi Alloh meliputi tiga jenis
    – Maha Tinggi ditinjau dari dzatNya
    – Maha Tinggi untuk mengalahkan
    – Maha Tinggi ditinjau dari kekuasaan dan kemulianNya
    Begitu juga fauqiyyah dibagi menjadi tiga
    – Fauqiyyah ditinjau dari dzatNya
    – Fauqiyyah ditinjau dari Maha Mengalahkan
    – Fauqiyyah ditinjau dari kekuasaanNya daan kemulianNya
    Fauqiyyah dan sifat Tinggi Alloh ditinjau dari dzat ini terdapat pada Ayat Al Hadid: 3
    “Dialah Al Awwal, al Akhir, Adz dzahir dan Al Bathin”. Nabi sahlallahu’alaihi wasallam menafsirkan Adz Dzahir : “Engkaulah Adz Dzahir tidak ada sesuatupun diatasMu”
    Jika kita sudah memahami hal-hal diatas, maka kita tetapkan bahwa Alloh maha Tinggi diatas segala sesuatu sesuai dengan keagungan dan kebesaranNya. Itulah sifat yang senantiasa melekat pada diri Allah Azza wajalla, baik ketika ada Arsy ataupun tidak.

  8. sunguh informative..TQ

  9. Bagus sekali keterangannya pak, sangat mencerahkan dan menambah wawasan, lanjutkan bahasan yang lainnya, terima kasih.

  10. Semua ulama Islam mengikrarkan aqidahnya yaitu Allah SWT ada tanpa tempat ( bukan di langit ). Itulah aqidah yang dipegang oleh Rasulullah SAAW, para sahabat, tabiin, tabiit tabiin, salafussoleh. Semuanya ulama yang ilmunya bersanad ke Rasulullah SAAW mempunyai aqidah Allah SWT ada tanpa tempat ( bukan di langit ).Imam Malik, Imam Syafi’i, Imam Hanafi, Imam Hambali juga beaqidah yang sama. Hanya wahabi aja yang nyeleneh. Kita patut pertanyakan apakah ulama2 mereka ilmunya bersanad sampai ke Rasulullah SAAW? Atau hanya baca2 kitab terdahulu di perpustakaan, lalu menafsirkannya dengan logika hawa nafsunya sendiri? Bahkan ulama pujaan wahabi, Ibnu Taymiyah, dan Albani, di akhir hidupnya mengakui kalau aqidah yg benar adalah Allah SWT ada tanpa tempat ( tidak di langit ). Sebagai contoh, saya nukil perkataan Imam Ali bin Abi Thalib AS, orang nomor 2 setelah Rasulullah SAAW yang paling mengerti tentang agama ini, Al-Islam, berkata :” “Allah itu ada sebelum adanya tempat, dan sekarang,(setelah menciptakan tempat) Allah tetap seperti semula,yakni ada tanpa tempat” (lihat kitab al Farq baina al Firaq halaman 333).
    sumber http://salafytobat.wordpress.com/

    Balas

  11. Wahabiyyin-nya pada lari kemana, ya? Soalnya kolom komentar di postingan ini kok sepi sepi aja? Mudah2an saja banyak yang insyaf dan bertaubat, ittiba kembali kepada Allah swt dan Rasul-Nya saw.

  12. Saya bingung dengan penjelasan di atas karena bertentangan dengan sebuah ayat yang sering saya gemetar dan merindng ketika membacanya:

    APAKAH KAMU MERASA AMAT TERHADAP YANG DI LANGIT, DIA AKAN MENJUNGKIRBALIKKAN BUMI BERSAMA KAMU ?
    [QS AL MULK: 16]

    Saya lebih mempercayai Al Quran daripada penjelasan2 di atas.

  13. saya rasa yg puxa situs ini hrus blajar agama dlu bru ngomong,,,ato klo tidak situs ini kykx dpt dana bsar,,,,isinya kok mnghujat trus,,,dbat dg ilmiah donk,,bkn hanya bs mncaci maki,tp dg ilmu,,,hadits2 shahih,,,ALLAH FISSAMAA’,,,Allah di Langit,,,,ni org ud prnh baca qur’an gak ya,,,,,

    • ustadz2 salafi kalau berani saya tantang debat semua maju kalau perlu hehe.., berani ga bicara secara logika dan penalaran…

      eh tahu ndak,,,,Ibnu taimiyah tuh bilang, Allah di atas langit dan Allah juga bersama dimanapun kalian berada…

      hehehehe…bingung ga loh….

  14. kayak udah ngrasa diri bnar aj,,,suruh2 org tobaaat,,,ngaca woooy,,,,

    • eh tahu ndak,,,,Ibnu taimiyah tuh bilang, Allah di atas langit dan Allah juga bersama dimanapun kalian berada…

      hehehehe…bingung ga loh….

      • machiavelli
        eh tahu ndak,,,,Ibnu taimiyah tuh bilang, Allah di atas langit dan Allah juga bersama dimanapun kalian berada…

        hehehehe…bingung ga loh….
        ================
        @machiavelli
        Allah memang tinggi di atas Arsy/Langit dan
        Allah memang ada dimana -mana, yang dimaksud Allah Dimana-mana adalah IlmuNya, Pengawasannya,Penglihatannya….
        JADI g ada yang bingung kok Makc… kalo udah dijelaskan masih bingung juga sebaiknya jangan koment lagi yah ntar nyasar lagi dech topik2nya

  15. anda cm brani d internet,coba lgsug ajak debat LIVE brsma ustadz2 salafiyyin atau ulama2nya hafizahullahu ta’ala jami’an,,,,,

    • ustadz2 salafi kalau berani saya tantang debat semua maju kalau perlu hehe.., berani ga bicara secara logika dan penalaran…

  16. ALLAH bersemayam di atas Arsy,,,
    trus mnrut mu ALLAH dmn2
    brati klo pke logika,Allah d WC jg donk,,,,
    sugguh rusak AKIDAH mu,,,paraaaah….!!!!!!!!!!!

  17. ustadz2 salafi kalau berani saya tantang debat semua maju kalau perlu hehe.., berani ga bicara secara logika dan penalaran….

  18. Coba baca sanggahan terhadap tulisan abu salafi…sila komentar

  19. hewan babi masuk karung..!
    para wahaby pada bingung..1

  20. dosis de cialis professional recomendada dosis de cialis professional recomendada dosis de cialis professional recomendada

  21. Wkwkwkwkw,,,Busyet,,Riwayat Imam Muslim bisa goncang…Riwayat tersahih setelah Imam Bukhori,.,,Entar riwayat Bukhori kalo gak sesuai sama fahamnya abu Salafy bakalan di bilang guncang juga,,,Wkwkwkwkw,,,abu Salafy hebat cing,,,,

  22. Aliran sawah perusak regenerasi muda hati hati

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s