Madzhab Salaf dan Kepalsuan Madzhab Salafiyah Wahhabiyah (2)
Mazhab Salaf Dan Kepalsuan Mazhab Salafiyah Wahhabiyah!
Di antara bukti yang menegaskan kepalsuan klaim Salafiyah-Wahhâbiyah bahwa mereka adalah pengikut mazhab Salaf Shaleh adalah contoh-contoh di bawah ini.
Contoh Kedua: Perbedaan “Salaf Shaleh” Apakah Rasulullah saw. di sa’at Mi’râj itu Memandang Allah atau Tidak?
Di antara masalah akidah yang ramai dan seru diperselisihkan oleh kaum “Salaf Shaleh” adalah apakah Sayyiduna Rasulullah saw. ketika dimi’rajkan itu melihat Allah SWT dengn mata kepala di sana atau tidak? Perselisihan seru itu terjadi antara dua kubu yang diwakili oleh dua orang tokoh sahabat besar; Ibnu Abbas dan Ummul Mukminin Aisyah. Ibnu Abbas ra. mengatakan bahwa Rasulullah saw. melihat Allah ketika mi’raj, sementara Aisyah ra. menentang keras pendapat Ibnu Abbas ra.[1] bahwa Rasulullah saw. melihat Allah SWT. Ummul Mukminin Aisyah ra. membantahnya dengan menyitir ayat-ayat Al Qur’an!
Perselisihan itu sedimikian masyhur di kalangan ulama, sehingga tidak perlu lagi kami berpanjang lebar membebernya di sini.
- Ibnu Hajar berkata:
“Para Salaf berselisih tentang Ru’yah (penglihatan) Nabi saw.. Aisyah dan Ibnu Mas’ud mengingkarinya. Sikap Abu Dzarr masih diperselisihkan, dan sekelompok lainnya meyakininya. Abdur Razzâq meriwayatkan dari Ma’mar dari al Hasan bahwa ia bersumpah bahwa (Nabi) Muhammad melihat Tuhan. Ibnu Khuzaimah meriwayatkan dari Urwah ibn Zubair bahwa ia menetapkannya dan ia berkeras sikap terhadap penentangan Aisyah. Pendapat ini dipilih oleh seluruh murid Ibnu Abbas. Ka’ab (al Ahbâr)[2] dan Zuhri serta Ma’mar temannya dan beberapa lainnya memastikan penglihatan itu. Ini adalah pendapat Asy’ari dan mayoritas pengikutnya. Kemudian mereka berselisih, apakah menlihat Allah dengan mata telanjang atau dengan mata hati? Telah diriwayatkan dari Imam Ahmad dua pendapat.”[3]
- Ibnu Qayyim berkata:
واختلف الصحابة رضي الله عنهم هل رأى ربه تلك الليلة أم لا ؟ فصح عن ابن عباس أنه رأى ربه ، وصح عنه أنه قال : رآه بفؤاده .
“Para sahabat ra. berselisih apakah (Nabi) Muhammad di malam Isrâ’ dan Mi’raj melihat Tuhannya atau tidak? Telah shahih riwayat dari Ibnu Abba bahwa Nabi melihat. Dan shahih pula riwayat darinya bahwa Nabi tidak melihatnya, akan tetapi melihat-Nya dengan hati.”
Seletelhnya ia berkata:
وصح عن عائشة وابن مسعود إنكار ذلك وقالا: إن قوله ولقد رآه نزلة أخرى عند سدرة المنتهى إنما هو جبريل . وصح عن أبي ذر أنه سأله هل رأيت ربك ؟ فقال صلى الله عليه وسلم: نور، أنى أراه ! أي: حال بيني وبين رؤيته النور، كما قال في لفظ آخر: رأيت نوراً. وقد حكى عثمان بن سعيد الدارمي اتفاق الصحابة على أنه لم يره .
“Dan telah shahih riwayat dari Aisyah dan Ibnu Mas’ud bahwa keduanya mengingkarinya (penglihatan Nabi terhadap Allah). Keduan berkata, ‘Firman Allah “Dia telah melihatnya kali lain di sisi Sidritaul Muntahâ.” Bahwa yang dilihat Nabi adalah Jibril. Dan telah shahih riwayat dari Abu Dzarr bahwa ia bertanya kepada Nabi saw. ,’Apakah engkau melihat Tuhanmu?’ Maka Nabi saw. bersabda, ‘Cahaya! Bagaimana aku dapat memandang-Nya?!’ maksudnya aku terhalang oleh cahaya dari mehandang-Nya, seperti ia katakana dalam redaksi lain: “Aku melihat cahaya.”
Utsman ad Dârimi telah mengkhikayatkan (menceritakan) adanya ijmâ’ para sahabat bahwa Nabi saw.tidak melihat Allah.”[4]
- Ad Dumairi berkata:
واختلف العلماء من السلف والخلف في أنه هل رأى نبينا محمد صلى الله عليه وسلم ربه تعالى أم لا ، فأنكرته عائشة وأبو هريرة وابن مسعود وجماعة من السلف ، وبه قال جماعة من المتكلمين والمحدثين ، وأجازه جماعة من السلف وأنه صلى الله عليه وسلم رأى ربه ليلة الاَسراء بعيني رأسه ، وهو قول ابن عباس وأبي ذر وكعب الاَحبار والحسن البصري والشافعي وأحمد بن حنبل ، وحكي أيضاً عن ابن مسعود وأبي هريرة ، والمشهور عنهما الاَول ،
“Para ulama dari kalangan Salaf dan Khalaf berselish tentang apakah Nabi Muhammad saw. melihat Tuhannya atau tidak? Aisyah, Abu Hurairah, Ibnu Mas’ud dan sekelompok dari Salaf mengingkarinya. Daan pendapat ini dianut oleh sekelompok Tioloq Islam dan ahli hadis. Sementara sekelompok dari Salaf membolehkannya dan beliau saw. telah melihat Tuhannya pada saat Isrâ’ dengan mata kepalanya. Ini adalah perndapat Ibnu Abbas, Ubu Dzar, Ka’ab al Ahbâr, hasan al Bashri, Syafi’i dan Ahmad. Dan juga diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud dan Abu Hurairah, akan tetapi yang benar adalah bahwa keduanya berpendapat pertama.” [5]
Contoh Ketiga:
Masih terkait dengan akidah Ru’yatullah (melihat Allah dengan mata telanjang). Para “Salaf Shaleh” juga berselisih pendapat apakah kelak di hari kiamat Allah dapat dilihat dengan mata telanjang atau tidak mungkin dapat dilihat dengan mata kepala.
Mayoritas Ahlusunnnah berpendapat Allah dapat dilihat pada hari kiamat dengan mata telanjang, sementara sekelompok dari Ahlusunnah wal Jama’ah menentang akidah ini. Di antara mereka yang menentang adalah Aisyah, Mujahid, Ikrimah, Abu Shalah as Sammân, Imam Bisyr ibn Surri dan lainnya. Demikian juga dengan kelompok Mu’taizilah dan Syi’ah Imamiyah. Mereka semua berdalil dengan ayat:
لا تُدْرِكُهُ الْأَبْصارُ وَ هُوَ يُدْرِكُ الْأَبْصارَ وَ هُوَ اللَّطيفُ الْخَبيرُ
“Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala penglihatan itu dan Dialah Yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui.”(QS;1Al An’æm; 03)
Penentangan Aisyah ra. atas akidah “melihat Allah” telah diriwayatkan Imam Bukhari dalam Shahih-nya,8/606 dan Imam Muslim dalam Shahih-nya,1/159. Beliau menentang keras angapan bahwa Sayyiduna Rasulullah saw. melihat Allah SWT, dengan bukti keumuman ayat tersebut di atas dan keumuman ayat:
وَ ما كانَ لِبَشَرٍ أَنْ يُكَلِّمَهُ اللَّهُ إِلاَّ وَحْياً أَوْ مِنْ وَراءِ حِجابٍ أَوْ يُرْسِلَ رَسُولاً فَيُوحِيَ بِإِذْنِهِ ما يَشاءُ إِنَّهُ عَلِيٌّ حَكيمٌ
“Dan tidak ada bagi seorang manusia pun bahwa Allah berkata-kata dengan dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau di belakang tabir atau dengan mengutus seorang utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan seizin-Nya apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana.” (QS.Asy7 Sura; 51)
Sedangkan pembatasan sebagian orang bahwa maksud Ummul Mukminin Aisyah adalah menolak ru’yatullah di dunia adalah sesuatu yang tidak berdalil.
Adapun menentangan Mujahid dan Abu Shaleh –murid Abu Hurairah- telah diriwayatkan oleh Imam Ibnu Jarir ath Thabari daalam tafsirnya,14/20/192-193 dengan sanad yang shahih dan telah dishahihkan pula oleh al Hafidz Ibnu Hafar dalam Fathu al Bâri-nya,13/425. Ibnu Hajar juga menegaskan bahwa Ikrimah juga menentang akidah Ru’yatullah!
Adapun Imam Bisyr ibn Surri adalah seorang tokoh Ahli Hadis yang dipercaya oleh enam penuli kitab hadis; Shihah Sittah! (baca keterangan tentangnya dalam at Tahdzîb,1/394)
Adapun kelompok Mu’tazsilah dan Syi’ah adalah kelompok yang telah eksis sejak masa awal Salaf.
Jadi benar-benar telah terjadi perselisihan di kalangan “Salaf Shalah” tentang masalah akidah yang satu ini!
Lalu dengan “Mazhab Salaf Shaleh” yang mana kaum Wahhabi Salafi berpegang teguh?
(Bersambung)
[1] Walaupun pada kenyataannya Ibnu Abbas ra. tidak berpendapat seperti yang disebar-luaskan kaum Wahhâbiyah Salafiyah. Ibnu Abbas ra. termasuk yang meyakini bahwa penglihatan hamba terhadap Allah SWT. terjadi dengan mata hati, bukan dengan mata kepala/telanjang. Pendapat itu justeru pendapat Ka’ab al Ahbâr (si pendeta Yahudi yang aktif menyeber-luaskan akidah sesat yahudiyah di tengah-tengah kaum Muslim dewasa itu). Anda dapat perhatikan nukilan dari Ibnu Abbas ra. sebagai dirangkum Ibnu Hajar dalam Fathu al Bâri-nya,18/240 bahwa Ibnu Abbas meyakini bahwa penglihatan itu dengan mata hati bukan dengan mata telanjang. Dan demikianlah yang harus kita fahami dari ucapan atas nama Ibnu Abbas ra. yang terkesan penglihatan itu bersifat umum yaitu dengan mata kepala.
[2] Adalah aneh ketika ada sebagian umat Islam begitu terpesona dengan bualan sang pendeta Yahudi yang berpura-pura memeluk Islam untuk menyebar-luaskan kesesatan ajaran Yahdui di tengah-tengah umat Islam.
[3] Fathu al Bâri,18/240.
[4] Zâdul Ma’âd,3/29-30.
[5] Hayatul hayawan,2/72.
Filed under: Akidah, Kenaifan Kaum Wahhabi, Manhaj |
saya tertarik dengan kajian-kajian di sini bung admin.
Tapi apa ya sih teman-teman salafi itu suka mengaku-ngaku paling bener sendiri
makasih
jangan ragu2 bung dg manhaj salaf….tidak ada jalan yg lebih lurus dan selamat kecuali jalan para salafus solih…apabila para salaf berbeda pendapat dalam suatu masalah maka kita pilih pendapat yang paling kuat menurut kita dg melihat dalil-dalil yg dijadikan argumentasi para salaf..belajarlah terus ttg agama ini dg manhaj salaf….
Abu Salafy:
Konsep beragama yang mbulet, disampinh ia bid’ah!
Kita hanyaa diperintah mengikuti dalil: Al Qur’an dan Sunnah!
Kaum Wahabi adalah ad’iya’ (pengaku palsu manhaj Salaf). Kami telah banya buktikan di blog ini, jadi tidak usah ndumeh mas!!! Bantah duku bukti-bukti yang kamu ajukan!! Kami nanti bantahan ilmiah kaum Wahabi bukan omelan kaum jahili!
saya kira ga ko`..
N0 COMMENT
MENCELA SAHABAT itu kebiasaan org SYIAH. syiah selalu meracuni ISLAM….mereka itu lebih berbahaya daripada kaum KUFFAR…..
mencela sahabat adalah tidak boleh,dan ana setuju dgn pendpt abu abdillah, itu adalah kebiasaan kaum syiah.
Abu Salafy berkata: (Pendapat itu justeru pendapat Ka’ab al Ahbâr (si pendeta Yahudi yang aktif menyeber-luaskan akidah sesat yahudiyah di tengah-tengah kaum Muslim dewasa itu).)
Benarkah Ka’b Al-Ahbar sekeji itu??
BErikut perkataan ulama ttg Ka’ab Al-Ahbar:
Al-Hafizh Adz-Dzahabi berkata,
هو كعب بن ماتع الحميري اليماني العلامة الحبر، الذي كان يهوديا فأسلم بعد وفاة النبي صلى الله عليه وسلم، وقدم المدينة من اليمن في أيام عمر رضي الله عنه، فجالس أصحاب محمد صلى الله عليه وسلم، فكان يحدثهم عن الكتب الاسرائيلية، ويحفظ عجائب (3)، ويأخذ السنن عن الصحابة. وكان حسن الاسلام، متين الديانة، من نبلاء العلماء.
“Dia adalah Ka’b bin Mati’ bin Al-Himyari Al-Yamani, seorang allamah (ulama) al-hibr (banyak ilmu). Dia tadinya adalah Yahudi lalu masuk Islam setelah wafatnya Nabi SAW. Dia datang ke Madinah dari Yaman di masa pemerintahan Umar bin Al-Khaththab RA. Dia duduk di majlis para sahabat Muhammad SAW. Da menceritakan kepada mereka kitab-kitab Israiliyyah. Dia hafal cerita-cerita ajaib. Dia mengambil sunnah (hadits) dari para sahabat. Islamnya bagus, sikap beragamanya kuat dan dia termasuk para ulama yang brilian.”
(Siyar A’lam An-Nubala`, juz 3 hal. 489, terbitan Muassasah Ar-Risalah, cetakan ke-9 1413 H. Muhaqqiq: Muhammad Nu’aim Al-Qarsusi dan Makmun Shagharji dengan takhrij hadits oleh Syu’aib Al-Arna`uth).
Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani berkata,
“Ka’b bin Mati’ Al-Himyari, Abu Ishaq, yang dikenal dengan nama Ka’b Al-Ahbar, dia TSIQAH, masuk periode kedua mukhadhram (mengalami masa jahiliah dan Islam).
(Taqrib At-Tahdzib, juz 2, hal. 29, rawi nomor: 6344, cetakan Al-Maktabah At-Taufiqiyyah Kairo-Mesir, tahqiq: Ayman Arafah).
An-Nawawi berkata tentang Ka’b Al-Ahbar:
هو كعب الأحبار التابعى المشهور
“Dia adalah Ka’b Al-Ahbar, seorang tabi’i yang terkenal.”
Lalu An-Nawawi berkata,
ذكره أبو الدرداء فقال: إن عنده علمًا كثيرًا. واتفقوا على كثرة علمه وتوثيقه. وكان قبل إسلامه على دين اليهود، وكان يسكن اليمن.
“Dia pernah disebut oleh Abu Ad-Darda` -radhiyallahu ‘anhu, bahwa dia (Ka’b) ini mempunyai banyak ilmu.” Mereka sepakat akan kedalaman ilmu dan kejujurannya. Sebelum Islam dia beragama Yahudi dan tinggal di Yaman.
Lalu An-Nawawi menutup pembahasan tentang Ka’b ini dengan mengatakan,
ويقال له: كعب الأحبار، وكعب الحبر، بكسر الحاء وفتحها؛ لكثرة علمه. ومناقبه وأحواله وحكمه كثيرة مشهورة.
“Dinamakan Al-Ahbar karena banyak ilmunya. Manaqib (keutamaan), hikmah dan keadaannya sudah sangat terkenal.”
(Tahdzib Al-Asma` wa Al-Lughaat, juz 2 hal. 79 dalam program maktabah syamilah).
Tidak satupun ulama menuduh Ka’b Al-Ahbar sebagai pendeta Yahudi yang aktif menyebarkan akidah Yahudi kala itu sebagaimana difitnahkan oleh Abu Salafy. Kalau pun ada kesalahan dari Ka’b, maka itu wajar sebagai manusia biasa, tapi tidak lantas menuduhnya aktif menyebarkan akidah Yahudi.
Ibnu Al-Jauzi memasukkan Ka’b Al-Ahbar dalam kitab Shifatu Ash-Shafwah, demikian pula Abu Nu’aim memasukkannya dalam kitab Hilyatul Awliya` dan memujinya
Perhatikanlah wahai Ahlus Sunnah, para ulama ini memuji Ka’b Al-Ahbar, tak satupun mereka yang mencelanya sebagai Yahudi yang aktif menyebarkan akidah Yahudi kala itu sebagaimana yang dikatakan oleh Abu Salafy.
Sekarang saya tantang Abu Salafy untuk mendatangkan referensi valid bahwa Ka’b Al-Ahbar adalah pendeta Yahudi yang aktif menyebarkan akidah Yahudiyyah di tengah umat Islam!!
___________
abu salafy:
Insya Allah akan saya tulis sebuah artikel (sekalin jawaban untuk saudara) tentang si yahudi Ka’bul Akhbar ini!
saya harap anda sabar menunggu !
Kalau anda ingin menjawab masalah Ka’b Al Ahbar ini dgn merujuk kepada tulisan Syekh Muhammad Rasyid Ridha, atau Abu Rayyah, maka saya katakan anda ketinggalan kereta. Semua tuduhan baik dari Rasyid Ridha maupun Abu Rayyah dan masih banyak lagi yg bukan termasuk ulama jarh wa at ta’dil sudah dibantah dan dijawab dalam banyak buku.
Antara lain:
1. Al Isra`iliyyat wa Atsaruha fi At Tafsir, penulis: Dr. Ramzi Na’na’ah. Buku ini adalah disertasi doktor di universitas Al Azhar, di dalamnya penulis membantah semua tuduhan terhadap Ka’b Al Ahbar. Mendingan ente down load dulu deh bukunya di sini: http://www.archive.org/details/israilat_tfseer_pdfbook_ara
2. “Ka’b Al Ahbaar Marwiyaatuhu wa Aqwaaluhu fi At Tafsir bi Al Ma`tsuur, karya Yusuf Muhammad Al ‘Amiri, ini adalah thesis master di universitas Ummul Qura. Di sini jawabannya lebih lengkap lagi dan lebih panjang lebarز
3. Al Isra’iliyyat wa Al Maudhuu’aat fi Kutub At Tafsiir, karya Dr. Muhammad Abu Syuhbah, di dalamnya ada bantahan terhadap pendapat Muhammad Rasyid Ridha dan lain-lain ttg Ka’b Al Ahbar. down load di sini: http://www.4shared.com/file/40785272/6dd02441/____.html?s=1
Abu Salafy:
Akhi Anshari al muhtaram…. Syukurlah kalau Anda juga punya buku-buku yang membela Si Yahudi bernama Ka’an itu.. tapi yang penting adalah bagaimana bukti2 yang disajikan untuk membelanya…
Seperti kami janjikan jika sudah waktunya kami akan kaji tuntas ttg Ka’ab, Insya Allah
Oh ya satu lagi, Dr. Muhammad Husain Adz Dzahabi juga sudah membantah semua tuduhan miring ttg Ka’b Al Ahbar, silahkan down loa bukunya di sini: http://www.4shared.com/file/83974935/fd2c0511/___.html?s=1
Dan saya masih punya banyak buku ttg hal ini. Jadi, sebelum membuat tulisan ttg Ka’ab Al Ahbar mendingan ente pelajari dulu buku-buku yg ana sebutkan itu.
ana sih ga aneh di ngomongin seorang tabi’in dengan perkataan seperti itu, ana kira sekarang dia lagi kebingungan sendiri mencari bantahan untuk membantah semua jawaban dari para ikhwah salafy, seperti yang ana bilang di comment ana kemarin antum pelajari islam yang shohih juga dengan pemikiran yang shohih juga,mudah-mudahan Alloh Subhanahu wa ta’ala memberikan hidayah kepada antum. Allohumma baarik aba salafy ila shirotikal mustakim, aamin….
walillahilhamd
wallahu a’lam