Dalam artikelnya yang berjudul: Meluruskan kesesatan Abu Salafy 3 (Menganggap Sebagian Ahli Hadits Dungu?!) saudara Anshari Taslim, entah mengapa jadi tak terkendalikan emosinya. Mungkin karena untuk menutupi kelemahannya dalam membantah bukti-bukti yang disampaikan Imam al Muhaddis Sibthu Ibnu Jauzi (rh) ia lakukan itu semua! Saya benar-benar tidak mengerti alasan sesungguhnya mengapa sikap seperti itu yang ia pilih?
Tetapi terlepas dari itu semua, saya hanya ingin mengingatkan akhi Anshari taslim bahwa apa yang saya sajikan dengan judul di atas tidak semestinya membuat Anda bangkit seakan Islam dan kemurnian ajarannnya sedang terancam! Yang saya katakan (berdasarkan keterangan Sibthu Ibn Jauzi) hanyalah bahwa sebagian Ahli Hadis itu “bersikap dungu”. Coba perhatikan kembali sub judul yang saya tulis: “Kedunguan” Sebagian Ahli Hadis! Bukan semua ahli hadis!!
Selain itu, kesimpulan yang disampaikan Sibthu Ibnu Jauzi itu adalah sebuah kenyataan yang tak mungkin dapat dibantah! Apakah Anda meragukan hal itu? Dan adakah keraguan terhadapnya?
Apa yang beliau katakan telah beliau dukung dengan bukti-bukti akurat. Bukan fitnah …. dan bukan pula kesimpulan yang mengada-ngada.
Apakah akhi Anshari Taslim meragukan kedungungan seorang hafidz/muhaddis yang hidup sezaman dengan Sibthu Ibnu Jauzi yang bernama Abdul Mughîts ibn Zuhair ibn Alawi Al Harbi Al Hanbali (W.583 H) yang dengan bangga menulis sebuah buku dan meriwayatkan setumpuk hadis (riwayat) palsu tentang keutamaan Yazid putra Mu’awiyah yang diyakini kekafirannya oleh sebagian ulama kita, atau paling tidak dipastikan kefasikan dan kemunafikannya oleh banyak ulama kita lainnya (Ahlusunnah, bukan Wahhabi/Salafiay yang memang menegakkan akidahnya di atas kecintaan dan pembelaan kepada keluarga besar Bani Umayyah, khususnya Yazid dan ayahnya serta antek-antek mereka)? Yang kemudian kitab murahan itu dibantah dan dibongkar kepalsuannya oleh Sibthu Ibn Jauzi dalam sebuah risalah dengan judul ar Radd ‘ala al Mutaashshib al ‘Anîd al Mâni’ Min Dzammi Yazîd (Bantahan atas Seorang Yang Fanatik Lagi Membangkang Yang Melarang Mencela Yazid).
*****
Apakah Anda maragukan kedunguan seorang muhaddis yang dengan sengaja membuat-buat hadis palsu tentang tasybîh/penyerupaan Allah dan berusaha sekuat tenaga dan dengan segala cara untuk membatalkan hadis-hadis Nabi saw. demi membela mazhab Abu Hanifah? Jiga Anda menuduh saya membuat-buat tuduhan palsu, maka saya persilahkan Anda membaca data-data sejarah seorang muhaddis bernama Muhammad ibn Syujâ’ Abu Abdillah ats Tsalji al Hanafi (W.266 H)!
*****
Apakah Anda meragukan kedunguan seorang muhaddis yang bernama Muhammad ibn Abdul Wâhid; Abu Umar yang digelari dengan az Zâhid/orang yang zuhud, mantan budak Tsa’lab (345 H), yang kata al Khathib al Baghdadi, “Andai ada seekor burung terbang pastilah ia akab berkata, ‘Telah menyampaikan hadis kepada Tsa’lab dari Ibnu al A’rabi …. (dan kemudian ia pasti membawakan hadis tentangnya)…. Dialah yang menulis sebuah kitab yang merangkum riwayat-riwayat keutamaan Mu’awiyah. Dan ia tidak mau menyampaikan hadis kepada para muridnya sebelum terlebih dahulu mereka mau mendengarnya membacakan beberapa bagian dari buku rangkumannya itu.
Ibnu Najjâr berkata:
كان أبو عمر الزاهد قد جمع جزءا في فضل معاوية وأكثره مناكير وموضوعات
“Abu ‘Amr az Zâhid telah merangkum satu bendel tentang keutamaan Mu’awiyah, kebanyakan darinya adalah hadis-hadis munkar dan palsu/maudhû’.” [1]
Abu Salafy berkata:
Di sini saya harus meluruskan kata-kata Ibnu an Najjâr, sebab yang benar aadalah bahwa seluruh hadis yang disebarkan tentang keutamaan Mu’awiyah adalah palsu seperti ditegaskan banyak ulama di antaranya adalah Syeikh al Fairûz Abâdi dalam kitabnya Sifru as Sa’âdah dan al Ajlûni dalam Kasyfu al Khafâ’.
Dan dengan demikian bagaimana seorang muhaddis yang gemar memalsu dan mengimpun hadis-hadis palsu serta memaksa paara muridnya untuk mendengarkan hadis-hadis palsu dapat dianggap jujur dan tidak “dungu”?
*****
Apakah saudara Anshari Taslim meragukan kedunguan seorang muhaddis seperti Sulaiman ibn Muqatil al Balkhi (W.150 H) yang berkata kepada Abui Ja’far al Manshûr; seorang raja zalim di zamannya:
انظر ما تحب أن أحدثه فيك حتى أحدثه
“Perhatikan, hadis apa yang tuan maukan saya untuk menyampaikannya, saya pasti akan membawakannya.”
Dan dialah yang berkata kepada penguasa dinasti Abbasiyah di zamannya yang bernama al Mahdi:
إن شئت وضعت لك أحاديث في العباس؟
“Jika tuan menghendaki, saya siap membuatkan hadis untuk tuan tentang keutamaan Abbas (kakek al Mahdi).”[2]
*****
Apakah Anda, saudaraku Anshari Taslim meragukan kedunguan seorang muhaddis yang dengan anggapan mencari pahala dan keridhaan Allah dengan memalsu hadis tentang keutamaan kita Qazwi dan keutamaan membaca surah-surah Al Qur’an, seperti yang dilakukan oleh seorang muhaddis bernama Maisarah ibn Abdi Rabbih al Farisi al Bashri? Dan ketika ditegur mengapa engkau memlasu hadis atas nama Nabi saw.? ia menjawab dengan penuh percaya diri akan kebenaran apa yang ia lakukan, “Aku memalsunya demi menyemangatkan orang-orang untuk membaca Al Qur’an!” Adalah kedunguan lebih dari kedunguan seorang yang berani memalsu hadis atas nama Nabi saw.?! [3]
*****
Atau saudaraku Anshari Taslim hendak membela seorang muhaddis bermana Nuh ibn Abu Maryam; Abu Ishmah (W.1173 H) yang terang-tarang tanpa malu memalsu hadis panjang tentang keutamaan surah-surah Al Qur’an satu persatu, dan ketika ditanyakan kepadanya atas pemalsuannya itu, ia membela diri dengan berkata, “Ketika aku menyaksikan orang-orang sudah berpaling dari Al Qur’an dan sibuk mempelajari fikih Abu Hanifah dan buku sejarah Muhammad ibn Iahaq maka aku palsukan hadis-hadis ini dengan harapan mendapat pahala/hasbatan.” [4]
Akhi Anshari Taslim yang saya hormati, saya yakin Anda telah mengetahui data-data seperti yang saya sebutkan di atas dan ratusan data lain yang sengaja tidak saya sebutkan demi ringkasnya pembahasan ini. Lalu apakah Anda masih akan keberatan jika Sibthu Ibn Jauzi atau ulama lain mensifati sebagian ahli hadis itu dengan kedungungan?
Jadi apa yang saudara tulis dengan nada emosi dan terkesan provokatif untuk membangkitkan fanafisme keawaman yang biasa dimanfa’atkan oleh sebagian mereka yang berkempetingan melestarikan kejahilan kaum awam tidak bernilai sedikitpun di pasar para akademisi dan para ulama!
Coba perhatikan kembali apa yang Anda tulis, lalu renungkan sejauh mana kemiripannya dengan tulisan sarjana berilmu:
“Belum puas menghina sabahat Nabi saw kali ini Abu Salafy kembali mengumbar hawa nafsunya dengan lancang mengatakan bahwa sebagian ahli haditsi itu dungu.”
Anda juga berkata:
“Akhirnya dia mulai berusaha membuat opini bahwa sebagian ahli hadits itu dungu dan melakukan tindakan dungu yaitu dengan sikap mereka yang selalu meneliti sanad-sanad hadits sehingga bisa dipastikan mana yang shahih dan mana yang dha’if. Dalam hal ini dia menjadikan Sibth Ibnu Al-Jauzi sebagai referensi dan dia mendiskripsikan Sibth Ibnu Al-Jauzi ini sebagai “pakar dan ahli hadits kreatif”.
Abu Salafy:
Akhi Anshari Taslim, apa yang saya buktikan bukan “usaha membuat opini bahwa sebagian ahli hadis itu dungu”, akan tetapi apa yang saya katakan itu adalah sebuah fakta nyata yang telah dibongkar oleh para tokoh ahli hadis sendiri!
Apakah bukti-bukti yang telah dipaparkan Sibthu Ibn Jauzi yang sebagiannya telah saya sebutkan itu akan Anda ragukan?
Ataukah data-data di atas yang kami paparkan itu juga sebuah kepalsuan belaka?
Saudaraku Anshari, sebenarnya kedunguan sikap sebagian ahli hadis itu tidak terbatas pada sikap-sikap yang telah saya sebutkan dalam artikel saya sebelumnya maupun dalam artikel ini. Ia jauh lebih parah dari yang terbayangkan oleh sebagian pemula yang masih terkungkung dalam tempurung bak katak! Tapi mengingat relevansinya dengan kajian kita, saya batasi dengan menyebutkan apa yang sudah saya sebutkan!
Dan adapun mengenai siapa yang saya maksud dengan sebagian ahli hadis yang “bersikap dungu” maka untuk mengelai jati diri dan kualitas serta bukti kedunguan sikap mereka, saya persilahkan Anda membaca dua karya berharga Sibthu Ibn Jauzi, pertama: Daf’u Syubahi at Tasybîh dan Âfatu Ahli Hadîts, karena di sana Anda akan mengenali sebagian ahli hadis yang bersikap dungu itu. Di sana Anda akan berkenalan dengan:
- Seorang Muhaddis Bermazhab Hanbali Bernama Abdul Mughîts al Hanbali
Yang disifati oleh Sibthu Ibnu Jauzi dengan: “sejak dahulu aku mengenal Syiekh ini dengan kedangkalan pengetahuannya dalam ilmu hadis. Ia hanya membacanya dan tidak mengetahui mana yang shahih dan mana yang lemah/berpenyakit. Ia tidak mengerti maknanya. Alirannya dalam masalah ini seperti kaum awam yang beranggapan bahwa setiap hadis yang diriwayatkan pasti shahih. Dan disamping kedangkalan ilmu dan ketidak mengertiannya ia penuh dengan fanatik yang ia namai dengan (membela) Sunnah…” [5]
- Seorang Muhaddis Bermazhab Hanbali Bernama Abu Abdillah ibn Hâmid.
Nama lengkapnya adaalah Abu Abdillah Hasan ibn Hâmid ibn Ali al Baghdadi al Warrâq (w.403 H). Ia tokoh mazhab Hanbali yang banyak menulis buku akidah tajsim, di antaranya ia menulis Syarah Ushûliddîn. Di dalamnya ia memuat hal-hal yang mengerikan dan menyimpang tentang akidah ketuhanan.
- Seorang Muhaddis Bermazhab Hanbali Bernama Abu Ya’la Qadhi Hanbali
Nama lengpaknya Abu Ya’la Muhammad ibn Husain ibn Muhammmad ibn Khalaf ibn Farrâ’ al Hanbali (W.458 H). Tentangnya Abu Muhammad at Tamimi berkata, “Abu Ya’la benar-benar telah mencoreng mazhab Hanbali dengan corengan yang tidak akan dapat dicuci dengan air laut sekalipun.” Demikian dinukil Ibnu Atsîr dan Abu Fidâ’.
Abu Ya’la inilah yang berkata, sebagaimana diriwayatkan Ibnu al Arabi dari guru-gurunya yang terpercaya bahwa ia berkata, tentang ayat-ayat yang berbicara tentang sifat Allah SWT, “Paksalah aku menerima konsekuensi dari itu semua selain menetapkan jenggot dan alat kelamin bagi Allah!.” [6]
Sebagian ulama hadis mengatakkan bahwa ucapan seperti itu memuat kekafiran dan mengolok-olok Allah. Pengucapnya jelas seorang yang jahil yang tidak pantas dijadikan panutan dan digubris omongannya serta palsulah klaimnya bahwa ia pengikut Imam Ahmad ibn Hanbal.
- Seorang Muhaddis Bermazhab Hanbali Bernama az Zâghûni
Nama lengkapnya Abul Hasan Ali ibn ‘Ubaidullah ibn Nashr az Zâghuni al Hanbali (W. 527 H). Ia salah seorang guru Sibthu Ibnu Jauzi yang ia sanggah penyimpangannya dalam kitab Daf’u Syubah at Tasybîh.
Ketiga muhaddis terakhir ini telah dikatakan Sibthu Ibn Jauzi benar-benar telah mencoreng mazhab Ahmad ibn Hanbal. Mereka telah terjatuh ke dalam martabat kaum awam yang memaknai sifat-sifat Allah dengan makna materi. Ketika mereka mendengar riwayat ‘Allah menciptakan Adam sesuai dengan shûrah/bentuk-Nya.” maka mereka menetapkan adanya bentuk bagi Allah melebihi Dzat-Nya…. [7]
Mereka inilah para ahli hadis yang sangat dibanggakan kaum Salafiyyûn Wahhâbiyyûn, kerena mereka inilah yang telah menulis buku-buku as Sunnah (maksudnya kitab-kitab akidah) dan “menghiasinya” dengan hadis-hadis palsu, isrâiliyat (bualan palsu para pendeta Yahudi dan Nashrani), bahkan tidak cukup itu, mereka berhujjah dengan ucapan-ucapan yang dinisbatkan kepada para tabi’in walaupun belum pasti kebenaran penisbatannya sebab ucapan-ucapan itu mendukung akidah tasybîh (penyerupaan Allah dengan ciptaan-Nya).
Satu Lagi “Ahli Hadis Dungu” Yang Dibanggakan Kaum Wahhabi-Salafi!
Di antara ulama berfaham tajsîm dan tasybîh yang selalu dibanggakan kaum Salafi-Wahhabi adalah al Khallâl disamping nama-nama yang telah disebukan saudara kita Anshari Taslim.
Al Khallâl telah menulis sebuah buku dengan judul as Sunnah. Saya ajak pembaca untuk melihat kualitas akidah yang dipasarkan tokoh aliran tajsîm dan tasybîh yang diadopsi kaum Wahhabi-Salafi agar mengenal lebih jelas akidah mereka.
Ketika menafsirkan ayat:
وَ مِنَ اللَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِ نافِلَةً لَكَ عَسى أَنْ يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقاماً مَحْمُوداً
“Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu: mudah- mudahan Tuhan- mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.” (QS. Al Isrâ’ [17];79)
Ia menukil dari Mujahid dan membenarkan bahwa yang dimaksud dengan maqâm mahmûd (terpuji) adalah: Kelak di hari kiamat Allah mendudukkan Nabi Muhammad saw. di sebelah Allah di atas Asry-Nya (yang dalam akidah mereka Allah itu duduk bersemayam di atasnya). Nabi Muhammad saw. akan didudukkan di bagian yang tersisa kosong setelah Allah duduk di atasnya. Ruang kosong di Asry Allah itu selebar empat jari.!!
Kami tidak mengerti apakah ruang kosong selebar empat jari itu diukur dengan jari-jari pak tuan al Khallâl atau dengan jari-jari Abu Ya’la, Albani, Ben Bâz? Atau dengan jari-jari BUTO IJO?? Mungkin para ustadz Salafi ada yang tau, tolong kami dibantu!!
Dan yang lebih konyol dari segala yang konyol adalah bahwa al Khallâl memvonis kafir, zindiq dan jahmi atas siapapun yang meragukan apalagi mengingkari barang satu huruf dari apa yang ia tulis dalam bukunya tersebut!! Sebuah ancaman yang biasa dilontarkan kaum Mujassimah yang kemudian diwarisi dengan penuh amanat oleh kaum awam setengah ustadz dari kalangan pengikut sekte Salafi Wahhabi!
Inilah akidah kebanggaan kaum Wahhabi Salafi! Apakah mereka masih mengelak jika disebut sebagai kaum Mujassimah Musyabbihah?!
Jadi jika Anda bermaksud mengenal sikap dan kehebatan sebagian ahli hadis yang “dungu” maka saya persilahkan Anda membaca kitab as Sunnah karangan al Khallâl! Atau kitab-kitab di bawah ini:
- As Sunnah yang dinisbatkan kepada Imam Ahmad ibn Hanbal, walaupun sangat layak diragukan mengingat periwayat tunggalnya adalah seorang perawi bernama Khidr ibn al Mutsannâ yang masih majhûl.
- As Sunnah dan kitab Aqîdah Ahlis Sunnah keduanya karya al Lâlaka’i.
- Ar Radd ‘Alâ Bsyri al Marisi karya Utsman ad Dârimi.
- Al Ibânah karya Ibnu Buththah, seorang pemalsu, seperti dijelaskan guru kami; Sayyid habib Hasan As Seqaf dalam kitabnya Ilqâm al Hajar.
- Ibthâl at Ta’wil karya Abu Ya’la si Mujassim.
- At Tauhid karya Ibnu Khuzaimah yang ia sendiri menyesal karena telah menulis kitab tersebut. Demikian disebutkan al Hafidz al Baihaqi dalam kitab Al Asmâ’ wa Ash Shifât:267.
- Syarah Aqîdah ath Thahâwiyah karya Ibnu al Izz.
- kitab-kitab akidah karya Ibnu Taimiyah yang tidak pernah kosong dari akidah Tajsîm dan Tasybîh.
- Al Uluw karya adz Dzahabi.
- Mukhtashar al ‘Uluw karya muhaddis linglung kebanggaan kaum Salafi Wahhabi; Syeikh al Albâni. Ia adaalah ringkasan kitab al ‘Uluw karya adz Dzahabi di atas.
Kitab al ‘Uluw Penuh Dengan Hadis-hadis Palsu!
Seperti Anda saksikan bahwa akhi Anshari Taslim membanggakan beberapa ulama dan karya mereka, di antaranya adalah kitab al ‘Uluw karya adz Dzahabi, yang kemudian karena ia sarat dengan hadis-hadis palsu dan lemah, al Albâni berbaik hati dengan menyaringnya dalam ringkasan kitab al ‘Uluw.
Lebih lanjut keterangan dan pengakuan al Albâni saya persilahkan Anda membaca kitab Silsilah al Ahâdîts ash Shahihah,2/632.
Tetapi sayangnya setelah ia saring dan bersihkan ternyata di dalamnya masih tersisa jumlah yang tidak sedikit dari hadis-hadis wâhiyah/lemah dan bermasalah baik dalam sanad maupun dalam matan. Sepertinya al Albâni gagal dalam upayanya itu!
Kelemahan Yang Dibungkus Dengan Tuduhan Palsu!
Adalah sebuah kebiasaan yang sering kita saksikan dari sebagian orang (bahkan sebagian ulama pula) bahwa mereka ketika merasa terpojok dan kehilangan akal untuk mempertahankan apa yang menjadi keyakinannya atau ketika kuwalahan dalam menghadapi argumentasi lawannya… ia berujuk kepada senjata kaum lemah yaitu menyerang pribadi lawannya yang mengajukan sederetan argumentasi kuat … dengan menfitnah atau mengada-ngada tuduhan demi meragukan kelurusan akidahnya dan menjatuhkan kepribadiannya serta menyangsikan hasil-hasil penelitiannya.
Sibthu Ibni Jauzi salah satu dari korban kelicikan sikap sebagian lawan-lawan beliau.
Sibtu Ibn Jauzi seorang ulama bermazhabkan Hanbali (pengikut Imam Ahmad ibn Hanbal), hanya saja ia jauh dari sikap tajsim dan tasybih yang meracuni pikiran dan akidah sebagian pengikut mazhab tersebut. Sebagaimana beliau juga dikenal sangat menghormati dan mencintai keluarga Ahlulbait Nabi Muhammad saw… Maka karenanya tidaklah heran jika sebagian orang yang “miring’ sikapnya terhadap Ahlulbait alias nashibi dan ekstrimis Wahabi (yang mengaku sebagai pewaris sejati Mazhab Hanbali) begitu benci kepada beliau dan berusaha menempelkan beragam tuduhan palsu demi menjatuhkan kepribadian beliau sebagai langkah awal meragukan keilmuan, kemurnian akidah dan kesunniannya! Dan sepertinya saudara Anshari Taslim sedang terjebak dalam jaring perangkap permainan licik kaum Nashibi yang begitu ganas dalam memerangi Ahlulbait dan hadis-hadis keutamaan mereka serta kemulian sejarah hidup mereka!
Di antara ciri kaum nashibi adalah upaya ngototnya untuk membangun opini bahwa sebagai seorang Sunni sejati ia harus jauh dari kecintaan dan sikap hormat kepada Ahlulbait Nabi saw. Dan jika diketahui ada seorang ulama Sunni memiliki kecenderungan sikap kepada Ahlulbait Nabi saw. atau meriwayatkan apalagi banyak meriwayatkan hadis keutamaan Ahlulbait secara umum dan Sayyidina Ali ibn Abi Thalib ra. secara khusus, maka mereka segera memberondongnya dengan hujatan keji dan segera mereka menjulurkan lidah-lidah berbisa mereka dengan tuduhan-tuduhan tasyayyu’ dan kerafidhian!
Para ulama Ahlusunnah sejati telah banyak yang menjadi sasaran kekejian tiduhan dan fitnah kaum Nashibi tersebut!
Sepertinya mereka ingin membangun opini palsu bahwa untuk menjadi seorang Sunni Anda harus menjadi pembela Yazid atas seluruh kajahatan, kemunafikan dan kefasikannya, seperti yang dilakukan oleh muhaddis Abdul Mughits! Atau Anda harus menjadi pembela Mu’awiyah yang berjuang menyebarkan hadis-hadis palsu tentang keutamaannya seperti yan dikalukan oleh Abu Umar az Zâhid!
Apa yang aneh dari seorang Sunni ketika ia menulis sebuah buku tentang sejarah dan keutamaan para tokoh dari Ahlulbait dan keturunan Ali dan Fatimah ra. yang diyakini keimaman mereka oleh kaum Syi’ah?! Apakah kebencian kaum Wahhabi/Salafy kepada Syi’ah membawa mereka juga membenci Ahlulbait Nabi saw.?!
Memang tidak sedikit indikasi yang bermunculan dari para Wahabiyyûn tentang sikap sinis dan kebencian mereka kepada keturunan Nabi saw…. sepertinya kaum Wahhabi tidak mengenal konsep Mahabbah kepada Ahlulbait Nabi saw. dan dzurriyah mulia beliau.
Karenanya jika mereka menyaksikan ada seorang ulama menulis buku mengupas sejarah dan keutamaan Ahlulbait Nabi saw. mereka segera bangkit bak dukun yang sedang kesurupan setan lalu mengomel dengan kata-kata yang tidak bertanggung jawab! Perhatikan apa yang ditulis oleh saudara Anshari:
“dia mengaku bermadzhab Hanafi dan itu diakui oleh para pembesar madzhab Hanafi setelahnya, tapi anehnya dia malah menulis buku tentang keutamaan para imam syi’ah yang kedua belas berjudul, “Tadzkiratul Khawash”. Kitab ini menjadi bukti bahwa akidah Sibth Ibnu Al-Jauzi memang tasyayyu’ kalau tidak mau dikatakan rafidhah.”
Akhi Anshari Taslim, apa yang aneh dari apa yang dilaklukan Sibthu Ibn Jauzi dengan menulis buku tersebut? Mengapa sejauh ini sakit hati Anda terhadap Ahlulbait Nabi saw.?! Kesalahan apa yang telah diperbuat oleh Ahlulbait Nabi saw. sehingga begitu sakit hati dan sangat keberatan? Bukankah sikap Anda seperti ini dapat diindikasikan sebagai sebuah kedurhakaan kepada Nabi Muhammad saw. yang sanat mencintai Ahlulbaitnya dan memerintah kita; umat beliau agar menghormati dan mencintai mereka!!
Semoga apa yang Anda tulis hanya sikap ikut-ikutan kepada sikap sinis Adz-Dzahabi terhadap Ahlulbait Nabi dan khususnya Sayyidina Ali ra., dan bukan keluar dari kedalama hati dan keyaninan saudara.
Banyak Dari Ulama Ahlusunnah Yang Menulis Buku Sejarah Dua Belas Imam Syi’ah
Selain itu tidak sedikit ulama kita yang menulis buku yang mengupas sejarah dua belas tokoh Ahlulbait Nabi saw. yang diimamkan oleh kaum Syi’ah, baik secara khusus maupun dalam rangkaian pembahasan dalam kitab sejarah yang mereka tulis. Bahkan para pembesar ulama kita (Ahlusunah bukan Wahhabi/Salafi) telah bertawassul kepada Allah SWT dengan kemulian kadudukan dua belas tokoh Ahlulbait yang diyakini sebagai imam oleh kaum Syi’ah. Lalu apakah mereka akan kita vonis sebagai Syi’ah Rrafidhah seperti kebiasaan keji kaum Wahhabi daan mereka yang membenci Syi’ah dan Ahlulbait Nabi saw.?!
Imam Ibnu ash Shabbâgh al Maliki Menulis Buku Sejarah 12 Imam Ahlulbait Nabi saw.
Imam Ibnu Shabbâgh al Maliki –seorang ulama agung bermazhabkan Maliki- telah menulsi buku khusus mengupas sejarah hidup dan keutamaan dua belas tokoh imam Ahlulbait as. Dengan judul al Fushûl al Muhimmah Fi Ma’rifati al Aimmah.
Dalam mukaddimahnya, setelah menyebut apa yang medorong beliau untuk menulis buku tersebut yaitu demi mendapat ampunan Allah SWT atas dosa dan kesalahan serta kekuranganya, beliau mengatakan:
“Mungkin ada pemilik pikiran yang cupet atau mata hati yang rabun untuk memandang hakikat-hakikat dapat merenungkan apa yang saya tulis dan menelaah apa yang saya paparkan dan saya rangkum, lalu matanya yang sakit dan jiwanya yang kronis mendorongnya untuk menuduhku sebagai Rafidhi…..”
Kemudian setelahnya beliau menyebutkan bahwa Imam Syafi’i katika berterang-terangan dalam menampakkan kecintaannya kepada Ahlulbait dan ia menegaskan bahwa dirinya adalah Syi’ah Ahlulbait, ia dikecam dengan kecaman kejam. Lalu beliau membantah mereka dengan mengatakan:
.
إِذا نَحْنُ فَضَّلْنا عَلِيًّا فَإِنّنأ * رَوافِضُ بالتَّفْضِيْلِ عند ذِيْ الْجَهْلِ
وَ فَضْلَ أَبِيْ بَكْرٍ إذا ما ذَكَرْتُهُ * رُمِيْتُ بالنُّصْبِ عندَ ذِكْرِيْ للفَضلِ
فَلاَ زِلْتُ ذا رُفْضٍ و نُصْبٍ كلاهُما * بِحُبِّهِماَ حَتَّى أُوَسَّدَ في الرملِ
.
Jika kami mengutamakan Ali, maka kami dituduh Rawafidh menurut orang yang jahil
Dan keutamaan Abu Bakar bila ku sebut aku dituduh nashibi ketika aku menyebutnya
Maka aku senantiasa di antara keduanya; rafdh dan nushb.
Dengan mencintai keduanya sehingga aku dibaringkan diliang kubur
Dan beliaun juga berkata:
.
قَالُوا تَرَفَّضْتَ! قلتُ كَلاَّ *** ما الرُفْضُ دينِيْ وَ لاَ اعْتقادِيْ
و لـكِنْ تَوَلَّيْتُ دونَ شَكٍّ *** خيرَ إمامٍ و خيرَ هـاديِ
إنْ كـانَ حُبُّ الوَصِيِّ رَفْضًا *** فَـإِنَّنِيْ أَرْفَضُ العبادِ
.
Mereka berkata; kamu telah berfaham Rafdh! Aku berkata: Tidak! Kerafidhian bukan agamaku dan bukan keyakinanku.
Akan tetapi aku tanpa ragu berwilayah…. kepada sebaik-baik Imam dan sebaik-baik pemberi petunjuk.
Jika mencintai washi (Ali) itu kerafidhian… maka ketahuilah bahwa aku paling rafidhinya manusia.[8]
Imam Ibnu Hajar al Haitami asy Syafi’i Juga Menerangkan Sejarah 12 Imam Ahlulbait Nabi saw.
Dalam kitabnya yang berjudul al Shawâiqw al Muhriqah pada Bab kesebelas pasal ketiga, Ibnu Hajar al Haitami (W. 974 H) menerangkan dengan panjang lebar sejarah dan keutamaan dua belas Imam Syi’ah. Dan membuktikan bahwa mereka adalah tokoh-tokoh teragung di zaman mereka masing-masing baik dalam ilmu, ketaqwaan, kezuhudan. Kedermawanan dan berbagai sifat dan sikap mulia lainnya.
Ketika menyebutkan sejarah Imam Zainal Abidin; Ali ibn Husain, Ibnu Hajar berkata, “Dan beliau adalah yang mewarisi ayahnya dalam keilmuan, kezuhudan dan ibadah…..
Beliau wafat dalam usia 57 tahun. Dua tahun ia hidupi bersama kakeknya; Ali ibn Abi Thalib, sepuluh tahun bersama pamannya; (Imam) al Hasan, keumudian sebelas tahun bersama ayahnya’ al Husain. Ada yang mengatakan ia mati diracun oleh Walîd ibn Abdul Malik. Beliau dikebumikan di pekuburan Baqî’ di sisi al hasan; pamanya, beliau meninggalkan sebelas orang putra dan empat putri.
Yang mewarisinya dalam ibadah, ilmu dan kezuhudan adalah Abu Ja’far Muhammad al Baqir…
Setelah menyebutkan keunggulan ilmu dan kemuliaannya. Ibnu Hajar melanjutkan… :
“Belia wafat pada tahun 117 Hijrah dalam usia 58 tahun karena diracun, seperti juga ayah beliau. Ia dari keturuna nImam Ali baik dari sisi ayah maupun ibu. Beliau dikebumikan juga bersama al Hasan, al Abbas di pekuburan Baqî’. Beliau meninggalkan banyak anak, yang paling agung dan sempurna adalah Ja’far ash Shadiq, karenanya beliau adalah Khalifah (pelanjut misi) ayahnya dan pengemban wasiatnya…”
Dan setelah menyebut berbagai keutamaan dan keistimewaan Imam Ja’far (Imam keenam Syi’ah itu), Ibnu Hajar berkata,
“Beliau wafat pada tahun 184 Hijrah juga karenan diracuni, sebagaimana dikisahkan, dalam usia 68 tahun dan dikebumikan di pemakaman qubah bersama keluarganya. Beliau meninggalkan enam putra dan satu anak perempuan. Di antara mereka adalah Musa al Kadzim. Dialah yang mewarisi ayahnya dalam ilmu, ma’rifat, kesempurnaan dan keagungan. Beliau digelari dengan al Kadzim karena banyak memberikan ma’af. Di kalangan penduduk negeri Irak beliau dikenal dengan julukan pintu pengabulan berbagai kebutuhan di sisi Allah. Beliau adalah orang yang paling alim, paling abid dan paling derma di zamannya”.
Setelahnya, Ibnu Hajar menyebutkan karamah Imam Musa al Kadzim yang mebuktikan kemuliaan beliau. Dan yang perlu dicatat di sini bahwa keramat agung itu dinukil Ibnu Hajar dari Sibthu Ibnu Jauzi.
Adapun tentang imam kedua belas Syi’ah (yang sering diijadikan bahan olok-olokan sebagian pembenci Syi’ah) yaitu Imam Muhammad putra Imam Hasan al Askari putra Imam Ali al Hadi putra Imam Muhamaad al jawad putra Imam Ali ar Ridha putra Imam Musa al Kadzim, Ibnu Hajar berkomentar demikian,
“Imam Hasan al Askari wafat di kota Samurra’ (Irak) dan dikebumikan di di sisi ayah dan pamannya dalam usia 28 tahun. Ada yang mengatakan beliau wafat diracun. Beliau tidak meninggalkan putra kecuali satu yaitu Abul Qasim Muhammad (yang digelari dengan al Hujjah). Ketika wafat ayahnya ia baru berusia lima tahun, akan tetapi Allah memberi beliau hikmah. Ia juga digelari dengan al Qaim al Muntadzar….”
Dan demikianlah satu persatu imam-imam agung Ahlulbait yang diyakini keimamahan mereka oleh kaum Syi’ah dipaparkan dan dikupas sejarah dan keagungan mereka oleh Ibnu Hajar dalam kitabnya tersebut… Lalu apakah dengan demikian beliau harus dikecam dan divonis Syi’ah Rafidhah seperti kebiasan kaum pembenci Ahlulbait nabi mulia saw.?
Imam As Sabrâwi (Rektor Universitas Al Azhabr –Cairo) Juga Mengarang Buku Sejarah 12 Imam Ahlulbait Nabi saw.
Syeikh Imam Abdullah ibn Muhammad ibn Âmir As Sabrâwi (1172 H) yang pernah menjabat selaku rektor Universitas Al Azhar pada tahun 1138 H. juga telah terdorong oleh kecintaan beliau yang mendalam kepada Ahlulbait Nabi saw. seperti yang ia katakan dalam mukaddimah bukunya tersebut untuk menulis buku yang menerangkan sejarah dan keutamaan para tokoh imam Ahlulbait Nabi saw. yang diawali dengan Imam Ali ibn Abi Thalib ra. Dan ditutup oleh Imam kedua belas Syi’ah yaitu Imam Muhammad putra Imam Hasan yang bergelar al Askari yang lahir pada pertengahan bulan Sya’ban tahun 255 H. Kitab setebal 500-an halaman itu beliau beri judul al Ithâf Bi Hubbi al Asyrâf.
Lalu apakah dikarenakan mengarang buku tentang sejarah dua belas Imam Syi’ah beliau harus kita kecam dan kita tuduh Syi’ah dan Rafidhah, seperti kebiasan kaum pembenci Ahlulbait Nabi mulia saw.?
Serta masih banyak lainnya seperti Ibnu Shabbân dengan kitabnya Is’âf ar Râghibin dan asy Syablanji dengan kitabnya Nûr al Abshâr.
Apakah karena kecintaan dan ketulusan mereka dalam menulis buku-buku sejarah dua belas Imam Syi’ah mereka semua harus dituduh Syi’ah dan diragukan ketulusan akidahnya?!
Tidak mungkin menuduh mereka demikian melainkan kaum yang sakit hati kepada Ahlulbait Nabi saw. karena limpahan anugrah Allah atas mereka ra.
Semoga jiwa kita disucikan dari kemunafikan dan kebencian kepada Ahlulbait Nabi mulia saw. Âmîn Yâ Rabbal Âlâmîn.
Para Pembesar Ulama Kita Telah Mereka Kecam!
Seperti telah saya singgung sebelumnya bahwa bukan hanya Sibthu Ibn Jauzi yang difitnah sebagai Syi’ah atau Rafidhi. Walaupun bisa jadi fitnahan itu sebenarnya memuat sebuah pujian dan kehormatan jika tasyayyu’/kesyi’ahan itu dimaknai sebagai kecintaan murni kepada Nabi dan Ahlulbait/keluarga beliau. Banyak ulama agung kita menjadi sasaran tuduhan kaji kaum pembenci kelurga Nabi saw. hanya karena mereka meriwayatkan atau menshahihkan hadis keutamaan Ahlulbait Nabi saw.
Di bawah ini saya mencoba menyebutkan beberapa contoh untuk memperjelas kenyataan adanya bahaya besar yang sewaktu-sewaktu dapat merebah ke mayoritas kaum Muslimin jika kejahatan kaum pembenci Ahlulbait Nabi saw. tidak segera dihadapi.
Contoh Pertama Imam al Hâfid Al Hakim:
Beliau adalah salah seorang ulama ahli hadis dan hafidz agung. Karya munumental beliau yang berjudul al Mustadrak sudah cukup sebagai bukti keagungan dan kedalama ilmunya. Tetapi kendati demikian beliau tidak selamat dari cercaaan dan fitnahan kaum pembenci Ahlulbait Nabi saw. kendati adz Dzahabi memujinya dan menjelaskan keistimewaan kedudukan Imam al Hafidz al Hakim, ia tetap saja mencelanya dengan kata-kata yang tidak bertanggung jawab. Ia mengatakan:
.
Tsiqah dalam hadis, ia seorang Rafidhi yang jahat! Ia berpura-pura menampakkan kesunnian dalam masalah mengutamakan Al Syeikhain (Abu Bakar dan Umar), ia menyimpang dari Mu’awiyah dan keluarganya (Yazid maksudnya _pen), ia terang-terang dalam hal ini dan tidak merahasiakannya.
.
Abu Salafy berkata:
Coba Anda perhatikan dengan cermat apa yang dikatakan adz Dzahabi di atas. ia menvonis dengan keji al Hakim sebagai seorang rafidhi yang khabîts/jahat. Semua itu karena sikap terpuji al Hakim yang anti pati terhadap kaum munafikin yang membenci Ahlulbait Nabi saw. seperti Yazid… Jadi dikarenakan al Hakim menyimpang dari Mu’awiyah dan Yazid dan beliau berterang-terangan dalam sikapnya itu maka ia di mata adz Dzahabi sebagai seorang Rafidhi yang jahat!!
Vonis-vonis sesat dan menyesatkan seperti inilah yang paling menggembirakan dan mebuat dingin hati kaum Ekstrimis Wahabi/Salafi yang memang dalam hati mereka terdapat penyakit bughdu Ahlilbait/kedengkian kepada Ahlulbait yang selalu akan membuahkan kecintaan dan keberpihakan kepada penganjur ke dalam api neraka jahannam seperti Mu’awiyah!
Ocehan adz Dzahabi ini akan diimani sebagai yang tidak kalah dengan wahyu ilahi.
Akhi Anshari Taslim, apakah Anda setuju dengan adz Dzahabi yang menvonis al Hakim sebagai muhaddis jahat?
Mengapakaah ketika saya memaparkan bukti-bukti bahwa di antara ahli hadis itu ada yang bersikap dungu, Anda bangkit seakan kiamat telah terjadi, sementara ketika seorang imam Agung dan ahli hadis kenamaan seperti al Hakim atau seperti Sibthu Ibn Jauzi dikecam Anda malah menikmatinya?!
Saya mengerti dan memaklumi, karena para tokoh agung dan ulama besar Ahlusunnah yang sedang dikecam itu berpihak kepada Ahlulbait Nabi saw. maka bukanlah hal penting untuk membelanya… Tapi sepatutnya kendati mereka itu berpihak kepada Ahlulbait Nabi saw. bukankah kita juga wajib membela merekka?!
Ada data lain seperti disebutkan dalam Tadzkirah Al Khawaash:39 yang mengatakan bahwa Al Hakim dituduh Syi’ah itu dikarena kan ia menshahihkan hadis Thair yang menegaskan bahwa Sayyidina Ali ra. adalah orang yang paling dicintai Allah dan Rasul-Nya.
Lagi pula saya juga ingin bertanya kepada saudara Anshari Taslim, apa yang ia fahami dengan definisi Syi’ah dan Rafidhi itu yang sering terlontar dari mulut sebagian pembenci Ahlulbait Nabi saw. ketika mereka berniat untuk menghujat seorang parawi atau menolak hadis keutamaan mereka? Tolong dijelaskan berdasarkan bukti dan keterangan para ulama Ahi hadis Ahlusunnah!!
Contoh Kedua : Abu Al Azhar Syujâ’
Hanya gaara-gara meriwaytkan hadis dari Abd. Razaq tentang keutamaan Ali ra. dari Ma’mar dari Azhari dari Abdullah ibn Abbas, yang berbunyi: “Nabi saw. memandang Ali lalu bersabda, ’Kamu sayyidun, penghulu paling utama di dunia dan sayyidun di akhirat…’, ia vonis sebagai pembohong oleh sebagian rekannya. [9]
Contoh Ketiga: Imam Syafi’i ra.:
Imam Syafi’i juga tidak ketinggalan menjadi sasaran vonis ganas dan keji sebagian pembenci Ahlulbait nabi saw. yang saat itu (dan tuntunya juga hingga kini) banyak gentanyangan di kantung-kantung akademisi Islam. Beliau dituduh Syi’ah bahkan rafidhi persis dengan tuduhan keji adz Dzahabi terhadap Sibthi Ibn Jauzi. Semua itu dikeranakan sikap dan kecintaan beliau kepada Ahlulbait Nabi saw. dan karena kebiasaannya menyampaikan riwayat-riwayat keutamaan Ahlulbait.
Bait-bait syair beliau tentangnya sangat masyhur. Di antaranya adalah:
.
قَالُوا تَرَفَّضْتَ! قلتُ كَلاَّ *** ما الرُفْضُ دينِيْ وَ لاَ اعْتقادِيْ
و لـكِنْ تَوَلَّيْتُ دونَ شَكٍّ *** خيرَ إمامٍ و خيرَ هـاديِ
إنْ كـانَ حُبُّ الوَصِيِّ رَفْضًا *** فَـإِنَّنِيْ أَرْفَضُ العبادِ
.
Mereka berkata; kamu telah berfaham Rafdh! Aku berkata: Tidak! Kerafidhian bukan agamaku dan bukan keyakinanku.
Akan tetapi aku tanpa ragu berwilayah…. kepada sebaik-baik Imam dan sebaik-baik pemberi petunjuk.
Jika mencintai washi (Ali) itu kerafidhian… maka ketahuilah bahwa aku paling rafidhinya manusia.
.
Jadi demikianlah para kaum munafik yang membenci Ahlulbait Nabi saw. menebar teror bahwa kecintaan kepada Ahlulbait Nabi saw. adalah kesyi’ahan dan kerafidhian. Dan teror itu akan terus ramai dipekikkan oleh mulut-mulut mereka selama di muka bumi masih ada kaum munafik yang membela dan mencintai gembong-gembong kaum munafikin; penganjur kepada api neraka jahannam seperti Yazid dan Mu’awiyah!
Karenanya Imam Syafi’i juga berkata:
.
إنْ كانَ رَفْضًا حُبُّ آلِ محمد *** فليَشْهَدِ الثقلاَنِ أَنَّيْ رافِضِيْ
.
Jika mencintai keluarga Muhammad itu kerafidhian, … maka hendaknya manusia dan jin menyaksikan bahwa aku adalah seorang Rafidhi
.
Contoh Keempat: Imam Ahmad ibn Hanbal:
Tidak hanya Imam Syafi’i (sebagai imam agung Ahlulsunnah) yang mereka toror, tetapi Imam Ahmad juga mereka ganyang! Beliau dituduh sebagai gembong Syi’ah!! Alasannya lucu yaitu karena beliau mencintai Ahlulbait Nabi saw., menghormati Sayyidina Ali ra. serta meriwayatkan banyak hadis keutamaan Sayyidina Ali ra. yang tidak dimiliki sahabat lain dalam kitab Musnadnya dan karena Imam Ahmad tidak mengakui Mu’awiyah sebagai kaatibul wahyu (pencacat wahyu),….[10]
Sibthu Ibn Jauzi Bermazhab Hanbali, Bukan Syi’ah!
Entah apa alasanya, sebagian pembenci Ahlulbait menuduh Imam Sibthu Ibn Jauzi itu seorang Syi’ah atau bahkan Rafidhah (walaupun sering tidak jelas batasan dan kriteiria seorang disebutk Syi’ah atau rafidhah) bermazhab. Sebagaimana saudara Anshari Taslim menyebut beliau bermazhab Hanafi. Sementara sepanjang yang saya ketahui beliau itu bermazhab Hanbali, bukan Hanafi. Saya tidak tau apa sandaran yang dijadikan rujukan akhi Anshari Taslim dalam anggapannya itu? Sebab sepanjang yang saya ketahui para ulama termasuk adz Dzahabi, Ibnu Khallikân dll. telah menegaskan bahwa beliau bermazhab Hanbali.
Ibnu Khallikân berkata, “Beliau seorang faqîh bermazhab Hanbali, seorang pemberi wejangan/nasihat yang digelari dengan Jamaluddîn al Hâfidz. Ia adalah orang sangat alim di zamannya dan imam di masanya dalam ilmu hadis dan meramu nasihat. Beliau telah mengarang dalam banyak disiplin ilmu…” [11]
Adapun keterangan adz Dzahabi akan saya sebutkan nanti!
Disamping itu Sibthu Ibn Jauzi sendiri telah menegaskan bahwa mazhab beliau adalah Hanbali. Penegasan itu telah beliau sampaikan -paling tidak sepengetahuan saya- dalam dua kitab berharga beliau. Pertama dalam kitab Âfatu Ahli Hadîts, pada pasal yang beliau tulis untuk membantah tuduhan bahwa dengan menulis buku itu beliau bermaksud menolak keutamaan Abu Bakar. Beliau menyanggah tuduhan itu dengan dua alasan, pertama: Beliau itu dari keturuna Abu Bakar sendiri. Kedua: kata beliau, “Semua orang tau bahwa apa mazhabku dan bagaimana pembelaanku terhadap Sunnah. Dan semua orang pasti tau bahwa tidak ada seorang bermazhab Hanbali Sunni yang tidak mencintai Abu Bakar….[12]
Kedua, penegasan itu beliau sampaikan dalam Mukaddimah kitab Daf’u Syubahi at Tasybîh Bi Akuffi at Tanzîh.
Jadi kalau memang akhi Anshari Taslim dapat membuktikan bahwa beliau bermazhab Hanafi tolong ia paparkan dalil dan buktinya, agar saya dapat mendiskusikannya kembali.
.
Adz Dzahabi Dan Para Ulama Ahlusunnah Memuji Ibnu Jauzi
Entah dengan alasan apa akhi Anshari Taslim lebih tertarik menukil pernyataan adz Dzahabi yang cenderung tidak adil dan memojokkan Ibnu Jauzi karena sebab beliau menulis kitab Tadzkirah al Khawâsh yang menerangkan sejarah 12 imam Syi’ah, yang karenanya beliau ia vonis Syi’ah bahkan Rafidhi… entah mengapa (dan pasti Anda yang cerdas tau mengapa?) akhi Anshari memilihnya dan meninggalkan pernyataan adz Dzahabi lainnya dan juga pernyatan para ulama yang memuji Ibnu Jauzi? Mungkin hal itu ia lakukan sebagai langkah awal untuk menolak bukti-bukti yang diajukan Ibnu Jauzi tentang kedunguan sebagian ahli hadis yang akhi Anshari sepertinya tidak sanggup membantahnya… maka satu-satu jalan adalah menjatuhkan Ibnu Jauzi!
Perhatikan akhi Anshari menulis:
.
“Masalah tasyayyu’ Sibth Ibni Al-Jauzi ini sempat disinggung oleh Adz-Dzahabi dalam Mizan Al-I’tidal, dia berkata,
يوسف بن قزغلي الواعظ المؤرخ شمس الدين أبو المظفر سبط ابن الجوزي .
روى عن جده و طائفة ، و ألف كتاب “مرآة الزمان” فتراه يأتي فيه بمناكير الحكايات ، وما أظنه بثقة فيما ينقله ؛ بل يجنف و يجازف ؛ ثم إنه ترفض ؛ و له مؤلف في ذلك نسأل الله العافية
مات سنة أربع و خمسين و ستمائة بدمشق قال الشيخ محي الدين السوسي : لما بلغ جدي موت سبط ابن الجوزي قال : لا رحمه الله كان رافضياً
قلت : كان بارعاً في الوعظ و مدرساً للحنفية .
.
Abu Salafy Berkata:
Karena akhi Anshari Taslim enggan menerjemahkannya, maka saya bantu ia menerjemahkan bagian tulisan yang saya warnai merah saja:
.
“… Selain itu berfaham Rafidhi. Ia mempunyai sebuah buku karangan tentang itu. Kami memohon keselamatan darinya.
Ia mati tahun 654 Hijrah di kota Damasqus. Syeikh Muhyiddîn as Sûsi berkata, “Ketika berita kematian Sibthu Ibn Jauzi sampai kepada kakekku, ia berkata, ‘Semoga ia tidak dirahmati Allah. Ia seorang Rafidhi.”
.
Abu Salafy Berkata:
Saya berharap akhi Anshari Taslim sanggung menerangkan kepada kami apa yang dimaksud dengan kata: taraffadha dan Rafidhi? Paling tidak menurut adz Dzahabi sendiri! Sebab saya khawatir Anda tidak memahaminya dengan baik dan agar dapat didiskusikan di sini apakah tuduhan itu dapat dialamatkan kepada Sibthu Ibnu Jauzi atau tidak?
.
Pujian Adz Dzahabi:
Ia berkata dalam kitab Siyar A’lâm an Nubalâ’,21/365:
“Abu al Faraj Ibnu Jauzi; asy Syaikh, al Imâm , Allamah (yang sangat alim), Hafidz (ahli hadis), Mufassir (ahli tafsir), Syaikhul Islam, Mafkharul Irâq, kebanggaan negeri Irak, jamâluddîn/ keindahan buat agama, Abu al Faraj Abdurrrahman ibn Ali ibn Muhammad ibn Ali ibn Ubaidullah ibn Abullah ibn Hammâdi ibn Ahmad ibn Muhammad ibn Ja’far ibn Abdulllah ibn Qasim ibn Nadhr ibn Qasim ibn Abdullah ibn Faqîh Abdurrahman ibn Faqîh Qasim ibn Muhammad putra Khalifah Rasulullah saw.; Abu Bakar ash Shiddîq al Qurasyi at Taimi al Bakri al Baghdadi al Hanbali, seorang pemberi wejangan/nasihat penulis banyak kitab. Ia lahir tahun 509 atau 510 Hijrah.”
.
Abu Salafy Berkata:
Coba perhatikan bagaimana adz Dzahabi memujinya dan menegaskan bahwa beliau bermazhab Hanbali! Bukan Hanafi! Bukan pula Rafidhi!
Lalu pantaskan kita menerima dan menelan mentah-mentah ucapan penuh kedengkian yang dilontarkan kakeknya Syeikh Muhyiddîn as Sûsi yang berkata, “Ketika berita kematian Sibthu Ibn Jauzi sampai kepada kakekku, ia berkata, ‘Semoga ia tidak dirahmati Allah. Ia seorang Rafidhi.”
.
Khitâm:
Akhi Anshari Taslim, untuk sementara saya cukupkan tanggapan saya atas artikel Anda tersebut. Adapun poin-poin lain sementara saya belum berminat menanggapinya.
[1] Lebih lengkap baca Târîkh Baghdâd,2/357 dan Lisân al Mîzân,5/268 ketika menyebut data Muhammad ibn Yahya al ‘Anzi.
[2] Lebih lengkap baca Târîkh Baghdâd,13/168.
[3] Lebih lengkap baca Târîkh Baghdâd,13/223, Lisân al Mîzân,6/140.
[4] lebih lanjut baca: Muqaddimah Ibn Shalâh Fi ‘Ulûm al Hadîts:152-153, Fathu al Mughîts; Al Irâqi,1/130, Fathu al Mughîts; as Sakhâwi,1/303-304, Tadrîb ar Râwi; Jalaluddîn as Syuthi,1/282 dan buku-buku mushthalah hadis lainnya.
[5] Âfatu Ahli Hadîts:53.
[6] lebih lanjut baca al ‘Awâshim Min al Qawâshim,/283.
[7] Daf’u Syubahi at Tasybîh:98-100.
[8] Al Fushûl al Muhimmah Fi Ma’rifati al Aimmah:19-21.
[9] Lebh jelasnya baca: Tahdzîb al Tahdzîb,11/10, ketika menyebut biodata Ahmad ibn Ibrahim at Taimi, Mustadrak,3/138, kitab ma’rifatush shahabah, wa min manaqibi amirul mu’minîn Ali ibn Abi Thalib, Siyar A’lâm al Nubalâ’,9/575 ketika menyebut biodata Abdur Razzâq ibn Humâm, dan 12/367 ketika menyebut biodata Ahmad ibn al Azhar, dan Tahdzîb Al Kamâl,1/260 ketika menyebut biodata Ahmad ibn al Azhar dan Târîkh Badgdâd,4/41-42 ketika menyebut biodata Ahmad ibn al Azhar.
[10] Lebih jelsanya baca komentar DR. Al Habib Ali Al Barr dalam kitab Al Imam Ali Al Radha wa Risalatuhu Fi Al Thibb Al Nabawi:57. Cet. Dâr Al Manahil. Lebanon.
[11] Wafâyât al A’yân,2/321.
[12] Lebih lanjut baca: Âfatu Ahli Hadîts:127.
|
Filed under: Akidah, Akidah Tajsim & Tasybih, Fatwa Wahabi-Salafy, Kajian Hadis, Kenaifan Kaum Wahhabi, Manhaj, Mengenal Pemimpin Wahabi, Menjawab Web/Blog Wahabi/Salafy |
Sangat ilmiah dan didukung dengan rujukan yang kuat
Hajar terus Kang si Salafy Ngawur itu, ane & friends selalu mendukung ente
WLLAHU MUSTA’AAN
terlalu banyak amunisi yg dilontarkan abu salafy kpd Anshari taslim, dan tentunya beliau harus menjawab kalau tdk mau dikatakan keok, jawaban yg santun dan kepala dingin yg jauh dari emosi. saya tunggu………….akhi.
Assalamu’alaikum warahmatullah, Mas Abu Salafi….
Penjelasan diatas sangat jelas, didukung oleh fakta-fakta yang kuat. Kami tidak melihat ada rekayasa kebohongan di blog ini, karena itulah kami sangat antusias menyimaknya. Bahkan kami bangga jadi ‘murid’ di blog ini. Mohon Mas Abu Salafi berkenan kepada kami, bila tiba-tiba menemukan tulisan di blog ini ada di blog kami tanpa minta izin lebih dulu.
Kami merasakan manfaat blog ini. Semoga pemilik blog ini mendapat pertolongan Allah Swt untuk bisa terus mengisi blog ini. Lanjutkan jangan berhenti, dan sampaikan fakta-fakta agar para pencari kebenaran bisa mengambil manfaatnya. Kami terus mencari dan mempelajari ilmu yang ada di blog ini.
Salam dari kami untuk semua pengunjung di sini: http://ummatiummati.wordpress.com
silakan check juga http://abul-jauzaa.blogspot.com/2010/01/al-qaadliy-abu-yalaa-bukan-seorang.html
memang apa sih definisi tajsim,,,wong Imam Syahrastani juga menyebut kalau abu ya’la terpengaruh tajsim…hehe…
Astaghfirullahal ‘azhiim, Ya Allah tunjukilah Abu Salfy ke jalan-Mu yg lurus.
Abu Salafy, yg dikatakan rafidhah oleh Adz Dzahabi itu adalah SIBTH IBNU AL JAUZI, bukan IBNU AL JAUZI-nya.
Apa anda tidak bisa membedakan antara Sibth Ibnu Al Jauzi dgn kakeknya Abu Al Faraj Ibnu Al Jauzi ??? Coba anda belajar lagi biografi ulama jangan mencampurkan dua orang yg berbeda.
Masalah selanjutnya tunggu jawaban saya.
_________________________
Abu Salafy:
Anda benar akhi Anshari Taslim, setelah saya cek kembali pujian adz Dzahabi itu untuk Ibnu jauzi (kakek), bukan Sibth (si cucu).
Tetapi perlu Anda ketahui bahwa hal itu tidak merusak esensi apa yang saya hendak buktikan bahwa Sibthu Ibnu Jauzi juga dipuji para ulama termasuk juga adz Dzahabi, seperti dalam beberapa kitabnya di antaranya Siyar A’lam an Unbala’, 23/372 nomer 266. Ia menyebutnya dengan Alamah, Ustad Darul Khilafah …
Insya Allah akan saya tanggapi masalah ini dalam artikel lain.
Dan sekali lagi saya ucapkan banyak terima kasih kepada Anda akhi Anshari Taslim atas kritikannya… Jangan khawatir saya selalu siap mengakui kesalahan dan kekeliruan saya…
kalau sudah sadar antum salah memahami pujian imam adz Adzahabi,lantas, apa sikap antum terhadap konten postingan diatas yang terlanjur antum paksakan demi menyuburkan semangat mengelabui lawan maupun kawan???…bukankah mestinya antum remove dari postingan antum?
ya kalau memang antum sudah menyadari kecerobohan antum,lantas actionnya?? bukankah lebih baik antum hilangkan dari bahasan antum diatas? ya,paling tidak antum dapat keluar dengan melenggang bebas dari perangkap yang antum buat sendiri…(orang2 yang nekad jungkir balik demi memaksakan sesuatu yang tidak layak di paksakan)
wuihhhh….perang hadits
Sebenarnya otak sudah lelah sekali memikirkan argumaen apa lagi yang dapat membuka pikiran orang2 salafy Wahabi yang jelas2 mencintai Yazid dan Muawiyah yang kita sama2 ketahui betapa besar permusuhannya terhadap AhlulBayt….Namun di sisi lain orang2 Wahabi bersikap “taqiyah” dengan mengatakan juga ikut mencintai AhlulBAyt Rasul…..Apakah mencintai Rasul dan AhlulBaytnya dapat dilakukan sementara kita juga mencintai orang2 yang membenci AhlulBayt Rasul seperti Yazid dkk….Apakah kita akan mengaku mencintai Nabi Musa sedangkan kita juga mencintai Firaun ???
hehehehehee,,,,anda salah besar mas, dan ternyata Muawiyah radhiallahu anhu pun menyantuni al hasan ketika beliau kesusahan.,,,
gimana tuh,,,,ada beda muawiyah dan yazid..
Sebenarnya otak sudah lelah sekali memikirkan argumen apa lagi yang dapat membuka pikiran orang2 salafy Wahabi yang jelas2 mencintai Yazid dan Muawiyah yang kita sama2 ketahui betapa besar permusuhannya terhadap AhlulBayt….Namun di sisi lain orang2 Wahabi bersikap “taqiyah” dengan mengatakan juga ikut mencintai AhlulBAyt Rasul…..Apakah mencintai Rasul dan AhlulBaytnya dapat dilakukan sementara kita juga mencintai orang2 yang membenci AhlulBayt Rasul seperti Yazid dkk….Apakah kita akan mengaku mencintai Nabi Musa sedangkan kita juga mencintai Firaun ???
selesai sudah sy baca tulisan /sanggahan abu salafy terhadap akhi anshari taslim kini tinggal aku tunggu jawaban akhi taslim ………………….semoga tdk terlalu lama jawaban segera muncul……………………… seperti yg dikatakan abu salafy : bukankah waktu subuh sudah dekat.
wahai pemecah belah umat(abu salafy).
definisi salaf: rasulullah,para sahabat,tabi’in,tabiut tabi’in,dan oarng2 yang mengikutinya.
definisi salafi:orang2 yang mengikuti manhaj salaf.
abu salafy nama yang tak pantas buat pemilik blog ini.jauh api dari panggang .
pandangannya tentang sunnah aj aneh.
coba antum(abu salafy) kerjain sunnah nabi aja.yang ringan 2 aj hafalin arba’in an anawawi aj dah dulu yang gampang .dahulukan dalil lalu amalkan apa adanya ya .
jangan berpendapat dulu baru cari dalil nanti pusing nyari dalil yang tepat buat membenarkan pendapat antum(abu salafy).contoh imam syafi’i :apabila ada pendapatku yang bertentangan dengan asunnah maka ambilah assunnah.
@ muslim
definisi salafi yang anda sebutkan berdasarkan ada dasar dari hadis soheh dan alquran?
kalo dari pendapat ulama anda taklid katanya salafi ga taklid
atau bidah kali ya….?
@muslim.
Abu salafy memang sangat pantas karena dia sedang berusaha secara maksimal untuk mengembalikan arti salafy yang sesungguhnya,baik amal,akidah,manhaj dan sikap serta sifat-sifat salafy dalam bermuamalah dan bersyariah.
Malah ente “muslim” yang ngaku namanya “muslim”,ane sih berdoa semoga ente bener jadi muslim.
Ente rupanya masih ga ngerti atau memang ga mau cari ngerti tentang ungkapan Imamunaa Asysyafi’i rodhiyallohu ‘anhu yang ente tulis diatas…..lebih baik ngaji lagi yang banyak biar faham.Kalau setengah-setengah ya gini deh jadinya..
@muslim
pendapat mu lucu en lugu deh !!
orang-orang wahabi telah sukses mendidikmu, sehingga kamu sudah menjadi persis seperti meraka. terutama bahasa yang dipakai, khas gaya bahasa salafy wahabi.
http://alponti.multiply.com/journal/item/52/Meluruskan_Kesesatan_Abu_Salafy_4_Tidak_bisa_Membedakan_antara_Ibnu_Al-Jauzi_dengan_cucunya
sekalian dibahas kang mengenai muhaddits abad ini sang kontroversial
http://abul-jauzaa.blogspot.com/2010/01/ahmad-sarwat-al-buuthiy-dan-al-albaaniy.html
luar biasa saya hargai keberanianmu pak abu mengakui kesalahanmu… semoga aja yang lainnya, wabilkhusus temen-temen salafiyyun.
Buat bung Andhari Taslim
Bung kamu sudah jitu menembak pak abu… dan dia pun sudah ngaku salah…
sekarang giliran saya tanya boleh kan?
Mana bantahan kamu atas bukti-bukti ketidak benaran anggapan kamu bahwa si cucunya Ibnu Jauzi itu bukan Syiah?
saya pikir itu yang lebih penting bung, ketimbang sekedar mengoreksi kesalahan kutipan pak abu!
sebabkalau kamu tidak mampu membuktikan kesalaha pak abu di atas ya tetap aja pak abu benar bahwa sebagian ahli hadis itu dungu!!
salam buat mas Abu Salafi, bukunya udah bisa di dapat di luar jawakah ? dan harganya berapa ? bisakah pesan langsung di mas abu salafi langsung ?
_________
abu salafy:
Afwan kami belum tahu, insya Allah nanti kami tanyakan penerbitnya.
syukron
Alhamdulillah, tulisan terbaru dari Akhi Anshari Taslim sangat bagus sekali.. lebih berbobot dan berkualitas.. salut buat Akhi Anshari Taslim yg tidak terpancing gaya bahasa kasar web Abu Salafy yg penuh syubhat ini..
Bahasa kasarnya Abu salafi dimana pak firdaus? Jangan asal njeplak dong kalau komentar ya? Tunjukkan di mana bahasa kasarnya?
@ Ustaz Abu salafy
Saya salut sekali anda mengakui kesalahan…itu merupakan keberanian yang luar biasa..
salut juga dengan diskusinya….
mudah-mudahan bermanfaat bagi ummat
cuman salah kutip aja kok mas, dan ternyata dzahabi juga memuji sibthu ibin jauzi…
walupun misalnya dzahabi tidak memujinya itupun bukan tolak ukur…! apalagi dzahabi juga terkenal sebagai ulama yang nashibi juga… makanya para wahabi/salafy pada ngekor kepadanya !!
@ Muslim : definisi salaf: rasulullah,para sahabat,tabi’in,tabiut tabi’in,dan oarng2 yang mengikutinya.
definisi salafi:orang2 yang mengikuti manhaj salaf.
Ahlul Bait rasulullah g masuk yaa di definisi salaf??????
Salafi mengikuti Rasulullah saww okelah diterima, trus sahabat???? sahabat yang mana ( apa dulu definisi sahabat menurut salafi ???? )
Tabi’in, tabi’ut tabi’in yang mana????? apakah semuanya dah benar
Mas Muslim>> Rosul tidak aka memerintahkakn sesuatu sebelum beliau mengerjakannya, Sudahkah anda Hafal dengan Hadits Arbain bserta silsilah Rijalul Haditsnya..? dan sudahkah anda mengamalkan semua, atau ini hanya bentuk pengalihan masalah…? Takut Terbongkar Topengnya…? Jangan hawatir kawan kami hanya ingin kalian kembali kejalan yg bener… itu saja.
MAs Abu Salafy… Makasih selalu Istiqamah…
semoga Allah memberi petunjuk padamu ke jln ygv bener2 dibridhoiNya, bukan hanya menyebarkan fitnah semata,
masalah membedakan antara Sibth Ibnu Al Jauzi dgn kakeknya Abu Al Faraj Ibnu Al Jauzi sama sekali tidak merusak esensi permasalahan apa yang abu salafy hendak buktikan bahwa Sibthu Ibnu Jauzi juga dipuji para ulama termasuk juga adz Dzahabi ….permasalahan diatas bukan cuma hal sekecil itu …. berbagai argumen mas abu salafy diatas masih terlalu banyak yang ga bisa dijawab si anhari taslim
Memang anak-anak wahabi itu suka membesar-besarkan masalah yang bukan esesnsi. Yah, mau dibilang apa, lha sudah dari sononya, maksud ane dari gurunye sudah begitu. Ya muridnya ngikuti dong? lihat aja di: http://millahibrahim.wordpress.com/2007/02/02/beginilah-keadaan-para-ulama-saudi/
Aak abu salafy…ane juga minta buku sampeyan nih..bisa dapet dimana?..Semoga Allah tetap menjaga kesehatan pak abu,membimbing dan selalu meridhoi jalan yang ditempuhnya.Pak Abu teruskan perjuanganmu dalam meluruskan faham agama ini.Demi Allah saya terharu masih ada diantara kita yang masih peduli memikirkan agama ini agar tetap sebagaimana yang di bawa Kanjeng Nabi SAW dan para sahabatnya..
Ya Allah kuatkan dan tegarkan perjuangan Akhiinaa Abu salafy.Engkau yang maha tahu yang Haq dan yang Bathil..hasbunalloh wani’mal wakiil..
Assalamu ‘alaikum wr.wb
Sebuah tulisan yang mencerahkan,menjernihkan,
menyegarkan.
Ayahanda Abu Salafi memang top banget ……top,top
Manteeeep…….bahasanya mantep,sumbernya mantep
nyata benar keilmuannya.
Ibarat sungai, Abu Salafi adalah anak sungai ! anak sungai yang jernih berasal dari sungai yang jernih pula (sumber yg bersih). Namun bila sebuah sungai kotor ! apa yang bisa diharapkan dari anak sungainya.
Sungai yang kotor ? ya Wahabi….ya Salafi jadi-2an.
Coba kita lihat anak sungainya.
Yang baru ikutan ngaji salafi kemaren sore, ngomongnya bid’ah paling sering dan kenceng. Lalu merasa ini dan itu, mengaku ini dan itu.
Yang baru lulus sekolah baik yg baru datang dari Timur Tengah maupun yang dalam negeri, susah payah ngapalin hadist,surat,dalil ujung-2nya kalimat tuduhan,cacian.
Bukan kebenaran yang dic ari tapi pembenaran.
Mungkin tidak ada yang salah dengan salafi jadi-2an ini karena itulah yang dicontohkan dan diajarkan oleh para abunya,gurunya atau ustadnya.
Dengan semangat untuk mencari kebenaran dan ukhuwah islamiyah kita tunggu jawaban dari Bapak Anshari Taslim, Setelah kebenaran kita temukan kita berharap dengan jiwa yang lapang,jujur dan iklas kita mengakui kebenaran itu dan juga berani mengakui jika ada kekhilafan. Inilah akhlak yang diajarkan oleh Nabi SAW. Bukan lagi ketika dalil sudah habis ,otak sudah tidak mampu berpikir, yang muncul adalah tuduhan-2 baru.
Kalaupun ada perbedaan itu adalah rahmat, mari kita sikapi dengan arif & bijaksana, bukan dengan serta merta kita mengolok-olok,mencela bahkan menghukumi kepada golongan lain yang berbeda pendapat.
Wassalam wr.wb.
Salam & Hormat
Assaalamualaikum Wr Wb
Wahai kaum salafy, saya kira anda nggak pantas hidup d jaman sekarang ini, kalau apa-apa dianggap bidah. Anda hanya munafik yang suka menyalah-nyalahkan orang lain. hayoo gimana kalian mau konsisten dengan kesalafiyan anda, kecuali mau hidup di hutan sana.
Gimana, nggak dianggap bidah kalau anda naik haji pake pesawat terjang, nabi dulu pakenya onta, harusnya anda juga naik onta .
Gimana anda bisa pake komputer, atau nyalain listrik, listrik itu bikinannya orang non muslim jadi , pake sentir atau obor saja kalau mau baca. Pake komputer juga tidak diajarkan oleh Rasulullah, karena jaman dulu memang belum ada komputer. Hayo bingung ta kamu, ya pasti bingung.
Bung tak bilangin ua itba’ nabi itu nggak harus naif kayak kalian itu. COba pikir deh , kalian pada punya otak kagak sih, salafi-salafi, kok ya ada jenis manusia kayak kalian ya, bikin tambah repot aja nih
Wassalamu’alaikum Wr WB
Abu bakar as salim
[…] Tanggapan Atas Luapan Emosi Saudara Anshari Taslim […]
Ada tanggapan lagi tuh: http://alponti.multiply.com/journal/item/53/Melurus_Kesesatan_Abu_Salafy_5_Penukilan_yang_tidak_jujur
Wah makin ketahuan dah kecerobohan Abu Salafy, pasti komentar ini tidak akan dimoderasi…:D
[…] Anshari Taslim, di/pada Januari 20th, 2010 pada 4:24 pm Dikatakan: rAstaghfirullahal ‘azhiim, Ya Allah tunjukilah Abu Salfy ke jalan-Mu yg lurus. Abu […]
[…] Anshari Taslim, di/pada Januari 20th, 2010 pada 4:24 pm Dikatakan: rAstaghfirullahal ‘azhiim, Ya Allah tunjukilah Abu Salfy ke jalan-Mu yg lurus. Abu […]
[…] Anshari Taslim, di/pada Januari 20th, 2010 pada 4:24 pm Dikatakan: rAstaghfirullahal ‘azhiim, Ya Allah tunjukilah Abu Salfy ke jalan-Mu yg lurus. Abu […]
Yang jelas sudah terbukti, bahwa “SEBAGIAN AHLI HADITS EMANG BENAR-BENAR DUNGU, BAHKAN ADA YANG DUNGU KWADRAT”.
Bahwa kesalahan kecil abu salafy itu BENAR-BENAR tidak merusak esensi yang ditampilkan, bahwa sebagian ahli hadits itu emang dungu.
Kalau Abul jauza mau nangkis, harusnya bukan dengan mengatakan kesalahan abu salafy keliru soal “kakek” dan “cucu”. tapi buktikan bahwa “TIDAK ADA SATUPUN AHLI HADITS YANG DUNGU”/
Dan saya jamin Abul jauza tak akan dapat membuktikannya,… sampai rambutnya ubanan pun tak akan dapat…!!
ini tantangan untuk anda, saudara abul jauza dan anshari Taslim.
tunjukkan pada kami,…. TAK ADA SATUPUN AHLI HADITS YG DUNGU….!!
ha..ha….haa….. salafiyun/wahabiyun hanya mengelus dada kalau ditanya, salaf yg mana, sahabat yg siapa, tabiin yang mana, tabiut-tabiin siapa yg diikuti…..
gak nyadar kalau yg diikuti sahabat sedeng, ulama sableng, Ahli hadits dungu….. klop,
hingga pemuja / pengikutnya juga memamerkan jurus 212 wiro sableng, jurus “MONYET membelah kaca…!! hi…hi….hi……
tulisan pak abu diatas tsb rasanya susah untuk dibantah karana argumentasinya sangat kuat karena didukung dalil- dalil dan bukti yang kuat. untuk ustad anshori taslim ikutilah kebenaran jangan mengikuti hawa nafsu, semoga Allah selalu memberikan hidayah saudar kita wahabi. Maju terus pak abu kami selalu mendukung anda.
assalam…
makasih bgt nih pak ustadz abu salafy atas penjelasannya….semoga abusalafy.wdp.com tetap oke…
wassalam
___________
Abu Salafy
Amin !
Anshari Taslim KO ronde pertama hehe..ga bisa bangun….
maju terus abusalafy…
tulisan anda ilmiah… kita orang2 berakal tentu dapat menilainya…
mengungkit-ungkit hal kecil yg bukan esensi masalah.. malah menunjukkan kekerdilan diri & upaya lari dari masalah intinya…
abu salafy kalau disuruh talbis sangat hebat…. disatu sisi dia pakai ucapan dzahabi dilain sisi dia cela dzahabi…. alfaraj ibnu jauzy itu bukan sibthu jauzy alrafidhi yang kamu maksud bung;;;;… dia ibnul jauzy almuhaddis….kok seenaknya kamu ingin membenarkan pendapat dengan talbis gitu….jgn bung !!!!!! malu kalau ketahuan!!!!! dan dari uraian diatas keliahatan sekali kalau si abu ini memang sdh ahli dlm memainkan jurus jurus syiah dalam memutar kata;;
hehe,,,syiah itu ada dua, syiah hasyawiyah karamiah (tajsim tasybih asli) dan syiah imamiah rafidhah yang biasanya anti tajsim
hehe..harus bisa membedakan dong…
cape deh, sudah saya bilang belajar dulu ilmu definisi, baru ke masalah detail, percaya deh, detail tidak akan berbeda dari inti,,,ini kaidah mutlak…
tambahan maap nimbrung dikit ya bang abu salafi hehe
bro agus,
celaan tuh terikat perbuatan…kalau imam Dzahabi mencela syiah rafidhah ya harus kita dukung,,,,
karena Imam Zaid sendiri juga dicela oleh syiah rafidhah bin imamiah…hehe…
yes,,,, keep cool ang ilmiah abu…
Antum semua yang sedang debat kusir harusnya duduk berdua ngopi berdua diatas mimbar membahas masalah yang sedang antum debatkan, kami semua nonton. Kalau berdebat di blog nggak mutu. Kalian berdua nggak mutu. Brani hanya di tulisan. coba pakai corong atau mic. Debat disini hanya disenangi oleh Syaiton.
Blog abusalafy tolong deh muculin profil antum. Antum ISlam atau kelompok orang KAFIR ana juga nggak tahu.
Karena pendeta atau romo ada juga yang tahu masalah agama islam wong sekolah teologi juga diajarkan Agama ISlam.
Jika blog ini memang blog yang Shohih munculin siapa pemiliknya.
Ana mau percaya gimana, wong pemilik blok ini hanya pandai menulis aja
Yang jelas antum yang sedang debat NGGAK MUTUUUUUUUUUUUU
Abu Salafy:
Sepertinya itu cara terbaik buat Anda yang sedang kebingungan membantah bukti-bukti yang kami ajukan di sini.
sudah….sudah…..GITU AJA KOK REPOT….!!!!!!!!!
sy ber-husnuzzhan sampean smua (baik yg pro maupun yg kontra) ingin mengemukakan kebenaran (paling ga kebenaran menurut versi sampean masing2)…
sy jg ber-husnuzzhan kalo dalam hati kecil sampean2 terbesit:
” إن أريد إلا الإصلاح ”
tapi mbok yao pake cara dan ungkapan2 yg baik.
dan jgn lupa setan selalu mengintip hati kita utk mencari celah agar dia bisa masuk dan menjadi pengemudi hati kita…
oh iya…sy pernah denger dari seorang ulama yg mengutip ucapan al-junaid (tolong kalo salah agar dibenarkan):
” الأحاديث مضلة إلا للفقهاء ”
mungkin ungkapan itu bisa dijadikan renungan….
وما توفيقي إلا بالله
Semoga Pak Abu Salafy diberi kekuatan Allah SWT untuk meluruskan aqidah sesat wahabiyah.
Sekalipun tulisan di atas sudah sangat jelas dan sulit dibantah. Tetapi orang-orang salafi wahabi juga tidak akan mau kembali kepada jalan yang benar.
Sikap ngeyel mereka, persis dengan sikap yahudi.
Dan sikap merasa paling benar lalu memusuhi yang diluar kelompoknya, persis seperti kaun khawarij.
Kaum khawarij tidak hanya merasa benar sendiri, menyalahkan Ali r.a dan Muawiyah r.a, namun juga membuat kesepakatan untuk membunuh keduanya.
Kira-kira seperti tulah watak wahabi. Mereka tidak hanya merasa benar sendiri, tetapi mereka menyerang dengan tuduhan-tuduhan keji orang yang tidak masuk kelompoknya, bahkan mereka mengalirkan darah dengan memeranginya.
Bismillah,berbantah-bantahan seperti ini,saling menuduh dan menjelekkan,bukanlah sikap seorang muslim sejati!!!!!!!!jadilah kalian para hamba Alloh Ta’ala yang senantiasa menghargai pendapat sesuai Al Qur’an dan Sunnah Rasululloh dengan pemahaman para sahabatnya.kepada pemilik blog hendaknya bertaqwa kepada Alloh,segera bertaubat akan apa yang dia tulis dalam blog ini yang banyak terdapat kata-kata menjelekkan/menjatuhkan nama islam dalam mata manusia.segeralah sadar akan kelakuan anda!!!!!!Tunjukkan sebagai orang yang ingin menasehati bukan mencaci!!!!Sesungguhnya Rasululloh diutus untuk menyempurnakan/memperbaiki akhlaq kita!!!tapi!!!!!!!apakah kita sudah menengok/muhasabah akan dosa-dosa kita!!!!saling menyalahkan satu sama lain!!!!!KAlo dalil saudara kita yang paling sesuai dengan pendapat para sahabat,itulah yang harus kita ikuti!!!!!bukan perkataan sebagian imam yang diakui keilmuannya!!!!!tapi kita lihat dalil dari Al qur’an dan sunnah sesuai dengan pemahaman para sahabat!!!!!berapa banyak para imam tergelincir dalam berbagai permasalahan>!!!dan tentunya pendapat Para salafus shalih itu yang palig tepat paling selamat dan paling benar!!!!!bukan pendapat orang-orang NU atau orang yang mengaku salafi!!!!!!!!!!!!!!!!!Dan apa yang disampaikan saudara kita harusnya kita hargai/kalaupun dibantah hendaknya dengan kata-kata yang penuh hikmah>!!!!!mudah-mudahan anda segera menghapus tulisan-tulisan di blog anda ini!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
assalamu’alaykum, saya mw penjadi penengah boleh kan. 🙂 mungkin akhi ansari menilai bahwa yang meriwayatkan hadits palsu bukanlah ahli hadits, makanya beliau mengira bahwa ucapan itu adalah celaan yng tidak semestinya. Insya Allah Diamnya Akhi Ansari adalah keakuan beliau bahwa beliau saat ini paham dengan apa yang tengah akhi jelaskan. mari saling mmaafkan lillahi ta’ala.
bagi saudara2 ku yang sangat senang mencela bertaubatlah, damaikanlah saudara mu apabila ada perseteruan antara keduanya, tidak ada manfaat dari perpecehan kaum muslimin.
diam ada dua : mengalah dan kalah
Syaikh ‘Abd Al-Mughits Al-Harbi Al-Hanbali menilai shaih hadis yang mengatakan bahwa ketika Allah selesai mencipta, Dia tidur berbaring dengan meletakan kaki-Nya diatas kaki yang lain (Lih, Siyar Al-A’lam An-Nubala Oleh Adz-Zahabi XXI/160)
Abdush Shamad ibn Yahya Al-Hanbali meriwayatkan, Ia berkata, “Berkata padaku dua orang asing, ‘Pergilah menemui ‘Abd Allâh ibn Ahmad ibn Hambal, katakan kepadanya, ‘Apakah engkau akan memberitahukanku satu hadis riwayat Qatadah, dari Ikrimah, dari Ibn Abbas, yang ia (ibn Abbas) berkata, ‘Aku (Rasullulah Saw) melihat Tuhanku Azza Wa Jalla dalam bentuk seorang pemuda?'”
Maka Abdush Shamad berkata, “Aku pun mendatangi Abu Abdillah (Ahmad ibn Hanbal), dan mengatakan semua itu kepadanya. Beliau menjawab, ‘Katakan padanya bahwa apa yang ia katakan itu telah dikatakan juga oleh para ulama'” (Thabaqat Al-Hanabilah (I/218) dan (II/46)
Juga…
Ahmad ibn Hanbal meriwayatkan lengkap dengan sanadnya dari Nabi Saw., beliau bersabda, “Ketika Allah Swt. berfirman kepada Musa AS., Dia memakai jubah bulu domba, tutup kepala dari bulu domba, dan sandal dari kulit kedelai yang kasar (Kitab Al-Sunnah I/293)…meskipun sebagian mentakwilkan Musa as bukan Allah Swt, tapi dari redaksi kalimat sudah memberikan kejelasannya
Salam Damai
[…] Anshari Taslim, di/pada Januari 20th, 2010 pada 4:24 pm Dikatakan: rAstaghfirullahal ‘azhiim, Ya Allah tunjukilah Abu Salfy ke jalan-Mu yg lurus. Abu […]