Latar Belakang Dokrtin Mazhab Takfiryah (1)

Latar Belakang Doktrin Mazhab Takfiriyah (1)

Melacak Akar Ekritmisme Interen!

Sejarah Islam pernah dicemari dengan sikap kaku dan sok paling Islami sendiri yang dilakonkan oleh sekelompok orang dungu, kaku, dangkal pemahaman agamanya dan berhati kaku bak batu. Kelompok ini kemudian dikenal dengan julukan Khawarij. Dan dalam banyak hadis yang diriwayatkan para muhaddis, konon Nabi saw. pernh menjuluki mereka dengan Kilâbun Nâr/anjing-anjing neraka!

 

Ciri paling menonjol kelompok ini -selain kegetolan dalam menjalankan ritual-ritual Islam walaupun dengan dasar kebodohan- adalah sikap ekstrim internal. Mereka bersikap keras, kaku tak kenal toleransi terhadap sesama kaum Muslim yang berbeda faham dengan mereka. Mereka tidak ragu-ragu menjatuhkan vonis kafir terhadap kelompok lain selain kelompok mereka.

Mulai Khalifah Ali ibn Abi Thalib –karramallahu wajhahu– hingga para pendukung setia beliau telah mereka kafirkan. Vonis itu mereka jatuhkan dengan satu alasan yang sangat naïf sekali, yaitu karena Khalifah Ali ra. Mau menerima tahkîm yang sebenarnya juga atas paksaan mereka setelah mereka tertipu dengan tawaran pihak pemberontak yang dipimpin oleh Mu’awiyah ibn Abi Sufyan dan ‘Amr ibn al ‘Âsh. Dengan alasan karena Khalifah Ali ra. telah memposisikan manusia sebagai hakim/pelerai masalah, maka Ali telah sebab hak sebagai hakim adalah hak Allah SWT.

Setelah itu mereka lebih bersikap aneh, ketika menvonis kafir dan halal darahnya orang yang tidak mengafirkan Khalifah Ali ra. dan semua kaum Muslim yang tidak sejalan dengan faham mereka!

Ringkas kata, pilar akidah mereka paling dasar adalah mengafirkan kelomok lain!

Mereka dapat disebut sebagai biang doktrin Jama’ah Takfiriyah yang berwawasan cupet dan mudah menvonis kafir siapapun yng berbeda faham atau pendapat dengannya.

Kecenderungan bersikap “ektrim internal” ini tidak berhenti di sini. Virus penyakit ini terus menjalar dan menjangkit banyak kalangan yang dangkal, kaku dan berpikiran “hitam putih”.

Kendati banyak sabda Nabi saw. yang mengecam sikap takfiîr sesama Muslim, sepertinya tidak mereka indahkan. Mereka terus saja bergelimang dalam lembah takfîr dan dengan seribu satu sikap justivikasi yang mau menang sendiri mereka terus maju tak gentar mengafirkan kaum Muslim.

Kelompok Hanâbilah[1] Pewaris Manhaj Takfîr!

Hampir seluruh kelompok dan aliran dalam Islam terjebak dalam jaring perangkap Takfîr, tidak terkecuali kelompok-kelompok yang ternaungi dalam payung Ahlusunnah pun, seperti Hanâbilah, Asy’ariyah dan lainnya.

Mereka saling melempar tuduhan takfîr dalam perselisihan mereka seputar masalah-masalah rincian akidah yang masih dibenarkan terjadi perbedaan pemahaman di dalamnya. Akan tetapi gentingnya permusuhan yang terjadi sa’at itu membuat mereka lupa akan prinsip-prinsip dasar Islam yang menyatukan mereka dan akhirnya berbgai tuduhan keji saling terlontar sampai batas pengafiran individu dan komunitas!

Buku-buku akidah yang kental dengan nuansa pertentangan dan permusuhan telah banyak ditulis dan dipublikasikan… diajarkan dan dijadikan kurikulum halaqah-halaqah dars dan diskusi kalangan santri dan penuntut ilmu-ilmu Islam bahkan di sebagian negeri-negeri Islam masih dijadikan buku paket andalan dalam pengajaran akidah Islammyah.

Para pembesar ulama Islam, seperti Imam Abu Hanifah sebagai obyek pengafiran dalam buku-buku bernuansa sektarian tersebut.

Seperti saya sebut bahwa kelompok Hanâbilah adalah yang paling gigih dan bersemangat dalam hal ini. Buku-buku akidah karya ulama kelompok ini hampir dipenuhi dengan hujatan dan tuduhan bid’ah dan bahkan pengafiran terhadap tokoh-tokoh kelompok lain. Namun demikian tidak berarti kelompok lain, Asy’ariyah misalnya, terbebas dari sikap kaku dan ekstrim.

Dalam kesempatan ini saya akan sebutkan beberapa contoh dari warisan intelektual “Salaf Shaleh” mereka:  

Abdullah (w.290H) putra Imam Ahmad ibn Hambal –rahimahullah– dalam kitab as Sunnah-nya yang ia tulis telah mencecer panjang lebar seribu satu kecaman yang konon didengar dari ayahnya; Imam Ahmad terhadap Imam Abu hanifah; Imam Besar Ahlusunnah Wal Jama’ah. Di antaranya Imam Abu Hanifah disebutnya sebagai:

Kafir…

Zindiq (kata lain dari kafir)…

Mati sebagai seorang Jahmi…

Ia meruntuhkan bangunan Islam batu demi batu…

Tidak dilahirkan di masa Islam bayi yang lebih sial dan menebar madhrat atas umat Islam dari Abu Hanifah…

Ia seorang nabthi bukan seorang Arab…

Para pecandu arak lebih mulia dari pengikut Abu Hanifah…

Para pengikut Abu Hanifah lebih berbahaya dari para perampok…

Para pengikut Abu Hanifah tidak berbeda dengan mereka yang memamerkan auratnya di dalam masjid…

Ia adalah Abu Jîfah bukan Abu Hanifah. Jîfah artinya bangkai…

Allah akan menelungkupkan Abu Hanifah ke dalam api neraka Jahannam…

Setiap Muslim akan diberi pahala besar akan kebenciannya terhadap Abu Hanifah dan para pengikutnya … dan tidak selayaknya bagi seorang Muslim tinggal di kota yang di dalamnya disebut-sebut dengan baik nama Abu Hanifah…

Mengangkat seorang ulama bermazhab Hanafi sebagai qadhi lebih berbahaya dari kemunculan Dajjal…

Abu Hanifajh adalah seorang Murjiah…

Andai dosa Abu hanifah dibagi rata kepada umat ini pasti akan memberatkan timbangan kejelekan mereka…

Umat Islam harus menjauhinya seperti menjahui orang yang terjangkit penyakit lepra….

Abu Hanifah telah meninggalkan agama Islam…

Sebagian fatwanya menyerupai fatwa kaum Yahudi…

Allah telah membelenggu kuburan Abu Hanifah dengan api neraka…

Para ulama bersujud syukur ketika mendengar berita kematian Abu Hanifah…

Kebanyakan ulama membolehkan melaknat Abu Hanifah…

Dan lain sebagianya dari berbagai kecaman yang tidak terbayangkan keji dan caci-maki kelewat batas.

Untuk lebih lanjut saya persilahkan Anda merujuk langsung kitab as Sunnah yang sangat diandalkan para penganut Wahhabi.

Ini salah satu contoh warisan “Salaf Shaleh” yang disakralkan kelompok ektrim, ghulât penganut Mazhab Hanbali.

Pola pikir seperti inilah yang melahirkan Aliran Garis Keras yang selalu memekikkan suara sumbang pembid’ahan dan membidikkan meriam-meriam pengkafiran kearah umat Islam sendiri, sementara itu bisa jadi mereka sendirilah kelompok yang paling terjebak dalam jaring bid’ah itu.

Kelompok inilah yang selalu menghadang dengan cercaan dan tuduhan-tuduhan keji terhadap setiap usaha sehat meluruskan peninggalan para pendahulu dan mengkritik kekeliruan-kekeliruan yang menggiring mereka kearah yang salah dalam memahami dan menilai Islam. Mereka yang mengatakan bahwa Imam Abu Hanifah adalah lebih berbahaya dari Dajjâl tidak heran apabila para pengikutnya akan mengecam kami yang sedang mengkritik kekeliruan pendahulunya dengan tuduhan yang jauh lebih keji dari tuduhan yang pernah dialamatklan kepada Abi Hanifah, dengan mengatakan bahwa kami adalah Ahli Bid’ah, pelanjut Misi Fir’aun dan Pengekor kaum Orientalisme Kafir! Dan lain sebagianya.

Dari kutipan di atas, sebenarnya kita dapat mengambil pelajaran bahwa berkuasanya emosi atas ilmu pengetahuan dan raibnya sikap obyektif dan berhati-hati di kalangan para pendahulu kita (yang sementara ini kita kagumi dan kita kecam siapapun yang menyalahinya)!!

Sebenranya kitab-kitab seperti itu dapat dijadikan bahan pelajaran untuk mengukur kesadaran, kejujuran dan pemahaman mereka terhadap hujjah-hujjah lawan-lawan mereka!

Sebenarnya mereka telah menzalimi Abu Hanifah ketika mereka mengumbar berbagai tuduhan dan kecaman, dan ini bias menjadi barometer kezaliman mereka dalam menyikapi tokoh-tokoh lain atau kelompok-kelompok lain dalam Islam seperti Mu’tazilah, Syi’ah, dan  Asya’irah, kaum Shufiyah dan lainnya! Sebab apabila kita menerima bahwa kecaman membabi buta dan pengkafiran semena-mena atas Abu Hanifah itu salah dan atas dorongan nafsu, lalu apakah yang mencegah kita meyakini bahwa sikap berlebihan dalam memusuhi, megecam dan menghujat kelompok lain itu juga salah dan atas dorongan nafsu pula?!

Orang berakal adalah yang pandai mengambil pelajaran dari apa yang terjadi, sehingga tidak gegabah dalam mengkafirkan orang/kelompok lain sebelum mengenal dan memahami dengan baik hujjah-hujjah mereka dan tidak adanya pencegah untuk dijatuhkannya vonis tersebut, serta memahami syubhat dan uzur mereka dari keterangan mereka sendiri bukan melalui penukilan musuh-musuh mereka, seperti yang sering terjdi. Sebab seperti dalam kasus di atas, sebagian yang dituduhkan oleh Abdullah putra Imam Ahmad tidak pernah diterima dan diakui keberadaannya di Mazhab mereka. Mereka menolak tuduhan bahwa Imam mereka; Abu Hanifah berpendapat atau meyakininya, seperti tuduhan bahwa mazhab Abu Hanifah adalah menolak hadis-hadis Nabi saw.

Itu artinya, sebenarya, mazhab Hanbali, yang sekarang diandalkan para penganut Wahhabiyah terdapat cela dan cacat metodis dalam penukilan. Mereka menelan mentah-mentah berbagai riwayat yang mencoreng nama baik lawan-lawan mereka, sementara mereka tidak mau tau hujjah-hujjah lawan-lawan mereka! Betapa sering mereka mengkafirkan orang/kelompok lain dengan hujjah/syubhat yang tidak benar kita jadikan alasan pengafiran!

Kaum Hanâbilah, tentunya kelompok ektrim mereka, mayoritas kelompok Islam lainnya, seperti Mu’tazilah, Asya’irah, Syi’ah, Qadariyah, Murjiah, Jahmiyah dan lainnya.


[1] Mazhab Hanbali memiliki dua sayap, pertama mazhab fikih (yaitu sekumpulan fatwa-fatwa Imam Ahmad dalam bidang fikih yang dirangkum oleh para murid dan pengikutnya) dan kedua, mazhab kalam/teologi.

Sayap kedua Mazhab Hanbali diwakili oleh ahli hadis, yang melestarikan pandangan-pandangan Imam Ahmad, sebelum kemunculan Imam Abu al- hasan al Asy’ari dengan konsep pembaharuannya yang merevisi beberapa pandangan Imam Ahmad dan atau memberikan sentuhan akliyah pada pandangan-pandangannya, yang kemudian secara berlahan kehadiran pemikiran Asy’ari menggeser  dominasi Mazhab Hanbali.

Perseteruan dan bahkan permusauhan antara para pengikut Mazhab Hanbali (yang mengklain sebagai pengikut Manhaj Salaf) dengan Asy’ari dan pengikutnya yang merupakan pendatang baru tak terelakkan, dan tidak jarang pertumpahan darah pun harus menjadi kata akhir penyelesaian!

Kini kelompok Hanâbilah ini diwakili oleh kaum Wahhabi. Wahhabi adalah pewaris tunggal Mazhab Kalam Hambali dengan berbagai sikap ektrim, kaku dan kedangkalan pemahaman keagamaan.

5 Tanggapan

  1. Yah kalau kitab-kitab seperti itu dikonsumsi para santri Wahabi saya ya yakin kalau mereka akan menjadi pelopor Jama’ah Takfir…. pasti itu!
    Mereka yang gemar mengkafirkan sesama muslim pasti telah keracunan buku-buku seperti itu, jadi harus jujur, jangan mencari kambing hitam dengan mengatakan bahwa yang beraliran garis keras itu adalah Ikhwanul Muslimin; Al Banna, Sayid Quthb dkk. atau anu bin anu.

    Dari sini Barak Jama’ah Takfir didirikan dan ulama Wahhabilah yang harus bertanggung jawab atas menggeliatnya pemuda-pemuda yang terjatuh dalam lembah takfir! Ya ulama Wahabi yang harus bertanggung jawab sebab, memang mereka yang antusias menyebar luaskan buku-buku dan ajaran seperti itu.

    Sejak saya hidup di Arab Saudi dengan ORTU saya, saya menyaksikan mulai di SD hingga Perguruan tinggi yang diajarkan ya buku-buku yang rawan melahirkan piukiran-pikiran ganas dan kaku; mudah membid’ahkan dan mengkafirkan kelompok lain.
    Semua disalahkan. semua dihujat. semua dianggap sesat…. yang benar hanya Muh. bin Abdilwahhab dan jama’ahnya saja.

    • Warga BSD Tangerang Geruduk Masjid yang Sebarkan Ajaran EkstrimWritten By : Gun Gun Gunawan | 31 July 2013 | 15:28KBR68H,Jakarta – Puluhan warga RW06 Bumi Serpong Damai City (BSD City) Tangerang menggeruduk masjid Darul Islah karena pengurus masjid tersebut dinilai menyebarkan ajaran ekstrim. Salah seorang pengurus DKM Darul Islah Ridwan mengatakan, 50 lebih warga yang setengahnya ibu-ibu mendatangi mesjid sekitar pukul 06.00 WIB sambil berteriak-teriak. Ridwan mengaku terintimidasi oleh aksi warga tersebut.http://www.portalkbr.com/nusantara/jawabali/2871794_5538.html

  2. Pas sudah, bak pinag dibelah dua, antara wahabi dan khawarij, sama-sama gemar menghukum kafir kelompok lain.
    pasti ide sesat wahhabi ini diambilnya dari khawarij jadi khawarij adalah salafnya wahhabi.

  3. Semoga ahli bid’ah diindonesia segera bertobat kepada ALLAH.

  4. ahli bid’ah ya wahabi.
    wahabi ya ahli bid’ah
    maling tdriak maling

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s