Penyimpangan Wahabi Dalam Masalah Ziarah Nabi saw.

Penyimpangan Wahabi Dalam Masalah Ziarah Nabi saw.

Masalah ziarah makan suci Nabi Muhammad saw. telah menjadi bulan-bulan pembid’ahan bahkan tidak jarang juga pensyirikan oleh kaum Wahabi yang sekarang menduduki dan mengusai tanah suci kaum Muslimin, setelah sebelumnya dikuasai oleh Ahlusunah wa al Jama’ah. Kaum Wahabi selalu berjaga-jaga di sekitar pusara suci baginda Rasulullah saw., selalu menghalau rombongan kaum Muslimin yang hendak melepas rasa rindu mereka kepada Nabi Muhammad saw. dengan mengusap, mencium dinding dan jeruji makan suci beliau, meneteskan air mata kerinduan dan kecintaan, memanjatkan doa kepada Allah SWT di hadapan pusara Rasul pilihan-Nya, dan Nabi kesayangan-Nya.… Ya mereka selalu menghalau kafilah para pecinta baginda Rasulullah saw., dan delegasi kerinduan, dengan kata-kata kasar bak mengusir para pengacau atau rombongan penyamun… Sesekali dengan jeritan syirk-syirik! bid’ah! bid’ah! Al qiblah hunâ (kiblat di arah sana), dan sesekali sambil mendorong para peziarah dan tidak jarang menggesuh mereka dengan tongkat kecil bak menggesuh sekawanan domba! Apakah itu Aklak Islam? Tentu bukan, itu akhlak wahabi!

Demikianlah kaum Wahabi yang berjiwa kaku dan berhati batu menyambut para pecinta Nabi Muhammad saw. Sungguh keterlaluan perlakuan mereka itu!

Arab-arab Baduwi jebolan kampong-kampong padang pasir tandus itu mengira bahwa kaum Muslimin datang ke pusara suci Nabi mereka untuk menyembah Nabi saw., karenanya Arab-arab Baduwi berhati batu itu hendak menghalau mereka dan “menyelamatkan mereka dari jurang kemusyrikan”. Subhanallah, alangkah dungu kaum Wahabi itu! Sepertinya ketika Allah membagi-bagi akal sehat kepada bani Adam, Arab-arab Baduwi absent sehingga tidak kebagian! Mungkin kali!

Dan lebih biadab lagi adalah sering disaksikan oleh para jama’ah haji bahwa para penjaga itu berdiri di depan pusara suci Nabi saw. sambil meletakkan kaki busuk mereka di dinding makan tersebut. Semoga Allah membalas kekurang ajaran mereka. Amîn.

Namun demikian, mereka dalam sikap sesat mereka itu selalu mengatasnamakan “pemurnian akidah” dari muatan-muatan syirik dan bid’ah dhalalah! Serta selalu mengatasnamakan nama besar Mazhab Hanbali!! Sementara itu para ulama besar mazhab Hanbali sangat bertolak belakang dengan sikap sesat kaum Wahabi!

Berangkat dari kesesatan mereka dalam sikap sû’ul adab ke Hadrat Mu’adzdzam Rasulullah saw., bangkitlah Imam Besar Ahlusunnah Abad 21, as Sayyid al Allamah al Muhaddits, Abuya Muhammad bin Imam Alawi bin Imam Abbas al Maliki untuk membongkar kedok kesesatan mereka, walaupun resiko demi resiko beliau hadapi dari kaum Wahabi Arab Saudi yang tidak punya adab, seperti Ibnu Manî’ dan kawan-kawan.

Dalam buku beliau Mafahim Yajibu an Tushahha, as Sayyid al Allamah al Muhaddits, Abuya Muhammad al Maliki rh. mengujat habis kaum Wahabi dungu itu dengan menyebutkan fatwa-fatwa para pembesar ulama Islam dari berbagai mazhab, yang terpenting untuk membongkar kepalsuan kaum Wahabi, beliau membawakan fatwa-fatwa para pembesar mazhab Hanbali sendiri.

Di bawah ini aka saya kutipkan fatwa-fatwa tersebut sebagaimana di sebutkan oleh beliau.

1. Syeikh Abu Muhammad ibnu Qudamah al Hanbali –penulis kitab al Mughni-:

Syeikh Abu Muhammad Muwaffaquddin Abdullah bin Qudamah al Hanbali- Imam dan pemuka mazhab Hanbali di masanya- berkata dalam kitabnya al- Mughni, 3/556, ‘Dan di istihabkan (disunnahkan) menziarai makan Nabi saw. atas dasar riwayat ad Dâruquthni dari Ibnu Umar, ia berkata, ‘Rasulullah saw. bersabda:

“Siapa yang menunaikan ibadah haji lalu menziarai kuburanku setelah kematianku maka seakan ia menziaraiku di kala hidupku.”

Dalam riwayat lain:

مَنْ َزَارَ قبْرِيْ وجَبَتْ لَهُ شفاعَتِيْ.

“Siapa yang menziarai kuburanku maka tetap baginya syafa’atku.”

Dengan redaksi pertama, ia meriwayatkannya dari Sa’id, ia berkata, ‘Hafsh bin Sulaiman menyampaikan hadis kepadaku dari Laits dari Mujahid dari Ibnu Umar. Ahmad berkata dalam riwayat Abdullah dari Yazid bin Qasîth dari Abu Hurairah, bahwa Nabi saw. bersabda:

مَا مِنْ أحَدٍ يُسَلِّمُ عَلَيَّ عند قبْرِيْ إلاَّ رَدَّ اللهُ عليَّ روحِيْ حتَّى أّرُدَّ عليهِ السلامَ.

“Tiada seorang yang mengucapkan salam kepadaku di sisi kuburanku melainkan Allah akan mengembalikan ruhku sehingga aku menjawab salamnya.”

…. Telah diriwayatkan dari al Utbi bahwa ia berkata, “Aku duduk di sisi pusara Nabi saw., lalu datanglah seorang Arab dusun seraya berkata, ‘Salam atasmu wahai Rasulullah. Aku mendengar Allah berfrirman, “Sesungguhnya Jikalau mereka ketika Menganiaya dirinya datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan Rasulpun memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (QS.4;64) Wahai Rasulullah, aku datang menghadapmu dengan memohon ampunan atas dosaku, meminta syafa’atmu menuju Tuhanku! Kemudian orang itu menggubah bait-bait syair:

Wahai sebaik-baik yang dikebumikan tulang-tulangnya di area ini… maka menjadi harumlah area ini dan dataran-dataran sekiratnya.

Jiwaku adalah tebusan bagi kuburan yang engkau adalah penghuninya… di dalamnya terdapat harga diri, kedrmawanan dan kemuliaan.

Kemudian orang itu pergi, dan akupun tertidur. Dalam tidurku aku mimpi berjumpa dengan baginda Nabi saw., beliau berkata kepadaku, ‘Hai Utbi kejarlah orang Arab dusun, dan berita gembirakan ia bahwa Allah telah mengampuninya.”

Allah Akbar, betapa mulianya kedudukanmu wahai Rasulullah saw. di sisi Allah! Kendati kita tidak ditakdirkan hidup sezaman dengan beliau, semoga kita dikeruniai kesempatan untuk bermanja-manja dengan baginda Rasululah saw. di sisi pusara suci beliau dan mendapat berkah beliau dengan diampuninya semua doso-dosa kita. Amîn.

2. Syeikh Abul Faraj bin Qudamah al Hanbali-penulis kitab asy Syarhu al Kabir-

Syeikh Syamsuddin Abul faraj Abdurrahman bin Qudamah al Hanbali dalam kitab asy Syarhu al Kabirnya, 3/495 menerangkan:

(Masalah): Jika selesai dari menunaikan ibadah haji, diistihbabkan menziarai kuburan nabi saw. dan kburan kedua teman beliau ra. … (Setelah itu beliau menyebutkan redaksi salam yang baik untuk diucapkan kepada Nabi saw., di antaranya beliau mengatakan): Ya Allah, Engkau telah berfirman, dan firman-Mu adalah haq,”Sesungguhnya Jikalau mereka ketika Menganiaya dirinya datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan Rasulpun memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (QS.4;64) Dan aku datang kepadamu dengan memohon ampunan dari dosa-dosaku, meminta syafa’atmu menuju Tuhanku. Ya Allah, aku memohon kepadamu agar Engkau mengabulkan bagiku ampunan, seperti Engkau mengabulkan bagi yang mendatangi Nabi-MU di masa hidupnya. Ya Allah jadikan beliau pertama pemberi syafa’at, paling sukses permohonannya dan paling mulianya makhluk terdahulu dan akhir. Dengan rahmat-Mu wahai Zat Yang Paling Berbelas kasih.

Selain fatwa dua ulama besar Hanabilah di atas masih banyak lainnya. Setelahnya Al Allamah As Sayyid Muhammad bin Alawi juga menyebutkan qasidah Ibnu al- Qayyim al Jauziah, pada akhir bait qasidah disebutkan:

Inilah ziarahnya orang yang senantiasa berpegang teguh dengan Syari’at Islam dan imam…

Ia adalah paling afdhalnya amal perbuatan dalam mizan kelak di hari mahsyar.

Setelahnya, Abuya berkomentar, “Perhatikan ucapan beliau di atas Ia adalah paling afdhalnya amal perbuatan…. Dan Allah telah membutakan mata hati sebagian orang sehingga tidak membacanya dan ia mengingkarinya.

Jelas Kaum Wahabi-lah yang beliau maksud. Semoga Allah menerangi mata hati kita dengan kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya.

Beliaun rh. Juga menyebutkan sebuah riwayat tentang sikap Imam Ahmad bin Hanbal-rujukan utama kaum Wahabi seperti klaim mereka- bahwa mengusap dan menciuam pusara suci Nabi saw. dengan tujuan mencari berkah adalah tidak apa-apa. Bukan bid’ah apalagi musyrik!

Jadi, kalau begitu kaum Wahabi yang memusuhi beliau dan para ulama Ahlusunnah itu sebenarnya mengikuti siapa ya?

Saya harap, ente ente yang telah kejangkitan virus Wahabisme membaca buku-buku ulama kami, khususnya buku Sayyidina Ustadz Al Allamah Doktor Muhammad Alawi Al Maliki rh, wabil khusus buku Mafahîm beliau, agar ente ente mengerti kedunguan pendapat ulama-ulama Arab Baduwi SA.

Ana tunggu di sini bantahannya!

(Sumber Mafâhim Yajibu an Tushahha:190-191 dan203, cet. Dar al Insân, Kairo, thn.1405 H/1985M ).

19 Tanggapan

  1. Buat Abu Salafy yang KUBURIYUN.
    Saya kasihan melihat ente repot-repot membela para penyembah kuburan dengn dalil mengagungkan Nabi. Kemudian membawa-bawa fatwa segelintir ulama bermazhab hanbali yang mengumpulkan hadis tanpa seleksi dan menelan mentah-mentah apa saja yang ada di hadapannya.
    Kami ndak pusing bung dengan ocehan IMAM BESAR AHLUSUNNAH ABAD 21 Anda itu. Kami butuh dalil Quran&Hadis sahih, bukan ocehan kaum pembid’ah yang kerjanya cuma asyim keloyongan ke keuburan sana ke kuburan sisi.
    Ana sudh baca buku Imam ente, dan yang perlu baca adalah ente. baca bantahan Ibnu Mani’ biar ente tau kerapuhan pikiran Imam Ahlusunnah ente itu.

    • Kang Saifuddin kalau anda ngotot menuduh kuburiyyun berarti anda beranggapan makna menghadap itu sama dengan menyembah, Nah kalau logika wahabi diatas saya pertanyakan balik kepada wahabi sendiri, Wahai Wahabi Apakah anda Sholat menghadap ka’bah berarti anda menyembah ka’bah? berarti logika mereka bisa menunjukkan bahwa mereka bukan penyembah Allah Tapi penyembah ka’bah, itu saja semoga menjadi renungan.

  2. Ya saifuddin, ilmu ente gak bakalan sampe dengan ilmunya orang orang hebat yang ‘alim. ente bisa gak sih baca kitab? Baca aje kagak bisa apalagi ngarang kitab! masih dangkal pikiran ente, belajar dulu yang bener dah.

  3. Maaf ya, sepertinya Pak Saifudin gemar menuduh, misalnya: bahwa hadist ulama mazhab hambali itu tanpa seleksi. Tapi hanya sampai disitu tanpa memberikan argumen pendukung. Seharusnya Pak Saefudin memberikan komentar yang bobotnya sama dengan uraian pak Abu Salafy. Jadi ada etika akademis yang perlu dipenuhi oleh pak Saifudin ketika menjawab. Menurut saya ada perbedaan kelas yang sangat signifikan antara Pak Saefudin dengan Pak Abu Salafy. Ibarat bobot pemain catur, Pak Saifudin bermain catur dilapak-lapak sayur dengan elo rating 300, sementara Pak Abu Salafy Grand Master pada katagori 2900 (tertinggi elo rating 3000, terendah 300).

    Lain halnya dengan jawaban teman Pak Saifudin, yang juga biasa mangkal disini, yang biasa dipanggil Gus Dolla oleh Pak Abu Salafy, walaupun keras kepala, tapi Gus Dolla menunjukan kelasnya, dan punya kapasitas untuk menjawab.

    Kami harapakan agar yang memberikan komentar di blog ini adalah pihak yang memuliki wawasan keilmuan, sehingga para pemerhati seperti kami dapat menimba manfaat. Yang hanya bermodalkan emosi dan caci maki sebaiknya mundur, karena tidak memberikan pencerahan.

  4. ketahuan kali, kalo wahabi kaga punya madzhab!.. arab badui al saud dikasih senjata amerika, terus meng-kudeta alhasyimiyah. wahabi jd ujung tombak..

  5. Manzara Ulama Fakadh Manzarani,Manzarani Fakadh Manzar Allah
    Hadist:
    Barangsiapa menziarahi ulama berarti dia menziarahiKu(Rasulullah Saw) Barangsiapa menziarahKu Berarti dia menziarahi Allah

  6. aduh mas,berdalil kok pake hadits dhaif sih mas.,, pake hadits shahih dong!!!

    “Barangsiapa yang berhaji lalu menziarahiku selepas kewafatanku, dia seolah2 menziarahiku semasa aku hidup”. Komentar Ibn Taimiyyah: Dhaif. rujuk al-Qaidah al-Jalilah 4/5250 Komentar Albani: Maudhu’. rujuk Silsilah al-Dhaifah – no. 47

    saya mau tanya siapakah yang menziarahi nabi sewaktu hidup??? tentunya para sahabat kan… apakah derajat kita sama dengan sahabat??? sedangkan Rasullah SAW telah bersabda:
    “Janganlah kalian mencela para sahabatku. Demi Zat yang jiwaku ada di tangan-Nya, kalau salah seorang dari kalian menginfakkan emas semisal gunung Uhud, niscaya tidak akan menyamai satu mud (infak) salah seorang dari mereka, dan tidak pula setengahnya.’” (HR. Bukhari [3470], Muslim [2541], Tirmidzi [3861]
    mas anda lihat sendiri,, renungi kata2 ini mas:”kalau salah seorang dari kalian menginfakkan emas semisal gunung Uhud, niscaya tidak akan menyamai satu mud (infak) salah seorang dari mereka, dan tidak pula setengahnya” derajat kita sangat jauh dari para sahabat mas!!!

    mas apakah anda tidak tahu, bahwa Umar ibn Khattab ra. pernah menebang pohon yang disitu Nabi SAW membaiat para sahabat. Mengapa Umar ra. melakukan hal itu ??? karena takut umat islam terjerumus kepada kesyirikan!!!!

    Sabda Rasullullah Shalallahu ‘alaihi wa salam : “Sebaik-baik manusia adalah generasiku (generasi Rasulullah & Shahabat), kemudian orang-orang sesudah mereka (Tabi’in) kemudian orang-orang sesudah mereka (Tabi’ut Tabi’in.). Sesudah itu akan datang kaum yang kesaksian mereka mendahului sumpahnya dan sumpahnya mendahului kesaksiannya.” (HR. Bukhari IV/189, Muslim VII/184-185, Ahmad I/424 dll).

    namanya keren ya…. ULAMA AHLUSSUNNAH ABAD 21
    mas,dalam memahami Al Qur’an dan As Sunnah yang shahih harus dengan pemahaman Muslimin yang terbaik (Salaful Ummah) yaitu para Sahabat Rasulullah dan Tabi’in (murid Sahabat), serta siapapun yang mengikuti jalan mereka dengan baik hingga hari kiamat. mas liat hadits shahih yang saya bawakan..
    lai kali kalau mau menampilkan artikel yang pake hadits shahih dong biar bisa bantah kami…….

    _________
    -Abu Salafy-

    Bang, kamu perlu tau bahwa ulama bukan hanya Ibnu taimiyah atau Albani, sehingga kata-katanya anda posisikan seperti wahyu yang tidak boleh diganggu-gugat! Apa anda pernah tau komentar ulahma hadis Ahlusunnah tentangnya?

    bang maaf ya kamu salah dalam memahami hadis di atas sehingga kesimpulan kamu melenceng jauh, hadisnya berbunyi:”Barangsiapa yang berhaji lalu menziarahiku selepas kewafatanku, dia seolah2 menziarahiku semasa aku hidup”. lalu kamu menyimpulkannya sama dengan sahabat Nabi lalu mangatakan apakah derajat kita sama dengan sahabat???

    mas apakah anda tidak tahu, bahwa Umar ibn Khattab ra. pernah menebang pohon yang disitu Nabi SAW membaiat para sahabat. Mengapa Umar ra. melakukan hal itu ??? karena takut umat islam terjerumus kepada kesyirikan!!!!

    Apa yang dilakukan Umar itu adalah ijtihad beliau! Tapi masalahnya ialah kata kamu bahwa generasi

    “Sebaik-baik manusia adalah generasiku (generasi Rasulullah & Shahabat), kemudian orang-orang sesudah mereka (Tabi’in) kemudian orang-orang sesudah mereka (Tabi’ut Tabi’in.). Sesudah itu akan datang kaum yang kesaksian mereka mendahului sumpahnya dan sumpahnya mendahului kesaksiannya.”

    jadi kenapa Umar ra takut mereka musyrik?

    hadis-hadis itu perlu kamu tinjau ulang keshahihan dan maknanya, jangan-jangan tidak seperti yang kamu pahami.

  7. bukankah ckup hr.muslim dari jundub bin abdulloh
    ‘…ketahuilah bahwa sesungguhnya umat-umat sblum kmu telah menjadikan kuburan nbi mereka sebagai tempat ibadah, tetapi janganlah kamu sekalian menjadikan kuburan sebai tempat ibadah…’
    dan
    hr.muslim ‘rasul melarang membatukan kuburan dan duduk di atasnya atau dibangun. diatasnya atau ditambailan atau menuliskan di atasnya’

    Abu Salafy:

    Semua yang anda katakan perlu anda buktikan di sini. Kami tunggu!

  8. Salam bagi semua muslim ,
    kalian hanya bisa mencela satu sama lainnya . tidak ada keraguan sedikitpun untuk mengikuti cara beagamanya salafussalih , tabi’in dan tabiut tabi’in .Jangan saling menyalahkan , akan tetapi perbanyaklah belajar tentang islam , ikuti pengajian yang tidak bertentangan dengan Qur’an dan hadits .Dengan banyaknya ilmu pada diri orang Islam , pasti dapat menerima perbedaan .Kita harus berlapang dada menerima perbedaan . Pendapat ulama bukan berarti tidak ada keasalahan , koreksi dulu , kembalikan kepada Qur’an dan Hadits .Tujuan kita bukan berselisih , letakkan yang haq itu haq , yang bathil tetap bathil .Kalau cinta Rasulullah , lakukan apa yang diperintah dan jauhi larangannya .Pendapat beliau tidak bertentangan dengan pendapatnya sendiri .Yang salah adalah kita yang merasa benar , orang lain salah . Kebenaran milik Alloh dan Nabinya .Koreksi diri kita masing – masing , sudah sesuaikah dengan Ajaran Islam yang disampaikan Rasulullah , dikerjakan sahabat , Tabi’in dan tabiut tabi’in !

  9. Assalamualaikum Warahmatullohi Wabarokaatuh

    Aku berlindung dari godaan syetan yang terkutuk
    Dengan menyebut nama Alloh yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

    Wahai para penuduh, kalian ini gencar sekali mendakwahkan tentang kuburiun lewat radio, internet dan juga selebaran, kalian menuduh kami ini sebagai “penyembah kuburan”, kalian juga menuduh ustad dan kyai yang meyakini ziarah kubur adalah boleh sebagai penyembah kuburan, tentu tuduhan itu sangat keji. Kami sesekali memang menziarahi makam orang tua, dan jug kakek nenek kami sambil silaturahim dengan saudara yang masih hidup, diantara kami juga ada yang menziarahi makam para wali, para syuhada / pahlawan untuk mengenang dan mendoakan atas jasa pengembangan islam dan kebaikannya di republik ini dan diantara kami juga ada yg menziarahi makan Nabi Muhammad SAW. jadi tuduhan Quburiun adalah fitnah yang keji.
    Dan diantara kami juga ada yang bertawassul melalui Nabi Muhammad SAW dan juga Wali…. ini kalian juga menyamakan orang yang ziarah kubur seperti para kafir quraish yang menyembah berhala uzza dan latta yang tidak pernah bersyahadat dan tidak masuk islam, yang mengatakan begini “kami ini sekali kali tidak menyembah uzza dan latta, kami menyembah Alloh, uzza dan latta hanya sebagai perantara kami dan Alloh” dan diganti oleh kalian begini “kami ini sekali kali tidak menyembah para wali dan nabi, kami menyembah Alloh, wali dan nabi hanya sebagai perantara doa kami kepada Alloh karena amal amal kebaikan kami ini sangat sedikit” sungguh keji tuduhan kalian ini, kalian sama saja menyamakan wafatnya para nabi dan wali dengan berhala uzza dan latta, itu persamaan yang bodoh dan juga keji, kami berkata “tongkat kami ini lebih berguna dari pada jasad kalian, karena tongkat kami ini berguna untuk memukul ular, sedangkan jasad kalian ini dikuburan sama sekali tidak berguna, tidak akan ada yang mengenangnya”.
    Nabi Adam as juga pernah bertawassul dengan Nur Muhammad, yaitu bertawassul dengan orang yang belum lahir. apakah Nabi Adam disebut menyembah Nur Muhammad? tolong koreksi ustad Abu Salafy

    KEPADA PARA USTAD DAN KYAI yang suka berziarah kubur dan tawassul bimbinglah santri kalian dan juga masyarakat yang pro untuk berziarah dengan benar dan bertawassul dengan benar, jangan diselewengkan.
    saya juga pernah mendengar diantara ustad kalian bahwa ziarah kubur itu boleh, tapi jangan diada adakan, apalagi sampe ngutang sana ngutang sini untuk berkunjung ke makam para wali itu tidak boleh, itu saya setuju setuju banget. mungkin Ustad Abu Salafy juga setuju dengan saya.

    kalian menganggap wafatnya para Nabi dan Wali dan para syuhada tidak boleh ditawasuli, kalo begitu kalian ini sama saja dengan membatasi kekuasaan Alloh, yang bisa memberikan manfaat kepada siapapun yang dikehendakiNya.

    Diantara kita sepakat dan tidak ada perbedaan bahwa bertawassul dengan amal sholeh itu boleh, apakah ini berarti kita menyembah amal sholeh kita? tentu tidak. Bertawassul melalui para wali menurut saya sama saja dengan bertawassul atas kebaikan amal mereka bukan dengan jasad mereka. karena orang yang jahat tidak mungkin ditawassuli.

    Tidak ada tuhan yang patut disembah kecuali Alloh, sungguh hati kami ini tidak bertaut pada kuburan, hanya kepada Alloh lah hati kami bertaut. “Astagfirullahhal ngadzim, ampuunilah dosa kami, Alhamdulillahirobbil ngalamin, segala puji bagi Alloh seru sekaian alam, semoga kebaikan dan kesejatheraan diberikan kepada Nabi Muhammad Saw, para sahabat dan pengikutnya hingga kita semua umat islam ini, Ya Alloh jauhkan kami dari api neraka, jauhkan kami dari kesyirikan dan kemunafikan, jauhkan kami dari fitnah dunia dan akhirat”

    Kita sepakat bahwa ka’bah adalah kiblat kita, ada orang diluar islam mengatakan, “kalian ini penyembah kabah” dan jika mereka mengatakan dan meminjam istilah kalian menjadi KABAHIUN, apakah kalian terima?

    Terima kasih pada para wahabi di arab saudi kita harus berpikir positif pada mereka yang meratakan kuburan dan membentengi / memagari makam nabi Muhammad Saw, kalo tidak bisa dibayangkan apa jadinya kuburan itu, pasti penuh dengan bunga, penuh dengan minyak, akan bau dan kotor

    Jazakumlloh khoiran kasiiro, mari kita saling memaafkan diantara kita, terima kasih atas nasehat kalian2 saya ini miskin ilmu belum ada apa2nya dengan kalian semua, Ya Alloh ampunilah dosa2 kami ini, dimajelis ini, sungguh kami ini mahluk yang suka lalai dan dhaif, sungguh kami ini suka sombong dan membanggakan diri kami. Ya Rab, ampuni dosa kami dan hindarkan kami dari api neraka. Amin

  10. Hukum Berdo’a dengan Tawassul
    Oleh: Dewan Asatidz

    Pengertian Tawassul

    Pemahaman tawassul sebagaimana yang dipahami oleh umat islam selama ini adalah bahwa Tawassul adalah berdoa kepada Allah melalui suatu perantara, baik perantara tersebut berupa amal baik kita ataupun melalui orang sholeh yang kita anggap mempunyai posisi lebih dekat kepada Allah. Jadi tawassul merupakan pintu dan perantara doa untuk menuju Allah SWT.

    • Orang yang bertawassul dalam berdoa kepada Allah menjadikan perantaraan berupa sesuatu yang dicintainya dan dengan berkeyakinan bahwa Allah SWT juga mencintai perantaraan tersebut.
    • Orang yang bertawassul tidak boleh berkeyakinan bahwa perantaranya kepada Allah bisa memberi manfaat dan madlorot kepadanya da. Jika ia berkeyakinan bahwa sesuatu yang dijadikan perantaraan menuju Allah SWT itu bisa memberi manfaat dan madlorot, maka dia telah melakukan perbuatan syirik, karena yang bisa memberi manfaat dan madlorot sesungguhnya hanyalah Allah semata.
    • Tawassul merupakan salah satu cara dalam berdoa. Banyak sekali cara untuk berdo’a agar dikabulkan Allah, seperti berdoa di sepertiga malam terakhir, berdoa di Maqam Multazam, berdoa dengan mendahuluinya dengan bacaan alhamdulillah dan sholawat dan meminta doa kepada orang sholeh. Demikian juga tawassul adalah salah satu usaha agar do’a yang kita panjatkan diterima dan dikabulkan Allah s.w.t. Dengan demikian, tawasul adalah alternatif dalam berdoa dan bukan merupakan keharusan.

    Tawassul dengan amal sholeh kita
    Para ulama sepakat memperbolehkan tawassul terhadap Allah SWT dengan perantaraan perbuatan amal sholeh, sebagaimana orang yang sholat, puasa, membaca al-Qur’an, kemudian mereka bertawassul terhadap amalannya tadi. Seperti hadis yang sangat populer diriwayatkan dalam kitab-kitab sahih yang menceritakan tentang tiga orang yang terperangkap di dalam goa, yang pertama bertawassul kepada Allah SWT atas amal baiknya terhadap kedua orang tuanya, yang kedua bertawassul kepada Allah SWT atas perbuatannya yang selalu menjahui perbuatan tercela walaupun ada kesempatan untuk melakukannya dan yang ketiga bertawassul kepada Allah SWT atas perbuatannya yang mampu menjaga amanat terhadap harta orang lain dan mengembalikannya dengan utuh, maka Allah SWT memberikan jalan keluar bagi mereka bertiga.. (Ibnu Taimiyah mengupas masalah ini secara mendetail dalam kitabnya Qoidah Jalilah Fii Attawasul Wal wasilah hal 160)

    Tawassul dengan orang sholeh
    Adapun yang menjadi perbedaan dikalangan ulama’ adalah bagaimana hukumnya tawassul tidak dengan amalnya sendiri melainkan dengan seseorang yang dianggap sholeh dan mempunyai amrtabat dan derajat tinggi dei depan Allah. sebagaimana ketika seseorang mengatakan : ya Allah aku bertawassul kepada-Mu melalui nabi-Mu Muhammmad atau Abu bakar atau Umar dll.
    Para ulama berbeda pendapat mengenai masalah ini. Pendapat mayoritas ulama mengatakan boleh, namun beberapa ulama mengatakan tidak boleh. Akan tetapi kalau dikaji secara lebih detail dan mendalam, perbedaan tersebut hanyalah sebatas perbedaan lahiriyah bukan perbedaan yang mendasar karena pada dasarnya tawassul kepada dzat (entitas seseorang), pada intinya adalah tawassul pada amal perbuatannnya, sehingga masuk dalam kategori tawassul yang diperbolehkan oleh ulama’.

    Dalil-Dalil Tentang Tawassul
    Dalam setiap permasalahan apapun suatu pendapat tanpa didukung dengan adanya dalil yang dapat memperkuat pendapatnya, maka pendapat tersebut tidak dapat dijadikan sebagai pegangan. Dan secara otomatis pendapat tersebut tidak mempunyai nilai yang berarti, demikian juga dengan permasalahan ini, maka para ulama yang mengatakan bahwa tawassul diperbolehkan menjelaskan dalil-dalil tentang diperbolehkannya tawassul baik dari nash al-Qur’an maupun hadis, sebagai berikut:

    A. Dalil dari alqur’an.

    1. Allah SWT berfirman dalam surat Almaidah, 35 :
    ياأيها الذين آمنوااتقواالله وابتغوا إليه الوسيلة
    “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan.”
    Suat Al-Isra’, 57:

    أُولَـئِكَ الَّذِينَ يَدْعُونَ يَبْتَغُونَ إِلَى رَبِّهِمُ الْوَسِيلَةَ أَيُّهُمْ أَقْرَبُ وَيَرْجُونَ رَحْمَتَهُ وَيَخَافُونَ عَذَابَهُ إِنَّ عَذَابَ رَبِّكَ كَانَ مَحْذُوراً

    17.

    57. Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka [857] siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya; sesungguhnya azab Tuhanmu adalah suatu yang (harus) ditakuti. [857] Maksudnya: Nabi Isa a.s., para malaikat dan ‘Uzair yang mereka sembah itu menyeru dan mencari jalan mendekatkan diri kepada Allah.
    Lafadl Alwasilah dalam ayat ini adalah umum, yang berarti mencakup tawassul terhadap dzat para nabi dan orang-orang sholeh baik yang masih hidup maupun yang sudah mati, ataupun tawassul terhadap amal perbuatan yang baik.

    2. Wasilah dalam berdoa sebetulnya sudah diperintahkan sejak jaman sebelum Nabi Muhammad SAW. QS 12:97 mengkisahkan saudara-saudara Nabi Yusuf AS yang memohon ampunan kepada Allah SWT melalui perantara ayahandanya yang juga Nabi dan Rasul, yakni N. Ya’qub AS. Dan beliau sebagai Nabi sekaligus ayah ternyata tidak menolak permintaan ini, bahkan menyanggupi untuk memintakan ampunan untuk putera-puteranya (QS 12:98).

    قَالُواْ يَا أَبَانَا اسْتَغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا إِنَّا كُنَّا خَاطِئِينَ. قَالَ سَوْفَ أَسْتَغْفِرُ لَكُمْ رَبِّيَ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

    97. Mereka berkata: “Wahai ayah kami, mohonkanlah ampun bagi kami terhadap dosa-dosa kami, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang bersalah (berdosa)”.
    98. N. Ya’qub berkata: “Aku akan memohonkan ampun bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.

    Di sini nampak jelas bahwa sudah sangat lumrah memohon sesuatu kepada Allah SWT dengan menggunakan perantara orang yang mulia kedudukannya di sisi Allah SWT. Bahkan QS 17:57 dengan jelas mengistilahkan “ayyuhum aqrabu”, yakni memilih orang yang lebih dekat (kepada Allah SWT) ketika berwasilah.

    3. Ummat Nabi Musa AS berdoa menginginkan selamat dari adzab Allah SWT dengan meminta bantuan Nabi Musa AS agar berdoa kepada Allah SWT untuk mereka. Bahkan secara eksplisit menyebutkan kedudukan N. Musa AS (sebagai Nabi dan Utusan Allah SWT) sebagai wasilah terkabulnya doa mereka. Hal ini ditegaskan QS 7:134 dengan istilahبِمَا عَهِدَ عِندَكَDengan (perantaraan) sesuatu yang diketahui Allah ada pada sisimu (kenabian).
    Demikian pula hal yang dialami oleh Nabi Adam AS, sebagaimana QS 2:37

    فَتَلَقَّى آدَمُ مِن رَّبِّهِ كَلِمَاتٍ فَتَابَ عَلَيْهِ إِنَّهُ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ

    “Kemudian Nabi Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.”Kalimat yang dimaksud di atas, sebagaimana diterangkan oleh ahli tafsir berdasarkan sejumlah hadits adalah tawassul kepada Nabi Muhammad SAW, yang sekalipun belum lahir namun sudah dikenalkan namanya oleh Allah SWT, sebagai nabi akhir zaman.

    4. Bertawassul ini juga diajarkan oleh Allah SWT di QS 4:64 bahkan dengan janji taubat mereka pasti akan diterima. Syaratnya, yakni mereka harus datang ke hadapan Rasulullah dan memohon ampun kepada Allah SWT di hadapan Rasulullah SAW yang juga mendoakannya.

    وَمَا أَرْسَلْنَا مِن رَّسُولٍ إِلاَّ لِيُطَاعَ بِإِذْنِ اللّهِ وَلَوْ أَنَّهُمْ إِذ ظَّلَمُواْ أَنفُسَهُمْ جَآؤُوكَ فَاسْتَغْفَرُواْ اللّهَ وَاسْتَغْفَرَ لَهُمُ الرَّسُولُ لَوَجَدُواْ اللّهَ تَوَّابًا رَّحِيمًا

    “Dan Kami tidak mengutus seseorang rasul melainkan untuk ditaati dengan seizin Allah. Sesungguhnya jikalau mereka ketika menganiaya dirinya datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan Rasulpun memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.”

    B. Dalil dari hadis.
    a. Tawassul kepada nabi Muhammad SAW sebelum lahir

    Sebagaimana nabi Adam AS pernah melakukan tawassul kepada nabi Muhammad SAW. Imam Hakim Annisabur meriwayatkan dari Umar berkata, bahwa Nabi bersabda :

    قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : لما اقترف آدم الخطيئة قال : يا ربى ! إنى أسألك بحق محمد لما غفرتنى فقال الله : يا آدم كيف عرفت محمدا ولم أخلقه قال : يا ربى لأنك لما خلقتنى بيدك ونفخت فيّ من روحك رفعت رأسى فرأيت على قوائم العرش مكتوبا لاإله إلا الله محمد رسول الله فعلمت أنك لم تضف إلى إسمك إلا أحب الخلق إليك فقال الله : صدقت يا آدم إنه لأحب الخلق إلي، ادعنى بحقه فقد غفرت لك، ولولا محمد ما خلقتك (أخرجه الحاكم فى المستدرك وصححه ج : 2 ص: 615)
    “Rasulullah s.a.w. bersabda:”Ketika Adam melakukan kesalahan, lalu ia berkata Ya Tuhanku, sesungguhnya aku memintaMu melalui Muhammad agar Kau ampuni diriku”. Lalu Allah berfirman:”Wahai Adam, darimana engkau tahu Muhammad padahal belum aku jadikan?” Adam menjawab:”Ya Tuhanku ketika Engkau ciptakan diriku dengan tanganMu dan Engkau hembuskan ke dalamku sebagian dari ruhMu, maka aku angkat kepalaku dan aku melihat di atas tiang-tiang Arash tertulis “Laailaaha illallaah muhamadun rasulullah” maka aku mengerti bahwa Engkau tidak akan mencantumkan sesuatu kepada namaMu kecuali nama mahluk yang paling Engkau cintai”. Allah menjawab:”Benar Adam, sesungguhnya ia adalah mahluk yang paling Aku cintai, bredoalah dengan melaluinya maka Aku telah mengampunimu, dan andaikan tidak ada Muhammad maka tidaklah Aku menciptakanmu”

    Imam Hakim berkata bahwa hadis ini adalah shohih dari segi sanadnya. Demikian juga Imam Baihaqi dalam kitabnya Dalail Annubuwwah, Imam Qostholany dalam kitabnya Almawahib 2/392 , Imam Zarqoni dalam kitabnya Syarkhu Almawahib Laduniyyah 1/62, Imam Subuki dalam kitabnya Shifa’ Assaqom dan Imam Suyuti dalam kitabnya Khosois Annubuwah, mereka semua mengatakan bahwa hadis ini adalah shohih.

    Dan dalam riwayat lain, Imam Hakim meriwayatkan dari Ibnu Abbas dengan redaksi :

    فلولا محمد ما خلقت آدم ولا الجنة ولا النار (أخرجه الحاكم فى المستدرك ج: 2 وص:615)

    Beliau mengatakan bahwa hadis ini adalah shohih segi sanad, demikian juga Syekh Islam Albulqini dalam fatawanya mengatakan bahwa ini adalah shohih, dan Syekh Ibnu Jauzi memaparkan dalam permulaan kitabnya Alwafa’ , dan dinukil oleh Ibnu Kastir dalam kitabnya Bidayah Wannihayah 1/180.

    Walaupun dalam menghukumi hadis ini tidak ada kesamaan dalam pandangan ulama’, hal ini disebabkan perbedaan mereka dalam jarkh wattta’dil (penilaian kuat dan tidak) terhadap seorang rowi, akan tetapi dapat diambil kesimpulan bahwa tawassul terhadap Nabi Muhammad SAW adalah boleh.

    b. Tawassul kepada nabi Muhammad SAW dalam masa hidupnya.

    Diriwatyatkan oleh Imam Hakim :

    عن عثمان بن حنيف قال سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم وجاءه رجل ضرير

    فشكا إليه ذهاب بصره، فقال : يا رسول الله ! ليس لى قائد وقد شق علي فقال رسول الله عليه وسلم : :ائت الميضاة فتوضأ ثم صل ركعتين ثم قل : اللهم إنى أسألك وأتوجه إليك لنبيك محمد نبي الرحمة يا محمد إنى أتوجه بك إلى ربك فيجلى لى عن بصرى، اللهم شفعه فيّ وشفعنى فى نفسى، قال عثمان : فوالله ما تفرقنا ولا طال بنا الحديث حتى دخل الرجل وكأنه لم يكن به ضر. (أخرجه الحاكم فى المستدرك)

    Dari Utsman bin Hunaif: “Suatu hari seorang yang lemah dan buta datang kepada Rasulullah s.a.w. berkata: “Wahai Rasulullah, aku tidak mempunyai orang yang menuntunku dan aku merasa berat” Rasulullah berkata”Ambillah air wudlu, lalu beliau berwudlu dan sholat dua rakaat, dan berkata:”bacalah doa (artinya)” Ya Allah sesungguhnya aku memintaMu dan menghadap kepadaMu melalui nabiMu yang penuh kasih sayang, wahai Muhammad sesungguhnya aku menghadap kepadamu dan minta tuhanmu melaluimu agar dibukakan mataku, Ya Allah berilah ia syafaat untukku dan berilah aku syafaat”. Utsman berkata:”Demi Allah kami belum lagi bubar dan belum juga lama pembicaraan kami, orang itu telah datang kembali dengan segar bugar”. (Hadist riwayat Hakim di Mustadrak)

    Beliau mengatakan bahwa hadis ini adalah shohih dari segi sanad walaupun Imam Bukhori dan Imam Muslim tidak meriwayatkan dalam kitabnya. Imam Dzahabi mengatakatan bahwa hadis ini adalah shohih, demikian juga Imam Turmudzi dalam kitab Sunannya bab Daa’wat mengatakan bahwa hadis ini adalah hasan shohih ghorib. Dan Imam Mundziri dalam kitabnya Targhib Wat-Tarhib 1/438, mengatakan bahwa hadis ini diriwayatkan oleh Imam Nasai, Ibnu Majah dan Imam Khuzaimah dalam kitab shohihnya.

    c. Tawassul kepada nabi Muhammad SAW setelah meninggal.

    Diriwayatkan oleh Imam Addarimi :

    عن أبى الجوزاء أ وس بن عبد الله قال : قحط أهل المدينة قحطا شديدا فشكوا إلى عائشة فقالت : انظروا قبر النبي فاجعلوا منه كوا إلى السماء حتى لا يكون بينه وبين السماء سقف قال : ففعلوا فمطروا مطرا حتى نبت العشب وسمنت الإبل حتى تفتقط من السحم فسمي عام الفتق ( أخرجه الإمام الدارمى ج : 1 ص : 43)

    Dari Aus bin Abdullah: “Sautu hari kota Madina mengalami kemarau panjang, lalu datanglah penduduk Madina ke Aisyah (janda Rasulullah s.a.w.) mengadu tentang kesulitan tersebut, lalu Aisyah berkata: “Lihatlah kubur Nabi Muhammad s.a.w. lalu bukalah sehingga tidak ada lagi atap yang menutupinya dan langit terlihat langsung”, maka merekapun melakukan itu kemudian turunlah hujan lebat sehingga rumput-rumput tumbuh dan onta pun gemuk, maka disebutlah itu tahun gemuk” (Riwayat Imam Darimi)

    Diriwayatkan oleh Imam Bukhori :

    عن أنس بن مالك إن عمر بن خطاب كان إذا قطحوا استسقى بالعباس بن عبد المطلب فقال : اللهم إنا كنا نتوسل إليك بنبينا فتسقينا وإنا ننتوسل إليك بعم نبينا فاسقنا قال : فيسقون (أخرجه الإمام البخارى فى صحيحه ج: 1 ص:137 )

    Riwayat Bukhari: dari Anas bin malik bahwa Umar bin Khattab ketika menghadapi kemarau panjang, mereka meminta hujan melalui Abbas bin Abdul Muttalib, lalu Abbas berkata:”Ya Tuhanku sesungguhkan kami bertawassul (berperantara) kepadamu melalui nabi kami maka turunkanlah hujan dan kami bertawassul dengan paman nabi kami maka turunkanlau hujan kepada, lalu turunlah hujan.

    d. Nabi Muhammad SAW melakukan tawassul .

    عن أبى سعيد الحذري قال : رسول الله صلى الله عليه وسلم : من خرج من بيته إلى الصلاة، فقال : اللهم إنى أسألك بحق السائلين عليك وبحق ممشاى هذا فإنى لم أخرج شرا ولا بطرا ولا رياءا ولا سمعة، خرجت إتقاء شخطك وابتغاء مرضاتك فأسألك أن تعيذنى من النار، وأن تغفر لى ذنوبى، إنه لا يغفر الذنوب إلا أنت، أقبل الله بوجهه واستغفر له سبعون ألف ملك (أخرجه بن ماجه وأحمد وبن حزيمة وأبو نعيم وبن سنى).

    Dari Abi Said al-Khudri: Rasulullah s.a.w. bersabda:”Barangsiapa keluar dari rumahnya untuk melaksanakan sholat, lalu ia berdoa: (artinya) Ya Allah sesungguhnya aku memintamu melalui orang-orang yang memintamu dan melalui langkahku ini, bahwa aku tidak keluar untuk kejelekan, untuk kekerasan, untuk riya dan sombong, aku keluar karena takut murkaMu dan karena mencari ridlaMu, maka aku memintaMu agar Kau selamatkan dari neraka, agar Kau ampuni dosaku sesungguhnya tiada yang mengampuni dosa kecuali diriMu”, maka Allah akan menerimanya dan seribu malaikat memintakan ampunan untuknya”. (Riwayat Ibnu Majad dll.).

    Imam Mundziri mengatakan bahwa hadis ini diriwayatkan oleh Imam Ibnu Majah dengan sanad yang ma’qool, akan tetap Alhafidz Abu Hasan mengatakan bahwa hadis ini adalah hasan.( Targhib Wattarhib 2/ 119).

    Alhafidz Ibnu Hajar mengatakan bahwa hadis ini adalah hasan dan diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Ibnu Khuzaimah, Abu Na’im dan Ibnu Sunni.(Nataaij Alafkar 1/272).

    Imam Al I’roqi dalam mentakhrij hadis ini dikitab Ikhya’ Ulumiddin mengatakan bahwa hadis ini adalah hasan, (1/323).
    Imam Bushoiri mengatakan bahwa hadis ini diriwayatkan oleh Imam Ibnu Khuzaimah dan hadis ini shohih, (Mishbah Alzujajah 1/98).

    Pandangan Para Ulama’ Tentang Tawassul

    Untuk mengetahui sejauh mana pembahasan tawassul telah dikaji para ulama, ada baiknya kita tengok pendapat para ulama terdahulu. Kadang sebagian orang masih kurang puas, jika hanya menghadirkan dalil-dalil tanpa disertai oleh pendapat ulama’, walaupun sebetulnya dengan dalil saja tanpa harus menyartakan pendapat ulama’ sudah bisa dijadikan landasan bagi orang meyakininya. Namun untuk lebih memperkuat pendapat tersebut, maka tidak ada salahnya jika disini dipaparkan pandangan ulama’ mengenai hal tersebut.

    Pandangan Ulama Madzhab

    Pada suatu hari ketika kholifah Abbasiah Al-Mansur datang ke Madinah dan bertemu dengan Imam Malik, maka beliau bertanya:”Kalau aku berziarah ke kubur nabi, apakah menghadap kubur atau qiblat? Imam Malik menjawab:”Bagaimana engkau palingkan wajahmu dari (Rasulullah) padahal ia perantaramu dan perantara bapakmu Adam kepada Allah, sebaiknya menghadaplah kepadanya dan mintalah syafaat maka Allah akan memberimu syafaat”. (Al-Syifa’ karangan Qadli ‘Iyad al-Maliki jus: 2 hal: 32).

    Demikian juga ketika Imam Ahmad Bin Hambal bertawassul kepada Imam Syafi’i dalam doanya, maka anaknya yang bernama Abdullah heran seraya bertanya kepada bapaknya, maka Imam Ahmad menjawab :”Syafii ibarat matahagi bagi manusia dan ibarat sehat bagi badan kita”

    (شواهد الحق ليوسف بن إسماعيل النبهانى ص:166)

    Demikian juga perkataan imam syafi’i dalam salah satu syairnya:

    آل النبى ذريعتى # وهم إليه وسيلتى
    أرجو بهم أعطى غدا # بيدى اليمن صحيفتى
    (العواصق المحرقة لأحمد بن حجر المكى ص:180)

    “Keluarga nabi adalah familiku, Mereka perantaraku kepadanya (Muhammad), aku berharap melalui mereka, agar aku menerima buku perhitunganku di hari kiamat nanti dengan tangan kananku”

    Pandangan Imam Taqyuddin Assubuky
    Beliau memperbolehkan dan mengatakan bahwa tawassul dan isti’anah adalah sesuatu yang baik dan dipraktekkan oleh para nabi dan rosul, salafussholeh, para ulama,’ serta kalangan umum umat islam dan tidak ada yang mengingkari perbuatan tersebut sampai datang seorang ulama’ yang mengatakan bahwa tawassul adalah sesuatu yang bid’ah. (Syifa’ Assaqom hal 160)

    Pandangan Ibnu Taimiyah
    Syekh Ibnu Taimiyah dalam sebagian kitabnya memperbolehkan tawassul kepada nabi Muhammad SAW tanpa membedakan apakah Beliau masih hidup atau sudah meninggal. Beliau berkata : “Dengan demikian, diperbolehkan tawassul kepada nabi Muhammad SAW dalam doa, sebagaimana dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Turmudzi :

    أن النبي علم شخصا أن يقول : اللهم إنى أسألك وأتوسل إليك بنبيك محمد نبي الرحمة يا محمد إنى أتوجه بك إلى ربك فيجلى حاجتى ليقضيها فشفعه فيّ (أخرجه الترميذى وصححه).

    Rasulullah s.a.w. mengajari seseorang berdoa: (artinya)”Ya Allah sesungguhnya aku meminta kepadaMu dan bertwassul kepadamu melalui nabiMu Muhammad yang penuh kasih, wahai Muhammad sesungguhnya aku bertawassul denganmu kepada Allah agar dimudahkan kebutuhanku maka berilah aku sya’faat”. Tawassul seperti ini adalah bagus (fatawa Ibnu Taimiyah jilid 3 halaman 276)

    Pandangan Imam Syaukani

    Beliau mengatakan bahwa tawassul kepada nabi Muhammad SAW ataupun kepada yang lain ( orang sholeh), baik pada masa hidupnya maupun setelah meninggal adalah merupakan ijma’ para shohabat.

    Pandangan Muhammad Bin Abdul Wahab.

    Beliau melihat bahwa tawassul adalah sesuatu yang makruh menurut jumhur ulama’ dan tidak sampai menuju pada tingkatan haram ataupun bidah bahkan musyrik. Dalam surat yang dikirimkan oleh Syekh Abdul Wahab kepada warga qushim bahwa beliau menghukumi kafir terhadap orang yang bertawassul kepada orang-orang sholeh., dan menghukumi kafir terhadap AlBushoiri atas perkataannya YA AKROMAL KHOLQI dan membakar dalailul khoirot. Maka beliau membantah : “ Maha suci Engkau, ini adalah kebohongan besar. Dan ini diperkuat dengan surat beliau yang dikirimkan kepada warga majma’ah ( surat pertama dan kelima belas dari kumpulan surat-surat syekh Abdul Wahab hal 12 dan 64, atau kumpulan fatwa syekh Abdul Wahab yang diterbitkan oleh Universitas Muhammad Bin Suud Riyad bagian ketiga hal 68)

    Dalil-dalil yang melarang tawassul
    Dalil yang dijadikan landasan oleh pendapat yang melarang tawassul adalah sebagai berikut:
    1. Surat Zumar, 2:

    أَلَا لِلَّهِ الدِّينُ الْخَالِصُ وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا مِن دُونِهِ أَوْلِيَاء مَا نَعْبُدُهُمْ إِلَّا لِيُقَرِّبُونَا إِلَى اللَّهِ زُلْفَى إِنَّ اللَّهَ يَحْكُمُ بَيْنَهُمْ فِي مَا هُمْ فِيهِ يَخْتَلِفُونَ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي مَنْ هُوَ كَاذِبٌ كَفَّارٌ

    Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): “Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat- dekatnya”. Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar.
    Orang yang bertwassul kepada orang sholih maupun kepada para kekasih Allah, dianggap sama dengan sikap orang kafir ketika menyembah berhala yang dianggapnya sebuah perantara kepada Allah.
    Namun kalau dicermati, terdapat perbedaan antara tawassul dan ritual orang kafir seperti disebutkan dalam ayat tersebut: tawassul semata dalam berdoa dan tidak ada unsur menyembah kepada yang dijadikan tawassul , sedangkan orang kafir telah menyembah perantara; tawassul juga dengan sesuatu yang dicintai Allah sedangkan orang kafir bertwassul dengan berhala yang sangat dibenci Allah.

    2. Surah al-Baqarah, 186:

    وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُواْ لِي وَلْيُؤْمِنُواْ بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ

    2. 186. Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo’a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.
    Allah Maha dekat dan mengabulkan doa orang yang berdoa kepadaNya. Jika Allah maha dekat, mengapa perlu tawassul dan mengapa memerlukan sekat antara kita dan Allah.
    Namun dalil-dalil di atas menujukkan bahwa meskipun Allah maha dekat, berdoa melalui tawassul dan perantara adalah salah satu cara untuk berdoa. Banyak jalan untuk menuju Allah dan banyak cara untuk berdoa, salah satunya adalah melalui tawassul.

    3. Surat Jin, ayat 18:

    وَأَنَّ الْمَسَاجِدَ لِلَّهِ فَلَا تَدْعُوا مَعَ اللَّهِ أَحَداً

    72. 18. Dan sesungguhnya mesjid-mesjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorangpun di dalamnya di samping (menyembah) Allah.
    Kita dilarang ketika menyembah dan berdoa kepada Allah sambil menyekutukan dan mendampingkan siapapun selain Allah.
    Seperti ayat pertama, ayat ini dalam konteks menyembah Allah dan meminta sesuatu kepada selain Allah. Sedangkan tawassul adalah meminta kepada Allah, hanya saja melalui perantara.

    Kesimpulan
    Tawassul dengan perbuatan dan amal sholeh kita yang baik diperbolehkan menurut kesepakatan ulama’. Demikian juga tawassul kepada Rasulullah s.a.w. juga diperboleh sesuai dalil-dalil di atas. Tidak diragukan lagi bahwa nabi Muhammad SAW mempunyai kedudukan yang mulia disisi Allah SWT, maka tidak ada salahnya jika kita bertawassul terhadap kekasih Allah SWT yang paling dicintai, dan begitu juga dengan orang-orang yang sholeh.

    Selama ini para ulama yang memperbolehkan tawassul dan melakukannya tidak ada yang berkeyakinan sedikitpun bahwa mereka (yang dijadikan sebagai perantara) adalah yang yang mengabulkan permintaan ataupun yang memberi madlorot. Mereka berkeyakinan bahwa hanya Allah lah yang berhak memberi dan menolak doa hambaNya. Lagi pula berdasarkan hadis-hadis yang telah dipaparkan diatas menunjukakn bahwa perbuatan tersebut bukan merupakan suatu yang baru dikalangan umat islam dan sudah dilakukan para ulama terdahulu. Jadi jikalau ada umat islam yang melakukan tawassul sebaiknya kita hormati mereka karena mereka tentu mempunyai dalil dan landasan yang cukup kuat dari Quran dan hadist.

    Tawassul adalah masalah khilafiyah di antara para ulama Islam, ada yang memperbolehkan dan ada yang melarangnya, ada yang menganggapnya sunnah dan ada juga yang menganggapnya makruh. Kita umat Islam harus saling menghormati dalam masalah khilafiyah dan jangan sampai saling bermusuhan. Dalam menyikapi masalah tawassul kita juga jangan mudah terjebak oleh isu bid’ah yang telah mencabik-cabik persatuan dan ukhuwah kita. Kita jangan dengan mudah menuduh umat Islam yang bertawassul telah melakukan bid’ah dan sesat, apalagi sampai menganggap mereka menyekutukan Allah, karena mereka mempunyai landasan dan dalil yang kuat. Tidak hanya dalam masalah tawassul, sebelum kita mengangkat isu bid’ah pada permasalahan yang sifatnya khilafiyah, sebaiknya kita membaca dan meneliti secara baik dan komprehensif masalah tersebut sehingga kita tidak mudah terjebak oleh hembusan teologi permusuhan yang sekarang sedang gencar mengancam umat Islam secara umum.

    Memang masih banyak kesalahan yang dilakukan oleh orang muslim awam dalam melakukan tawassul, seperti menganggap yang dijadikan tawassul mempunyai kekuatan, atau bahkan meminta-minta kepada orang yang dijadikan perantara tawassul, bertawassul dengan orang yang bukan sholeh tapi tokoh-tokoh masyarakat yang telah meninggal dunia dan belum tentu beragama Islam, atau bertawassul dengan kuburan orang-orang terdahulu, meminta-minta ke makam wali-wali Allah, bukan bertawassul kepada para para ulama dan kekasih Allah. Itu semua tantangan dakwah kita semua untuk kita luruskan sesuai dengan konsep tawassul yang dijelaskan dalil-dalil di atas.
    Wallahu a’lam bissowab

    Penyusun:
    Ustadz Agus Zainal Arifin, Hiroshima
    Ustadz Muhammad Niam, Islamabad
    Ustadz Ulin Niam Masruri, Islamabad

    • ziarah kubur sih ok tapi jangan meratap mencium pusara dong..tauhid ente pade nggak bener nih…minta ya langsung sama Allah nggap pake perantaraan segala….hati2 sama syirik bosss….

  11. Maaf tulisan diatas ini belum lengkap…dan saya koreksi

    kalian menganggap wafatnya para Nabi dan Wali dan para syuhada tidak boleh ditawasuli, kalo begitu kalian ini sama saja dengan membatasi kekuasaan Alloh, yang bisa memberikan manfaat kepada siapapun yang dikehendakiNya. kami sama sekali tidak menjadikan perantara itu mempunyai manfaat dan mudhorot, apalagi mempunyai kekuatan. hanya Allohlah yang mempunyainya.

  12. yang Jelas Islam Lebih dulu lahir dari pada yang lainnya..( Wahabi, Slafi atau,,,,,)

  13. terimakasih banyak. jazakumullah khoiran katsiira…

  14. Saya termasuk yang suka berziarah ke kubur kakek,nenek, saudara
    memohonkan ampun atas mereka.
    Kalau ziarah kubur itu dilarang. silahkan untuk pasang spanduk disetiap area pekuburan sehingga banyak umat yang tahu,kalau cuma di internet hanya sedikit yang tahu, dan saya akan terus mencari ilmu dan dalil tentang bolehnya ziarah kubur. Kalau ada yang ingin membantu saya , silahkan balas disini.

  15. abdurrahman.wordpress.com menulis
    Jika Allah menjadikan bumi mengelilingi matahari, niscaya Allah akan berfirman:”Ketika bumi itu hilang darinya (matahari, pent)”.

    nah inilah WAHAIABI….kok bisa2nya ngomong demikian emang si abdurrahman ini Tuhan apa…..kok bisa2nya ngatur2……hhehehehe…..WAHABI2……KALIAN SUDAH MAKMUR MAKAN UANG SA’UD JADI BUTA DEH MATA KALIAN……hehehehehe

  16. Kepada Bapak/Ustadz yang merasa kurang atau memang tidak suka apa yang telah dibuat oleh kaum yang anda sebut “Wahabi” yg sekarang berkuasa di Saudi Arabia silakan berdebat dengan Ulama2 di Arab Saudi dengan dalil2 anda dan kami akan menonton pertarungan hebat anda dengan ulama2 saudi itu dan jangan cari tantangan pada “ulama2″ internet ini .Baca buku? DiArab saudi juga banyak buku yg pernah saya lihat dan mungkin apa yang anda baca di Indonesia belum tentu sebanyak buku yang ada di Saudi.Jangan merasa lebih pintar dari ulama Saudi dan jangan merasa lebih suci dari Arab badui.ARAB SAUDI MEMPUNYAI ALASAN2 YANG KUAT BAGAIMANA SEHARUSNYA MEREKA MENGURUS AGAMA DAN NEGARANYA SESUAI DENGAN KONDISI DISANA.Sejarah kesyirikan yang pernah terjadi diArab saudi mereka lebih berpengalaman dari kita disini dan sampai sekarang masih banyak praktek kesyirikan yang terjadi didinding Ka’bah dimana jemaah berkulit hitam menyapu kain selendang secara berebut dan membawa pulang kabarnya utk dijual sebagai obat dan naik ke Jabal rahmah menulis macam2 disitu tapi arab saudi tidak akan pernah membongkar Ka’bah kerna itu atau membongkar Jabal Rahmah kerna itu.Soal tawasul,doa dikuburan Rasul yang menjadi alasan banyak dari jemaah dulunya maratap disitu dan ada yg berguling di pusara rasul,dan terjun ke sumur zamzam supaya lebih”afdol”.Mungkin dinegeri asal mereka “biasa”meminta dikuburan ulamanya dgn cara yg mereka lakukan maka ditanah suci dipraktekkan juga akhirnya dilarang oleh petugas disana.

    • terlepas daipada benar dan salah yang pasti wahabi telah membuat perpecahan dalam dunia islam , juga terbukti bahwa faham wahabi datang belakangan menentang ulamak2 besar yang lebih dulu disaudi , kalau tidak percaya tolong baca bagaimana sejarah munculnya faham wahabi dan sepak terjang pencetusnya

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s