Kemusyrikan Kaum Muslimin Lebih Berat Dari Kemusyrikan Kaum Musyrikûn Zaman Nabi saw!!
Syeikh Ibnu Abdil Wahhab berkara:
Jika Anda mengetahui bahwa yang dinamai oleh orang-orang musyrik di zaman kita sebuah kabîrul I’tiqâd/keyakinan besar itu merupakan kesyirikan yang telah disebut oleh al-Quran serta Rasulullah memerangi manusia atas dasar ini, maka ketahuilah bahwa kesyirikan orang-orang terdahulu itu lebih ringan dari pada kesyirikan yang terjadi di zaman kami. Hal itu karena dua alasan: Pertama, orang-orang terdahulu itu tidak menyekutukan dan tidak menyeru para malaikat, para wali dan arca-arca kecuali di saat senang sedang di saat genting mereka hanya menyeru dan berdoa kepada Allah. Hal ini telah dijelaskan oleh Allah dalam al-Quran:
وَ إِذا مَسَّكُمُ الضُّرُّ فِي الْبَحْرِ ضَلَّ مَنْ تَدْعُونَ إِلاَّ إِيَّاهُ فَلَمَّا نَجَّاكُمْ إِلَى الْبَرِّ أَعْرَضْتُمْ وَ كانَ الْإِنْسانُ كَفُوراً
Dan apabila kamu ditimpa bahaya di lautan, niscaya hilanglah siapa yang kamu seru kecuali Dia. Maka tatkala Dia menyelamatkan Kamu ke daratan, kamu berpaling. Dan manusia adalah selalu tidak berterima kasih. (Al-Isra’: 67)
Dan firman-Nya:
قُلْ أَ رَأَيْتَكُمْ إِنْ أَتاكُمْ عَذابُ اللَّهِ أَوْ أَتَتْكُمُ السَّاعَةُ أَ غَيْرَ اللَّهِ تَدْعُونَ إِنْ كُنْتُمْ صادِقينَ. بَلْ إِيَّاهُ تَدْعُونَ فَيَكْشِفُ ما تَدْعُونَ إِلَيْهِ إِنْ شاءَ وَ تَنْسَوْنَ ما تُشْرِكُونَ
“Katakanlah:” Terangkanlah kepadaku jika datang siksaan Allah kepadamu, atau datang kepadamu hari kiamat, apakah kamu menyeru (tuhan) selain Allah; jika kamu orang-orang yang benar!” (Tidak), tetapi hanya Dialah yang kamu seru, maka Dia menghilangkan bahaya yang karenanya kamu berdoa kepada-Nya, jika Dia menghendaki, dan kamu tinggalkan sembahan- sembahan yang kamu sekutukan (dengan Allah). (Al-Maidah: 40-41) dan firman-Nya yang lain:
وَ إِذا مَسَّ الْإِنْسانَ ضُرٌّ دَعا رَبَّهُ مُنيباً إِلَيْهِ
Dan apabila manusia itu ditimpa kemudaratan, dia memohon (pertolongan) kepada Tuhannya dengan kembali kepada-Nya;
Sampai firman-Nya:
تَمَتَّعْ بِكُفْرِكَ قَليلاً إِنَّكَ مِنْ أَصْحابِ النَّارِ
“Bersenang-senanglah dengan kekafiranmu itu sementara waktu; sesungguhnya kamu termasuk penghuni neraka”. (Az-Zumar: 8) dan firman-Nya
َ إِذا غَشِيَهُمْ مَوْجٌ كَالظُّلَلِ دَعَوُا اللَّهَ مُخْلِصينَ لَهُ الدِّينَ
Dan apabila mereka dilamun ombak yang besar seperti gunung, mereka menyeru Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya. (Luqman: 32)
Orang yang memahami masalah ini yang telah dijelaskan oleh Allah dalam al-Quran bahwa orang-orang musyrik yang diperangi oleh Rasul menyeru Allah juga menyeru yang lain saat senang sedang di waktu susah mereka tidak menyeru kecuali Allah saja mereka dan tidak menyekutukannya serta melupakan tuan-tuan mereka, maka orang ini akan paham perbedaan syiriknya orang terdahulu dan orang sekarang, akan tetapi siapa gerangan orang yang memahami masalah ini dengan pemahaman yang kokoh.
Alasan kedua yang membuat kesyirikan orang-orang di masa sekarang lebih dahsyat dari orang-orang terdahulu adalah, orang-orang musyrik terdahulu menyeru orang-orang yang dekat di sisi-Nya seperti para nabi, para wali, para malaikat atau kayu-kayu atau batu-batu yang taat kepada Allah dan tidak bermaksiat. Sedang orang musyrik di zaman kami mereka menyeru selain Allah orang-orang yang paling fasik, mereka menyeru orang-orang yang melakukan perzinaan, pencurian, meninggalkan salat dan lain-lain.
Keyakinan terhadap seorang hamba saleh atau sesuatu yang tidak bermaksiat seperti kayu dan batu itu lebih ringan dari pada meyakini orang yang fasik.
____________
Catatan: 24
Abu Salafy Berkata:
Kemusyrikan Kaum Muslimin Lebih Berat Dari Kemusyrikan Kaum Musyrikûn Zaman Nabi saw!!
Tidak ada kesesatan yang melebihi kesesatan anggapan bahwa kemusyrikn kaum Muslimin sekarang ini lebih parah dari kemusyrikan kaum Musyrikin zaman Nabi saw.!
Itulah yang diyakini Imam Basar Wahhabiyah; Ibnu Abdil Wahhab… ia meyakini bahwa kemusyrikan kaum kafir yang musyrik di zaman Nabi saw. yang telah dikecam habis Allah dan rasul-Nya dalam Al Qur’an dan Sunnah dan diperangi serta dihalalkan darah-darah mereka oleh Rasulullah saw. itu lebih ringan di banding kemusyrikan kaum Muslimin di zaman Syeikh ketika itu!
Apa yang dinyatakan Ibnu Abdil Wahhab di atas jelas-jelas pengafiran kaum Muslimin yang Mukminin dan mengesakan Allah, mengimani kenabian rasul-Nya, menerima syari’at-Nya, menjalankan perintahnya-Nya, menjauhi larangan-Nya dan menhambakan diri hanya kepada-Nya!!
Semua telaah kafir dan saudara-saudara kaum kafir yang musyirk di zaman Nabi saw…. tentunya selain pengikut sekte Wahhabiyah!
Yang mngenal istilah i’tiqâd dan kitab-kitab aqidah adalah para ulama dan para pelajar ilmu agama, dan itu artinya mereka itu adalah kelompok elite akademik dari umat Islam! Jika semua mereka disebut dengan orang-orang musyrik di zaman kita maka apakah itu bukan pengafiran?! Dan jika semua mereka dikafirkan, lalu apakah nasib kaum awam, bukankan mereka pasti lebih musyrik dan lebih kafir?!
Dua alasan yang dijadikan dasar vonis sesatnya bahwa umat Islam lebih keji dan berat kemusyrikannya di banding dengan kemusyrikan kaumm Musyrikin zaman Nabi saw. adalah sebuah kepalsuan belaka!
Dua alasan di atas di atas adalah bukti kejahilan dan kedangkalan serta penyimpangan pemahamannya tentang ayat-ayat Al Qur’an!
Pertama, ia menvonis bahwa kaum Muslimin itu menyekutukan Allah dalam dua keadaan; genting dan tenang… sedangkan kaum Musyrikin hanya menyekutukan Allah dalam keadaan genting santai dan tanang saja.
Sementara kemusyrikan kaum Muslimin itu hanya ada dalam ilustrasi dan pikiran sesatnya belaka! Kaum Muslimin tidak menyekutukan Allah SWT baik dalam keadaan senang/gembira maupun dalam keadaan genting! Tidak ada yang menyekutukan Allah SWT., yang ada hanya bertawassul, beristighâtsah, berdoa di sisi pusara para nabi dan kaum Shalihin… Akan tetapi kaum wahhabiyah, kerana kedangkalann dan penyimpangan pemahaman mereka menganggap semua prakti itu sebagai kemusrikan dan menyembah serta mentuhankan selain Allah SWT!
Kedua, dan ini yag lebih menyakitkan hati kaum Muslimin ketika ia menyebut bahwa pribadi-pribadi mulia yang dan kaum Shalihin yang diziaraahi kaum Muslimin dan diminta keberkahan dari mereka adalah orang-orang yang paling fasik, mereka menyeru orang-orang yang melakukan perzinaan, pencurian, meninggalkan salat dan lain-lain.
Siapakah yang Isyeikh Ibnu Abdil Wahhab maksud?
Atau para sahabat yang dikebumikan di pekuburan Baqî’ yang kaum Muslimin selalu menziarahinya dan mencari keberkaahan di sisinya?!
Atau yang ia maksud adalah Imam Ali (karramallahu Waajhahu) yang dikebumikan dan dimakamkan dii kota Najaf-Irak yang selalu dituju para pecintanya dari berbagai penjur terpencil dunia ini untuk menceri keberkahan di sisinya?
Atau makam Imam Husain as. yang berada di kota Karbala yang tak pernah sepi dari para penziarah yang berdoa kepada Allah di sisinya demi mencari keberkahan dan menghapar agar doa mereka dikabulkan dengen kedudukan istimewanya?!
Atau kuburan para imam Ahlulbait yang dikebumikan di pekuburan Baqi’ yang menjadi tujuan para penziarah dan duduk bersimpuh di sisinya untuk menghambakan diir dengan berdoa kepada Allah di tempat penu berkah itu dan bertawassul dengan kedudukan mereka?
Ataukan yang ia maksud adalah Syeikh Abdul Qadir al Jilani yang mana Syeikh tak sungkan-sungkan menampakkan kegaramannya terhadap kaum Muslimin yang menziarahi makamnya dan mencari keberkahan di sisinya?!
Atau Sayyid al Badawi yang sangat ia kecam keberkahan di sisi kuburannya?!
Atau Imam Ghazzali yang diwalikan kaum Muslimin? Atau siapa yang ia maksud?
Siapak yang ia maksud dengan orang-orang terfasik yang dituju kaum Muslimin? Siapakah mereka yang ia tuduh sebagai pezina, pencuri dan meninggalkan shalat?!
كَبُرَتْ كَلِمَةً تَخْرُجُ مِنْ أَفْواهِهِمْ إِنْ يَقُولُونَ إِلاَّ كَذِبا.
“Alangkah jeleknya kata- kata yang keluar dari mulut mereka; mereka tidak mengatakan (sesuatu) kecuali dusta.” (QS. Al Kahfi[18]: 5)
Alangkah jelaknya kata-kata Syeikh Ibnu Abdil Wahhab yang menuduh kaum Shalihin sebagai kaum paling fasik! Paling fajir!
Demikianlah Imam besar Wahhabiyah mendoktrin kaum awam yang membentuk mayoritas pengikutnya!!
Alangkah naifnya pikiran Imam besar Wahhabiyah; Ibnu Abdil Wahhab!
Alangkan rapuhnya bangunan ajakannya! Akan tetapi yaang lebih berbahaya darinya ialah kesimpulan akhir yang ia deklarasikan yaitu:
Kendati kaum Musyikin di zaman Nabi saw. itu akhaff/lebih ringan dari kemusyrikan kaum Muslimin yang Musyrikun di zaman Syeikh Ibnu Abdil wahhab… kendati demikian Nabi saw. memerangi mereka! Menghalalkan darah-darah dan harta mereka! Maka jelaslah sangat logis jika darah-darah dan harta-harta mereka itu lebih halal dan boleh dicucurkan!
Mereka adaalaah halal darah-darah dan harta-harta mereka sebagaimana kaum Musyrikun zaman Nabi saw. juga halal darah-darah dan harta mereka dan Nabi pun memerangi mereka!
Sementaara itu Syeikh Ibnu Abdil Wahhab adalah pewaris tunggal Tauhid dan pemegaang obir estafet ajaran Rasulullah saw. maka sudah barang tentu ia dan para pengikutnya (yang satu-satunya kelompok yag masih memurnikan tauhid dan tidak menodainya dengan kemusyrikan) harus getol memerangi kaum Muslimin yang Musyrikun itu! Harus bersemangat lebih dalam memusnahkan mereka! Membunuh! Membantai! Membumi hanguskan dasa-desa mereka yang telah dipenuhi dengan kuburan-kuburan keramat alias berhala-berhala yang dikerumuni kaum Muslimin yang Musyrikin yang mencari keberkahan di sana!
Dan itulah yang dilakuakan kaum Wahahbiyah di bawah pimpinan Ibnu Abdil Wahhab dan para penguasa dinasti keluarga Su’aud!
Bagi Anda yang meragukan hal itu baca sejarah mereka!
*****
Filed under: Akidah, Fatwa Pensesatan, Fatwa Wahabi-Salafy, Ibnu Abdul Wahab, Kasyfu asy Syubuhat, Kenaifan Kaum Wahhabi, Manhaj, Mengenal Pemimpin Wahabi, Wahabi dan Pengkafiran Umat Islam, Wahhabi Versus Ulama Islam |
komentarnya: idem
Ass…
Komentar mas ben ko cuma idem. Mksdnya idem dg kang abu atau idem dg kang ben wahab? Yg jelas atuh mas ben…
Tp sy brsyukurl klo mas ben idemnya ma kang abu,brrti dlm mslh ini mas ben dah insaf,sadar sekaligus siuman dr kepingsanan mas ben selama ini.