Kitab Kasyfu asy Sybubuhât Doktrin Takfîr Wahhâbi Paling Ganas (38)

Ibnu Abdil Wahhâb Menggelari Kaum Muslimin Dengan Musyrikûn!

Dalam lanjutan pembuktian yang hendak ia tegakkan dalam menjustifikasi pengafirannya atas kaum Muslimin. Ia menyebutkan sebuah kasus ketika Usamah ibn Zaid membunuh seorang yang telah menyatakan: Lâ Ilâha Illallah/Tiada Tuhan selain Allah…. .

Ibnu Abdil Wahhâb berkata:

وَللْمُشْرِكِينَ شُبْهَةٌ أُخْرَى : يَقُولُوْنَ : إِنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم أَنْكَرَ عَلَى أَسَامَةَ رضي الله عنه قَتْلَ مَنْ قَالَ : لا إِلَهَ إِلا اللَّهُ ، وَقَالَ :أقَتَلْتَهُ بَعْدَ مَا قَالَ : لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ، وَكَذَلِكَ قَوْلُه : أُمِرْتُ أَنْ أُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَقُولُوا لاَ إِلَهَ إِلا اللَّهُ، وَكَذَلِكَ أَحَادِيثُ أُخْرَى فِي الْكَفِّ عَمَّنْ قَالَهَا . وَمرُادُ هَؤلاَءِ الْجَهَلَةِ أَنَّ مَنْ قَالَهَا لاَ يَكْفُرُ ، وَلاَ يُقْتَلُ  وَلَوْ فَعَلَ مَا فَعَلَ  .

Orang-orang Musyrikun juga memiliki sanggahan lain  di mana mereka berkata: bahwa Nabi Saw mengecam Usamah bin Zaid atas pembunuhan yang ia lakukan terhadaap seorang yang telah mengucapkan Lâ Ilâha Illallah. Demikian juga dengan sabda Nabi: ”Aku diperintahkan untuk memerangi manusia sampai mereka mengatakan kalimat Lâ ilâha ilallah, dan hadis-hadis yang lain yang melarang keras untuk membunuh orang yang mengucapkan kalimat syahadah itu. Maksud yang dinginkan oleh orang-orang bodoh itu dari hal ini adalah barang siapa yang mengatakan hal ini maka dia tidak boleh dikafirkan dan dibunuh walaupun dia melakukan apapun saja.”

____________

Catatan 34:

Di sini Ibnu Abdil Wahhâb kembali menyebut kaum Muslimin dengan sebutan Musyrikûn! Dan ini adalah bukti kuat doktrin berbahaya itu tak henti-hentinya ia tabur dalam lembaran-lembaran buku kecilnya itu!

Kedua, ia menyebut kaum Muslimin (ulama dan kaum awamnya) selain dia dan kelompoknya sebagai orang-orang jahalah/kaum jahil/orang-orang bodoh! Hanya dia seorang yang memahami maksud hadis sabda Nabi saw. tersebut!

Ketiga, di sini Ibnu Abdil Wahhâb berbohong atas kaum Muslimin (yang telah ia sebut sebagai kaum jahalah)… Di mana dan dalam kitab apa para ulama Muslimin dari berbagai mazhab mengatakan bahwa siapapun yang telah mengucapkan kalimat syahadatain tidak dapat divonis kafir dan boleh dibunuh betapa pun ia melakukan apapun saja dan atau menampakkan keyakinan apapun bentuknya dan atau menginkari sebuah sendi dan prinsip dalam agama yang muttafaqun ‘alaih (yang disepakati umat Islam)?!

Karenanya tidak berguna sedikitpun jawaban yang ia kemukakan ketika ia berkata:

 وَهَؤُلاءِ الْجَهَلَةُ مُقِرُّونَ أَنَّ مَنْ أَنْكَرَ الْبَعْثَ كَفَرَ وَقُتِلَوَلَوْ قَالَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ ، وَأَنَّ مَنْ أَنْكَرَ شَيْئًا مِنْ أَرْكَانِ الإِسْلاَمِ كَفَرَ وَقُتِلَوَلَوْ قَالَهَا – . فَكَيْفَ لاَ تَنْفَعُهُ إِذَا جَحَدَ شَيْئًا مِن الْفُرُوعِ وَتَنْفَعُهُ إِذَا جَحَدَ التَوْحِيدَالَّذِي هُوَ أسَاسُ دِينِ الرُّسُلِ ، وَرَأْسُهُ . وَلكِنَّ أَعْدَاءَ اللَّهِ مَا فَهِمُوا مَعْنَى الأَحَادِيثِ

“Orang-orang bodoh, jahalah ini mengakui bahwa barang siapa mengingkari hari kebangkitan adalah kafir dan harus dibunuh walaupun mengucapkan Lâ ilâha ilallah, barangsiapa mengingkari salah satu dari rukun Islam maka dia kafir. Bagaimana mungkin pengingkaran terhadap salah satu furu’ membuat tak bermanfaat kalimat itu, namun jika ada yang mengingkari tauhid sebagai usul, fondasi utama dan pokok agama-agama para nabi tidak demikian?!                                    

Akan tetapi sebenarnya musuh-musuh Allah itu tidak memahami arti dari hadis-hadis..“

Abu Salafy berkata:

Siapakah yang meragukan itu semua… barang siapa mengingkari al ba’ts (kebangkitan di hari kiamat) yang merupakan sendi inti ketiga keimanan setelah mentauhidkan Allah dan mengimani kerasulan Nabi Muhammad saw. adalah dihukumi kafir?! Siapa yang mengingkari hal itu? Santri abangan saja yang baru nyantri beberap bulan kepada pak Kyia Ahlusunnah pasti mengerti hukum itu!

Akan tetapi masalahnya ialah bahwa Ibnu Abdil Wahhâb membangun kesimpulan sesatnya yang mengatakan bahwa bertawassul, beristighâtsah dan bertabarruk dengan para nabi dan para wali kekasih Allah adalah penyembahan kepada selain Allah SWT… dan penyembahan selain Allah adalah menyalahi inti Tauhid dan dia adalah kemusyrikan dan pelakunya adalah Musryik tulen yang harus divonis kafir dan halal darah dan hartanya!!

Namun semua pondasi ini, yang di atasnya ia membangun doktrin pengafiran kaum Muslimin yang bertawassul, beristighâtsah dan bertabarruk adalah tidak berdasar! Semua praktik itu dan keyakinan kaum Muslimin terhadap para nabi dan para wali  sama sekali tidak menyahali kemurnian Tauhid!

Maka dari itu, karena pondasi anggapannya itu tidak berdasar, maka kesimpulan bahwa ia boleh mengafirkan kaum Musliminn yang bertawassul, beristighâtsah dan bertabarruk juga tidak berdasar!

Jadi siapakah yang lebih layak menyandang gelar: “Orang-orang bodoh, jahalah itu! Gelar itu pasti akan sangat layak ia sandang ketimbang para ulama Islam yang telah menghabiskan umur mereka dalam meneliti dan menyelami makna sabda-basda Nabi saw.! dan kemudian menyimpulkan haramnya memvonis kafir seorang Muslim kecuali dengan bukti nyata yang tidak dapat dta’wil dengan selain kekafiran dan kemusyrikan! Itu pun harus dilakuakan dengan ekstra hati-hati!

Demikian juga dengan tuduhan kejinya atas kaum Muslimin, khususnya kalangan ulama yang ia sebut dengan:

وَلكِنَّ أَعْدَاءَ اللَّهِ مَا فَهِمُوا مَعْنَى الأَحَادِيثِ

“Akan tetapi sebenarnya musuh-musuh Allah itu tidak memahami arti dari hadis-hadis…. .“

Sebuah tuduhan keji yang tidak dapat dibiarkan begitu saja! Siapakah sebenarnya musuh-musuh Allah itu? Apakah kaum Muslimin -yang dengan dorongan kecintaan mereka serta keyakinan berdasar mereka- bertawassul, bertabarruk dan beritighatsah serta memohon syafa’at Rasulallah? Kaum Muslimin yang dengan penuh kerinduan menempuh beribu-ribu kilo meter dan mengarungi lautan demi lautan dengan menantang beragam bahaya yang mungkin menghadap hanya untuk menziahari, memuaskan kerinduan mereka dengan mencium ruji-ruji pusara suci Muhammad Rasulullah saw.? Siapakah musuh-musuh Allah yang ia maksud itu? Apakah mereka yang ia maksud adalah para imam besar Ahlusunnah; Imam Malik, Imam Syafi’i, imam Abu Hanifah, Imam Ahmad dan para tokoh kaum Shufi seperti Imam Ghazzali,  Syeikh Abdul Qadir al Jilani, Sayyid Ahmad al Badawi, Syeikh Abdul Wahhâb asy Sya’râni, asy Syadzili?

Mereka kah musuh-musuh Allah? Atau kaum yang menvonis Musyrik para pecinta Rasulullah saw. hanya kerena mereka bertawassul, bertabarruk dan beritighatsah? Kaum yang tak henti-hentinya bernafsu menghancurkan pusara para wali Allah, para sahabat Nabi dan keluarganya? Dan andai bukan karena takut murka dan bangkitnya kaum Muslim pastilah mereka sudah menghancurkan qubah hijau yang menaungi pusara suci baginda Rasulallah saw.!! pasti!

Siapakah sebenarnya musuh-musuh Allah dan Rasul-Nya, kalau bukan mereka yang tak henti-hentinya mengganggu, memperlakukan dengan kasar tamu-tamu Rasulallah saw. yang datang menziarai makam suci beliau dan mencari keberkahan di sisinya dan bahkan tidak jarang mereka mencambuk dan menghardik dengan kata, hai musyrik jangan mengahadap kuburan Muhammad!?! Menghadaplah ke arah kiblat?!

Siapakah sebenarnya musuh-musuhh kaum Muslimin kalau bukan Zionis Internasional dan kaum kafir serta kaum yang bersekutu dengan mereka demi mensukseskan Proyek Raya setan besar, dengan mencabik-cabik kesatuan dan persatuan kaum Muslimin dengan doktrin pengafiran dan vonis Musyrik!

3 Tanggapan

  1. Ilmu penting nih.. Izin ngeprint ya.. Buat kusebarkan..
    |Free Download Games And Software|Pasang Iklan Gratis|

    ______________
    -Abu Salafy-

    Salam

    Silahkan mas, makasih.

  2. Mengapa sesama muslim saling mencaci? seandainya suatu kaum menganggap kaum lainnya kafir atau jahil, selama kaum itu bersyahadat sama bukankah dia adalah muslim jg?
    Jika suatu kaum mencaci kita lalu apakah kita ini adalah kaum yang lebih baik dari mereka dengan mencaci balik?
    Daripada menghabiskan energi dan pikiran untuk mencaci sesama muslim yang mungkin menerima husnul khotimah atau menemui Allah swt dalam keadaan lebih baik dari kita, apakah tidak lebih baik memakai energi kita untuk memerangi musuh2 yang jelas2 kafir dan memusuhi umat islam?
    Atau memperbaiki muslim2 yang anda anggap jahil/ bodoh tanpa mencacinya?
    Bukankah Rasulullah menganjurkan dan memberi contoh dengan “perkataan yang baik”?

    “..menziarai makam suci beliau dan mencari keberkahan di sisinya..”
    Apakah keberkahan itu datangnya dari Rasulullah saw??

    Shalawat dan salam kepada Rasulullah saw. Memang Rasulullah saw adalah kekasih Allah swt yang tanpa cinta kita kepadanya maka iman kita tidak sempurna. Namun tanpa mengurangi sedikitpun rasa hormat dan cinta saya kepada Rasulullah saw – beliau hanyalah seorang utusan. Segala sesuatu datangnya dari Allah saw.

    Dalam segala urusan ambillah pertengahan…
    Hanya saja kebanyakan manusia selalu condong ke satu pihak.

    Segala kebenaran dari Allah dan kesalahan milik saya dan saya memohon kasih sayang Allah swt untuk mengampuni…

  3. @nikki,

    Untuk pertanyaan anda : ” Mengapa sesama muslim saling mencaci? seandainya suatu kaum menganggap kaum lainnya kafir atau jahil, selama kaum itu bersyahadat sama bukankah dia adalah muslim jg?
    Jika suatu kaum mencaci kita lalu apakah kita ini adalah kaum yang lebih baik dari mereka dengan mencaci balik?
    Daripada menghabiskan energi dan pikiran untuk mencaci sesama muslim yang mungkin menerima husnul khotimah atau menemui Allah swt dalam keadaan lebih baik dari kita, apakah tidak lebih baik memakai energi kita untuk memerangi musuh2 yang jelas2 kafir dan memusuhi umat islam?
    Atau memperbaiki muslim2 yang anda anggap jahil/ bodoh tanpa mencacinya?
    Bukankah Rasulullah menganjurkan dan memberi contoh dengan “perkataan yang baik”?

    Perkenankan saya menjawab. Pertanyaan anda ini layaknya anda tanyakan kepada kaum wahhabiyun yang suka mengkafir-kafirkan sesama muslim bahkan sampai menghalalkan darahnya dalam arti boleh membunuhnya. Itulah yang ada dalam otak kotor dan keji Ibn Abdil Wahhab. yang ia tuangkan dalam buku yang ia tulis.

    Nampaknya anda sependapat dengan saya, bahwa seharusnya umat islam ini saling mengasihi, saling mengisi dan saling mebela. Tetapi apa boleh buat apa yang kita harapkan belum bisa menjadi kenyataan lantaran munculnya madzhab sesat yang suka menghembuskan fitnah terhadap sesama muslim. Itulah madzhab yang dibangun oleh Ibn Abdil Wahhab.

    Suatu keharusan bagi kaum muslimin yang mampu untuk mnyelamatkan umat iislam dari fitnah wahhaby yang dapat memutuskan ukhuwwah dan melenyapkan kasih sayang sesama mulim ini. Dengan cara seperti ini berarti kita mempunyai harapan sekaligus usaha nyata dalam mendapatkan yang kita harapkan. Jangan bermimpi menghilangkan asap selama api masih terus menyala.

    Adapun ucapan anda : ” “..menziarai makam suci beliau dan mencari keberkahan di sisinya..”
    Apakah keberkahan itu datangnya dari Rasulullah saw??

    Saya menjawab, Keberkahan datangnya dari Allah dan Allah pula yang menjadikan seseorang dan makhluk lain menjadi sarana diturunkannya berkah. Allah berfirman :

    وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ ٱلْقُرَىٰ ءَامَنُواْ وَٱتَّقَوْاْ لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَـٰتٍ مِّنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلأَْرْضِ

    Artinya :Jika sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi”

    وَجَعَلْنَا بَيْنَهُمْ وَبَيْنَ ٱلْقُرَى ٱلَّتِى بَارَكْنَا فِيهَا

    Dan Kami jadikan antara mereka dan antara negeri-negeri yang Kami limpahkan berkat kepadanya, al ayah (QS. Saba 18)

    Dan masih banyak ayat senada dalam al quran, kalau Allah mengatakan
    “langit dan bumi diberkati” bukan berati berkah itu hanya untuk langit dan bumi tetapi justru untuk penduduk yang tinggal dibawah kolong langit dan diatas permukaan bumi ini.

    Kalau boleh kita katakan lantaran langit dan bumi berkah datang di tengah-tengah kehidupan manusia, sungguh aneh mereka yang mengingkari adanya keberkahan di tempat-tempat muqoddasah termasuk qobrusy syarif. Demi Allah, mereka (yang mengingkari) adalah orang yang tidak memiliki dzauqus salim dalam hatinya, yang bisa mereka rasakan hanyalah yang segar di minum dan lezat dimakan seperti layaknya binatang ternak.

    Naudzu billah

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s