Ternyata Tuhan Itu Tidak Di Langit ! (2)

Kritik Atas Akidah Ketuhanan ala Wahabi Salafy

Setelah anda membaca dan ketahui Mukadimah dan kedua kaidah dalam tulisan yang lalu, sekarang marilah kita kembali menyoroti dan meneliti hadis riwayat Imam Muslim yang menjadi dalil andalan kaum Wahhabiyah/Salafiyah Mujassimah dalam menetapkan konsep bahwa Allah SWT. berada/bersemayam di langit -Maha Suci Allah dari bertempat pada sebagian ciptaan-Nya sendiri- dan barang siapa menolaknya maka ia kafir dan sesat menyesatkan!! Demikian vonis sadis Bin Bâz!!

Hadis Muslim Adalah Hadis Ahâd Yang Muththarib!

Untuk dijadikan sebuah hujjah dalam masalah i’tiqâd, hadis Imam Muslim di atas menghadapi sederatan masalah serius yang menghadangnya.

Pertama, Hadis itu adalah hadis ahâd. Sehingga belum cukup kuat untuk dijadikan dasar untuk menetapkan sebuah kayakinan, apalagi sepenting dan seagung itu, yang karenanya keimanan dan atau kekafiran seorang akan ditentukan!

Kedua, Hadis ini mengidap illah/penyakit dan syudzûdz/keganjilan dalam kandungannya, di mana dalam riwayat para muhaddis lain dan dengan jalur yang shahih juga ia diriwayatkan dengan redaksi berbeda yang tidak mengandung keganjilan itu. Ini artinya hadis Jâriyah dari riwayat Atha’ ibn Yasâr dari Mu’awiyah ibn Hakam adalah muththarib!

Para ulama hadis di antaranya Abdurrazzâq ash Shan’âni telah meriwayatkan pertanyaan Nabi saw. kepada si budak wanita tersebut adalah demikian:

Perhatikan riwayat Abdurrazzâq ash Shan’âni dalam Mushannaf-nya9/175: Ia meriwayatkan dengan sanad bersambung kepada Ibnu Juraij, ia berkata, Athâ’ mengabarkan kepadaku, ”…..: (setelah menyebutkan kisah budak wanita yang teledor dalam mengembalakan kambing tuannya yang berakhir dengan ditempelangnya budak tersebut kemudian penyesalan tuannya yang akhirnya bermaksud memerdekakannya. Nabi saw. Memintanya agar dihadirkan dan setelah ia hadir, Nabi saw. bertanya kepada demikian):

قال: أَ تَشْهَدِيْنَ أنْ لاَ إلَهَ إلاَّ الله؟

قالتْ: نعم.

قال: : و أنَّ مُحَمًَّدًا رسولُهُ؟

قالتْ : نعمْ.

قال : وأنَّ الْموتَ و البَعْثَ حَقٌّ؟

قالتْ : نعمْ.

قال: وأنَّ الجْنَّةَ و النارَ حَقٌّ؟

قالتْ : نعمْ.

قال: فَاعْتِقْها.

“Nabi bertanya, “Apakah engkau bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah?”
Ia menjawab, “Ya.”

Beliau saw. bertanya lagi, “Apakah engkau bersaksi bahwa Muhammad adalah Rasul Allah?”

Ia menjawab, “Ya.”

Nabi saw. bertanya, “Apakah engkau beriman bahwa kematian dan kebangkitan setelah kematian haq?”

Ia menjawab, “Ya.

Nabi saw. bertanya lagi, ”Apakah engkau beriman bahwa surga dan nereka itu haq?”

Ia menjawab, ”Ya.”

Maka setelah selesai, Nabi saw. bersabda, “Merdekakan dia!”

Hadis di atas adalah shahih sanadnya bahkan ia sangat tinggi/’âlin, karena mata rantai periwayatannya singkat!

Selain Abdurrazzâq, hadis di atas juga telah diriwayatkan oleh:

1. Imam Ahmad dalam Musnad,3/452.

2. Al Haitsami dalam Majma’ az Zawâid,4.244 dan seluruh perawinya adalah perawi hadis shahih.

3. Al Bazzâr dalam Kasyfu al Astâr,1/14.

4. Ad Dârimi dalam Sunan,2/187.

5. Al Baihaqi dalam Sunan,10/57.

6. Ath Thabarâni, 12/27 dengan sanad yang shahih.

7. Ibnu al Jârûd dalam al Muntaqâ:931.

8. Ibnu Abi Syaibah dalam Mushannaf,11/20.

Dari sini dapat disimpulkan bahwa riwayat Muslim itu diriwayatkan secara ma’nan (tidak dengan redaksi asli sabda Nabi saw.) atau paling tidak diduga demikian! Dan dengan adanya dugaan, ihtimâl, maka gugurlah beristidlâl/berhujjah dengannya! Sebab bagaimana kita akan membangun sebuah keyakinan dasar di atas pondasi hadis yang diduga mengalami perubahan?!

Seperti telah kami singgung sebelumnya, bahwa kaum Mujassimah, termasuk tokoh-tokoh Wahhâbiyah, seperti Bin Bâz begitu getol berpegangan kepada riwayat dengan redaksi Muslim di atas: أيْنَ اللهُ dengan tanpa menyadari bahwa redaksi ini adalah hasil kreasi dan olah-kata perawi tertentu dalam meriwayatkan teks sabda suci Nabi saw.! Tetapi sayangnya penyampaian dengan mengedepankan ma’na/ bukan teks asli itu justru salah! Khususnya setelah kita temukan redaksi hadis itu dalam sumber-sumber lain yang sepakat meriwayatkan dengan redaksi yang tidak mengandung keganjilan dan penyakit!

Hadis Jâriyah Riwayat Muslim Bertentangan Dengan Riwayat Para Ulama Lain!

Apa yang kami paparkan sebelumnya adalah kekacauan/itdthirâb redaksi hadis riwayat Muslim dari riwayat Atha’ dari Mu’awiyah ibn Hakam sendiri, terlepas dari memerhatikan hadis yang sama atau serupa dari jalur lain selain Mu’awiyah ibn Hakam. Maka jika kita melibatkan hadis-hadis riwayat ulama lain dari jalur-jalur lain yang juga shahih bahkan ada yang lebih berkualitas secara sanad, kita akan menyaksikan kekacauan/kemuththariban yang lebih nyata dan mengerikan. Di mana seluruh redaksi hadis riwayat para ulama itu tidak satupun yang menyebut-nyebut redaksi pertanyaan:”Di mana Allah? hal mana makin membuktikan adanya kesalahan radaksi riwayat Muslim oleh sang perawinya.

Di bawah ini akan saya sebutkan beberapa bukti riwayat ulama yang mendukung redaksi: “Apakah engkau bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah?”

Imam Malik meriwayatkan dalam kitab Muwaththa’-nya:777 Bab Apa-apa yang boleh dimerdekakan dari budak sahaya, hadis kedua dalam bab itu, dengan sanad yang âlin dari Ibnu Syihab az Zuhri dari Ubaidullah ibn Abdillah ibn Utbah:

.

أن رجلا من الانصار جاء إلى رسول الله بجارية له سوداء. فقال يا رسول الله إن علي رقبة مؤمنة. فإن كنت تراها مؤمنة أعتقها. فقال لها رسول الله (ص): أتشهدين أن لا إله إلا الله ؟ قالت : نعم . قال: أتشهدين أن محمدأ رسول الله ؟ قالت : نعم . قال : أتوقنين بالبعث بعد الموت ؟ قالت : نعم . فقال رسول الله (ص) : أعتقها.

.

“Bahwa ada seorang dari Anshar datang kepada Rasulullah saw. dengan membawa seorang budak sahayanya berkulit hitam, lalu ia berkata, “Wahai Rasulullah, atasku ada kewajiban memerdekakan budak mukminan, jika engkau menilainya seorang mukminah maka aku akan merdekakan dia. Maka Rasulullah saw. bersabda kepadanya, “Apakah engkau bersaksi tiada Tuhan selain Allah?” Ia menjawab, “Ya.” Nabi saw. melanjutkan, “Apakah engkau bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah?” Ia pun menjawab, “Ya.” Nabi bersabda lagi, “Apakah engkau meyakini adanya kebangkitan setelah kematian?“ Ia menjawab, “Ya.” Maka Rasulullah saw. bersabda, “Merdekakan dia.”

.

Hadis ini juga diriwayatkan oleh Abdurrazzâq dalam Mushannaf-nya,9/175, ia berkata: Ma’mar mengabarkan kepada kami, ia berkata, dari Zuhri dari Ubaidullah dari seorang dari Anshar… Dan dari jalur ini Imam Ahmad meriwayatkannya dalam Musnad-nya,3/451-452, sebagaimana para ulama lain juga meriwayatkannya.

Sanad Hadis Ini Shahih!

Yang tidak dapat diragukan lagi adalah bahwa sanad hadis di atas adalah shahih berdasarkan kriteria yang ditetapkan para ulama ahli hadis.

Az Zuhri adalah perawi andalan enam ulama penulis kitab hadis shahih. Hafidz berkata dalam Taqriîb-nya:

الفقيه الحافظ متفق على جلالته وإتقانه.

”Ia seorang hafidz yang disepakati keagungan dan ketepatan hafalannya.”

Adapun Ubaidulllah ibn Abdillah ibn Utbah ibn Mas’ud juga seorang perawi yang diagungkan dan ahli fikih yang masyhur di antara tujuh ahli fikih.

Dalam Taqriîb-nya Hafidz Ibnu Hajar berkomentar:

ثقة فقيه ثبت

”Ia seorang tsiqah dan faqih yang kokoh.”

Ia tidak dikenal seorang pentadlis dalam hadis, ’an’anah-nya (riwayat yang menggunakan redaksi ’an (dari) diyakini bersambung melalui pendengaran langsung. Dan di sini ia menggunakan redaksi tersebut: dari seorang dari Anshar.

Dalam tafsirnya, Ibnu Katsir berkata:

إسْنادٌ صَحِيْحٌ ، وَ جَهالَةُ الصَّحابِيِّ لاَ تَضُرُّهُ.

”Sanad yang shahih, dan tidak dikenalnya seorang sahabat (dalam sanad itu) tidak membahayakan/merusaknya.”

Dalam kitab Tanwîr al Hawâlik-nya, Jalaluddîn as Suyuthi juga membuktikan kekokohan jalur hadis di atas dengan menyebutkan beberapa jalur lain yang secara tegas bersambung/mawshûl.

Ibnu Abdil Barr dalam kitab Tamhîd-nya, syarah atas Muwaththa’ berkomentar:

.

ظاهره الارسال لكنه محمول على الاتصال للقاء عبيد الله جماعة من الصحابة

”Secara lahir riwayat itu mursal, akan tetapi ia dihutung bersambung sebab Ubaidullah berjumpa dengan sejumlah sahabat Nabi saw.”

.

Hafidz al Haitsami berkata:

رواه أحمد ورجاله رجال الصحيح.

”Hadis itu diriwayatkan oleh Ahmad dan seluruh perawinya adalah parawi hadis shahih.”

Bukti-bukti Pendukung Hadis: “Apakah engkau bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah?”

Selain itu, hadis Jâriyah dengan redaksi pertanyaan Nabi saw. “Apakah engkau bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah?” Bukan redaksi ”Di mana Allah?” telah didukung oleh banyak bukti yang makin meyakinkan kita akan terjadinya kesalahan dalam menyampaikan redaksi sebenarnya oleh sang perawi dalam hadis Muslim. Bukti-bukti itu adalah sebagai berikut:

Bukti Pertama:

Hadis riwwyat ad Darimi dalam Sunan-nya,2/187 dengan sanad bersambung kepada: Abu Walîd ath Thayâlisi, ia berkata, Hammâd ibn Salamah menyampaikah hadis kepada kami dari Muhammad iibn ’Amr ibn Abu Salamah dari Syarîk, ia berkata:

.

أتيت النبي (ص) فقلت: إنَّ عَلى أُمِّيْ رَقَبَةً وإنَّ عِنْدِي جارِيَةً سَوْداءَ نُوْبِيَّةً، أَفَتُجْزِئُ عَنْها ؟ قال: أدع بها! فقال: أَتَشْهَدِيْنَ أنْ لا إله إلا اللهُ ؟ قالت: نعم. قال: أَعْتِقْهَا فَإنَّها مُؤْمِنَةٌ!

Aku mendatangi Nabi saw. dan berkata, ’Sesungguhnya atas ibuku kewajiban memerdekakan budak sahaya, dan aku punya seorang budak wanita berkulit hitam dari suku Nubi, apakah ia cukup? Nabi saw. bersabda, ’Bawa dia ke mari!’ (setelah ia didatangkan) Nabi saw. bertanya kepadanya, ’Apakah engkau bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah? Ia menjawab, ’Ya.’ Maka Nabi saw. bersabda memerintah, ’Merdekakan dia, sesungguhnya dia seorang wanita mukminah!.’”

Catatan Penting Tentang Sanad Hadis!

Nâshiruddîn al Albâni telah menilai hasan sanad hadis riwayat Hammâd dari Muhammad ibn ‘Amr dari Abu Salamah. Baca Silsilah Ahâhîts ash Shahîhah,1/240. dan secara khusus dalam kasus hadis ini dengan sanad ini pula ia menilah hasan seperti ia tegaskan dalam kitab Shahih Abu Daud,2/632, hadis 2810. Untuk lebih jelasnya perhatikan sanad hadis ini dalam Sunan Abu Daud,3/230.

Penegasan Albâni penting untuk kita perhatikan agar kaum Wahhhabiyah menutup pintu pembelaan mereka untuk Guru Besar Ilmu Hadis Wahabi dari kecurangan-kecurangannya dan agar mereka tidak leluasa menipu kita dengan pendha’ifkan hadis-hadis yang tidak mendukung penyimpangan akidah mereka! Perhatikan ini baik-baik wahai saudara Muslimku!

Bukti Kedua:

Hadis riwayat al Bazzâr dalam Kasyfu al Astâr,1/14 dan ath Thabarani dalam al Mu’jam al Kabîr,12/27 dengan sanad bersambung kepada Ibnu Abbas ra., ia berkata:

.

أَتَى رَجُلٌ النَّبِيَّ (ص) فقال: إنَّ على أمي رقبةٌ وَعِندي أَمَةٌ سَوْداءُ، فقال: إِئْتِنِي بِها! فقال لها رسول الله (ص): أتشهدين أن لا إله إلا الله وأني رسولُ الله ؟ قالت: نعم. قال: فَأعْتِقْها!

.

“Ada seorang sahabat datang menemui Nabi saw. dan berkata, ‘Sesungguhnya atasku kewajiban memerdekakan budak sahaya, dan aku punya seorang sahaya wanita berkulit hitam.’ Maka Nabi saw. berkata, ‘Datangkan dia kepadaku!’ (setelah didatangkan) Nabi saw. berkata kepadanya, ‘Apakah engkau bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan aku adalah rasul Allah?’ Ia menjawab, ‘Ya.’ Nabi saw. bersabda, ‘Merdekakan dia!’”

.

Tentang sanad hadis ini al Hafidz al Haitsami menegaskan dalam Majma’ az Zawâid-nya,4/244, “Di dalamnya terdapat seorang parawi bernama Muhammad ibn Abu Lailâ, ia jelek hafalannya dan dia telah ditsiqahkan.”

Dan dalam lembaran akan datang akan kami buktikan lebih lanjut kemutawâtiran redaksi: Apakah engkau bersaksi….insya Allah. Nantikan!

(Bersambung Insya Allah)

_____________________

ARTIKEL TERKAIT

  1. Mukaddimah Akidah Ketuhanan 1
  2. Mukaddimah Akidah Ketuhanan 2
  3. Ternyata Tuhan Itu Tidak Di Langit ! (1)  Kritik Atas Akidah ketuhanan ala Wahhabi Salafy (Dasar Pemikiran Kaum Wahhabiyah Salafiyah)
  4. Ternyata Tuhan Itu Tidak Di Langit ! (2) Hadis Muslim (Hadis Jariyah) Adalah Hadis Ahâd Yang Muththarib!
  5. Ternyata Tuhan Itu Tidak Di Langit ! (3)  Hadis Jâriyah Dengan Redaksi: Siapa Tuhanmu?
  6. Ternyata Tuhan Itu Tidak Di Langit ! (4) Ketidak Jujuran Syeikh Nâshiruddîn al Albâni
  7. Ternyata Tuhan Itu Tidak Di Langit (5) Nash-nash Tentang al ‘Uluw, Ketinggian Fisikal Allah Versus Nash-nash Penentangnya
  8. Ternyata Tuhan Itu Tidak Di Langit (6) Hadis-hadis Tentang al ‘Uluw, Ketinggian Fisikal Allah Versus Hadis-hadis Penentangnya
  9. Ternyata Tuhan Itu Tidak Di Langit (7) Ayat-ayat Mutasyâbihât Pegangan Kaum Wahhâbiyah Mujassimah
  10. Ternyata Tuhan Itu Tidak Di Langit (8)

26 Tanggapan

  1. Materi yg ditunggu-tunggu…

    Sy melihat mereka yg berakidah Allah berada di langit, yang notabene adalah zat/benda/makhluk ciptaan Allah, sungguh akidah yg menyeleweng & tengik. Bagaimana tidak? Dengan keterbatasan pemahaman mereka thd riwayat2 dan nash AQ dengan lantangnya dan dengan pongahnya mereka mengembar-gemborkan paham ini sementara bila diajukan pertanyaan kepada mereka, atas akibat dari keyakinan tsb, tidak satu pun yg mampu mereka jawab. Dalih yg dikemukakan adalah “Jika Allah swt tidak mengabarkannya, maka kita tidak akan mengetahui”. Padahal mereka saja yg membuat hijab sendiri atas pengetahuan Allah. Atau dengan senjata utama mereka “Janganlah bertanya ‘bagaimana’ Allah. Itu bid’ah”. Sungguh tdk lucu dan tengik.

    Ada pun riwayat budak perempuan yg dimerdekakan Nabi saw yg menyatakan Allah swt berada di langit, yang kemudian dijadikan akidah oleh para wahabiyyun menunjukkan dan membuktikan kebodohan dan keterbatasan akal mereka. Bagaimana mungkin ucapan yg keluar dari seorang budak dijadikan dalil akidah? Tidak adakah lagi manusia yg utama dan mulia yg bisa dijadikan sebagai rujukan? Dimana itu sahabat-sahabat yg adil? Apa kata mereka?

    Semoga Rahmat Allah swt selalu dilimpahkan kepada kita semua. Amin.

    Salam

    • Pak Armand, hebat sekali komentar anda. komentar seperti anda patut untuk menjawab permasalahan dalam blog ini : http://www.beritamuslimah.woedpress. karena ini lebih seru.
      terima kasih.

    • Ni orang TENGIK bin GEBLEK! ko berani ngomong tanpa dipikir dulu!!
      NI saya kasih jawaban sederhana saja.
      Alloh itu di atas langit bukan di langit TENGIK!!!
      apa ente kagak ngerti bahasa “di langit” dengan “di atas langit” ????
      kaum ente dengan kedangkalan nalarnya yang secuil menolak Alloh ada di atas langit atau di atas arsy, dengan alasan bahwa berarti Alloh butuh tempat!!
      lantas kalau Alloh bukan di atas langit berarti Alloh ada di langit, itu juga berarti Alloh menempati tempat yang bernama langit, berarti Alloh juga butuh langit sebagai tempat dong!!!
      Hayo tolong dijawab TENGIK!!
      logika apa yang ada dalam otak ente yang DUNGU itu ???
      Alloh mengutus para malaikat untuk mengurus hajat mahluk-Nya. apa itu juga berarti Alloh butuh malaikat???
      ataukah itu berarti Alloh tidak mampu melakukannnya sendiri sehingga butuh bantuan malaikat???
      hayoo dijawab TENGIK!!!
      Alloh menciptakan sesuatu atas dasar KEHENDAK bukan atas dasar KEBUTUHAN
      dasar TENGIK GEBLEK !!!

      • dalam shahih muslim disebut :
        wahai Allah yang tidak ada dibawahMu sesuatu pun dan tidak ada di bawahmu sesuatu pun…

        kira2 apa jawaban ente juga GEBLEK….

      • sory edit dikit :

        wahai Allah yang tidak ada di atasMu sesuatupun dan tidak ada dibawahMu sesuatupun…

  2. mohon ustadz, ke esa an tuhan ini diurai dengan falsafah. supaya agak jelas mungkin.

    • gini boz, kalau anda ingin mengenal Tuhan, maka kenalilah definisi makhluq itu sendiri,,,
      Allah itu Pencipta, semuanya deh, ARAH, TEMPAT, WAKTU, maka Allah itu tidak mungkin tergantung ciptaanNya…

      SIMPLE MUDAH JELAS N GA BERBELIT-BELIT…

  3. Kalau boleh tau Allah di langit ke berapa yach?
    Engkau yang berkeyakinan Allah di Langit, kalau Allah di langit pertama, kenapa bumi ini belum hancur? padahal Nabi Musa ketika baru melihat nur Allah di gunung Tursina, gunung tersebut langsung hancur, bagaimana mingkin Allah benar-benar di langit, tanpa adanya suatu hijab? Matahari yang jaraknya ribuan kilometer dari bumi saja terasa sangat panas. apalagi kalau Allah berada di langit pertama?

    manusia tidak bisa menentukan dimana keberadaan Allah karena adanya hijab. seenaknya saja kau mengatakan Allah di langit, memangnya kamu gak terhijab oleh Allah y? hebat bener………….

  4. Semua ulama Islam mengikrarkan aqidahnya yaitu Allah SWT ada tanpa tempat ( bukan di langit ). Itulah aqidah yang dipegang oleh Rasulullah SAAW, para sahabat, tabiin, tabiit tabiin, salafussoleh. Semuanya ulama yang ilmunya bersanad ke Rasulullah SAAW mempunyai aqidah Allah SWT ada tanpa tempat ( bukan di langit ).Imam Malik, Imam Syafi’i, Imam Hanafi, Imam Hambali juga beaqidah yang sama. Hanya wahabi aja yang nyeleneh. Kita patut pertanyakan apakah ulama2 mereka ilmunya bersanad sampai ke Rasulullah SAAW? Atau hanya baca2 kitab terdahulu di perpustakaan, lalu menafsirkannya dengan logika hawa nafsunya sendiri? Bahkan ulama pujaan wahabi, Ibnu Taymiyah, dan Albani, di akhir hidupnya mengakui kalau aqidah yg benar adalah Allah SWT ada tanpa tempat ( tidak di langit ). Sebagai contoh, saya nukil perkataan Imam Ali bin Abi Thalib AS, orang nomor 2 setelah Rasulullah SAAW yang paling mengerti tentang agama ini, Al-Islam, berkata :” “Allah itu ada sebelum adanya tempat, dan sekarang,(setelah menciptakan tempat) Allah tetap seperti semula,yakni ada tanpa tempat” (lihat kitab al Farq baina al Firaq halaman 333).
    sumber http://salafytobat.wordpress.com/

    Balas

  5. ANTUM KUNJUNGI http://WWW.DARUSSALAF.OR.ID

  6. agama musyrik (non muslim) tuhan nya di setiap rumah dan berupa rupa warna dan modelnya,sedangkan Allah satu dia ada,dan satu menguasai langi dan bumu serta isinya dia bersemayam atas langit,inilah aqidah muslim

  7. Setiap saat , setiap jam – nya mereka mempercayai Allah di langit ….
    (tanpa pernah ke mana pun .. ???)

    Aqidah yg “memenjarakan” ke Maha-Kuasaan Allah….. di langit

    Allah bisa berada di mana saja sesuai kehendak -Nya…..

  8. ALLAH TIDAK SAMA DENGAN SESUATU APA PUN ,UNTUK ITU JANGAN MENGAHAYAL ALLAH ITU SMA DENGAN SANGKAAN MANUSIA .MENGENAL ALLAH SESUAI DENGAN APA YANG IA FIRMANKAN DAN WAJIB KITA IMANI TAMPA TA’WIL DAN PENYERUPAAN.CONTOH BAHWA ALLAH MEMASUKAN HAMBA YANG BERDOSA KE DALAM NERAKA TRUS KITA TAFSIRKAN BAHWA ALLAH MELANGGAR HAM”,GALAK ,TAK BERPRIKEMANUSIAAN.ALLAH ITU MAHA MELIHAT BERARTI ALLAH TUKANG NGINTIP ORANG YANG MANDI,MAHA SUCI ALLAH DARI APA YANG MEREKA TUDUHKAN KITA IMANI SAJA ALLAH DIATAS LANGIT TAMPA PENYERUPAAN DENGAN APAPUN..

    • ga bisa dong, karena ibnu taimiyah berkata, ALlah itu di atas langit dan Allah dimana saja kalian berada..

      harus komplet mas,,,jangan korupsi..hehe….

  9. kunjungi http://www.rumaysho.com

    • kurikulumnya harus diupdate biar ga ketinggalan jaman…

      jaman pesbuk gitu loh hehehehehe…..

  10. @ mas joko ١١﴾nte berani bener mengatakan bahwa Allah di penjara,…itulah kaum sekuler yang menafsir ayat sesuai dengan akalnya aja Allah memang di atas langit bukan berarti dia terpenjara..seperti kita umat muslim di wajib shalat 5 waktu dalam sehari tapi kita tak pernah merasa di penjara kita senag aja”coba nte baca nih ayat Allah :”مَّن ذَا الَّذِي يُقْرِضُ اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا فَيُضَاعِفَهُ لَهُ وَلَهُ أَجْرٌ كَرِيمٌ ﴿١١﴾
    (11) Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, maka Allah akan melipat-gandakan (balasan) pinjaman itu untuknya, dan dia akan memperoleh pahala yang banyak,
    coba nte tafsir apa kamu (kaum sekuler JIL ) apa nte mengatakan Allah miskin…ta’wil nte di atas sama seperti ta’wilnya orang yahudi..(ya wajar kalo sama wong hasil didikan yahudi kok ,JIL,SEKULER..)

  11. situs ini situs BAJINGAN
    antek2 AMERIKA,,,,,

  12. Wah Tuan Baginda pemahaman anda terlalu cetek…..maksudnya Mas Joko jika Allah bertempat di langit itu sama artinya anda dan konco-konco anda memenjarakan kekuasaan Allah swt……haaaaa kita manusia disamakan dngan Allah merasa tdk dipenjarakan dgn perintah sholat…..cape deh sama orang wahabi/salafi ini tidak kapok-kapoknya ya maling teriak maling…..coba perhatikan lisannya mengumpat,mencela,berkata kotor….apa ini yang namanya sunah versinya wahabi/salafi

  13. http://www.darussalaf.or.id/stories.php?id=1542

    ini tulisan dari ustadz salafi asli, coba ditanya beliau, apa di atas langit menunjuk mana dhahir atau majaz…

    kalau dhahir wah jelas itu TAJSIM DAN TASYBIH…
    karena Allah tidak tergantung ARAH, BAIK KANAN KIRI BAWAH ATAU ATAS…

    kalau majaz ya seharusnya memang demikian, karena Ibnu Taimiyah juga berfatwa ALlah di atas langit, dan ALlah juga bersama kalian dimanapun berada

    jadi ngajinya para salafi itu sudah khatam belum kepada pendapat ibnu taimiyah sendiri, jangan2 belum deh hehe…

    sayang artikel di sana ga ada ruang koment…

  14. http://www.darussalaf.or.id/stories.php?id=1494

    ini lagi nih, coba tanya kepada ustadz salafi disana, apa sifat wajah, tangan itu adalah ANGGOTA TUBUH…

    kalau menurut beliau adalah iya, maka INI ADALAH TAJSIM…

    kalau tidak ya barangkali perlu memahami dengan apa Dzat Allah itu terbagi menjadi tiga bagian, wajah, tangan dan mata…

    kalau menganggapnya dengan membayangkan seperti tubuh manusia yang terbagi menjadi tiga bagian heheehe,,,,,sudah jelas masuk lah ke perangkap tasybih…

    tenang..hehe….

  15. Subhanalloh wahai para saudaraku semua, Alloh itu diatas langit diatas Arsy, bacalah firman Alloh S. Thooha : 5 dan S. Al-A’rof : 54. Cukuplah itu sebagai hujjah tentang kemahatinggian Alloh. Mengapa diperdebatkan ? Orang yang fitrohnya sehat pasti menyatakan demikian karena apabila dia memohon kepada Alloh pasti menengadah kelangit seraya mengangkat kedua tangannya. Hentikan perdebatan ini !!!

  16. Maha Suci ALLOH Subhanahu wa Ta’ala dr semua persangkaan buruk Manusia…!!

    afwan, saya hanya mengingatkan untuk kalian dan terutama untuk saya sendiri.

    Semoga ALLOH Subhanahu wa Ta’ala mengampuni kita semua…!!

    Jangan berdebat tentang ALLOH Subhanahu wa Ta’ala, sebab seharusnya yg dipertanyakan itu adalah kebenaran Haditsnya…!!

    Kenapa harus memperdebatkan Hadist yg sudah shohih??klo kalian beriman pasti kalian tunduk dan patuh, kecuali Hadist itu lemah atau palsu, baru diperdebatkan…!!

    Marilah kita teliti Hadistnya, apakah shohih atau tidak, berikan bukti keshohihannya dan jika Hadistnya palsu maka buktikan kepalsuannya, jika terbukti haditsnya shohih maka kita imani dan jika terbukti hadistnya palsu maka kita tinggalkan, mudah kan??

    Islam itu mudah jangan dipersulit, kecuali jika memang kalian tidak mampu untuk membedakan dan membuktikan mana hadist shohih dan mana hadist palsu maka harus diserahkan kepada yg ahlinya…!!

    sebab orang yg bicara tanpa Ilmu adalah orang yg bodoh…!!

    Afwan akhi jika saya ada salah kata…!!
    Semoga ALLOH Subhanahu wa Ta’ala mengampuni kita semua…!!

  17. +++++++++++
    +++++++++++

    __________
    Abu Salafy:

    Ma’af silahkan memberi komen bukan copy-paste, karena blog ini tidak menerima copas !

  18. Subhanalloh… Semoga Alloh memberi hidayah padamu kawan, engkau suatu saat tahu, faham dan taubat dari perkataanmu ini jika kau memang disibukkan dengan meneliti kitab2 para ulama secara jujur, dan tentunya dg hidayah dr Alloh. Smg kau dan aku ditunjukkan olehNya ke jalan yg benar. Aku mencintaimu krn Alloh… Sobat.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s