Berkata Syeikh Ibnu Abdil Wahhhab:
Dan dapat dikatakan juga kepadanya: Anda berkata bahwa syirik adalah menyembah arca, apakah maksudmu syirik itu khusus untuk hal itu saja? Sedang percaya kepada orang-orang saleh dan menyerunya tidak termasuk ke dalam kesyirikan? Maka hal ini telah dibantah oleh firman Allah di dalam kitab-Nya di mana Allah menyebut orang yang memiliki hubungan terhadap malaikat, Isa dan orang-orang saleh sebagai orang kafir, maka ia pasti mengakui bahwa barang siapa yang menyekutukan Allah dan menyembah orang-orang saleh maka itu merupakan kesyirikan yang dimaksud di dalam al-Quran.
_______________
Catatan: 22
Abu Salafy berkata:
Benar bahwa syirik tidak terbatas pada menyembah arca-arca. Itu jelas, sebab kemusyrikan itu adalah lawan dari Tauhid!
Setiap tingkat Tauhid di hadapannya ada syirik… setiaap Muslim Mukmin harus mentahidkna Allah dalam:
(A) Dzat.
(B) Khaliqiyah.
(C) Rububiyah.
(D) Tasrî’.
(E) Hâkimiyah.
(F) Ibadah dan penyembahan.
Seperti yang telah lewat dijelaskan pada catatan sebelumnya. Itu semua telah jelas. Akan tetapi persoalnnya terlatak pada beberapa poin yang tidak berhak dikategorikan sebagai syirik, namun oleh Ibnu Abdil Wahhab dipaksakan untuk dikategorikan sebagai syirik, seperti tawassul, tabarruk, ta’dzîm/pengaugngan para nabi dan hamba-hamba shaleh dll. Inilah letak inti masalahnya…. dan seperti berulang saya katakan dan saya buktikan bahwa semua praktik di atas bukanlah syirik!
Adapun vonis Ibnu Abdil Wahhab bahwa bergantung kepada kaum Shalihin, menyeru mereka adalah bagian dari syirik adalah vonis tidak berdasar! Selain itu ia memilih kata-kata yang semu untuk menjadi dasar vonis itu, yaitu kata: الإعتِماد dan تعلَّق yang secara bahasa berartikan bersandar dan bergantung.
Apakah semua bentuk kebersandaran dan kebergantungan kepada selain Allah SWT itu syirik? Walaupun palakunya meyakini kemutlakan kekuasaan Allah!
Di mana kita dapat menemukan kata tersebut dalam Al Qur’an dan dalam Sunnah dalam kaitannya dengan kaum Shalihin?!
Islam tidak pernah melarang apalagi menganggap syirik mengandalkan doa seorang Mukmin yang shaleh!
Setelah itu Syeikh menarik jawaban dari drama diskusi yang ia khayalkan sendiri entah dengan siapa? Ia berkata: “maka ia pasti mengakui bahwa barang siapa yang menyekutukan Allah dan menyembah orang-orang shaleh maka itu merupakan kesyirikan yang dimaksud di dalam al-Quran.” Demikianlah Imam besar wahhabiyah menjalankan diskusi…. ia memaksakan kesimpulan yang tidak pernah diakui pihak lawan, dan tidak pernah mampu juga ia buktikan sendiri kecuali dalam kerangka berpikirnya yang dangkal dan menyimpang kemuaian ia jatuhkan vonis sekehendak nafsunya atau kataakan: kesehendak kejahilan dan kedangkalannya!!
Semua orang pasti setuju dengan premis: “Barang siapa yang menyekutukan Allah dan menyembah orang-orang shaleh maka itu merupakan kesyirikan yang dimaksud di dalam al-Quran.” Akan tetapi, seperti berulang kali saya tekankan, inti persoalannya seprti dalam istilah ahli manthiq/logika, terletak pada kubrâ masalahnya.
Semua sepakat bahwa menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun adaalaah kemusyrikan!!
Akan tetapi apakah praktik itu atau ini termasuk kemusyrikan atau bukan? Ini yang perlu dibuktikan dan dipasytikan terlebih dahulu!!
Jangan mengukir sebelum selesai membuat gebyoknya!! Siapkan dan buat dulu gebyok itu barulah aku mulai mengukir!
Pepatah Arab berkata:
ثَبِتِ العرشَ ثُم انْقشْ!
Akan tetapi, sepertinya kita kaum Muslimin harus senantiasa dibuat repot oleh kaum ediot yang banyak berbicara tentang agama! Khususnya tentang masalah-masalah yang sangat sensitif dalam agama ini! Kita harus mengajari ABC logika berpikir sehat yang terarah dan jauh dari kejongkokan akal, kerancuan berpikir dan kerapian pengambilan kesimpulan!!
Akan tetapi inilah seni berda’wah… kita tidak selalu berhadapan dengan kaum cerdas!
Filed under: Akidah, Kasyfu asy Syubuhat, Kenaifan Kaum Wahhabi, Manhaj, Mengenal Pemimpin Wahabi |
kang abu, teruskan dakwahmu aq mendukungmu. trims