Bantahan Atas Abu Jauzâ’ Dan Para Wahhabiyyûn-Mujassimûn Musyabbihûn (4)!
Persembahan Untuk Abu Jauzâ’ dan Teman-teman Salafi Wahhabi
Bincang Bersama Abu Jauza -Hadis Melihat Tuhan- (4)
“Kedunguan” Sebagian Ahli Hadis!
Di antara kedunguan sebagia Ahli Hadis seperti yang dikeluhkan pakar dan ahli hadis kreatif Sibtu Ibnu Jauzi dan para ulama muhaqqiqîn lainnya adalah bahwa mereka hanya pandai memelototi sanad dan alpa kemungkaran, kesesatan dan kemustahilan yang sering kali termuat dalam hadis yang sedang ia shahihkan baik secara langsung maupun dengan bantaun riwayat-riwayat dari jalur lain! Hal itu disebabkan kelemahan pada nalar dan istimbâth (penyimpulan bertanggung jawab) mereka!
Di sampin “kesibukan dungu” terhadap memburu riwayat dan membanggakan sanad menjadikan mereka alpa dan buta terhadap ayat-ayat Al Qur’an yang muhkamât! Mereka menelan mentah-mentah riwayat seakan ia adalah wahyu suci yang pasti yang baru turun dari langit dengan kawalan ketat para malaikat as.!
Perhatikan keluh kesah ulama dan pakar hadis kondang Sibthu Ibnu Jauzi terhadap penyakit kedunguan yang sedang diindap oleh sebagian yang menamakan diri sebagai ulama ahli hadis, beliau berkata:
“Adapun orang yang inti jiwanya kurang (tidak sempurna) ia akan berhenti pada ilmu apa yang sesuai dengan inti jiwanya. Kami menyaksikan orang yang menghabiskan umurnya hanya untuk mencari-cari qiraât yang syâdzah (menyimpang) sehingga luput darinya hal yang penting yaitu pemahaman ayat.
Dan kami juga menyaksikan orang yang menghabiskan umurnya hanya mencari hadis-hadis gharîb (yang aneh-aneh) dan menyimpang, ia tidak mencampurnya dengan pengetahuan akan asal usulnya dan fiqh/pemahamannya, tidak pula membedakan antara yang shahih dan yang sakit (berpenyakit/lemah/palsu).
Ia memikul beban perjalanan jauh, lalu jika diajukan kepada sebuah perkara, ia terpaksa butuh bertanya kepada seorang ahli fikih muda untuk jawabannya. Dan adalah sebuah cela memalukan bagi seorang Syeikh yang meriwayatkan untuk para ahli fikih sebuah hadis yang ia sendiri tidak mengetahuinya apakah ia shahih atau tidak! Lalu ia ditanya tentang apa saja perkara yang membatalkan wudhu’ maka ia tidak mengatahui apa yang harus ia katakan!
Berapa banyak ahli hadis yang menghabiskan umur mereka dalam mencari-cari keunikan dan keanehan hadis sehingga mereka ketinggalan tidak sempat menghafal Al Qur’an, pengetahuan tentang apa yang wajib ‘aini atas mereka…..
Adapun kesibukan mereka dari mendalami makna hadis disebabkan kesibukan mereka mencari hadis-hadis syâdz, maka telah dikisahkan banyak keanehan dari sikap mereka……… (setelahnya Sibthu Ibnu Jauzi menyebutkan beberapa kasus kedunguan sebagian mereka, di antaranya adalah kisah di bawah ini)…….: Berkata Abu Sulaiman al Khaththâbi[27], “Sebagian masyâikh (guru besar) hadis berkata, ‘Aku tidak bercukur rambut pada hari jum’at selama bertahun-tahun, sebab Rasulullah saw. melarang bercukur rambut pada hari jum’at.’ Maka aku katakan kepadanya, ‘Yang dilarang Nabi itu adalah al hilaq (duduk berhalaqah-halaqah/berjama’ah secara membundar) di hari jum’at, bukan al halqu (mencukur rambut di hari jum’at).’”
Dan hal ini akan panjang, maka kami cukupkan dengan menyebut sekelumit kasus.”[28]
Cacatan Penting!
Pada hadis pendukung yang dibawakan Albâni dengan nomer 470 yang diandalkan Abu Jauzâ’:
– ( صحيح بشواهده ) ثنا عبيد الله بن فضالة ثنا عبدالله بن صالح ثنا معاوية بن صالح عن أبي يحيى عن أبي يزيد عن أبي سلام الأسود عن ثوبان قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم إن ربي أتاني الليلة في أحسن صورة وفي هذه الأخبار ووضع يده بين كتفي
470 – (Shahih bi-syawaahidihi)
Telah menceritakan kepada kami ‘Ubaidullah bin Fudlaalah: Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Shaalih: Telah menceritakan kepada kami Mu’awiyyah bin Shaalih, dari Abu Yahya, dari Abu Yaziid, dari Abu Salaam Al-Aswad, dari Tsaubaan, ia berkata: Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam: “Sesungguhnya Rabb-ku pernah mendatangiku di satu malam dalam sebaik-baik bentuk”. Dalam khabar ini disebutkan: “Dan Dia meletakkan tangan-Nya di antara dua pundakku”.
Albani melakukan kesalahan ketika ia menetapkan status shahih dengan bantuan syawâhid-nya atas hadis di atas, sebagaimana ia juga salah ketika mengatakannya shahih dalam takhrîj hadis kitab as Sunnah karya Ibnu Abi ‘Âshim,[29] sementara ia sendiri menvonis lemah Abdullah ibn Shaleh, dan ke-majhul-an Abu Yahya dan tidak di-tsiqah-kannya Ghailân ibn Anas; Abu Yazid al Kalbi oleh seorang hafidz pakar ilmu hadis pun! Disamping dalam kitab Silsilah al Ahâdîts ash Shahîhah-nya,1/40 ia menegaskan bahwa Ghailân adalah perawi yang majhûlul hâl (tidak dikenal data maupun kualitas kepribadiannya). Demikian juga dengan parawi-perawi lainnya dalam sanad riwayat tersebut di atas, seperti: Abu Sallâm al Aswad, di mana ia tidak mendengarnya dari Tsawbân, seperti ditegaskan Yahya ibn Ma’in dan Ali ibn al Madîni. Ahmad berkata, “Aku tidak yakin ia pernah mendengar hadis dari Tsawbân.” Pernyataan serupa juga dikeluarkan oleh Abu Hatim, ia berkata, ‘Riwayatnya dari Tsawbân itu mursalah/terputus/ada mata ranpai yang tidak disebutkan.”[30]
Selain itu apa yang mendorong al Albâni untuk malu-malu menyebutkan redaksi lengkap hadis Tsaubân di atas yang akan membongkar kedok akidah tajsiîm kentalnya?
Jadi hadis itu terbelenggu dengan mata rantai cacat dan penyakit, lalu bagaimana ia katakan hadis shahih dengan bantuan hadis lain?! Pengantrolan status terhadap hadis itu adalah tidak berdasar, seperti telah disinggung! Ia hanya dengan dorongan kegandrungan seorang Mujasssim untuk mencari-cari sesuatu yang dianggapnya dapat menjadi penguat atas akidah sesatnya!
Dan apa yang saya buktikan di atas sekali lagi cukup sebagai bukti bahwa kami tidak sembarangan ketika mengatakan bahwa Muhaddis kebanggaan kaum Wahhabi yang satu ini memang sering linglung! Di sebuah kesempatan ia mencacat seorang perawi kemudian di kesempatan lain ketika ia membutuhkan dukungaan riwayatnya, ia memuji dan mengandalkannya!
Anggapan Tidak Berdasar!
Ada sebuah anggapan yang mungkin menipu sebagian orang bahwa jika sebuah hadis telah diriwayatkan dengan banyak jalur maka itu dapat membuktikan keshahihannya! Anggapan itu jelas tidak berdasar. Allah dan rasul-Nya tidak pernah menetapkan kaidah seperti itu. Kepalsuan tetap saja kepalsuan, betatapun ia dikisahkan dengan banyak jalur!
Berbilangnya jalur periwayatan sama sekali tidak akan dapat dijadikan alasan untuk mengatrol status sebuah hadis jika kandungannya termasuk yang dipastikan kemustahilannya dalam pandangan akal sehat dan syari’at seperti hadis kisah Gharâniq yang mengatakan bahwa setan telah menyisipkan bisikannya kepada Nabi Muhammad saw. sehingga beliau tidak mampu membedakannya dari ayat suci Al Qur’an firman Allah SWT! Berbilangnya jalur periwayatan tidak bernilai sedikitpun dalam kasus seperti itu! Demikian ditegaskan Syeikh Muhammad Rasyîd Ridha.[31]
Jadi sekali lagi, apa yang dilakukan sebagian kaum Mujassimah dengan menghimpun berbagai jalur riwayat hadis Shûrah yang mengatakan bahwa Nabi saw. melihat Allah dalam seindah-indahnya bentuk .. usaha itu sama sekali tidak berguna!
Abu Jauzâ Mengakui Allah SWT Benbentuk!
Dari paparan dan uraian serta terjemahan atas hadis-hadis yang ia kutip dalam artikelnya, saudara Abu Jauzâ’ dengan tanpa malu-malu dan bertaqiyah mengatakan bahwa Allah ber-shûrah (berbentuk)…. Dan meletakkan telapak tangan-Nya di pundak nabi saw. sehingga dingin tangan Allah terasa sampai menembus dada beliau saw. Bahkan kata yang menunjukkan Tajsîm kental itu dalam setiap riwayat itu sengaja ia cetak dengan huruf tebal:
‘Aku melihat Rabb-ku dalam sebaik-baik bentuk”.
“Sesungguhnya Allah ta’ala menampakkan diri kepadaku dalam sebaik-baik bentuk…
“Rabb-ku pernah mendatangiku pada satu malam dalam sebaik-baik bentuk”….
Tiba-tiba aku berjumpa Rabb-ku dalam sebaik-baik bentuk
Sebuah keberanian yang membuktikan kejantanan! Sebab biasanya kaum Mujassimah berputar-putar dan sembunyi-sembunyi dalam menyatakan akidahnya tajsîm mereka!
Dan yang demikian sudah cukup sebagai bukti-kendati ia menolak tambahan hadis yang mengatakan bahwa Allah terlihat dalam bentuk seorang pemuda Abg yang berambut keriting dan lebat ….- bahwa ia seorang mujassim. Sebab meyakini bentuk bagi Allah adalah ciri akidah tajsîm!
Saya berharap Abu Jauzâ’ sanggup memberikan ketarangan bahwa keyakinan bahwa Allah berbentuk –yang ia yakini- tidak identik dengan tajsîm dan tasybîh dan peyakinnya bukan seorang Mujassim?!
Selain itu, ketahuilah saudaraku Abu Jauzâ’, bahwa keberatan Anda ketika kami sebut Syeikh kebanggaan Anda dan kebanggaan kaum Mujassimah; al Albâni sebagai “muhaddis linglung” dan Anda menggolongkannya sebagai caci maki atas ulama pewaris para Nabi as. adalah sangat tidak berdasar, sebab jika apa yang kami katakan itu adalah caci maki dan caci maki itu terkecam, maka yang pertama harus Anda kecam adalah Syeikh kebanggaan Anda itu sendiri, sebab ia telah menjulurkan mulut beracunnya kepada kehormatan para ulama dan para hafidz, tidak terkecuali al Hafidz Ibnu Hajar al Asqallâni yang ia sebut sebagai linglung, dzâhil!!
Penshahihakn Hadis Itu Oleh at Turmudzi
Adapun penshahihan hadis itu oleh at Turmudzi, juga bukan ukuran dan tidak berguna, sebab:
A) At Turmudzi dikenal terlalu gegebah dan kurang hati-hati dalam menshahihkan hadis.
B) Pendha’ifan oleh para pakar hadis lainnya lebih diutamakan atas penshahihan at Turmudzi.
C) Yang tertera dalam Sunan at Turmudzi adalah menetapan status hasan gharîb, bukan shahih! Seperti dinukil oleh al Hafidz al Mizzi dalam Tuhfatul Asyrâf,4/382, al Mundziri dalam at Targhîb wa at Tarhîb. Al Hafidz Ibnu Hajar dalam an Nukatt adz Dzirâf,4/382 (dicetak bersama Tuhfatul Asyrâf telah membicarakan secara tuntas status hadis itu ketika ia mengomentari perkataan at Turmudzi: hasan gharîb, ia berkata, “Hadis: Tuhanku medatangiku dalam seindah-indah bentuk…” Aku berkata, ‘Muhammad ibn Nashr al Marwazi dalam kitab Qadru ash Shalâh berkata, ‘Hadis ini telah idhtharaba/kacau para perawinya dalam sanadnya. Dan tidak ada satu pun yang tetap menurut para ulama yang mengerti hadis/ahli ma’rifah.”
Abu Salafy berkata:
Adalah kecenderungan kaum Mujassimah untuk mencari-cari dukungan dari penyataan alim anu atau muhaddis anu demi memaksakan kesan keropos bahwa keyakinannya itu dikuatkan oleh hadis-hadis yang dishahihkan ulama anu atau didukung oleh pendapat si alim anu, walaupun dalam kesempatan lain si alim itu mereka vonis musyrik karena alasan ini dan itu!!
Kesimpulan Akhir
Hadis Ra aitu rabbi fî ahsani shûrah adalah muththarib jalur-jalur periwayatannya dan munkar dan/atau palsu dari sisi kandungan dan muatannya.
*********
Kenyakinan Islam Tentang Bermimpi Melihat Allah SWT
Ketahuliah wahai saudaraku seiman dan seakidah bahwa akidah Islam yang benar yang ditetapkan berdasarkan nash-nash Al Qur’an dan Sunnah yang shahihah bahwa Allah SWT tidak menyerupai dan diserupai oleh sesuatu apapun
“Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia.” (QS. Asy Syûrâ [42];11)
dan
“Dan tidak ada sesuatupun yang setara dengan Dia.” (QS. A; Ikhlash [112];4)
Berdasarkan nash di atas maka Allah tidak memiliki bentuk dan pula tidak memiliki gambar. Allah tidak akan berubah-rubah bentuk dari sebuaah bentuk ke bentuk lainnya, “Maha suci Allah dan Maha Tinggi dari sifat-sifat yang mereka berikan.” (QS. Al An’am [6];100)
Oleh karena itu kami metetapkan dengan pasti bahwa Allah tidak dapat dilihat, baik di kala jaga maupun dalam mimpi, dan sesungguhnya Alllah adalah seperti yang Dia sifati Dzat-Nya dengan firman-Nya:
لاَ تُدْرِكُهُ الأبْصارُ وَ هُوَ يُدْرِكُ الأبْصارَ وَ هُوَ اللَّطِيفُ الْخَبيرُ.
“Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala yang kelihatan; dan Dialah adalah Yang Maha halus lagi maha Mengetahui.” (QS. Al An’âm [6];103)
Jika demikian, maka adalah baik kita menengok syubhat yang mengelabui mereka sehingga meyakini bahwa Allah dapat saja (dan sudah terjadi) dilihat dalam mimpi!!
Ketahuilah bahwa syubhat yang menyelimuti pikiran mereka adalah adanya riwayat yang setelah diteliti akan terbongkar kepalsuannya bahwa Nabi saw. bermimpi melihat Allah SWT dalam seindah-indahnya bentuk, lalu Dia meletakkan telapak tangan-Nya ke pundak beliau dan akibatnya beliau merasakan dinginnya sentuhan itu sampai ke dada! Seperti yang telah kami paparkan dan kami buktikan kepalsuannya pada artikel sebelumnya. Inilah dasar pertama akidah yang mereka yakini!
Dasar kedua adalah dongeng yang mereka riwayatkan atas nama Imam Ahmad ibn Hanbal bahwa ia melihat Allah dalam mimpinya sebanyak 99 kali, dan ia berkata, ’Jika aku melihat-Nya pada kali keseratus aku akan bertanya kepada-Nya. Lalu ketika ia melihat-Nya pada kali keseratus ia bertanya, ”Wahai Tuhanku dengan amalan apakah para hamba mendekatkan diri kepada-Mu?” Maka Allah menjawab, ”Dengan firman-Ku.” Ahmad kembali bertanya, “Dengan pemahaman atau tidak?” Allah menjawab, ”Dengan pemahaman atau pun tidak!”
Dongeng di atas jelas-jelas sebuah kepalsuan atas nama Imam Ahmad. Adz Dzahabi telah memuatnya dalam kitab Siyar A’lâm an Nubalâ’-nya,11/347 dengan dua sanad dari Imam Ahmad. Dan kedua sanadnya itu bermuara pada Ahmad ibn Muhammad ibn Muqsim, seorang yang dikenal sebagai pembohong kelas kakap![32]
Al Khallâl; Bapak kaum Majassimah tidak mau ketinggalan menghias kitab Amâli-nya pada majlis kelima dengan kisah itu dari jalur guru kesayangannya Ahmad ibn Muhammad ibn Muqsim.
Dalam Siyar-nya, adz Dzahabi menyebutkan dongeng itu tanpa menyebut bahwa Ahmad melihat Allah dalam mimpi sebanyak 99 kali!! Hanya kaum Mujassimah sajalah yang berbaik hati dengan menambahkannya untuk lebih menyakinkan kaum awam Mujassimah bahwa bermimpi melihat Allah SWT bukan sekedar dialami Imam Ahmad sekali dua kali!
Dan untuk menanamkan rasa PD bahwa imam mereka adalah imam unggulan dan kesayangan Allah SWT! Sebuah kepalsuan yang biasa dimuntahkan para misionaris sekte Mujassimah di sepanjang masa! Seperti kepalsuan yang mereka sebar-luaskan bahwa Allah tak henti-hentinya menziarahi makam Imam Ahmad! Entah apa tujuannya? Apakah mencari keberkahan dari makam Imam Ahmad? Atau hendak bertawassul? Atau … atau … Padahal semua itu adalah syirik menurut akidah kaum Wahhâbiyah Mujassimah!
Ketahuilah wahai saudaraku, bahwa andai benar kisah itu dikisahkan oleh Imam Ahmad, ia bukan dalil syar’i yang boleh diandalkan! Semua sepakat bahwa omongan atau apalagi dongeng siapapau tidak dapat didudukkan sejajar dengan dalil-dalil agama; Al Qur’an dan Sunnah!
Kami yakini -dan kami tidak melihat selainnya melainkan khurafat- bahwa Maha suci Allah dari dapat dilihat baik di kala jaga maupun di saat mimpi! Sebab Allah SWT tidak memiliki bentuk, shûrah atau postur! Dia juga bukan Nûr dengan makna cahaya!
Dan siapapun yang berdongeng bahwa dia melihat Allah dalam mimpinya ketahuilah bahwa apa yang ia lihat itu bukan Allah! Ia sedang dalam pengaruh pikiran dan akidah tajsîm sesatnya saja yang menanamkan dalam pikiranya bahwa tuhannya adalah berpostur! Sebuah kondisi yang agak mirip dengan sakit jiwa yang perlu segera dirujuk kepada seorang Psikiater untuk dilakukan terapi secara teratur demi kesembuhannya, bukan malah dijadikan dalil, kecuali juga oleh si sakit sepertinya!
Dan berpanjang-panjang menyebutkan komentar alim anu atau ahli hadis anu dalam masalah ini tidak berguna sedikit pun, sebab akal sehat lebih diperlukan di sini!
Ikhtisar kata, kami meyakini bahwa Allah Maha Suci dari dapat dilihat dalam mimpi!
Wallahu A’lam!
(Bersambung)
[27] Nama lengkapnya Hamd ibn Muhammad al Busti, seorang hafidz, wafat tahun 388 H. (Baca al Muntadzim,6/397, Wafayât al A’yân,1/166 dan Tadzkirah al Huffâdz,3/1018.
[28] Lebi lanjut baca kitab Âfatu Ahlil Hadîts; Al Hafidz Abul Faraj Abdurrahman ibn al Jauzi al Hanbali (W.597 H): 39-49.
[29] Sekedar informmasi bahwa kitab yang menyandang nama as Sunnah biasanya adalah kitab bertemakan akidah versi kaum Mujassimah Musyabbihah yang di dalamnya para menulisnya memenuhinya dengan banyak hadis palsu, lemah bermasalah dan/atau isrâiliyah untuk menetapkan akidah sesat mereka, bahkan lebih dari itu mereka berhujjah dengan omongan kaum tabi’în yang belum pasti benar penisbatannya yang penting mendukung faham tasybîh mereka, setelahnya mereka menteror –seperti kebiasaan mereka- barang siapa yang ingkar kepadanya berarti ia kafir, zindiq, mulhid dan jahmi!! Sebagai contoh kecil adalah apa yang ditulis oleh al Khallâl (ulama yang sangat dibanggakan oleh para misionaris sekte Wahhabi dan yang tak henti-hentinya mereka menasehati para jama’ahnya agar mengaji kitab tersebut) dalam kitab as Sunnah-nya dimana ia menukil dari Mujahid bahwa tafsir ayat: “Mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.” (QS. Al Isrâ’ [17];59) bahwa maqam terpuji yang dimaksud adalah didudukkannya Rasulullah saw. di sebelah Allah di atas Arsy-Nya yang dalam akidah mereka, setelah Allah duduk/bersemayam di atas Arsy-Nya tersisa kira-kira seluas empat jari-jari!! Abu Salafy berkata: kami tidak mengetahui dengan pasti apakah itu dengan ukuran jari jemari Allah? Atau jari-jari Nabi saw.? Atau jari-jari pak kyia Khallâl atau kyai Abu Ya’lâ? Atau jari-jari Abu Jauzâ’? tidak cukup di sini kegilaan faham tajsîm dan tasybîh mereka itu, al Khllâl menvonis kafir dan zindiq siapa pun yang mengingkari tafsiran di atas!! Sementara ia dan kaum Mujassimah lainnya berpaling dari hadis-hadis shahih yang menafsirkan bahwa maqam terpuji yang dimaksud adalah maqam syafa’at! Kami tidak mnengerti kira-kira apa sikap al Khallâl dkk. terhadap hadis-hadis Bukhari & Muslim tentang masalah ini? Yang pasti faham ini adalah Faham Horor yang menebar teror dan intimidasi!
[30] Baca Tahdzîb at Tahdzîb,10/263, cet. Dâr al Fikr. Bairut.
[31] Adhwâ’ ‘Alâ as Sunnah al Muhammadiyah:295.
[32] Baca Lisân al Mizân,1/260.
Filed under: Akidah, Akidah Tajsim & Tasybih, Kajian Hadis, Manhaj, Menjawab Web/Blog Wahabi/Salafy |
musuh nya islam
@Upin
heeeeee heeee apa benar kang?
kalo menurutku sekte wahabi/salafy lah musuh islam..
tukang kacao kerukunan umat islam
alabani antek zionis yang yang mengeluarkan fatwa konyol agar Umat Islam Palestina agar keluar dari tanah palestina karena sudah diduduki musuh !
syekh wahabi/saudi lainnya berfatwa haram demo anti zionis
JADI YANG MUSUH ISLAM ITU SIAPA KANG? BUKANNYA TOKOH2 DAN ULAMA WAHABI/SALAFU..
sori sampean maling teriak maling!
Assalamu ‘alaikum wr.wb.
semoga 4JJI membuka hati kita dengan kebenaran, semoga 4JJI mengampuni segala dosa sombong dan ujub atas akal dan fikiran kita di atas Wahyu dan sunnah Rasulullah S.A.W. semoga 4JJI merahmati para ulama yang berjuang dalam menjaga kemurnian Al-Quran & Sunnah Rasulullah S.A.W, semoga 4JJI merahmati & meridhoi ilmu para ulama salaf yang telah menjaga kemurnian Al-Quran & Sunnah Rasulullah S.A.W hingga Hari Kiamat. (Amin)
Tulisan Abu Jauza juga di bantah oleh J Algar bagi yang ngikuti dialog ini seharusnya membaca bantahan ini pula:
Bantahan Terhadap Salafy : Hadis Dhaif Nabi SAW Melihat Allah SWT Dalam Sebaik-baik Bentuk
http://secondprince.wordpress.com/2009/11/12/bantahan-terhadap-salafy-hadis-dhaif-nabi-saw-melihat-allah-swt-dalam-sebaik-baik-bentuk/
dan
Kekacauan Salafy Dalam Membela Hadis “Nabi SAW Melihat Allah SWT Dalam Sebaik-baik Bentuk”.
http://secondprince.wordpress.com/2009/11/17/kekacauan-salafy-dalam-membela-hadis-%E2%80%9Cnabi-saw-melihat-allah-swt-dalam-sebaik-baik-bentuk%E2%80%9D/
@ abu salafy(gosok)
Sungguh sebuah malapetaka ketika aib seorang muslim dicela dan dibuka. Terlebih lagi beliau adalah seorang ulama besar yang sangat berjasa terhadap kaum muslimin pada umumnya dan para thulabul ilmi pd khususnya. Ok, anggaplah beliau memiliki kesalahan dalam berijtihad. Tapi dalam konteks ini, syaikh adalah seorang mujtahid yang bilamana ijtihadnya beliau benar maka mendapatkan 2 pahala namun bila beliau salah maka mendapatkan 1 pahala. Lain halnya dengan kita terlebih antum ya pembuat blog. Kalo antum salah dalam berijtihad maka bukan pahala didapat tapi dosa diraih. Karena siapalah antum? Apa kapasitas antum? Pantaskah antum disejajarkan dengan para ulama yang notabene mereka jg seorang mujtahid.
Saran ana, lebih baik antum koreksi diri antum apakah sudah mapan dalam keilmuan dan tidak perlu mengoreksi kesalahan ulama terlebih lagi beliau seorang ulama besar. Bertobatlah ya akhil karim dari hal sedemikian.
@upin dan ipin
ketika ulama yg nt idolakan di bongkar kesalahannya nt bilang ini ulama besar (sori ulama besar menurut wahabi/salafi)… mujtahid dst dst
tapi kalo ulama nt baik yg namanya albani kek, bin baz, atau apalagi namanya menyalahkan ulama-ulama ahlussunnah yang dihormati kelompok lain nt wahabi/salafi diam aja..
Luar biasa, seorang yang tdk diketuai nama asli, biografinya, kerja dmana, tempat dimana ( kata lain MERAHASIKAN DIRI ) sudah bisa mengkritik ulama besar???? LUAR BIASA
@abu hilmi
boleh tau nama asli nt siapa? tinggal dimana? ustad atau bukan? barangkali saya bisa konsultasi agama ke rumah nt.
jangan merhasiakan diri dong!
@ Abu Hilmi.
Judul Buku : DUNIA BARU ISLAM .
Djakarta,1Djanuari 1966.
Presiden Ripublik Indonesia
:Soekarno.
(dicontek dari hal -34)-yang bunyinya “……..Bahkan seni-bangunan keagamaanpun, dianggap tabu. Karena itulah kaum WAHABI membongkar kubah kuburan Nabi Muhammad di Madinah dan meruntuhkan pula menara-menara mesjid yang dipandang sebagai penjembahan berhala. Djadi djelaslah, bahwa sekalipun moralnja tinggi, berpandangan telalu pitjik.
Luar Biasa, seorang yang merahasiakan biografinya, mengkritik ulama besar???? LUAR BIASA
silakan lihat link berikut : http://alponti.multiply.com/journal/item/47
@Abu Salafy
Saya nggak urusan sampean ini siapa. abu salafy atau siapa lah..
bagi saya yang penting apa yang sampean tulis, sangat sangat berguna dan mencerahkan..
teruskan perjuanganmu bos
-katakan:
– lihatlah apa yang di ucapkan dan jangan dilihat siapa yang mengucapkan-
jauh jauh bicra Allah hingga ngeulupain dalil2 ada dalil tapi di bantah..nih..ane kasih pertanyaan buat abu salfi Roh itu ada dalam makhlik hidup khushusnya manusia yang jadi pertanyaan roh itu tempat nya dimana dalam tubuh manusia kalo nte bisa jawab..baru kita bicra Allah aza wazalla
@ riziqassegaf-kalo lagi ngetik, jangan sambil ngupil biar tulisannya kebaca/dimengerti.(sebelum nulis baca basmalah,terus baca Iqra).wassalam.
Luar biasa, luar biasa,..
Ternyata begitu toh syeh kebanggaan wahaby,,,,,
luar biasa, luar biasa
pantes pengikutnya pada linglung,
luar biasa,,,,, luar biasa,,,,