Berkata Syeikh:
وَيُقَالُ – أَيْضًا -: بَنُو عُبَيْدٍ القَدَّاحِ – الَّذِينَ مَلكُوا الْمَغْرِبَ وَمِصْرَ في زَمَنِ بَنِي العَبَّاسِ – كُلُّهُمْ يَشْهَدُونَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم ، وَيَدَّعُونَ الإِسْلاَمَ ، وَيُصَلّوْنَ الْجُمُعَةَ ، وَالْجَمَاعَةَ . فَلَمَّا أَظْهَرُوا مُخَالَفَةَ الشَّرِيعَةِ فِي أَشْيَاءَ – دَوْنَ مَا نَحْنُ فِيهِ – أَجْمَعَ العُلَمَاءُ عَلَى كُفْرِهِمْ ، وَقِتَالِهِمْ ، وَأَنَّ بِلادَهُمْ بِلادُ حَرْبٍ ، وَغَزَاهُم الْمُسْلِمُونَ حَتَّى اسْتَنْقَذُوا مَا بأَيْدِيهِمْ مِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِينَ
Juga bisa dikatakan: Bani Abîd al Qaddah yang menguasai Maroko dan Mesir di masa dinasti Abbasiyah mereka mengakui bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya serta mengklaim sebagai muslim, salat Jumat dan berjamaah, maka ketika mereka mengumumkan penentangan mereka terhadap syariat di dalam berbagai hal yang bobotnya jauh di bawah hal yang kami bahas, tapi ulama telah bersepakat atas kekafiran dan kewajiban untuk diperangi dan negara mereka harus diperangi dan selanjutnya orang-orang muslim menyerang mereka dan sehingga menyelamatkan negeri-negeri kaum Mulimin dari tangan/kekuasaan mereka.
_______________
Catatan 29:
Abu Salafy berkata:
Apa yang dikatakan Syeikh di atas adalah tidak benar… sebab:
Pertama: Peparangan yang terjadi antara dinasti Fatimiyah yang berkuasa di Mesir dan pihak Ayyubiyyûn di bawah pimpinan Panglima Shalahuddîn al Ayyûbi adalah peperangan politis, tidak ada campur tangan agama!
Kondisi yang terjadi di tengah-tengah umat Islam dalam kekuasaan dinasti Fatimiyah di Mesir dan kekuasaan dinasti Abbasiyah di Irak adalah kondisi yang sama dengan kondisi di masa Syeikh Ibnu Abdil Wahhâb ketika ia bangkit dengan seruannya! Jika kondisi di masa Syeikh Ibnu Abdil Wahhâb ia nilai sebagai kondisi yang terkontiminasi kemusyrikan dan bid’ah, maka kondisi yang sama juga terjadi di masa kekuasaan Ayyûbiyyûn, Abbasiyyûn dan Fatimiyyûn, tanpa ada perbedaan yang berarti.
Dalam sejarah disebutkan bahwa Shalahuddîn datang sebagai pasukan kiriman dinasti keluarga Zanki untuk membela dinasti Fatimiyyah… akan tetapi setelah tugas itu selesai, dan ia melihat ada kesempatan untuk menggulingkan kekuasaan Fitimiyyah, ia lakukan kudeta.
Dan dalam pergolakan itu tidaklah aneh apabila masing-masing pihak menggunakan agama sebagai senjata, seperti para penguasa Arab di zaman kita juga… semua itu tidak mengherankan!
Kedua: Konfik yang terjadi antara para penguasa dinasti Abbasiyah yang berpusat di Irak dan dinasti Fatimiyah yang berpusat di Mesir telah mencapai puncaknya dengan mengerahkan para ulama dan pemuka agama untuk memberikan dukungan… namun demikian para penguasa dinasti Abbasiyah tidak pernah mengeluarkan stitmen atau menuduh mereka telah kafir dan keluar dari agama Islam! Mereka hanya berusaha mendapat pengakuan dari para ulama dan pemuka agama bahwa para penguas dinasti Fatimiyah di Mesir bukan keturunan Fatimah az Zahrâ’ –putri tercinta Nabi Muhammad saw.-… para ulama’ di bawah tekanan para penguasa menandatangani surat pernyataan yang berisikan bahwa mereka bukan keturunan Fatimah az Zahrâ’ ra. kecuali Sayyid asy Syarif ar Radhi –salah seorang pemukan ulama dari keturunan Nabi saw. yang terkenal saat itu- beliau menolak menanda-tangani surat pernyataan itu! Andai benar bahwa para penguasa dinasti Fatimiyyah telah keluar dari Islam dan apalagi berdasarkan kesepatan pata ulama –seperti dikatakan Syeikh Ibnu Abdil Wahhâb- pastilah para penguasa dinasti Abbasiyah akan menggunakannya sebagai senjata terampuh untuk memprogandakan kepentingan kekuasaan mereka!
Kenyataan ini telah disebutkan para sejarawan Islam!
Jadi dengan demikian dapat kita saksikan betapa batilnya kata-kata Syeikh: ulama telah bersepakat atas kekafiran dan kewajiban untuk diperangi dan negara mereka harus diperangi!
Semestinya Syeikh menyebutkan siapa ulama yang mengatakan kekafiran Bani Abîd dan mereka harus diperangi? Semua itu tidak ada dan tidak akan mampu ia buktikan!
Dan saya tidak mengerti apakah kesalahan ini karena kejahilan Syeikh Ibnu Abdil Wahhâb akan sejarah Islam atau karena kesengajaan untuk menipu kaum awam pengikutnya… .
Selain itu, Syeikh tidak menyebutkan pelanggaran apa yang dilakukan Bani Abîd al Qaddah yang menguasai Maroko dan Mesir? Sementara itu Ibnu Abdil Wahhâb sendiri mengakui bahwa mereka itu mereka mengakui bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya serta mengklaim sebagai muslim, salat Jumat dan berjamaah! Jadi bagi yang menuduh seorang atau sekelompok orang yang bersyahadat bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya serta mengklaim sebagai muslim, salat Jumat dan berjamaah maka ia harus membawakan sebuah bukti yang pasti, bukan sembarang dan asal-asalan atau sesuatun yang belum disepakati ulama Islam sebagai bukti kekafian dan kemusyrikan! Seperti yang selama ini dilakukan Syeik Imam besar Wahhâbiyah!
Apakah Ibnu Abdil Wahhâb akan menvonis kafir Mu’awiyah dan seluruh aparatnya atau bahkan seluruh kaum Muslimin yang menjadi rakyatnya saat itu dikarenakan Mu’awiyah dan aparat bbejanya telah menantang sebagian syari’at, seperti mengakui Ziyâd sebagai putra Abu Sufyân –padahal ia lahir dari hasil zina antara Abu Sufyan –ayah Mu’awiyah- dengan ibu Ziyâd, sedangkan dalam aturan Islam seorang anak itu hanya dinisbatkan kepada ayah syar’inya… yaitu ayah yang sah dengan pernikahan sah Islami bukan dinisbatkan kepada ayah biologisnya.
Nabi saw. bersabda:
الولدُ لِلْفراشِ و للعاهِرِ الْحَجَر.
“Anak itu milik pemilik rnjang (suami yang sah), dan bagi pezina harus dihalangi (dari penisbatan anak hasil zina).”
Apakah dengan menentang syari’at seperti itu Ibnu Abdil Wahhâb akan mengafirkan Mu’awiayah dan rezim Umayyah?!
Dan yang aneh adalah para penerus ajakan Syeikh Ibnu Abdil Wahhab, seperti Al ‘Utsaimin juga terjebak dalam kehajilan dan kesemberoan ini, di mana mereka dengan tanpa meneliti dan menguji keakuratan apa yang dikatakan imam besar Wahhabiyah itu, mereka mengulang nyanyian kehajilan dan kepalsuan itu. Perhatikan ketika al ‘Utsaimin menerangkan paragraf kalimat Syeikh di atas: “Ini adalah jawaban kelima yaitu adanya ijmâ’ (kesepakatan) para ulama atas kekkafiran Bani Qaddâh yang berkuasa di Maroko dan Mesir, dan mereka itu bersyahadat /bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah rasul Allah, menegakkan shalat Jum’at dan shalat berjama’ah dan mengaku sebagai orang Muslim, akan tetapi semua itu tidak mencegah kaum Muslimini menvonis mereka telah murtad ketika mereka menampakkan penentangan terhadap beberapa hal di bawah kualitas Tauhid, sehingga kaum Muslimin memerangi dan menyelamatkan negeri kaum Muslimin dari cengkeraman kekuasaan mereka.” (Syarah Kasyf asy Syubuhât:68)
Jika Anda hendak menyaksikan sikap taqlid buta dari seorang “Setengah ulama” yang buta kepada seorang “jahil setengah alim” yang juga buta, maka Anda tidak akan pernah menemukan adegannya yang lebih nyata dari sikap di atas!
Kaum Wahhabiyah yang sok menentang dan mengecam taqlid kepada para Kyia atau ulama, kini mereka, selalui Khalifah Imam Besar Wahhabiyah al Utsaimin, mendemonstrasikan kejaahilan dengan bertaqlid kepada kehajilan yang dipamerkan Imam besar mereka!
Allah berfirman:
أَتَأْمُرُوْنَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَ تَنْسَوْنَ أَنْفُسَكُمْ وَ أَنْتُمْ تَتْلُوْنَ الْكِتَابَ أَفَلاَ تَعْقِلُوْنَ.
“Apakah kalian menyuruh orang lain (untuk mengerjakan) kebaikan (dan beriman kepada seorang nabi yang tand-tandanya terdapat di dalam kitab Taurat) sedangkan kalian melupakan diri kalian sendiri padahal kalian membaca kitab (Taurat)? Apakah kalian tidak berpikir?.” (QS. al Baqarah [2];44)
Penyair ulung Arab berkata:
لاَ تَنْهَ عَن خُلُقٍ و تَأْتِيَ مِثْلَهُ *** عارٌ عليكَ إِذَا فَعَلْتَ عظِيْمُ
Janganlah engkau melarang dari sebuah karakter tetapi engkaau sendiri mendatanginya…. Adalah aib besar atasmu jika engkau melakukannya.
Ketiga: Adalah sangat menggelikan apa yang dikatakan Syeikh Ibnu Abdil Wahhâb ketika ia berkata: “dan selanjutnya orang-orang muslim menyerang mereka dan sehingga menyelamatkan negeri-negeri kaum Mulimin dari tangan/kekuasaan mereka.” pada kata-kata ini terdapat banyak kesalahan dan kebatilan, di antaranya:
A) Sejarah mencacat bahwa runtuhnya dinasti Fatimiyah bukan karena diserang kaum Muslimin! Akan tetapi seperti disebutkan dalam sejarah, akhir Khalifah mereka yang bernama Abdullah ibn Yusuf ibn al Hafidz Li Diînillah yang bergelar al ‘Âdhid Li Diînillah meminta bantuan dari penguasa Syâm (Syria sekarang) dari kekhawatiran serangan bangsa Eropa yang kafir. Lalu penguasa Syam mengutus Panglima Shalahuddîn al Ayyûbi…. akan tetapi setelah menyelesaikan tugasnya, justeru Shaluhuddîn al Ayyûbi menumbangkan kekuasaan dinasti Fatimiyyah dan ia pun melepas diri dari kekuasaan Syam. Jadi tidak ada peperangan dan tidak penyerangan! Dan bahkan setelah kematian penguasa Syam yang mengutusnya, Shaluhuddîn al Ayyûbi pun menentang kekuasaan pusat Syam yang mengutusnya dan mengambil-alih kekuasaan dengan mencopot Khalifah setelahnya yaitu putra Nuruddin.
Berita tentangnya adaalah sangat masyhur dalam catatan sejarah… lalu apakah dengan dalil-dalil palsu seperti Imam Besar Wahhâbiyah mengafirkan kaum Muslim?! Dan buklankah ini semua bukti nyata kadangkalan pengetahuan sejarah Imam Besar Wahhâbiyah!!
B) Kata-kata Ibnu Imam Besar Wahhâbiyah: dan selanjutnya orang-orang muslim menyerang mereka adalah sangat menggelikan. Hal itu sangat bertentangan dengan doktrin pengafiran dan pemusyrikan Imam besar Wahhâbiyah yang ia jatuhkan ke atas kaum Muslim selain Wahhâbi…. sebab seperti diketahui bersama bahwa kaum Muslim di masa dinasti Fatimiyyah di Mesir dan juga kaum Muslim di berbagai negeri Islam saat itu sama kondisi mereka dengan kaum Muslim di zaman Syeikh Ibnu Abdil Wahhâb yang ia kafirkan disebabkan praktik-praktik tertentu, seperti tawassul, ta’dzim para nabi dan para wali dengan menziarahi makam-makam mereka, merayakan hari kelahiran Nabi Muhammad saw. (mauludan), beristighâtsah, mmebangun qubah-qubah dimakam-makam mereka, memnita syafa’at dari mereka dan hal-hal lain yang dijadikan dasar pengafiran oleh kaum Wahhâbi! Jika kaum Muslim di zaman Syeikh Ibn Abdil Wahhâb ia kafirkan dan ia vonis musyrik dikarenkan hal-hal seperti itu maka kaum Muslim di zaman Shalahuddin juga musyrik karena alasan yang sama! Lalu bagaimana sekarang Syeikh Ibnu Abdil Wahhâb mengatakan bahwa kaum Muslim memerangi mereka?! Siapa Muslim yang ia maksud? Bukankah sa’at itu belum ada kaum Wahhâbi? Siapakah yang ia maksud? Bukankah Shalahuddin dan kaumnya adalah pengagung kuburan kaum Shalihin yang selalu diejek dengan ejekan Quburiyyûn! Khurâfiyyûn! Bukankah ini sebuah kepalsusn yang diniatkan untuk menipu kaum awam?! Sampai kapankah Imam Besar Wahhâbiyah ini menegakkan prinsip-prinsip ajarannya di atas pondasi kepalsuan, penipuan dan kebohongan?
Tetapi itulah kaum Wahhâbi, di sa’at memerlukan dukungan untuk menipu kaum awam, mereka mengakui keislaman kaum yang selama ini mereka musyrikkan…. dan setelah kebutuhan itu selesai, mereka kembali dikafirkan dan divionis musyrik!
Filed under: Akidah, Fatwa Pensesatan, Kasyfu asy Syubuhat, Kenaifan Kaum Wahhabi, Manhaj, Mengenal Pemimpin Wahabi |
Ass,…. abu salafi mohon kesediaannya membahas tentang pendapat para ulama tentang kedudukan khabar ahad dalam permasalahan aqidah. Mana yang lebih kuat? Saya sangat bergembira sekali jika anda bisa membahas hal ini. Terima kasih!! Syukron. Jzzkumllh k k! Wass.
Ass. mengapa saya menginginkan pembahasan tersebut, karena banyak sekali diskusi tentang hal ini di internet dimanan pihak salafy mengklaim bahwa khabar ahad bisa dijadikan hujjah dalam aqidah dan menganggap yang tidak sejalan ini adalah tidak benar. Saya pingin lebih bertabayun lagi tentang masalah ini. Syukron. Wass!!!
hadits ahad????
hemmnn…
semoga bisa direnungkan…..
adakah para shahabat,tabi’in dan tabi’ut tabi’n mempermasalahkan khabar ahad?
adakah para imam mempermasalahkan khabar ahad?
adakah mereka membedakan masalah khabar ahad dalam masalah akidah?
adakah mereka mengingkari adzab kubur?(hadits tersebut adalah ahad!)
adakah mereka mengingkari tentang disembelihnya kematian? (ini juga hadis ahad)…
…
dan ataukah kitamengingkari ustadz,kyai,ato syekh,atau fulan admin blog ini,..ketika menyampikan ttentang sebuah khabar yang berkaitan dengan akidah (sedang dia sendirian..ahad juga kan!)
ataukah…….kalian menolak ucapan Rasulullah-sedangkan kita adalah muslim- dengan alasan hadits tersebut ahad…..
dhaifkah hadits ahad..??/
sedangkan hadits tersebut diriwayatkan dari jalan yang shahih…. ole rawi2 yang tsiqah……
dan sebagian kelompok menolak ucapan Rasul Allah, dengan mengatakan hadits tersebut ahad….
ajib…aneh…..
miripkah dengan perilaku yahudi yang gemar mebolak-balik ayat2 Allah dan mendustakannya sedangkan mereka mengetahui kebenaran….
Mas abu salafy syi’i ya ?
____________
-Abu Salafy-
crita klise wahabi semua yang melucuti akidah menyimpang mereka adalah syiah!
di akhir zaman yang knapa masih ada jg orang yang sempat2nya saling klaim akan kebenaran, tapi tidak berupaya dg sungguh2 bertaubat dan beribadah untuk mendekat2kan diri dg ALLAH dalam riuh dan hening. ketika sling klaim benarkah diri kita lebih beserta dg ALLAH, lebih berubudiyah, bahkan lebih utama dr yang lain? ati2 saja setan sangat halus saudaraku