Muasal Aliansi Wahabi-Sa`udi
Imperium Usmaniyah & Jazirah Arabia
Oleh: Syamsurizal Panggabean
Secara nominal, sebagian besar wilayah yang sekarang dikenal sebagai Kerajaan Sa`udi Arabia (KSA) adalah bagian dari Imperium Usmaniah atau Khilafah Usmaniah (KU). KU menjadi penguasa di wilayah tersebut setelah Dinasti Mamluk melemah pada awal abad XVI. Raja Mamluk terakhir menyerahkan kunci Mekkah kepada Sultan Salim I dari KU pada 1517. Ini menandai kekuasaan Sultan Usmaniyah di wilayah Hijaz. Kemudian, pada 1534 KU menguasai Baghdad dan lembah Eufrat sampai daerah Timur Jazirah Arabia. Pemberontakan Banu Khalid pada 1670 berhasil mengusir KU dan baru dua abad kemudian KU kembali mengguasai wilayah Timur Arabia.
Akan tetapi, wilayah pedalaman Jazirah Arabia, yang dikenal dengan Najd, tidak pernah dikuasai KU. Najd tetap dikuasai Amir-amir setempat. Begitu pula, konfederasi suku-suku yang ada di Najd tetap memiliki otonomi dan kemerdekaan dari penguasa-penguasa luar, apakah itu KU, penguasa Hijaz (Syarif), maupun Banu Khalid di wilayah Timur Jazirah Arabia. Najd sendiri tidak begitu menarik bagi penguasa-penguasa dari luar ini. Selain karena daerahnya hanya menghasilkan sedikit surplus korma dan ternak, perdagangan juga tidak makmur.
Dir`iyyah dan `Uyaynah, Najd
Salah satu pemukiman di Najd adalah Dir`iyyah. Ini pemukiman kecil – paling-paling 70 keluarga yang terdiri dari petani, pedagang, pekerja, tokoh agama, dan budak. Sejak tahun 1727, Dir`iyyah diperintah oleh Muhammad ibn Sa`ud (wafat 1765) dari klan Al-Sa`ud. Klan ini menguasai oase, ladang pertanian, dan sumur-sumur di Dir`iyyah. Selain itu, klan al-Sa`ud juga berhasil mempertahankan pemukiman dari serangan amir-amir oase atau konfederasi suku-suku lain. Karenanya, penduduk membayar upeti kepada klan al-Sa`ud.
Kendati demikian, klan al-Sa`ud bukanlah klan yang kuat dan kaya. Malahan, menurut Madawi al-Rasheed, penulis A History of Sa`udi Arabia, klan Sa`ud tidak memiliki asal-usul kesukuan yang jelas. Salah satu teori mengatakan klan al-Sa`ud hanyalah pendiri pemukiman Dir`iyyah yang tidak memiliki ikatan yang kuat dengan konfederasi suku-suku setempat. Selain itu, surplus kekayaan mereka – dari memungut pajak dan upeti maupun dari perdagangan – tidak seberapa besar. Akibatnya, kemampuan mereka untuk menguasai jalur kafilah perdagangan maupun pemukiman-pemukiman lain terbatas.
Nasib mereka berubah setelah mereka bergabung dengan Wahabiyah. Pendiri gerakan ini, Muhammad ibn Abd al-Wahhab berasal dari Banu Tamim, salah satu suku di Najd, yang menetap di `Uyaynah. Ia berasal dari keluarga ulama, tetapi tidak kaya. Salah satu riwayat menyebutkan ia mempunyai tiga istri, sebidang kebun korma, dan sepuluh atau dua puluh lembu. Ia pernah pergi ke Madinah, Basrah dan Hasa (di Timur Jazirah Arabia, tempat Banu Khalid). Sepulang dari sekolah, ia kembali ke `Uyaynah.
Amir `Uyaynah, Usman ibn Mu`ammar, pada mulanya memberi ruang gerak bagi al- Muhammad ibn Abd al-Wahhab dan ajaran barunya. Akan tetapi, tidak lama kemudian, Muhammad ibn Abd al-Wahhab menimbulkan keributan. Ia menghukum orang yang tidak mau shalat jamaah, ikut merajam seorang perempuan yang selingkuh, dan banyak ulama menentang aliran baru tersebut dan kuatir ajarannya meluas. Amir `Uyaynah tidak senang, begitu pula Banu Khalid yang berkuasa di Hasa, dan banyak amir lain di Najd. Mereka meminta Amir `Uyaynah supaya membunuh Muhammad ibn Abd al-Wahhab. Akan tetapi, karena takut terjadi kerusuhan, Amir hanya meminta Muhammad ibn Abd al-Wahhab dan keluarganya supaya pergi. Muhammad ibn Abd al-Wahhab pergi ke Dir`iyyah, kurang lebih 60 km dari `Uyaynah.
Aliansi al-Wahhab-al-Sa`ud
Muhammad ibn Sa`ud menerima Muhammad ibn Abd al-Wahhab dan memberinya perlindungan dari musuh-musuhnya.
Muhammad ibn Sa`ud menyambut Muhammad ibn Abd al-Wahhab dan mengatakan, ‘Oasis ini adalah milikmu, jangan takut pada musuh-musuhmu. Demi Allah, walaupun seluruh Najd berkumpul untuk mengusirmu, kami tidak akan setuju.’ Muhammad ibn Abd al-Wahhab membalas, ’Kamu adalah penguasa di pemukiman ini dan orang yang bijaksana. Saya minta engkau bersumpah bahwa engkau akan melaksanakan jihad terhadap orang-orang kafir. Sebagai gantinya, engkau akan menjadi imam, pemimpin masyarakat Muslim, dan aku akan menjadi pemimpin di bidang agama.’ (Al-Rasheed, 2002: 17).
Pada tahun 1744, kemitraan al-Wahhab dengan Muhammad ibn Sa`ud dimulai lewat upacara sumpah yang menetapkan Ibn Sa`ud sebagai amir (pemimpin sekular) dan al-Wahhab menjadi imam – dan kemudian berubah menjadi Syeikh al-Imam. Putra tertua Muhammad ibn Sa`ud, Abd al-Aziz ibn Sa`ud dinikahkan dengan putri al-Wahhab. Muhammad ibn Abd al-Wahhab mulai menyebarkan ajarannya di masyarakat Dir`iyyah dan yang malas mengikuti pengajiannya disuruh membayar denda atau mencukur jenggot. Dinasti Sa`ud-Wahhabi pun terbentuk, demikian pula dinasti yang nanti menjadi penguasa Sa`udi Arabia (Allen, 2006: 52).
Al-Rasheed menyebutkan beberapa faktor di balik keberhasilan Muhammad ibn Abd al-Wahhab mendapatkan kepercayaan dari klan Al-Sa`ud. Ajaran baru tersebut dapat menjadi sumber legitimasi bagi penguasa Dir`iyyah. Selain itu, Muhammad ibn Abd al-Wahhab menjanjikan mereka kekayaan lewat zakat yang diperoleh seiring dengan perluasan pengaruh Wahabiyah. Akhirnya, persaingan amir `Uyaynah dan Dir`iyyah juga memainkan peran. Pemukiman Dir`iyyah yang kecil dan tidak berpengaruh ingin menyaingi `Uyaynah yang ketika itu lebih penting di bidang ekonomi dan politik.
Gerakan Wahabiyah dan dinasti Sa`ud sejak kemunculannya berusaha menundukkan suku-suku di jazirah Arab di bawah bendara Wahabi/Sa`udi. Menyamun, menyerang, dan menjarah suku tetangga adalah praktik yang luas dilakukan suku-suku Badui di Jazirah Arab sepanjang sejarahnya. Pada tahun 1746 Imam al-Wahhab mengeluarkan proklamasi jihad terhadap siapa saja yang menentang al-Da`wa lil-Tauhid. Gazwah mulai dilangsungkan ke daerah suku-suku yang sekarang dinyatakan kafir – biasanya dengan menyerang yang lebih lemah terlebih dahulu dan mengadakan kesepakatan nonagresi dengan suku yang kuat (Allen, 2006: 54-55).
Kelompok-kelompok suku di Najd yang bergabung dengan sekte Wahabi tidak hanya berjihad menyebarkan paham Wahabiyah. Melalui jihad, mereka juga memperoleh pendapatan dan pampasan perang dari penaklukan, penjarahan, dan pembunuhan yang mereka lakukan. Sebanyak seperlima dari perolehan tersebut diberikan kepada amir dan sisanya dibagi oleh suku-suku yang ikut berjihad. Kaum ulama mendapatkan zakat sebagaimana biasa. Jadi, semua mendapat bagian (Allen, 2006: 55).
Pada tahun 1765, Muhammad ibn Sa`ud dibunuh ketika sembahyang. Ia digantikan putranya, Abd al-Aziz ibn Sa`ud. Abd al-Aziz melanjutkan, dan dalam banyak hal, meningkatkan peperangan dan penyergapan yang dimulai ayahnya, dengan bantuan mertuanya, Muhammad ibn Abd al-Wahhab. Mertua dan menantu ini memperkenalkan senjata api kepada para pengikut mereka, dan mengajari mereka bagaimana menggunakannya sebagai pengganti tombak dan pedang. Ia juga membentuk pasukan elit dengan persenjataan yang lebih memadai. Merekalah yang menjadi tulang punggung ghazwah yang dilancarkan ke berbagai kawasan di Jazirah Arab.
Tentu saja, ghazwah bukan hanya urusan militer. Muhammad ibn Abd al-Wahhab membekali setiap mujahidnya dengan firman atau printah tertulis yang ditujukan kepada penjaga pintu surga, yang memintanya supaya langsung memperkanankan pemegang firman supaya langsung masuk surga sebagai syahid. Kultus syahadah yang banyak dikenal di kalangan Syiah diadopsi juga oleh kalangan Wahabi dan menjadi salah satu daya gerak di balik ghazwah. “Dan dengan demikian mujahid Amir Abd al-Aziz ibn Sa`ud berada dalam situasi menang-menang: jika mereka menang di dalam perang, mereka mendapatkan keuntungan harta benda; jika mereka binasa, mereka langsung masuk surga” (Allen, 2006, 59).
Setiap suku yang belum masuk Wahabi diberi dua tawaran jelas: masuk Wahabi atau diperangi sebagai orang-orang musyrik dan kafir. Yang setuju harus mengucapkan bay`ah ketundukan dan menunjukkan loyalitas dengan bersedia ikut berjihad dan membayar zakat. Yang menentang akan diperangi dan dijarah. Tidak banyak yang bisa bertahan menghadapi kekuatan dan kebrutalan Amir Abd al-Aziz.. Pada 1773, tidak ada lagi lawan berarti di Najd dan kota Riyadh sudah menyerah. Hingga ia wafat pada 1806, Abd al-Aziz ibn Sa`ud menebar teror ke banyak wilayah Jazirah Arab sampai ke Oman dan Yaman di Selatan dan sampai ke Baghdad dan Damaskus di Utara.
Serangan ke Karbala, Mekkah, dan Madinah
Pada tahun 1802, putra tertua Abd al-Aziz yang bernama Sa`ud ibn Sa`ud menyerang Karbala – tempat paling suci umat Syiah. Mereka menjarah makam Imam Husein cucu Nabi dan putra Ali bin Abi Talib, membantai siapa saja yang merintangi jalan mereka. Mereka banyak mendapatkan pampasan perang – seperlimanya menjadi bagian Sa`ud, sisanya bagi pasukan dengan ketentuan pasukan berkuda mendapat dua kali bagian pasukan yang berjalan kaki. Kurang lebih lima ribu penduduk Karbala dibunuh, sehingga kabarnya sampai ke wilayah-wilayah lain di Turki, Persia, dan daerah Arab lainnya. Pemerintah Kekhalifahan Turki, Khalifah Mahmud II, kemudian dikecam karena gagal menjaga Makam Imam Husein (Allen, 2006: 63).
Pada tahun 1803-1804, pasukan Wahabi juga menyerbu Mekkah dan Medinah. Mereka membunuh syekh dan orang awam yang tidak bersedia masuk Wahabi. Perhiasan dan perabotan yang mahal dan indah – yang disumbangkan oleh banyak raja dan pangeran dari seluruh dunia Islam untuk memperindah banyak makam wali di seputar Mekkah dan Madinah, makam Nabi, dan Masjidil Haram – dicuri dan dibagi-bagi. Pada 1804, Mekkah jatuh ke tangah Wahabi. Dunia Islam guncang, lebih-lebih karena mendengar kabar bahwa makam nabi telah dinodai dan dijarah, rute jamaah haji ditutup, dan segala bentuk peribadatan yang tidak sejalan dengan praktik Wahabi dilarang (Allen, 2006: 64).
Abd al-Aziz, yang setelah kematian Muhammad ibn Abd al-Wahhab memegang dua gelar amir dan imam sekaligus, wafat pada 1806. Ia dibunuh ketika sedang sembahyang di masjid Dir`iyyah. Pembunuhnya adalah pengikut Syiah dari Karbala yang memburunya dalam rangka membalas dendam terhadap perbuatan pasukan Wahabi di Karbala. Ia digantikan oleh putranya, Sa`ud ibn Sa`ud yang berkuasa sampai 1814, yang digantikan putranya bernama Abdullah ibn Sa`ud.
Reaksi Konstantinopel
Dominasi Wahabi di tanah suci juga menjadi tantangan langsung terhadap otoritas Khalifah di Turki. Beberapa kali serangan dilancarkan oleh Khalifah dari Baghdad tetapi gagal. Muhammad Ali Pasya, wazir atau wakil Khalifah di Mesir, diserahi tanggungjawab mengambil alih Hijaz dan tanah suci dan mengembalikannya kepada Khalifah sebagai khadimul haramayn. Setelah gagal di tahun 1811, pada 1812 pasukan kekhalifahan Usmani dari Mesir tersebut berhasil menduduki Madinah. Pada tahun 1815, kembali pasukan dari Mesir menyerbu Riyadh, Mekkah, dan Jeddah. Kali ini pasukan Wahhabi kucar-kacir.
Ibrahim Pasya, putra sang penguasa Mesir, datang dengan kekuatan sekitar 8000 pasukan kavaleri dan infantri dari Mesir, Albania, dan Turki. Ibrahim menawarkan enam keping perak untuk setiap kepala pengikut Wahabi yang berhasil dibunuh. Di akhir pertempuran, lapangan di depan markasnya berdiri piramida kepala pengikut Wahhabi. Pada 1818, pertahanan terakhir Wahabi yang dipimpin Abdullah ibn Sa`ud di Dir`iyyah diserbu dan setelah beberapa bulan dikepung, mereka menyerah.
Ibrahim Pasya mengumpulkan semua ulama Wahabi yang bisa didapat, kira-kira lima ratusan ulama, dan menggiring mereka ke masjid besar. Di sana, selama tiga hari, ia memimpin debat keagamaan dalam rangka meyakinkan ulama Wahabi bahwa ajaran mereka sesat. Di akhir hari keempat, kesabarannya habis dan ia memerintahkan pengawalnya supaya membunuh mereka sehingga masjid Dir`iyyah, dalam kata-kata pengelana William Palgrave, ‘menjadi kuburan berdarah teologi Wahabi.’
Abdullah ibn Sa`ud sendiri beserta beberapa anggota keluarganya ditawan dan dibawa ke Kairo dan kemudian ke Konstantinopel. Di ibukota Khilafah Usmani itu dia dipermalukan, diarak keliling kota di tengah cemoohan penonton selama tiga hari. Kemudian kepalanya dipenggal dan tubuhnya dipertontonkan kepada kerumunan yang marah. Sisa-sisa keluarga Sa`udi-Wahabi menjadi tawanan di Kairo.
Kehancuran Wahabi disambut gembira di banyak negeri Muslim. Seorang ulama mazhab Hanafi bernama Muhammad Amin ibn Abidin yang hidup di awal abad XIX mengatakan, “Ia mengaku pengikut mazhab Hanbali, tapi dalam pemikirannya hanya dia saja yang Muslim dan semua orang lain adalah musyrik. Ia mengatakan bahwa membunuh Ahlussunnah adalah halal, sampai akhirnya Allah menghancurkannya pada tahun 1233 Hijriah (1818) melalaui pasukan Muslim.” (Allen, 2006: 68).
Demikianlah, fase pertama aliansi Wahabi-Saudi, yang juga dikenal dengan Negara Saudi I, berhenti secara brutal, sekejam serbuan dan penaklukan yang mereka lakukan sejak aliansi terbentuk.***
Sumber: paramadina.wordpress
Filed under: Dinasti al-Saud, Sejarah Wahabi-Salafy |
**********************************
“Dan janganlah kamu mengatakan apa yang kamu tidak memiliki ilmu padanya, sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati semuanya akan diminta pertanggungan jawaban.” (QS. Al Isra: 36)
**********************************
Sudahkah anda membuka kembali sejarah Rasulullah SAW, disaat-saat awal “Dakwah Islam” beliau di tengah2 kaum KAFIR. Bagaimana penilaian mereka2 terhadap Rasulullah, mereka sepakat bawah Muhammad membawa ajaran baru ditengah2 mereka serta ajaran baru tersebut harus dihentikan, ya mereka mulai melakukan makar terhadap Rasulullah.. sampai2 ingin membunuh beliau. Alhamdulillah, walaupun awalnya hanya seorang diri Muhammad SAW berdakwah, dengan pertolongan Allah SWT pengikut ajaran baru (menurut kafir) tersebut terus bertambah dan bertambah.
ada PR neh, tolong telusuri hingga tahun 1744 Agama Islam yang masuk ke Indonesia itu asalnya dari mana sih?
Contohnya gini :
Pada tahun 1744 Islam telah dikenal di Cina (umpamanya ya) dan dari Cina trus menyebar ke Malaysia tahun 1844, kemudian Islam masuk ke Indonesia.
Intinya agama Islam yang masuk ke Indonesia, pada saat tahun 1744 sudah dikenal ramain di daerah mana??? dan siapa2 Ulama yang menyebarkan Islam saat itu (1744) ???
Abdulloh25@gmail.com
———————
Mas Abdul,
Kalao ngasih komentar yg nyambung – gitu lho…
Memang yang menjadi masalah, ada satu golongan yang suka mensesatkan golongan lain, jika anda tahu yang dianggap sesat bukan hanya tabligh tapi dibawah ini Listnya :
-PKS (Ikhwanul Muslimin)
-HT ( Hiztbut Tahrir)
– Semua orang Islam yang menganut 4 mahzab ( Syafii, hambali, hanafi & maliki)
-NU, Muhamadiyah
-dll
Siapa Dalangnya, ialah yang mengaku (WAHABI BERKEDOK) SALAFI /As-Sunnah
( Salah Fikir ) SELAIN mereka dikatakan SEMUANYA SESAT….!!!!!
Siapa yang sesat kalau begitu………………????????????
Alhamdulillah Ustdz.Jafar Umar T, sudah keluar dari bayang2 yahudi, Kerajaan Saudi,
Setan USA.
WAHAI WAHABI/SALAFY kenapa kalian mengkafirkan umat islam selain kalian, mengapa tidak
mencela SETAN AMERIKA……
Saya Kasihan sama, Para Salafy Indonesia yang bodoh2 dimanfaatkan agen2 yahudi
MENGHALALKAN DARAH SESAMA MUSLIM SATU TANAH AIR INDONESIA LAGI……..
semakin mengikuti ehhh kok malah bingung ane kadang di sebut wahhaby indonesia,, memang ada ya,,? kalau ada, masuk di ormas mana ,,? tolong kasih tau,, ini adu argumen kok kami nggak tau mana yg NU dan mana yang wahhaby,
ane awam sekali, bahkan baru sekarang mampir di blogg ini,,
terima kasih,, mas admin, jazakumullohu ahsanal jazak
______________
-Abu Salafy-
Pertama-tama blog ini bukan milik PB NU atau pihak NU manapun. Ini blog Ahlusunnah yang peduli akan pencerahan Umat Islam dari aliran dan paham-paham keras yang gegabah menyesatkan apalagi mengafirkan ahlul qiblah (kaum Muslimin) yang tidak sependapat dengannya!
Wahhabi bukan ormas tapi mazhab dan pola pandang Islam dengan kaca mata tertentu!
Mau tau siapa sebenarnya Ibin Abdul Wahab si pendiri sekte nyeleneh wahabi, Tentang Ajarannya dan kejahatan-kejahatan yang pernah dilakukannya?.
silahkan membuka dan membaca tautan dibawah ini. Allahu Musta’an
1. Saudi Wahabi, Kerajaan Yang Didirikan dengan Penghianatan dan Kebengisan
http://qitori.wordpress.com/2007/09/12/kerajaan-yang-didirikan-dengan-pengkhianatan-dan-kebengisan/
2. Skandal Ibnu Abdul Wahab Dan Mata-mata Inggris
http://qitori.wordpress.com/2007/09/10/skandal-ibn-abdul-wahhab-dengan-mata-mata-inggeris/
3. Wahabi Salafy Mengusung Tauhid Atau Kedangkalan Pemikiran?
http://qitori.wordpress.com/2007/12/04/wahabi-salafy-tauhid-atau-kedangkalan-pemikiran/
4. Salafiyah: Mengapa Harus Keras Dan garang Terhadap Sesama Muslim?
http://qitori.wordpress.com/2007/11/15/salafiyah-mengapa-harus-keras-dan-garang-terhadap-sesama-muslim/
5. Wahabisme; Mengusung Monoteisme Atau Egotisme? (bag 1)
http://qitori.wordpress.com/2007/11/15/wahabisme-mengusung-monoteisme-atau-egotisme-bag1/
6. Wahabisme Pemahaman Agama yang sakit
http://qitori.wordpress.com/2007/10/26/wahhabisme-%e2%80%93-pemahaman-agama-yang-sakit/
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Ketika saya baca blog ini saya sangat miris, tulisan tentang sepak terjang Muhammad ibn Abd al-Wahhab (gerakan wahabi) atau apalah anda menyebut. Tapi saya ada sedikit pertanyaan, apa iya dg. sejarah kelam sperti itu kok ajarannya ke -tauhid – nya sampai sekarang masih bisa berkembang pesat. Makanya saya berusaha searching bekenaan dg masalah ini untuk dijadikan pembanding biar lebih imbang. Ternyata ada kontrdiksi, walaupun secara global alur ceritanya sama sebagai contoh :
“Nama Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab dengan ajaran-ajarannya itu sudah begitu terdengar di kalangan masyarakat, baik di dalam negeri Dir’iyyah maupun di negeri-negeri tetangga. Masyarakat luar Dir’iyyah pun berduyun-duyun datang ke Dir’iyyah untuk menetap dan tinggal di negeri ini, sehingga negeri Dir’iyyah penuh sesak dengan kaum muhajirin dari seluruh pelosok tanah Arab. Ia pun mulai membuka madrasah dengan menggunakan kurikulum yang menjadi modal utama bagi perjuangan beliau yang meliputi disiplin ilmu Aqidah al-Qur’an, tafsir, fiqh, usul fiqh, hadith, musthalah hadith, gramatikanya (nahwu-shorof) dan lain-lain.
Dalam waktu yang singkat , Dir’iyyah telah menjadi kiblat ilmu dan tujuan mereka yang hendak mempelajari Islam. Para penuntut ilmu, tua dan muda, berduyun-duyun datang ke negeri ini. Di samping pendidikan formal (madrasah), diadakan juga dakwah yang bersifat terbuka untuk semua lapisan masyarakat. Gema dakwah beliau begitu membahana di seluruh pelosok Dir’iyyah dan negeri-negeri jiran yang lain. Kemudian, Syeikh mulai menegakkan jihad, menulis surat-surat dakwahnya kepada tokoh-tokoh tertentu untuk bergabung dengan barisan Muwahhidin yang dipimpin oleh beliau sendiri. Hal ini dalam rangka pergerakan pembaharuan tauhid demi membasmi syirik, bidah dan khurafat di negeri mereka masing-masing. Untuk langkah awal pergerakan itu, beliau memulai di negeri Najd. Ia pun mula mengirimkan surat-suratnya kepada ulama-ulama dan penguasa-penguasa di sana.”
Di ambil dari Wikimedia
Kalau Di Blog ini, yg. diceritakan perang dan kekerasannya saja. Sepertinya ada yg sengaja dilewatkan.
Mari kita berpikir secara Logika memahami sebuah tulisan :
tulisan dalam blog ini.
“Salah satu pemukiman di Najd adalah Dir`iyyah. Ini pemukiman kecil – paling-paling 70 keluarga yang terdiri dari petani, pedagang, pekerja, tokoh agama, dan budak.”
Di paragraph lain :
Kendati demikian, klan al-Sa`ud bukanlah klan yang kuat dan kaya. Malahan, menurut Madawi al-Rasheed, penulis A History of Sa`udi Arabia, klan Sa`ud tidak memiliki asal-usul kesukuan yang jelas
Pertanyaannya :
Berarti awalnya pengikut Wahabi sedikit, kalau hanya dg membaca blog ini ada yg lucu, apa iya dg kelompok yg. Kecil bisa memaksa / bernegoisasi dg. suku atau kelompok yg. Lebih besar ?
Coba kalau di tambah sumber yg. Lain seperti yang saya ambil dari Wikimedia (tertulis di atas) opini pemabaca mungkin mengatakan demikian :
Wahabi awalnya kecil tapi syiarnya lewat lisan dan tulisan (surat-menyurat) mampu mempengaruhi penduduk dijazirah arab untuk mengakui secara Ikhlas bahwa ajaran yang dibawa oleh Muhammad ibn Abd al-Wahhab adalah benar. Dengan berkembang pesatnya ajaran Muhammad ibn Abd al-Wahhab dan pengikutnya yang semakin banyak, ada beberapa kelompok yang merasa terusik, karena merasa terancam kedudukannya, akhirnya yg merasa terusik berusaha bagaimana caranya meredam ajaran Muhammad ibn Abd al-Wahhab. Yg tadinya mungkin berdebat lewat lisan / tulisan akhirnya meningkat menjadi peperangan fisik.
Kalau hanya baca blog ini pikiran kita hanya diarahkan :
“bahwa ajaran wahabi menyebar lewat kekerasan dan pemaksaan saja” sekali lagi luaaar biasa yg awalnya hanya terdiri dari 70 keluarga saja mereka bisa menguasai Mekah, Madinah, kemudian Karbala yang menjadi pusat pemerintahan Syiah. Hebat sekali (ini jadi opini yg. Rancu krena tidak membaca tulisan / riwayat yg. Komplit)
Sebagai Pembanding :
Dakwah Walisongo bisa meruntuhkan kerajaan Besar Majapahit. Sejarahnya panjang, dari mulai syiar kepada rakyat jelata, dan sampai terjadi peperangan, hingga berdirinya kerajaan Demak. Setelah kerajaan Demak berdiri Islam berkembang dg. Pesat.
Dalam hal ini saya belum berpendapat untuk menyangkal tulisan dalam blog ini, Cuma ingin berpesan kepada pembaca yang lain “Jangan hanya memahami masalah yg menjadi Pro Kontra dari satu sisi saja, pelajari pendapat dari Pro pelajari juga pendapat dari yg Kontra”
Pasti kita akan menemukan hikmah, Kebenaran Hanya Milik Alloh
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Yang jelas, kelompok yang mengkafirkan orang muslim pasti dialah yang kafir