Kitab Kasyfu asy Sybubuhât Doktrin Takfîr Wahhâbi Paling Ganas (29)

Ibnu Abdil Wahhâb Tetap Gotot Mengafirkan Kaum Muslim Kendati Ia Akui Mereka Telah Bersyahâdatain, Percaya Hari Akhir, Beriman Dengan Al Qur’an dan Menegakkan Syari’at!

Satu hal, yang mesti mendapat perhatian kita semua bahwa mereka yang divonis kafir oleh Imam Besar Wahhâbiyah; Ibnu Abdil Wahhâb adalah kaum yang ia akui masih mengakui keesaan Allah SWT, mengimani kenabian Rasulullah saw., mengimani kesucian Al Qur’an al Karîm, mengimani akan adanya hari kiamat dan pembalasan, menegakkan shalat lima waktu (sebagai pemilah antara keimanan dan kekafiran), melaksanakan puasa di bulan suci Ramadhan… Ibnu Abdil Wahhâb mengakui bahwa kaum yang ia kafirkan adalah telah menerima dan mengimani tiga prinsip dasar Islam dan keimnan di atas; imam kepada Allah, imam kepada Rasul-Nya dan imam kepada hari pembalasan, dan menegakkan syari’at Islam, oleh karenanya, vonis pengafiran dan tuduhan kemusyrikan yang ia alamatkan kepada kaum Muslimin itu menuai protes keras dan dinilai sebagai sikap takfîr yang sangat berbahaya! Protes demi protes sejak awal kemunculannya.

Kaum Muslimin yang ia kafirkan tentu sangat keberatan dengan vonis arogan dan tuduhan semena-mena itu oleh Ibnu Abidl Wahhâb, kerenanya mereka menegaskan dan mepertanyakan dasar pengafiran atas mereka itu? sementara mereka (kaum Muslimin yang dikafirkan itu) masih beriman kepada Allah, kepada rasul-Nya, kepada hari akhir, dll… menanggapi pertannyaan dan protes itu, Ibnu Abdil Wahhâb mengajukan alasan-asalannya…. di sini dalam bagian akhir buku Kasyfu asy Syubuhat, Ibnu Abdil Wahhâb membeber alasan-alasan yang ia jadikan dasar vonis pengafiran itu!!

Dari keterangan dan pemaparan alasan yang ia ajukan, kita dapat melihat bahwa ia mengemukakan beberapa alasan…. namun sangat disayangkan semua alasan pengafiran itu sama sekali tidak bersadar dan jauh dari benar!

Dan agar Anda tidak tergesah-gesah menerima atau menolak apa yang saya katakan, maka perhatikan alasan-alasan Ibnu Abdil Wahhâb di bawah ini satu persatu!

Alasan Pertama: Kaum Muslimin Itu Kafir Karena Telah Mengkufuri Sebagian Agama!

Ibnu Abdil Wahhâb berkata:

Jika telah dipahami bahwa mereka yang diperangi Rasulullah Saw itu adalah orang-orang yang akalnya lebih sehat dan lebih ringan kesyirikannya dari pada mereka, maka ketahuilah bahwa mereka memiliki sanggahan-sanggahan terhadap apa yang kami sebutkan dan itu merupakan sanggahan terbesar mereka. Simaklah pertanyaan dan jawabannya berikut ini:

Mereka mengatakan: sesungguhnya orang-orang yang dituruni al-Quran tidak bersaksi akan keesaan Allah, mereka mendustakan Rasul, mengingkari hari kebangkitan, mendustakan al-Quran dan menyebutnya sebuah sihir. Sedang kami bersaksi akan keesaan Allah, bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan-Nya, kami percaya terhadap al-Quran, beriman kepada hari kebangkitan, kami mendirikan salat dan berpuasa maka bagaimana mungkin kalian menyamakan kami dengan orang-orang musyrik?

Maka jawabannya adalah: Tidak ada perselisihan di antara seluruh ulama, bahwa jika seseorang percaya kepada Rasulullah di sebagian sesuatu dan mendustakannya di yang lain maka dia telah kafir dan tidak masuk ke dalam Islam. Begitu juga jika orang percaya kepada sebagian isi al-Quran dan mendustakan yang lainnya, seperti orang mengakui tauhid tapi mengingkari kewajiban salat, atau mengakui tauhid dan salat tapi mengingkari kewajiban zakat, atau mengakui semuanya tapi mengingkari kewajiban berpuasa, atau mengakui semuanya tapi mengingkari haji di mana Allah berfirman:

وَ لِلَّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطاعَ إِلَيْهِ سَبيلاً وَ مَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعالَمينَ

“Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah; Barang siapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.” (Ali-Imran: 97)

dan barang siapa mengakui semuanya tapi mengingkari hari kebangkitan maka orang seperti ini secara ijma’ dan kesepakatan para ulama dianggap kafir; halal darah dan hartanya, sebagaimana firman Allah Swt:

إِنَّ الَّذينَ يَكْفُرُونَ بِاللَّهِ وَ رُسُلِهِ وَ يُريدُونَ أَنْ يُفَرِّقُوا بَيْنَ اللَّهِ وَ رُسُلِهِ وَ يَقُولُونَ نُؤْمِنُ بِبَعْضٍ وَ نَكْفُرُ بِبَعْضٍ وَ يُريدُونَ أَنْ يَتَّخِذُوا بَيْنَ ذلِكَ سَبيلاً. أُولئِكَ هُمُ الْكافِرُونَ حَقًّا وَ أَعْتَدْنا لِلْكافِرينَ عَذاباً مُهيناً

“Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, dan bermaksud memperbedakan antara (keimanan kepada) Allah dan rasul-rasul-Nya, dengan mengatakan: “Kami beriman kepada yang sebahagian dan kami kafir terhadap sebahagian (yang lain)”, serta bermaksud (dengan perkataan itu) mengambil jalan (tengah) di antara yang demikian (iman atau kafir). Merekalah orang-orang yang kafir sebenar-benarnya. Kami telah menyediakan untuk orang- orang yang kafir itu siksaan yang menghinakan.” (An-Nisa’: (150-151)

Apabila Allah telah menjelaskan dalam kitab-Nya bahwa orang yang iman kepada sebagian dan mengingkari kepada sebagian yang lain maka itu benar-benar sebuah kekafiran. Dengan demikian hilanglah syubhah ini.

Dapat dikatakan pula sebagai jawaban: jika Anda mengakui bahwa orang yang mempercayai Rasul di dalam segala hal dan mengingkari kewajiban salat maka dia kafir, halal darah dan hartanya secara mufakat. Begitu pula jika dia mengakui segala sesuatu kecuali hari kebangkitan, atau mengingkari kewajiban puasa Ramadhan maka tidak ada perselisihan di antara mazhab-mazhab kalau dia adalah kafir.

Dan telah jelas bahwa tauhid merupakan kewajiban terbesar yang dibawa oleh nabi. Tauhid lebih besar dari pada salat, puasa, zakat dan haji. Bagaimana mungkin orang yang mengingkari hal-hal ini dianggap kafir kendati mengamalkan hal-hal yang dibawa Rasul? Kemudian dia tidak disebut sebagai seorang kafir saat mengingkari tauhid yang menjadi agama seluruh Rasul? Maha suci Allah, alangkah anehnya kebodohan ini.

_________________

Catatan: 26:

Abu Salafy Berkata:

Dari apa yang diuraikan Ibnu Abdil Wahhâb kita dapat melihat bagaimana keberatan yang dilayangkan penduduk kota Ahsâ’ dalam surat mereka dan bagaimana jawaban Syeikh Ibnu Abdil Wahhâb….. keberatan mereka jelas, bahwa mereka masih beriman kepada Allah, rasul-Nya dan hari akhir…. mereka masih menegakkan shalat lima waktu dan menjalankan syari’at agama…. dan di sini kita juga menyaksiakn bahwa Syeikh Ibnu Abdil Wahhâb juga mengakuinya… ia tidak menolak apa yang dikatakan penduduk kota Ahsâ’ tersebut… hanya saja, Syeikh Ibnu Abdil Wahhâb tetap menjatuhkan vonis kafir atas kaum Muslimin dengan alasan bahwa siapapun yang beriman kepada sebagian agama dan mengkufuri sebagian lainnya maka ia harus dihukumi kafir! Halal darah dan hartanya!!

Itulah jawaban Syeikh Ibnu Abdil Wahhâb!!

Akan tetepi seperti dapat disaksikan dan dirasakan bahwa jawaban itu sangat tidak mengena dan benar-benar menyimpang dari pertanyaan dan keberatan yang diajukan! Dan ini sebuah bukti kelemahan dan penyimpangan vonis Takfîr yang ditajuhkan Syeikh Ibnu Abdil Wahhâb kepada lawan-lawan pendapatnya!

Jawaban itu sangat mengherankan dan aneh! Sebab:

Pertama: Adalah berbeda secara mendasar antara:

A) Mengingkari sesuatu yang dibawa Rasulullah saw. secaara sengaja dan meremehkan setelah mengakui bahwa sesuatu itu adalah benar dibawa oleh Nabi saw.

B) Meninggalkan sebagian yang dibawa Rasulullah saw. dengan dasar ta’wîl, atau karena ia tidak mengatahui bahwa sesuatu itu adalah bagian dari ajaran agama yang dibawa oleh beliau saw. atau ia menganggap bahwa ia telah dimansukhkan, atau ditakhshish (dikhususkan keumumannya) atau ditaqyîd (diikat kemutlakannya)…

Siapapun yang mengingkari bagian agama yang dibawa oleh Rasulullah saw. setelah ia ketahui dengan pasti bahwa itu bagian dari agama, seperti bahwa sesuatu itu yang dengan tegas disebutkan dalam Al Qur’an dan datang dalam Sunnah yang qath’iyyah (pasti), sehingga ia menjadi bagian dari yang ma’lûm bidharûrah (bagian yang pasti dari agama), maka tidak diragukan lagi bahwa yang mengingkarinya dihukumi kafir, sebab pada dasarnya ia mengingkari dan membohongkan Nabi saw.! Jika hal itu terjadi dari seorang Muslim maka ia dihukumi telah murtad dari agama Islam!

Hal ini sangat gamblang dan tidak perlu berpanjang-panjang dalam menguraikannya dengan melibatkan ayat-ayat Al Qur’an al Karîm, apalagi dengan menyebut ucapan dan fatwa-fatwa para ulama dalam bab tantang hukum orang Murtad dn lain sebagainya untuk mendukungnya… jadi apa yang dilakukan Syeikh dengan berpanjang-panjang sebenarnya adalah tanpa faedah!

Semua itu sudah jelas! Akan tetapi inti permasalahannya terletak apakah beristighâtsah, memohon syafâ’at dan bertawassul dengan kaum Shâlihîn itu termasuk hal-hal yang menyebabkan pengingkaran kepada dasar Tauhid dan mendudukkan manusia pada kedudukan Allah Dzat Yang Maha Perkasa, seperti yang dituduhkan Syeikh Ibnu Abdil Wahhâb atau tidak?! Itu yang penting! Dan para ulama Islam dari berbagai mazhab baik Ahlusunnah maupun Syi’ah seperti kami sebutkan dalam artikel-artikel sebelumnya bahwa semua itu tidak menodai kemurnian Tauhid barang sedikitpun!

Bertawassul tidak berarti mendudukkan manusia pada kedudukan Jabbârus Samâwâti wal Ardhi!

Beristighâtsah dengan kaum Shâlihîn tidak berarti mendudukkan manusia pada kedudukan Jabbârus Samâwâti wal Ardhi!

Bertasyaffu’ (meminta syâfa’at) kepada Nabi Muhammad saw. tidak berarti mendudukkan manusia pada kedudukan Jabbârus Samâwâti wal Ardhi!

Semua itu tidak keluar dari konteks berdoa dan memohon kepada Allah SWT dengan perantaraan kedudukan mulia hamba-hamba mulia di sisi Allah SWT!

Dan karena sikap kaum Wahabiyah yang menyamakan kaum Muslimin yang bertawassul dll. dengan kaum Musyrikin dalam penyembahan kepada arca dan berhala mereka, maka keberatan penduduk kota Ahsâ’ itu diajukan kepada Ibnu Abdil Wahhâb, sebab menyamakan kaum Mulsimin dengan kaum Musyrikun adalah mengqiyas dengan perbedaan yang nyata antara dua kondisi yang berbeda!

Bagiamana Ibnu Abdil Wahhâb menyamakan kaum Muslimin dengan kaum Msuyrikin, sementara kaum Musyrikin tidak meyakini syahâdatain, mereka membohongkan para rasul as., mengkufuri Al Qur’an, mengkufuri hari kebangkitan/kiamat, tidak menegakkan shalat dll. dan itu semua yang menyebabkan kekafiran mereka! Sementara kita (kaum Muslimin) mengimani semua dasar dan prinsip Islam itu! Jadi pengqiyasan yang ia lakukan adalah sangat menyimpang… Andai yang dilakuakn kaum Musyrikun hanya terbatas pada meminta syafa’at, bertawassul dan mengagungkan kuburan maka pengqiyasan itu berdasar dan mengena! Tetapi seperti telah saya buktikan bahwa ternyata apa yang dilaklukan kaum Musyrikin bukanlah hal-hal tersebut akan tetapi keyakinan-keyakinan dan praktik-praktik yang mereka lakukan itulah yang menyebabkan mereka dihukumi kafir!

Jadi jawaban Syeikh Ibnu Abidl Wahhâb yang mengatakan: jika seseorang percaya kepada Rasulullah di sebagian sesuatu dan mendustakannya di yang lain maka dia telah kafir dan tidak masuk ke dalam Islam…. tidak mengena dan tidak berguna di sini! Karenanya, kata-kata kasarnya yang menutup rangkaian jawabannya: “Maha suci Allah, alangkah anehnya kebodohan ini” tidak layak mengena melainkan dirinya sendiri! Sungguh bodoh akal dangkal yang mengqiyaskan dua kondisi yang berbada dan menyamakan keduanya dalam satu vonis!

Kedua: Hal kedua dalam kesalahan Syeikh Ibnu Abdil Wahhâb adalah bahwa kaum Muslimin selain Wahhâbiyah (baik para ulamanya maupun kaum awamnya) tidak mengingkari sesuatu yang ma’lûm bidharûrah (bagian yang pasti dari agama), seperti dalam contoh-contoh yang disebutkan dan dituduhkan Syeikh kepada kaum Muslimin (lawan kaum Wahhâbiyah) yaitu meninggalkan shalat, zakat atau haji atau beriman dengan sebagian Al Qur’an dan mengkufuri sebagiannya yang lain… ! Itu hanya adalah percontohan yang tidak riil dalam konteks diskusi antara Wahhâbiyah dan kaum Mulimin yang sedang mereka kafirkan!

Siapakah dari kaum Muslimin yang sedang ia kafirkan itu yang mengingkari Tauhid Allah SWT?!

Siapakah dari kaum Muslimin yang sedang ia kafirkan itu yang mengingkari kerasulan Nabi Muhammad saw.?

Siapakah dari kaum Muslimin yang sedang ia kafirkan itu yang mengingkari keyakinan adanya hari kiamat dan pembalasan?

Siapakah dari kaum Muslimin yang sedang ia kafirkan itu yang mengingkari kewajiban shalat, zakat, puasa bulan Ramadhan dan berjhaji ke tanah suci Makkah?

Lalu mengapakah ia menjawab dengan jawaban yang melenceng dari konteks perbincangan yang sedang didiskusikan?

Bukankah itu bukti kajahilan dan kelemahannya serta ketidak mampuannya dalam menata jawaban atas kebaratan terhadap vonis arogan semena-mena dan menyimpaangnya itu?!

Ketiga: Andai Syeikh mau meluangkan waktunya untuk mengkaji kitab-kitab para ulama Islam yang mendiskusikan masalah-masalah latar belakang perselisihan ulama dan bagaimana sikap yang harus diambil dalam menghadpi perbedaan yang terjadi pastilah ia tidak akan terjatuh dalam kejahilan ini… Andai ia mau membaca buku Raf’u al Malâm tulisan Imam dan idolanya sendiri yaitu Ibnu Taimiyah pastilah ia akan mengetahui uzur yang harus diberikan kepada para ulama yang sedang berselisih pendapat…. Sebab bisa jadi penolakan terhadap sebuah perintah atau larangan agama itu dikarenakan hadis/riwayat itu belum sampai kepadanya, atau ia telah sampai namun dalam pendapatnya hadis itu tidak shahih, atau hadis itu shahih namun ia memiliki makna yang berbeda dengan makna yang difahami oleh lawannya dan demikia seterusanya… lebih lanjut baca Raf’u al Malâm ‘An Aimmtil A’lâm[1].

Selain itu, Syeikh tidak memasukkan al jahl (ketidak-tahuan) dalam pertimbangan untuk menahan diri dari menjatuhkan vonis pengafiran. Ketidak-tahuan –seperti pernah saya jelaskan- adalah salah satu pencegah kuat tidak dibolehkannya menvonis kafir seseorang!

Dengan berdasar metodologi Syaikh Ibnu Abdil Wahhâb maka boleh dan sah-sah saja bagi para ulama yang sedang berselisih pendapat untuk saling mengafirkan satu sama lain, dengan alasan bahwa si alim itu telah mengkufuri sesuatu yang telah dibawa Rasulullah saw.! dan itu sama dengan membohongkan Rasulullah saw. secara total!! Dan begitu pula dengan si alim lainnya, ia juga akan mengalamatkan tuduhan yang sama kepada lawannya yang sedang berselisih pendapat dengannya. Dan dengan demikian rusaklah tatanan keagamaan umat Islam!

Sementara yang benar harus dikatakan bahwa lawan pendapat kamu itu jelas tidak menerima tuduhan bahwa ia mengingkari sesuatu yang dibawa Rasulullah saw…. ia pasti akan menjawab kamu dengan mengatakan misalnya: bahwa hadis yang kamu bawkan itu menrutu saya tidak shahih! Atau mengatakan: arti hadis itu begini bukan seperti yang kamu fahami! Atau: hadis yang kamu sampaikan itu bertentangan dengan hadis lain! dan seterusnya…. Jadi sebenarnya yang terjadi bukan pengingkaran sebagian agama dan mengkufuri sebagian lainnya!

Lagi pula orang lain dapat mengetrapkan metode Syeikh Ibnu Abdil Wahhâb untuk mengalamatkan tuduhan serupa kepadanya dan kepada kaum Wahhâbiyah… mereka dapat saja memvonis Syeikh Ibnu Abdil Wahhâb dan kaum Wahhâbiyah telah kafir sebab mereka telah mengkufuri sebagian Al Qur’an dan mengimani sebagiannya…. Syeikh Ibnu Abdil Wahhâb dan kaum Wahhâbiyah telah mengkufuri ayat-ayat Al Qur’an yang mengharamkan pencucuran darah-darah kaum Muslimin dan melarang mengafirkan mereka! Dalam penilaian mereka, kaum Wahhâbiyah bisa saja divonis sebagai kafir sebab mereka beriman dengan sebagia Al Qur’an dan kufur terhadap sebagian lainnya!! Dan sebagai buktinya adalah sikap pengafiran yang gencar dilakukan kaum Wahhâbiyah di sepanjang masa bahkan hingga hari ini!!

Ini adalah alasan pertama yang menjadi dasar Syeikh Ibnu Abdil Wahhâb dalam mengafrikan kaum Muslimin yang ia akui sendiri masih bersyahâdatain, beriman akan hari kiamat dan menjalakan syari’at Islam…. dan setelahnya mari kita ikuti jawaban kedua Syeikh dalam alasan mengapa ia mengafirkan kaum Muslimin, yang tentunya juga tidak kalah naif dan menyimpangnya dari alasan pertama yang ia ajukan!!

(Bersambung)


[1] Dalam kitab tersebut, Ibnu Taimiyah menyebut sepuluh alasan yang kerenanya kita tidak boleh gegabah menyalahkan oraang lain, dan tentunya apalagi mengafirkannya.

11 Tanggapan

  1. Tulisan kritis dan berimbang. Sayangnya untuk sebagian orang dan golongan yang fanatik, isi tulisan tsb akan diabaikan dan tidak mau dicerna dan bahkan kemungkinan dianggap melecehkan thd pribadi Abdul Wahab.
    Saya berharap semoga tulisan ini dan tulisan2 lain yang sejenisnya akan mampu membantu membuka tabir yang telah menghalangi pandangan kita thd kebenaran selama ini.

    Damai…damai

  2. Maling teriak maling… 🙂

  3. Jika data dan info tentang kebejatan para tokoh saudi benar adanya, maka:
    1. Harus menjadi keprihatinan besar seluruh masyarakat muslim dunia, dan menjadikan ini sebagai agenda untuk dipecahkan,
    2. Perlu dicermati apakah tokoh2 saudi yang sekarang masih seperti itu, atau sudah banyak yang sadar, dan diam-diam melakukan usaha-usaha perubahan.
    3. Tanah suci, peninggalan tokoh kaum muslimin, dan segala kekayaan dari tanah suci adalah hak kaum muslimin seluruh dunia, tolong ini menjadi agenda kita semua untuk dipikirkan agar kembali bermanfaat bagi kaum muslimin.
    4.Revolusi frontal sy kira bukan jalan terbaik, ongkosnya perpecahan dan peperangan antara kaum muslimin,
    5. Jalan paling bisa adalah merembes masuk ke sistem saudi, menyadarkan para petinggi saudi, agar sadar dan diam-diam melakukan perubahan yang signifikan.
    6. Ingat musuh sesungguhnya adalah yahudi dan nasrani (kristen/katolik), jadi jangan sampai usaha2 perbaikan justru menguntungkan mereka.
    7. Para pemuda: ambillah dana sebanyak-banyaknya dari saudi, tapi jangan ikuti madzab/pemikiran yang digunakan untuk memecah belah dan melemahkan kaum muslimin sendiri yang mungkin sekarang sedang dipakai musuh2 islam di saudi.
    8. Para pemuda: Alangkah menjijikan, sangat menjijikan, jika kalian tahu persis bahwa kegiatan dakwah kalian sesungguhnya bukan untuk memurnikan ajaran islam,– tapi untuk memecah belah kaum muslimin, menciptakan mental jumud, merusak citra, dan membuat banyak pihak kehilangan simpati pada islam–tapi kalian ikuti dan sebarkan hanya karena kalian di jamin kehidupannya, diberi dana besar, diangkat status sosial dan derajat kalian, d engan setetes dana, yang barankali sisa dana main perempuan, judi,dan foya-foya.
    9 . Para pemuda: Tegakkan tauhid, hancurkan syirik dan bid’ah. Tapi kalian juga jangan tolol bin blo’on, sehingga tidak bisa membedakan mana gerakan/pemikiran yang murni memurnikan aqidah dan mana yang sudah dibiaskan untuk mengacak-acak kaum muslimin…..

  4. Menurut catatan sejarah, bagaimanakah akhir cerita penduduk Ahsâ’ itu?


    Abu Salafy:

    Allahu A’lam. Syeikh al Utsaimin juga tidak tau apapun tentang surat yang dilayangkan penduduk Ahsa’ dan juga kelanjutannya.

  5. kslau nasib penduduk ahsa’ itu macam macam versi ceritanya….tapi kalau surat Syekh ibnu wahab pada ulama ahsa’ bisa nt baca di:
    http://www.anshar-tauhid-wa-sunnah.blogspot.com/2007/09/surat-syakh-muhammad-ibnu-abdil-wahhab.html

    Abu Salafy:

    Syukran atas informasinya. dan di dalamnya terlihat jelas bagaimana Ibnu Abdil Wahhab mengafirkan person, takfir mu’ayyan.

  6. Saya ingin mengajak kaum muslimin yang berakal sehat ini untuk memikirkan dalam-dalam tentang agama yang hujah-hujahnya terangkai dalam kalimat dan dikemas dalam sebuah kitab.
    Saya bisa memakumi apa yang dikatakan syeikh Abdul Wahab ini.
    Saya ingin mengajukan pertanyaan pada Saudara ku semua..
    Tahukah kalian bahwa Alloh maha Sempurna ?
    Tahukah kalian bahwa Alloh Maha Besar ?
    Tahukah kalian bahwa Alloh Maha Raja ?
    Tahukah kalian bahwa ilmu Alloh tidak terjangkau setetespun oleh ilmu manusia ?
    Jika kita beriman bahwa Alloh maha Segalanya,
    HukumNya adalah hak..
    DIA lah zat yang paling bijak dari yang bijak,
    DIA lah zat yang paling pandai dari yang pandai
    Dia lah zat yang paling adli dari yang adil,
    MAKA, DARI RIBUAN KALIMAT YANG ALLOH UCAPKAN, TIDAK 1 KATA PUN YANG MENGANDUNG KELEMAHAN DAN KESALAHAN.
    APAKAH PANTAS SESEORANG DIANGGAP BERIMAN, JIKA dia MENGINGKARI SEBAGIAN KALIMAT-NYA YANG NYATA-NYATA HAK??
    SATU KATA PUN HARAM UNTUK DIINGKARI..
    barangkali itulah gambaran, kenapa sang Syeikh ini membuat pernyataan kafir terhadap orang yang mengaku beriman tapi mengingkari sebagian yang lain.
    Tentu saya tidak berani menyalahkan Syekh ini, karena dalil yang sama=sama kita baca diatas.
    Kenyataanya sekarang banyak orang yang mengingkari sunnah rosul, padahal Alloh sudah menyerukan kita untuk mengikuti beliau, bukankah itu bukan suatu pembangkangan ??
    Berjenggot itu sunnah, berpakaian gamis itu sunnah, tapi banyak dari kalangan nahdiyin yang mencela dan mencibir, ini FAKTA yang saya saksikan sendiri !
    Mari kita renungkan dalam-dalam…
    “Sesungguhnya dia (Muhammad) berkata bukan atas dasar nafsunya, melainkan menurut apa yang diwahyukan Alloh kepadanya”
    sudah jelas dan terang bukan?
    bahwa anjuran sunnah dari rosul itu adalah wahyu dari Alloh ?
    Bagaimana dengan mereka yang mencibir terhadap orang-orang yang menjalankan sunnah rosul ?
    Mungkin mereka masih bisa dikatakan orang yang beriman, tapi lebih pantas dikatakan orang DUNGU yang sok mencela, padahal yang dicela adalah sunnah Rosul mereka sendiri !!

    Abu Salafy:
    Mengejek-ngejek orang yang menjalankan sunnah Nabi saw. adalah terlarang… Tetapi jangan salah lho terkadang yang menurut Anda itu sunnah ternyata menurut ulama lain bukan kerena hadisnya tidak shahhih mislanya! atau karena alasan lain.
    Demikina juga dengan mengngkari firmah Allah itu jelas kafir hukumnya, tapi jangan dihukumi kafir orang yang mengingkari penafsiran Anda tentang firman Allah! Anda harus pandai-pandai membedakannya!
    Wassalam.

  7. Rupanya komentar saya ini membuat Kaum Ahli Bid`ah kesulitan menjawab, sehingga posting saya dijegal.
    Baiklah…
    Saya hanya ingin mengajak sekali lagi kepada saudara-saudara yang mengaku beriman, untuk merenung kembali atas apa yang kalian ucapkan…
    Banyak-banyaklah merenung, pahami dalam-dalam, bagaimana Islam yang sebenarnya…
    Belajarlah mencerna bahasa dengan bijak, pakalah akal sehat, bukan Nafsu.
    Alloh hanya akan memeberikan petunjuk pada orang-orang yang beriman, bukan orang-orang pembangkang!

  8. Tahukah Kalian, bagaimana orang-orang kafir dari kalangan Yahudi dan Nasrani begitu gigih merusaha membinasakan islam dan bahkan baru-baru ini seorang yang erkebangsaan Denmark melakukan pelecehan terhadap seorang yang mulia seperti Rosul ?
    Bagaimana mereke menggambarkan seorang Muhammad dengan imaej rendah dan pelecehan yang sangat keji.
    Padahal kita sebagai umat Islam yang mengenal sejarah kehidupan beliau, sangatlah jauh dari apa yang mereka gambarkan, beliau manusia yang nyaris sempurna akhlaknya.
    Tapi memang sudah menjadi tabiat manusia, dia tidak akan rela jika kenikmatan dan keagungan dimiliki orang lain , bukan dari golongannya sendiri.
    Dan bukan tidak mungkin, dan memang benar terjadi.
    Seorang yang berusaha berbuat benar, akan dimusuhi dan dicela manakala apa yang dia sampaikan mengancam kedudukan dan popularitas suatu golongan.
    Jujur saja, saya dididik dan hidup dilingkungan kaum nahdiyin, dan saya tahu persis bagaimana ajaran dan doktrin kaum nahdiyin.
    Barangkali saya lebih lama belajar agama dari paham nahdiyin daripada dari orang-orang yang katanya berfaham Wahaby.
    Saya juga dulu sempat mencela terhadap kaum Wahaby, itu karena saya tidak tahu sedikitpun tentang Wahaby.
    saya hanya dijejali dengan doktrin kebencian dan permusuhan terhadap orang-orang yang berfaham Wahaby tanpa diberi tahu bagaimana ajaran Wahaby.
    Tapi setelah saya berusaha bersikap netral dan mau membuka diri untuk mempelajari ajaran Salaf yang sejati, ternyata akal dan hati saya mulai terbuka dan banyak memahami agama sampai saya mengerti istilah-istilah dalam islam, dan sungguh banyak yang saya dapatkan dari orang-orang Salaf tentang ilmu agama.
    Maka saya mengajak pada saudara2 ku…
    Kenalilah lebih dekat, sebelum menuduh…
    Pahamilah agama lebih seksama, agar kita tidak tersesat memahaminya….
    Kalau ada orang mengaku paling benar dengan memberikan bukti dengan dalil-dalil yang Hak, mungkin bisa diterima, hanya saja, hati-hatilah dengan sifat ujub dan Takabur.
    tapi jika ada orang yang mengaku paling benar tanpa disertai dalil yang hak dan hanya mengandalkan akal semata dengan penafsiran terhadap syariat secara serampangan, orang seperti ini perlu diwaspadai.
    “Semua yang datang bukan dari Alloh adalah BHATIL”

    Abu Salafy:
    Salam gus Muharor…. saya tetap sabar dan konsisten memuat promosi Anda di sini…. Saya juga bangga Anda mengaku telah banyak tau ajaran Wahhabi, sehingga dari benci menjadi cinta dan juru dakwah!
    Tapi tolong gus butki-bukti doktrin pengafiran yang kami bongkar di sini Anda tanggapi! Apakah ini benar, atau palsu?
    Kalau benar, bagaimana sikap Anda? Kalau palsu apa bukti Anda?
    Wassalam.

  9. ABU SARAFY
    TULISAN ENTE:

    Salam gus Muharor…. saya tetap sabar dan konsisten memuat promosi Anda di sini…. Saya juga bangga Anda mengaku telah banyak tau ajaran Wahhabi, sehingga dari benci menjadi cinta dan juru dakwah!
    Tapi tolong gus butki-bukti doktrin pengafiran yang kami bongkar di sini Anda tanggapi! Apakah ini benar, atau palsu?
    Kalau benar, bagaimana sikap Anda? Kalau palsu apa bukti Anda?
    Wassalam.

    KOMENTAR ANE:
    ENTE LUCU DEH

  10. Bat Obat….Ane Jualan Obat salep neh…ada yang tertarik gak…???Kalo ada yang tertarik silahkan masuk blog-blog gerbong obat salep….salep obat (Salafi Tobat) jual obat salep kutu air…nah Kalo abu salep jual salep obat salep kutil…silahkan pesan di sini…

  11. larangan membaca al-qur’an dgn tergesah-gesah itu apa ea….?

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s