Ibnu Abdil Wahhâb: Selain Wahhâbiyah Kafir/Musyrik! (2)

Ibnu Abdil Wahhâb: Selain Wahhâbiyah Kafir/Musyrik! (2)

Tuduhan dan vonis pemusyrikan sepertinya bukan hal yang harus dianggap berat dan berbahaya oleh Ibnu Abdil Wahhâb… bahkan menurutnya ia adalah vonis yang sangat layak dan tepat untuk dialamatkan kepada siapa saja yang tidak sejalan dengan ajakannya, apalagi menentang dan membongkar kesahan dan kepalsuannya, tidak terkecuali para ulama yang tadinya bernaung di bawah satu mazhab dengannya, yaitu mazhab Hanbali.

Inilah kenyataan yang mesti dimengerti oleh semua umat Islam, khususnya para pengikutnya yang bisa jadi belum mengetahui hakikat ini.

Contoh Kedua:

Para Ulama Mazhab Hanbali Dan Selainnya Di Masa Syeikh Adalah Musyrikûn!

Dalam banyak kali, para juru da’wah dan Misionaris Wahhâbiyah mengelak tuduhan pengafiran dari pimpinan mereka dengan mengatakan bahwa beliau tidak pernah melakukan vonis pengafiran mu’ayyan, dengan menunjuk person/individu. Akan tetapi pembelaan itu menjadi sia-sia, dan hanya pembelaan tak berarti ketika tidak sedikit vonis pengafiran person itu ia jatuhkan kepada para ulama yang berselisih pendapat dengannya.

Di antara contoh vonis pengafiran person itu, adalah apa yang ia jatuhkan atas Syeikh Sulaiman ibn Sahîm al Hanbali dan tidak ketinggalan juga ayahnya. Bahkan lebih dari itu, ia menuduhnya dengan penuh kepalsuan bahwa keduanya telah bersungguh-sunguh dalam memerangi agama.

Dalam surat yang ia layangkan kepada Syeikh Sulaiman ibn Sahîm al Hanbali ia menuliskan:

 نَذْكُرُ لَكَ أَنَّكَ أنتَ و أبوكَ مُصَرِّحونَ بالكُفْرِ و الشرْكِ و النفاقِ! … أنتَ و أبوكَ مُجْتَهِدانِ في عداوَةِ هذا الدينِ ليلاً و نهارًا… أنَّكَ رَجُلٌ مُعانِدٌ ضالٌّ على عِلْمٍ، مُخْتارٌ الكفْرَ على الإسْلاَمِ!… و هذا كتابُكُمْ فيهِ كُفْرُكُمْ

“Kami mengingatkan untukmu, bahwa engkau dan ayahmu telah terang-terangan menampakkan kekafiran, kemusyrikan dan kemunafikan!… Engkau dan ayahmu bersungguh-sungguh siang dan malam dalam memarangi agama ini… Engkau adalah orang yang menentang kebenaran, tersesat padahal mengetahui kebenaran dan memilik kekafiran atas Islam dengan tanpa keterpaksaan. Inilah surat-surat kamu di dalamnya termuat kekafiran kalian. (Ad Durar as Saniyyah,10/31)

Dalam kesempatan lain, Syaikh Ibnu Abdil Wahhâb mengatakan:

فَأَمَّا إبْنُ عبدِ اللطيفِ و ابنُ عفالِق و ابنُ مُطْلِق فَسَبَّابَةٌ للتوحيدِ!… و ابنُ فيروز هو أقْرَبُهُمْ إلى الإسْلامِ!

“Adapun Ibnu Abdil Lathîf, Ibnu ‘Afâliq dan Ibnu Muthliq, mereka semua adalah para pencaci-maki ajaran Tauhid… sedangkan Ibnu Fairûz lebih dekat kepada Islam di banding mereka.” (Ad Durar as Saniyyah,10/78)

Di sini perlu saya informasikan bahwa Ibnu Fairûz ini adalah seorang alim bermazhab Hanbali, bertaqlid kepada Ibnu Taimiyah dan Ibnu Qayyim, seperti diakui oleh Syeikh Ibnu Abdil Wahhâb sendiri. Namun demikian, ia tidak selamat dari kecaman dan bidikan panah beracum pengafirannya. Dan apabila seorang yang bermazhab Hanbali dan bertaqlid kepada Ibnu Taimiyah dan Ibnu Qayyim -yang tentunya banyak memiliki kesamaan dengan Ibnu Abdil Wahhâb, sebab sama-sama bermazhab Hanbali dan terkagum-kagum dengan Ibnu Taimiyah dan Ibnu Qayyim– juga masih tidak selamat dari pengafirannya, apa bayangan kita terhadap para ulama mazhab lain? Apa bayangan kita dengan kaum Muslimin dari mazhab lain?

Ya, apabila Ibnu Fairûz ini belum diakui masuk Islam, ia hanya lebih dekat kepada Islam ketimbang tiga ulama lainnya, maka apa bayangan kita tentang saya dan Anda?! Mungkin akan divonis berada di dalam kubangan kamusyrikan dan kekafiran!

Bahkan ditempat lain, Syeikh Ibnu Abdil Wahhâb menagaskan bahwa Ibnu Fairûz ini telah:

كافِرٌ كُفْرًا أكبَرَ مُخْرِجًا عَنِ الملَّّةِ.

“Kafir dengan kekafiran akbar yang mengeluarkannya dari agama Islam.” (Ad Durar as Saniyyah,10/63)

Sekali lagi, apabila vonis pengafiran telah ia jatuhkan atas seorang pengagum pemikiran dan akidah Ibnu Taimiyah dan Ibnu Qayyim, lalu apa bayangan kita tentang sikap dan vonis yang akan ia jatuhkan ke atas para fakih bermazhab Malikiyah, Hanafiyah, Syafi’yah, Ibadhiyah, Ja’fariyah? Ke atas kaum Shufi dan seluruh umat Rasulullah saw. yang tidak menerima ajakan Wahhâbiyah?

Innâ Lillahi wa Innâ Ilaihi Râji’ûn.

5 Tanggapan

  1. Assalamu’alaikum,
    Sehat selalu Pak Abu Salafy…amin3x…..iiiihhh malunya wahabi makin di peloroti……awas….wahabi bisa2 ntar ganti baju baru jadi TAI..ABI….hehehehe

  2. KALAU SEMUA ULAMA HANBALI AJA KAFIR/MUSYRIK PADAHAL KAN SATU MAZHAB DENGAN SI BEN WAHAB ITU , LA KIRA-KIRA ULAMA MADZHAB LAIN DIBERI STATUS APA YA?
    KALAU MEREKA SEMUA DIKAFIRKAN TRUS MEMANGNYA SI BEN WAHAB AJA YANG ISLAM?! YANG NGERTI TAUHID! YANG PALING MEWAKILI NABI MUHAMMAD!
    APA DIA ITU KHAYAL BAHWA DIMASA DIA HIDUP ULAMA- ITU SUDAH JADI BODOH SEMUA… TIDAK MENGERTI MAKNA KALIMAT SYAHADAT, YANG NGERTI SI BEN WAHAB SAJA.

  3. asww. temen2 mohon
    1. tahan diri unruk tidak memakai kata2 kasar, dan sikap2 tidak ilmiah dalam menghadapi salafy wahaby.
    2. sebarkan pada kalangan intelektual untuk sgera memikirkan masalah “salafy wahaby ” ini, untuk mengkaji secara jelas apakah mereka benar atau salah. Dan kalau benar salafy wahaby salah, sikap bagaimana yang tepat: sehingga tidak merugikan kaum muslimin.

  4. Ini merupakan tuduhan dusta terhadap Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab, karena beliau pernah mengatakan: “Kalau kami tidak (berani) mengkafirkan orang yang beribadah kepada berhala yang ada di kubah (kuburan/ makam) Abdul Qadir Jaelani dan yang ada di kuburan Ahmad Al-Badawi dan sejenisnya, dikarenakan kejahilan mereka dan tidak adanya orang yang mengingatkannya. Bagaimana mungkin kami berani mengkafirkan orang yang tidak melakukan kesyirikan atau seorang muslim yang tidak berhijrah ke tempat kami…?! Maha suci Engkau ya Allah, sungguh ini merupakan kedustaan yang besar.” (Muhammad bin Abdul Wahhab Mushlihun Mazhlumun Wa Muftara ‘Alaihi, hal. 203)

    ______________________________
    Abu Salafy:

    Salam mas abu fatih… mas, memang salah satu sikap licin Ibnu Abdil Wahhab adalah apa yang saudara sebutkan, di mana ia mengelak kalau telah memvonis kafir/musyrik kaum Msulimin selain kelompoknya, sementara itu di tempat lain dengan jelas dan gamblang ia mengafirkan mereka! Jadi ini adalah salah satu butki juga bahwa Ibnu Abdil Wahhab itu sering membuat manuver da’wah dan pernyataan yang bersifat politis untuk menepis kecaman ulama Islam atas sikap takfir ekstrimnya.

    Mas abu, coba saudara perhatikan dengan cermat, bagaimana Ibnu Abdil Wahhab dalam upayanya mengelak tuduhan mengafirkan umat Islam Ahlusunnah yang menziarahi makan waliyullah Abdur Qadir al Jailani dan Ahmad Badawi pun ia masih tidak bisa menyembunyikan DOKTRIN TAKFIRIYAH-nya. Coba perhatian mas, pernyataannya yang saudara kutip sendiri:

    “Kalau kami tidak (berani) mengkafirkan orang yang beribadah kepada berhala yang ada di kubah (kuburan/ makam) Abdul Qadir Jaelani dan yang ada di kuburan Ahmad Al-Badawi dan sejenisnya,….

    Pertanyaannya ialah siapakah di antara kaum Muslimin Ahlusunnah, para pecinta para wali itu yang menyembah berhala yang ada di makan Syeikh Abdul Qadir al Jailani dan Ahmad al Badawi? Apa berhala yang ia maksud itu? Sungguh aneh dan alangkah gegabahnya Ibnu Abdil Wahhab dalam sikap dan pernyataan itu. Ia hendak menpis tuduhan takfir dari dirinya sementara ia menebar doktri takfir itu sendiri.

    Dan untuk lebih lanjut kami persilahkan saudara dan rekan-rekan saudara untuk merenungkan artikel-artilek kami di blog ini tentang doktrin takfirnya.

    Wassalam.

  5. Wah…
    Blog-mu kok ada gambar-gambar kewan kang ???

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s